BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Rata-rata skor plak sebelum menyikat gigi menggunakan metode Bass
adalah 2,07±0,23 dan sesudah menyikat gigi menggunakan metode Bass adalah 0,34±0,13.
2. Rata-rata skor plak sebelum menyikat gigi menggunakan metode
Individual adalah 2,04±0,15 dan sesudah menyikat gigi menggunakan metode Individual adalah 1,17±0,10.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara selisih rata-rata skor plak
sebelum dan sesudah menyikat gigi menggunakan metode Bass 1,72±0,18 dan metode Individual 0,88±0,18 p0,05.
4. Penyikatan gigi menggunakan metode Bass lebih efektif menurunkan skor
plak dibandingkan metode Individual.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disarankan: 1.
Bagi masyarakat, perlu diberikan informasi melalui penyuluhan mengenai efektivitas metode menyikat gigi Bass dalam menurunkan skor plak untuk mencegah
terjadinya penyakit gigi dan mulut. 2.
Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan kedokteran gigi dalam upaya menjaga oral hygiene.
3. Bagi peneliti, perlu penelitian lebih lanjut mengenai menyikat gigi dengan
menggunakan metode sikat gigi yang lain untuk membandingkan keefektivitasnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plak Gigi
Plak merupakan etiologi utama penyebab penyakit dalam rongga mulut, seperti karies dan penyakit periodontal.
2-6,14
Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak membentuk koloni dan
melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
14
Manohara mendefinisikan plak secara klinis sebagai substansi yang berwarna kuning ke abu-abuan yang melekat erat pada permukaan gigi. Plak terdiri atas
mikroorganisme yang dapat menyebabkan berbagai penyakit dalam mulut termasuk karies dan penyakit periodontal.
15
Plak gigi sulit dilihat karena plak mempunyai warna yang sama dengan warna gigi. Plak gigi dapat ditandai dengan melakukan screening pada permukaan gigi,
merubah warna plak menggunakan disclosing solution atau dengan fluoresensi menggunakan cahaya biru.
16
2.1.1 Klasifikasi, Struktur dan Komposisi Plak
Pavel Godoroja dan Olga Dulghieru mengklasifikasikan plak menjadi dua kategori, yaitu plak supragingiva dan plak subgingiva. Plak supragingiva merupakan
plak yang berada di atas batas dentogingiva terutama pada sepertiga mahkota gigi dekat gingiva, daerah interproksimal, serta pit dan fisur. Plak subgingiva merupakan
plak yang berada di bawah batas dentogingiva dan terbagi atas zona perlekatan gigi, zona perlekatan epitel, serta zona tanpa perlekatan.
16
Komposisi utama plak dental adalah mikroorganisme dimana komposisi mikroorganisme yang ditemukan dalam plak berubah seiring waktu.
17-19
Lebih dari 500 spesies bakteri ditemukan dalam plak dental. Mikroorganisme non-bakteri yang
dijumpai dalam plak adalah spesies mycoplasma, ragi, protozoa dan virus.
18
Universitas Sumatera Utara
Pada plak supragingiva, struktur plak berupa kokus gram-positif dan bakteri batang rod yang pendek mendominasi permukaan yang menghadap ke gigi,
sedangkan bakteri batang dan filamen gram-negatif serta spirokheta mendominasi permukaan luar massa plak yang matang.
17
Bakteri anaerob seperti Prevotella dan Fusobacterium berkembang dan menumpuk pada permukaan gigi menjadi suatu
komunitas yang kompleks. Namun, pada predilection spot, yaitu pada pit, fisur serta daerah aproksimal gigi, biofilm plak bergantung pada keadaan asam di sekitarnya.
Bakteri yang sering ditemukan adalah Streptococcus mutans dan Streptococcus sobrinus, S. oralis, S. intermedius, Lakrobacillus, Actynomyces, serta Bifidobacterium
sp.
19
2.1.2 Pembentukan Plak Gigi
Plak tampak sebagai suatu massa globular berwarna putih, keabu-abuan atau kuning. Plak umumnya dijumpai pada sepertiga gingiva permukaan gigi karena
daerah tersebut tidak terganggu oleh gesekan makanan maupun jaringan. Penumpukan plak sering terjadi pada retakan, pit, fisur, di bawah restorasi yang
menggemper, dan sekitar gigi yang erupsinya tidak teratur.
17
Awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti
Streptococcus salivarius, Actinomyces viscous dan beberapa stain lainnya.
17,18,20
Faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan plak adalah kebersihan rongga mulut, serta faktor-fator penjamu seperti diet, komposisi dan laju aliran saliva.
17
Proses pembentukan plak terbagi atas tiga fase, yaitu : a. Pembentukan pelikel dental
Pembentukan pelikel dental pada permukaan gigi merupakan fase awal dari pembentukan plak. Pada tahap awal ini permukaan gigi atau restorasi akan dibalut
oleh pelikel glikoprotein. Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkus, begitu juga dari produk sel bakteri dan pejamu, dan debris.
17,20
Komponen khas pelikel pada berbagai daerah bervariasi komposisinya. Pengamatan terhadap pelikel enamel baru terbentuk dua jam menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi saliva, hal ini berarti bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul sekitar secara selektif.
17
b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi Dalam beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel dental. Bakteri yang
pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram-positif, seperti Actinomices viscosus dan
Streptococus sanguis.
17,18,20
Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri.
Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel dental. Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah
melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya.
17
Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari
lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan adalah
mikroorganisme anaerob gram-negatif.
17,20
c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak Pengkoloni sekunder yang tidak turut sebagai pengkoloni awal ke permukaaan
gigi yang bersih, diantaranya Prevotella intermedia, Prevotella loescheii, spesies Capnocyttophaga, Fusobakterium nucleatum, dan Porphyromonas gingivalis.
Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam massa plak. Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri
pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Pada stadium akhir pembentukan plak, yang dominan adalah koagregrasi antara spesies gram-negatif, misalnya koagregrasi
Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromornas gingivalis.
17
2.2 Penyakit Periodontal dan Karies Gigi