Kecepatan Berkecambah HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada uji daya kecambah benih di awal sebelum diberi perlakuan, kecepatan berkecambah benih jagung yaitu 24,67 yang menunjukkan kecepatan berkecambah rendah. Kecepatan berkecambah dikatakan lebih tinggi apabila pada hari ke empat, benih yang berkecambah lebih dari 75 . Berdasarkan hasil analisis varian, kecepatan berkecambah biji jagung yang rendah pada perlakuan 0 gram100 biji kontrol tidak berbeda nyata dengan perlakuan serbuk rumput teki sampai dosis 16gram100 biji dan 0,03 gram PS1 kg biji. Kecepatan berkecambah yang rendah disebabkan oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan kualitas benih. Menurut Copeland 1976 kualitas benih dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu potensi genetik, kemasakan biji, lingkungan selama tahap pembentukan biji, ukuran biji dan kerapatan tanam, kerusakan mekanis, umur benih dan kemundurannya, serangan mikroorganisme, dan kerusakan akibat chilling injury. Dalam mempertahankan hidupnya, benih menggunakan cadangan makanan untuk melakukan proses respirasi. Respirasi merupakan proses oksidasi, maka harus ada suatu substrat. Dengan semakin lamanya proses respirasi berlangsung, semakin banyak pula cadangan makanan benih yang digunakan. Benih yang disimpan akan terus melakukan proses respirasi, maka cadangan makanan benih akan semakin habis apabila disimpan dalam jangka waktu yang lama. Cadangan makan yang sedikit akan mempengaruhi penurunan kecepatan berkecambah, karena proses perkecambahan membutuhkan energi yang dihasilkan dalam proses respirasi. Hasil analisis varian menunjukkan bahwa biopestisida serbuk rumput teki berpengaruh nyata terhadap kecepatan berkecambah benih jagung pada penyimpanan 3 bulan Lampiran 2i. Hasil rerata kecepatan berkecambah menunjukkan adanya beda nyata antara perlakuan pemberian Phostoxin dengan perlakuan kontrol 0 gram100 biji jagung. Pada seluruh perlakuan menunjukkan kecepatan berkecambah benih jagung yang rendah setelah penyimpanan benih selama 3 bulan. Hal ini disebabkan dari faktor genetik benih jagung karena pada awal uji mutu benih diketahui kecepatan berkecambah benih jagung yang rendah. Kandungan zat tanin pada rumput teki juga berpengaruh terhadap kecepatan berkecambah seperti yang sudah dijelaskan pada pembahasan daya kecambah benih jagung. Jumlah perkecambahan benih jagung penyimpanan 1 bulan dan 3 bulan pada pengamatan 7 hari, dapat dilihat pada gambar 3 dan 4. Gambar 3. Grafik jumlah perkecambahan benih jagung penyimpanan 1 bulan Berdasarkan gambar 3 dapat dilihat bahwa benih jagung yang diberi perlakuan 0, 4, 8, 12, 16 gram100 biji dan 0,03 gram Phostoxin1 kg biji mengalami proses perkecambahan hampir secara bersamaan, yaitu pada pengamatan hari ke-3. Pada hari pengamatan sampai hari ke-7 menunjukkan 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 1 2 3 4 5 6 7 Ju m la h b e n ih b e rke ca m b a h Hari Pengamatan 0 gram100 biji 4 gram100 biji 8 gram100 biji 12 gram100 biji 16 gram100 biji 0,03 gram PS1 kg biji peningkatan jumlah benih yang berkecambah di seluruh perlakuan. Pada seluruh perlakuan terdapat beberapa benih yang busuk sehingga tidak semua benih mampu berkecambah. Gambar 4. Grafik jumlah perkecambahan benih jagung penyimpanan 3 bulan Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa pada hari pengamatan sampai hari ke-7, benih jagung penyimpanan 3 bulan yang diberi perlakuan 0,03 gram Phostoxin1 kg biji menunjukkan peningkatan jumlah benih berkecambah tertinggi dibandingkan dengan perlakuan 0, 4, 8, 12, dan 16 gram100 biji jagung. Pada saat dilakukan uji perkecambahan, benih yang diberi perlakuan serbuk rumput teki banyak yang busuk. Busuknya benih disebabkan karena serbuk rumput teki yang sudah diaplikasi selama beberapa minggu, keadaan serbuknya menjadi sedikit lembab sehingga menyebabkan cendawan atau jamur mudah menenpel pada benih jagung. Serangan cendawan simpan pada benih dapat menyebabkan kehilangan mutu benih dan menimbulkan bau apek serta perubahan warna pada benih. 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 1 2 3 4 5 6 7 Ju m la h b e n ih b e rke ca m b a h Hari pengamatan 0 gram100 biji 4 gram100 biji 8 gram100 biji 12 gram100 biji 16 gram100 biji 0,03 gram PS1 kg biji 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Serbuk rumput teki pada dosis 12 gram100 biji jagung efektif untuk mengendalikan hama Tribolium castaneum dengan nilai mortalitas 83,33 dan efikasi 81,48. 2. Serbuk rumput teki menurunkan mutu benih jagung pada masa penyimpanan sampai dengan 3 bulan umur simpan.

B. Saran

1. Serbuk rumput teki belum bisa dianjurkan sebagai biopestisida untuk mengendalikan hama gudang Tribolium castaneum pada benih jagung karena dapat menurunkan mutu benih jagung setelah disimpan. 2. Perlu adanya penelitian lanjutan dalam pembuatan formulasi biopestisida rumput teki dalam bentuk ekstrak agar tidak menurunkan mutu benih jagung pada masa penyimpanan. 32 DAFTAR PUSTAKA Barnes, J., L. A. Andersonand J. D. Philipson. 1996.Herbal Medicine, 2nd edition. Pharmacetical Press. London. p 313 Basu, RN. 1994. An Appraisal of Research on wet and dry physiological seed treatmen and their applicapability with special reference to tropical and subtropical countries. Seed Sci. Technol. 22:107-126. Beattie, J.H., dan V. R. Boswell. 1939. Longevity of Onion Seed in Relation to Storage Conditions. U.S. Dept. Agr. Cir. 512, 23 hlm. Christensen, C.M. dan H.H. Kufmann. 1965. Deterioration of Stored Grains by Fungi. Ann. Rev. Phytopath. 3: 69-84. Christensen, C.M. dan H.H. Kufmann. 1969. Condition and Storability of Export Grains. Minn. Sci. 25:20-21. Copeland, L.O. 1976. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publ.Comp. Minneapolis. Deptan. 2007. Produksi Jagung di Indonesia. http:www.Deptan.co.id. Diakses 1 April 2015. Henderson, L.S., dan C.M. Christensen. 1961. Postharvest Control of Insects and Funfi. U.S. Dept. Agr. Ybk. 1961:348-356. Imdad, H.P. dan A.A. Nawangsih. 1999. Menyimpan Bahan Pangan. Penebar Swadaya. Jakarta. Kartasapoetra, A.G. 1992. Teknologi Benih dan Pengolahan Benih. Rineka Cipta. Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta. Jakarta. Koller, D. 1972. Environmental Control of Seed Germination. Dalam Kozlowski, T.T., Seed Biology, v. 2, hlm. 1-101, illus. New York and London. Kristiyani, T. 2008. Pemanfaatan Daun Bayam Duri Amaranthus spinosus sebagai Biopestisida Sitophilus zeamays Motsch pada Biji Jagung. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Lando, T.M., M.S. Arief dan D. Bako. 2001. Penyimpanan Jagung Skala Kecil untuk Tingkat Petani. Jurnal Litbang Pertanian. Jakarta.