39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Perkembagan Perusahaan Asuransi
Perkembangan industri asuransi di Indonesia tentunya tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dan teknologi dalam kehidupan manusia, dimana dengan
semakin terbatasnya sumber-sumber kebutuhan manusia dalam usaha untuk meningkatkan kemakmurannya maka bertambah besar usaha manusia untuk
mendayagunakan sumber-sumber yang ada serta usaha untuk mengamankan baik atas diri atau keluarga mereka serta harta miliknya dari peristiwa-peristiwa yang
dapat menimbulkan kerugian atau menyebabkan gangguan dalam mencapai tujuan hidup mereka.
Usaha persuransian sebagai salah satu lembaga keuangan non bank menjadi semakin penting peranannya, karena dari kegiatan usahanya disamping
memberikan proteksi kepada masyarakat juga merupakan lembaga penghimpun dana yang bersumber dari penerimaan premi asuransi dari masyarakat dimana
dana ini dapat diinvestasikan pada sektor-sektor yang produktif dan aman serta diharapkan industri asuransi ini dapat semakin meningkatkan pengerahan dana
masyarakat ini untuk pembiayaan pembangunan. Indikator yang mendorong pertumbuhan asuransi jiwa, selain faktor
jumlah penduduk besar, juga karena semakin menarik dan mudahnya sistem asuransi jiwa yang ditawarkan ke masyarakat, serta kondisi ekonomi masyarakat
Universitas Sumatera Utara
40
cukup baik”. Sedangkan, penduduk Indonesia termasuk dalam lima besar dunia, ini menjadi pasar yang potensial bagi dunia asuransi. Sementara melihat
perkembangannya, asuransi dunia akan terus mengalami pertumbuhan, khususnya di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan pertumbuhan rata-rata
dua digit sampai dengan 2014, maka total aset industri asuransi jiwa diperkirakan dapat mencapai Rp. 500 triliun. Sampai saat ini total aset industri jiwa telah
mencapai Rp. 249 triliun. Pada Tabel 4.1 berikut dapat dilihat jumlah perusahaan asuransi pada
tahun 2013
Tabel 4.1 Jumlah Perusahaan Asuransi 2013
Profil Asuransi
Jumlah Perusahaan Konvensional
Unit-Unit Syariah
Full Syariah Total
Asuransi Jiwa 45
17 3
48 Asuransi
Kerugian 80
22 2
82 Asuransi
Sosial 5
- -
5 Reasuransi
4 3
- 4
Total 134
42 5
139 Sumber:
www.bi.go.id Kajian Stabilitas Keuangan September 2013
Kinerja perusahaan 10 asuransi yang go public pada semester I 2013
cenderung meningkat dibandingkan semester II 2012. Pola penempatan aset dan
diversifikasi investasi perusahaan asuransi yang dilakukan selama semester I tahun 2013 cenderung tetap namun terjadi sedikit perubahan pada komposisi
investasi. Pergeseran komposisi tersebut mengarah pada penambahan porsi saham sebagai sarana investasi, melewati porsi obligasi dan MTN dan reksa dana yang
umumnya menempati porsi terbesar kedua dan ketiga setelah deposito berjangka.
Universitas Sumatera Utara
41
Hal ini ditunjang oleh peningkatan indeks di pasar saham Indonesia yang sempat berulangkali memecahkan rekor pencapaian IHSG. Perubahan strategi kebijakan
investasi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi ke arah instrumen yang memiliki tingkat return yang tinggi diharapkan dapat berkontribusi dalam
meningkatkan profitabilitas perusahaan selain upaya peningkatan laba usaha melalui penerimaan premi asuransi yang sampai dengan Juni 2013 telah mencapai
65 dari perolehan tahun sebelumnya. Total aset sampai dengan akhir semester I 2013 meningkat sebesar Rp.
2,41 triliun atau ,11,29 menjadi Rp. 23,71 triliun dibandingkan akhir periode tahun sebelumnya sebesar Rp. 21,31 triliun. Sehingga pergerakan ,positif pasar
keuangan yang terjadi pada semester I 2013 berbanding lurus dengan pertumbuhan perusahaan asuransi tersebut. Berdasarkan data industri perasuransi
yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan, per Juni 2013, terdapat 139 perusahaan asuransi yang terdiri dari 45 asuransi jiwa dengan 17 asuransi yang memiliki unit
usaha syariah UUS, 80 asuransi kerugian dengan 22 asuransi yang memiliki UUS, 5 asuransi sosial dengan 3 asuransi yang memiliki UUS, dan 4 reasuransi.
Dari seluruh perusahaan asuransi tersebut terdapat 10 yang telah go public dengan total aset per Juni 2013 sebesar Rp. 23,71 triliun. Dari 10 perusahaan asuransi
yang go public tersebut, pangsa aset terbesar didominasi oleh 1 satu perusahaan asuransi yang mencapai 61. Selama semester I 2013, 10 perusahaan asuransi go
public tersebut menunjukkan kinerja yang cukup menjanjikan, terlihat dari indikator profitabilitas yang dicapai sampai dengan pertengahan tahun antara lain:
ROA sebesar 3,84 dan ROE sebesar 6,45
Universitas Sumatera Utara
42
Tabel 4.2 Perkembangan Aset Perusahaan Asuransi Yang Go Public
Perkembangan Aset 10 Perusahaan Asuransi Yang Go Public Aset Investasi Triliun
2010 2011
2012 Jun.
2013 Reksadana
0,29 -80,89
0,11 -60,87
1,84 1535,68
1,90 3,44
Obligasi MTN 1,38
173,47 1,03
-25,03 1,78
72,20 1,37
-23,14 Deposito Berjangka
2,81 61,89
2,51 -10,54
3,49 39,01
3,34 -4,16
Saham 0,86
-86,90 0,90
3,92 1,77
97,15 1,96
10,77 SB Pemerintah
- -
- 0,05
- 0,05
-3,21 Sertifikat BI
- -
- 0,00
- 0,00
Jumlah Aset Investasi 12,13
21,44 14,16
16,69 8,44
-40,35 8,63
2,20 Jumlah Aset Non Investasi
1,37 14,58
2,53 84,04
2,36 -6,49
3,61 53,14
Total Aset 13,51
20,71 16,68
23,54 10,81
-35,22 23,71
119,35 Indikator Profitabilitas
ROA 9,56
8,67 8,36
3,84 ROE
13,08 13,72
14,10 6,45
Sumber: www.bi.go.id
Kajian Stabilitas Keuangan September 2013 4.1.2 Perkembagan Perusahaan Perbankan
Perkembangan bisnis perbankan yang begitu pesat semenjak diberlakukannya paket-paket kebijakan deregulasi perbankan memberikan sinyal
bahwa undang-undang perbankan yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan sudah tidak sesuai lagi untuk
dilaksanakan. Banyak praktek-praktek perbankan yang tidak sejalan dengan Undang-Undang Nomor 14 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan. Atas
dasar itu, maka pemerntah telah mengeluarakan undang-undang perbankan yang baru yaitu undang-undang nomor 7 tahun 1992 yang berlaku efektif pada 25 maret
1992. Dengan dikeluarkannya undang-undang perbankan yang baru tersebut
tentunya perlu dicari peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan dan tantangan yang akan dihadapi untuk menyusun suatu strategi yang mungkin dapat digunakan
Universitas Sumatera Utara
43
oleh kalangan perbankan. Diberlakukannya undang-undang yang baru tersebut telah pula memberikan landasan idiil dan operasional yang lebih kokoh bagi
perkembangan bisnis perbankan dalam masa yang akan datang. Undang-undang ini memberi keleluasaan yang lebih banyak serta keluwesan di dalam pemilikkan
operasi bank tetap menuntut pula sikap yang bertanggung jawa dari pemilik dan pengurus bank. Sesuai dengan UU nomor 7 tahun 1992 Bank Indonesia sebagai
pengawas tunggal perbankan secara konsisten akan terus berupaya agar perkembangan sistem perbankan di Indonesia menuju ke arah sistem perbankan
yang sehat dan kokoh. UU nomor 7 tahun 1992 mengelompokkan perbankan di Indonesia menjadi 2 saja yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat BPR.
Sehingga persaingan antar bank akan semakin tajam. Secara keseluruhan, industri perbankan masih memegang peranan dalam
sistem keuangan Indonesia. Pangsa pasar industri perbankan semester I 2013
sebesar 77,9, menurun tipis dibandingkan dengan pangsa semester II 2012 sebesar 78,3. Penurunan pangsa ini terjadi terutama karena meningkatnya aset
lembaga keuangan non bank seperti perusahaan pembiayaan, asuransi, perusahaan modal ventura dan pegadaian. Peningkatan pangsa lembaga keuangan non bank
antara lain disebabkan masih meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kredit kepemilikan kendaraan.
Seiring dengan kondisi perekonomian Indonesia yang relatif terjaga,
industri perbankan mampu mencatatkan profit yang cukup besar. Selama semester I 2013 Perbankan membukukan laba bersih sebesar Rp. 51,1triliun, lebih tinggi
dibandingkan dengan 2 semester sebelumnya. Kenaikan laba tersebut antara lain
Universitas Sumatera Utara
44
didorong oleh pertumbuhan pendapatan bunga kredit dengan kontribusi sebesar 72,2 dari total pendapatan bunga. Secara tahunan, pendapatan bunga kredit
mengalami pertumbuhan mencapai 15,5. Tingginya laba tersebut tercermin dari ROA perbankan yang mencapai 3,0 per Juni 2013, menurun tipis
dibandingkan posisi Desember 2012 sebesar 3,1. Jika dilihat per kelompok bank, porsi terbesar penyumbang laba bersih Perbankan terdapat pada kelompok
bank Persero yang mencapai 44,8, disusul BUSN 35,2, BPD 11,5, KCBA 4,4 dan Campuran 4,1.
Laba operasional yang diperoleh perbankan masih didominasi oleh pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income NII dengan tren yang
meningkat. Sebagaimana periode-periode sebelumnya, perolehan laba perbankan
sampai dengan akhir semester I 2013 masih didominasi oleh laba operasional. Pada Juni 2013, laba operasional perbankan tercatat sebesar Rp. 62,0 triliun,
meningkat 11,1 dibanding laba operasional semester yang sama tahun lalu. Tabel 4.3
Perkembangan Profitabilitas dan Kredit per Kelompok Bank
No. Kelompok
Bank RL Setelah Pajak T Rp.
Grouth Kredit NIM
Jun’12 Des
12’ Jun’13
Jun’12 Des
12’ Jun’13 Jun’12
Des 12’
Jun’13 1
Persero 19,0
40,8 22,9 20,2 23,5 24,9 5,8
6,0 5,9
2 Swasta
17,0 34,5 18,0
28,2 20,8 17,1 5,3 5,4
5,3 3
BPD 4,6
8,9 5,9
22,9 26,2 24,9 6,4 6,7
7,2 4
Campuran 1,8 3,4
2,1 46,9 33,2 21,1 3,6
3,6 3,5
5 KCBA
3,1 5,1
2,3 28,7 26,6 17,1 3,5
3,5 3,4
Industri 45,7
92,8 51,1 25,7 23,1 20,6 5,4
5,5 5,4
Sumber: www.bi.go.id
Kajian Stabilitas Keuangan September 2013 Peningkatan laba operasional tersebut terutama didukung pencapaian rata-
rata NII bulanan perbankan selama semester I 2013 sebesar Rp. 19,0 triliun, lebih tinggi dari perolehan semester lalu Rp. 18,3 triliun maupun posisi yang sama
Universitas Sumatera Utara
45
tahun lalu Rp. 16,3 triliun. Peningkatan NII menunjukkan bahwa perbankan sudah mampu melakukan efisiensi tercermin dari terus meningkatnya pendapatan
bunga sebagai dampak dari kredit yang bertumbuh dan, cenderung menurunnya beban bunga perbankan. Namun demikian, bank perlu mencermati dampak dari
penyesuaian suku bunga DPK dan kredit pada semester II 2013 sebagai akibat dari peningkatan BI-Rate pada akhir Juni 2013.
4.2 Hasil Penelitian