32
DAFTAR PUSTAKA
Barnes, J., L. A. Andersonand J. D. Philipson. 1996.Herbal Medicine, 2nd edition. Pharmacetical Press. London. p 313
Basu, RN. 1994. An Appraisal of Research on wet and dry physiological seed treatmen and their applicapability with special reference to tropical
and subtropical countries. Seed Sci. Technol. 22:107-126. Beattie, J.H., dan V. R. Boswell. 1939. Longevity of Onion Seed in Relation to
Storage Conditions. U.S. Dept. Agr. Cir. 512, 23 hlm. Christensen, C.M. dan H.H. Kufmann. 1965. Deterioration of Stored Grains by
Fungi. Ann. Rev. Phytopath. 3: 69-84. Christensen, C.M. dan H.H. Kufmann. 1969. Condition and Storability of Export
Grains. Minn. Sci. 25:20-21. Copeland, L.O. 1976. Principles of Seed Science and Technology. Burgess
Publ.Comp. Minneapolis. Deptan. 2007. Produksi Jagung di Indonesia. http:www.Deptan.co.id. Diakses 1
April 2015. Henderson, L.S., dan C.M. Christensen. 1961. Postharvest Control of Insects and
Funfi. U.S. Dept. Agr. Ybk. 1961:348-356. Imdad, H.P. dan A.A. Nawangsih. 1999. Menyimpan Bahan Pangan. Penebar
Swadaya. Jakarta. Kartasapoetra, A.G. 1992. Teknologi Benih dan Pengolahan Benih. Rineka Cipta.
Kartasapoetra, A.G. 2003. Teknologi Benih. Rineka Cipta. Jakarta. Koller, D. 1972. Environmental Control of Seed Germination. Dalam Kozlowski,
T.T., Seed Biology, v. 2, hlm. 1-101, illus. New York and London. Kristiyani, T. 2008. Pemanfaatan Daun Bayam Duri Amaranthus spinosus
sebagai Biopestisida Sitophilus zeamays Motsch pada Biji Jagung. Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Yogyakarta.
Lando, T.M., M.S. Arief dan D. Bako. 2001. Penyimpanan Jagung Skala Kecil untuk Tingkat Petani. Jurnal Litbang Pertanian. Jakarta.
Lawal, Oladipupo A and O.O. Adebola. 2009. Chemical Composition Of The Essential Oils Of Cyperus Rotundus L. From South Africa. Journal
Molecules 14], ISSN 1420-3049, Agustus, 2009. p 2910-2911 Mardiningsih, T.L. dan S.L.T. Sondang. 1993. Efikasi Bubuk Lada Hitam
terhadap Sitophilus zea Mays. Prosiding seminar Nasional Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabatai. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor.
Mubarok, K. 2005. Efektifitas Penginduksi Resistensi dan Biopestisida terhadap Penyakit Bercak Daun Cercospora dan Antraknosa pada Cabai
Capsicum annuumL..
Fakultas Pertanian
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta
Natawigena, H. 1983. Pestisida dan Kegunaannya. Armico Bandung. 71 hal. Natawigena, H. 1993. Dasar
– Dasar Perlindungan Tanaman. Trigenda Karya Bandung. 202 hal.
Nurmala, S.W dan Tati. 1998. Serealia, Sumber Karbohidrat Utama. Rineka Cipta.
Owen, E.G. 1956. The Storage of Seeds for Maintenance of Viability. Commonwealth Agr. Bur. Pastures and Field Crops Bul. 43, 81 hlm.
Penebar Swadaya. 1993. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta.
Purwadi, E. 2011. Seleksi Benih Tahan Kering melalui Uji PEG. http:www.masbied.com.Pdf . Diakses pada tanggal 11 Juli 2012.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung. ITB. p 74- 174
Sadjad, S. 1994. Kuantifikasi Metabolisme Benih. Grasindo. Jakarta. Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 141
hal. Schmidt, L.2002. Pedoman Penangan Benih Tanamanan Hutan Tropis dan Sub
Tropis 2000.Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, Departemen Kehutanan.Jakarta.
Soehardjan, M. 1993. Konsepsi dan Strategi Penelitian dan Pengembangan Biopestisida. Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian dalam
Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan
Obat. Bogor.
Sudarmono, S. 1998. Pengendalian Serangga Hama Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta
Suryanto. 1999. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Eceng Gondok Eichornia crassipes terhadap Pengendalian Hama Gudang Sitophilus sp.
Laporan Penelitian Fakultas Pertanian. Instiper Yogyakarta. Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. CV. Rajawali. Jakarta. 245 hal.
Tetelay. 2003. Allelopathic interference of plant-water relationships by
parahydroxybenzoic acid. Botanical Bulletin of Academia Sinica. 44: 53-58.
Untung, K. 2001. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Lampiran I.Layout Penelitian
A ul 1 1
A ul 1 2
A ul 1 3
B ul 2 1
B ul 2 2
B ul 2 3
C ul 3 1
C ul 3 2
C ul 3 3
D ul 2 1
D ul 2 2
D ul 2 3
F ul 3 1
F ul 3 2
F ul 3 3
E ul 3 1
E ul 3 2
E ul 3 3
A ul 3 1
A ul 3 2
A ul 3 3
F ul 2 1
F ul 2 2
F ul 2 3
D ul 1 1
D ul 1 2
D ul 1 3
B ul 3 1
B ul 3 2
B ul 3 3
A ul 2 1
A ul 2 2
A ul 2 3
E ul 1 1
E ul 1 2
E ul 1 3
F ul 1 1
F ul 1 2
F ul 1 3
E ul 2 1
E ul 2 2
E ul 2 3
C ul 1 1
C ul 1 2
C ul 1 3
B ul 1 1
B ul 1 2
B ul 1 3
C ul 2 1
C ul 2 2
C ul 2 3
D ul 3 1
D ul 3 2
D ul 3 3
Keterangan : a.
A ul 1, A ul 2, A ul 3 : perlakuan dengan serbuk rumput teki dosis
0 gram100 biji b.
B ul 1, B ul 2, B ul 3 : perlakuan dengan serbuk rumput teki dosis
4 gram100 biji c.
C ul 1, C ul 2, C ul 3 : perlakuan dengan serbuk rumput teki dosis
8 gram100 biji d.
D ul 1, D ul 2, D ul 3 : perlakuan dengan serbuk rumput teki dosis
12 gram100 biji e.
E ul 1, E ul 2, E ul 3 : perlakuan dengan serbuk rumput teki dosis
16 gram100 biji f.
F ul 1, F ul 2, F ul 3 : perlakuan dengan Phostoxin dosis
0,03 gram1kg biji
Lampiran II. Hasil Sidik Ragam Software Statistical Analysis System SAS
a. Hasil sidik ragam persentase mortalitas
Source DF
Sum of Squares Mean Square
F Value PR F
Model 5
1.651.666.667 330.333.333
74.32 .0001 s
Error 12
53.333.333 4.444.444
Corrected Total 17
1.705.000.000
Keterangan : s significant
b. Hasil sidik ragam persentasi efikasi hama
Source DF
Sum of Squares Mean Square
F Value PR F
Model 5
1.898.607.691 379.721.538
92.29 .0001 s
Error 12
49.372.840 4.114.403
Corrected Total 17
1.947.980.531
Keterangan : s significant
c. Hasil sidik ragam persentase daya kecambah penyimpanan 1 bulan
Source DF
Sum of Squares Mean Square
F Value PR F
Model 5
1.367.111.111 273.422.222
2.80 0.0671 ns
Error 12
1.173.333.333 97.777.778
Corrected Total 17
2.540.444.444
Keterangan : ns non significant
d. Hasil sidik ragam persentase imago muncul
Source DF
Sum of Squares Mean Square
F Value PR F
Model 5
2.402.500.000 480.500.000
14.71 .0001 s
Error 12
392.000.000 32.666.667
Corrected Total 17
2.794.500.000
Keterangan : s significant
e. Hasil sidik ragam indeks vigor penyimpanan 1 bulan
Source DF
Sum of Squares Mean Square
F Value PR F
Model 5
729.554.444 145.910.889
2.25 0.1154 ns
Error 12
776.588.000 64.715.667
Corrected Total 17
1.506.142.444
Keterangan : ns non significant
f. Hasil sidik ragam kecepatan berkecambah penyimpanan 1 bulan
Source DF
Sum of Squares Mean Square
F Value PR F
Model 5
137.7777778 275555556
2.53 0.0871 ns
Error 12
130.6666667 10.8888889
Corrected Total 17
268.4444444
Keterangan : ns non significant
g. Hasil sidik ragam daya kecambah penyimpanan 3 bulan
Source DF
Sum of Squares Mean Square
F Value PR F
Model 5
17740.66667 3548.13333
29.79 .0001 s
Error 12
1429.33333 119.11111
Corrected Total 17
19170.00000
Keterangan : s significant
h. Hasil sidik ragam indeks vigor penyimpanan 3 bulan
Source DF
Sum of Squares Mean Square
F Value PR F
Model 5
2508.674044 501.734809
40.01 .0001 s
Error 12
150.501333 12.541778
Corrected Total 17
2659.175378
Keterangan : s significant
i. Hasil sidik ragam kecepatan berkecambah penyimpanan 3 bulan
Source DF
Sum of Squares Mean Square
F Value PR F
Model 5
16572.66667 3314.53333
60.14 .0001 s
Error 12
661.33333 55.11111
Corrected Total 17
17234.00000
Keterangan : s significant
Lampiran III. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Rumput teki kering Gambar 2. Rumput teki yang dipotong
kecil – kecil
Gambar 3. Penumbukan rumput teki Gambar 4. Proses blender rumput teki
Gambar 5. Rumput teki yang sudah diblender Gambar 6. Perlakuan kontrol A ul 1
Gambar 7. Perlakuan 4 gram100 biji Gambar 8. Perlakuan 8 gram100 biji
B ul 1 C ul 1
Gambar 9. Perlakuan 12 gram100 biji Gambar 10. Perlakuan 16 gram100 biji
D ul 1 E ul 1
Gambar 11. Perlakuan 0,03 gram PS Gambar 12. Pengujian daya kecambah benih
1 kg biji F ul 1 penyimpanan 1 bulan pada seluruh perlakuan
Gambar 13. Perkecambahan benih jagung Gambar 14. Perkecambahan benih jagung
penyimpanan 1 bulan perlakuan kontrol penyimpanan 1 bulan perlakuan
12 gram100 biji jagung
Gambar 15. Perkecambahan benih jagung Gambar 16. Perkecambahan benih jagung
Penyimpanan 3 bulan perlakuan kontrol penyimpanan 3 bulan perlakuan
4 gram100 biji jagung
Gambar 17. Perkecambahan benih jagung Gambar 18. Perkecambahan benih jagung
Penyimpanan 3 bulan perlakuan penyimpanan 3 bulan perlakuan
8 gram100 biji jagung 12 gram100 biji jagung
Gambar 19. Perkecambahan benih jagung Gambar 20. Perkecambahan benih jagung
Penyimpanan 3 bulan perlakuan penyimpanan 3 bulan perlakuan
16 gram100 biji jagung 0,03 gram PS1 kg biji jagung
Lampiran IV. Hasil Uji Kandungan Rumput Teki
PEMANFAATAN SERBUK RUMPUT TEKI Cyperus rotundus L.
UNTUK PENGENDALIAN HAMA GUDANG Tribolium castaneum
PADA BENIH JAGUNG
MAKALAH SEMINAR HASIL
Oleh : Refyka Rahmayanti
20120210082 Program Studi Agroteknologi
Dosen Pembimbing : 1.
Ir. Achmad Supriyadi, MM. 2.
Ir. Sarjiyah, MS.
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
YOGYAKARTA 2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komoditas jagung Zea mays L. hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Data dari Departemen Pertanian menunjukkan angka produksi nasional tahun 2010
tercatat 9.676.899 ton sedangkan impor jagung nasional sebesar 541.056.11 ton. Data tersebut menunjukkan kondisi kebutuhan jagung nasional yang diperkirakan kurang dari 10 juta
tontahun Anonim, 2014.
Jagung merupakan produk pertanian yang bersifat musiman, sehingga perlu penyimpanan agar musim tanam berikutnya dapat tersedia bahan tanam atau benih.
Penyimpanan benih jagung di gudang mempunyai kelebihan massa benih jagung dapat bertahan lebih lama, namun kendala yang sering dihadapi yaitu banyaknya hama gudang.
Tribolium castaneum, sitophilus spp dan Bruchus spp merupakan hama utama pada gudang.
Pengendalian hama gudang selama ini masih mengandalkan pada penggunaan pestisida sintetis. Penggunaan pestisida sintetis menguntungkan dan efisien dalam jangka
pendek, tetapi akan menimbulkan berbagai dampak negatif dalam penggunaan jangka panjang seperti resistansi hama, residu pada bahan, letusan hama kedua, biaya yang mahal dan
pencemaran lingkungan Untung, 2001.
Salah satu alternatif untuk pengendalian hama gudang adalah menggunakan bahan –
bahan alami yang tidak berbahaya, misalkan biopestisida dari bahan tumbuhan. Rumput teki Cyperus rotundus l. merupakan gulma yang mempunyai kandungan senyawa Flavonoid,
Alkaloid, Seskuiterpenoid, Tanin, Saponin pada bagian umbi dan daun Robbinson, 1995.
Bahan nabati pada rumput teki dapat digunakan sebagai senyawa penolak serangga, antifungus, anti mikroba, toksin dan menjadi pertahanan bagi tumbuhan terhadap hewan
pemangsa tumbuhan Robbinson, 1995.
Beberapa penelitian telah mencoba menggunakan ekstrak nabati dari tanaman untuk mengendalikan hama gudang. Menurut Kristiyani 2008 pemberian bubuk daun bayam duri
sampai dosis 8 gram10 hama belum efektif mengendalikan hama Sitophilus zeamays Motsch dengan tingkat efikasi sebesar 30,67. Dengan hasil penelitian tersebut perlu adanya kajian
lanjutan dalam pengendalian hama gudang.
Rumput teki mempunyai beberapa kandungan senyawa yang sama dengan daun
bayam duri. Bayam duri memiliki kandungan senyawa amarantin, rutin, spinasterol, hentriakontan, saponin, tanin, kalium, nitrat, garam fosfat, zat besi serta vitamin
A,C,K dan piridoksin = B6
Mubarok, 2005 pada bagian daun sehingga dapat diambil
ekstraknya sebagai bahan insektisida nabati. Berdasarkan hal tersebut penggunaan serbuk rumput teki dapat dimanfaatkan sebagai pengendalian hama gudang.
Tribolium castaneum merupakan salah satu hama gudang utama pada benih jagung selain Sitophilus. Keberadaan Tribolium castaneum sangat merusak benih jagung dalam
penyimpanan, pengendalian nabati selama ini belum dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian serbuk rumput teki untuk pengendalian Tribolium castaneum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh pemberian serbuk rumput teki terhadap Hama Tribolium
castaneum? 2.
Bagaimana pengaruh pemberian serbuk rumput teki sebagai biopestisida terhadap viabilitas benih?
C. Tujuan Penelitian
Mendapatkan dosis serbuk rumput teki yang tepat bagi pengendalian Tribolium castaneum dan pengaruhnya terhadap viabilitas benih jagung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Benih Jagung
Jagung termasuk kelas Monocotyledoneae, ordo Maydae, famili Graminae, genus Zea, spesies Zea Mays dan golongan tanaman menyerbuk silang Nurmala, 1998. Secara umum
keadaan suhu yang baik untuk pertumbuhan benih tanaman jagung adalah 21 – 30
C. Benih tanaman jagung dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah, asalkan drainasenya baik serta
persediaan humus dan pupuk tercukupi. Kemasaman yang baik untuk pertumbuhan benih jagung adalah 5,5-7,0 Anonim,1993. Jagung selain untuk dikonsumsi langsung dapat juga
disimpan dalam bentuk benih. Benih jagung dapat dibuat dengan cara merontokkan biji jagung yang ada pada bagian tongkol jagung. Pengadaan atau penyediaan benih jagung
bertujuan untuk memudahkan tanaman jagung dapat dikembangkan lebih banyak lagi.
Data dari Departemen Pertanian menunjukkan angka produksi nasional tahun 2010 tercatat 9.676.899 ton sedangkan impor jagung nasional sebesar 541.056.11 ton. Data tersebut
menunjukkan kondisi kebutuhan jagung nasional yang diperkirakan kurang dari 10 juta tontahun Anonim, 2014. Salah satu penyebab rendahnya hasil dan produksi jagung nasional
adalah penggunaan bahan tanam benih yang bermutu rendah. Rendahnya mutu benih disebabkan mulai dari proses penyimpanan benih yang tidak tepat.
Penyimpanan benih jagung hanya dapat dilakukan dalam jangka pendek antara 1-9 bulan selain itu adanya gangguan hama pada saat proses penyimpanan. Untuk itu dalam
menjaga ketersediaan benih jagung yang bermutu tinggi harus diterapkan metode penyimpanan yang tepat agar tetap tersedia pada musim tanam berikutnya.
B. Hama Tribolium castaneum
Hama kumbang tepung Tribolium castaneum termasuk kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Tenebrionidae, genus Tribolium, spesies Tribolium cataneum. Serangga
ini biasa ditemukan di dalam gudang tempat penyimpanan benih atau tempat penyimpanan tepung. Tribolium castaneum bersifat polifag karena menyerang simpanan beras, jagung,
kacang tanah, gaplek, kopra dan bijian lainnya.
Kumbang tepung mempunyai ciri – ciri berbentuk agak pipih, berwarna coklat
kemerah – merahan, memiliki ukuran panjang sekitar 3-4 mm dan mempunyai 1 pasang
sayap. Tiap induk atau kumbang betina Tribolium castaneum dapat memproduksi telur sampai 450 butir, untuk siklus hidupnya antara 35 sampai 42 hari Sudarmono, 1998. Cara
perkembangbiakan dengan cara telur diletakkan dalam tepung atau dalam biji atau bahan lain yang sejenis Kartasapoetra, 1987.
Menurut Kalshoven 1981 hama ini selalu merusak tepung dan merusak biji sehingga menyebabkan penurunan daya kecambah benih. Di Indonesia ada dua jenis Tribolium yang
menyerang tepung dan biji – bijian dalam simpanan, yaitu Tribolium confusum dan Tribolium
castaneum.
C. Rumput Teki
Rumput teki keluarga Cyperaceae, juga dikenal sebagai purple nutsdge atau nutgrass, merupakan gulma tahunan yang ramping, bersisik merayap rimpang, bulat di dasar
dan timbul tunggal dari umbi-umbian sekitar 1-3 cm. Studi fitokimia sebelumnya pada C. rotundus mengungkapkan adanya beberapa bahan kimia yang terkandung yaitu alkaloid,
flavonoid, tanin, pati, glikosida dan furochromones, dan seskuiterpenoid dan saponin Syamsuhidayat dan Hutapea dalam Hartati, 2008:5; Lawal dan Oladipupo, 2009.
a. Flavonoid
Flavonoid merupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa fenolik yang merupakan pigmen tumbuhan. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi
struktur sel, memiliki hubungan sinergis dengan vitamin C meningkatkan efektivitas