Pengendalian Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa Serbuk Biji sebagai Insektisida Botani
PENGENDALIAN Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae)
DAN Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) DENGAN
BEBERAPA SERBUK BIJI SEBAGAI INSEKTISIDA BOTANI
SKRIPSI
OLEH
LUMONGGA N. HUTABARAT 050302023
HPT
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
(2)
PENGENDALIAN Sitophilus oryzae (Coleoptera:Curculionidae)
DAN Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) DENGAN
BEBERAPA SERBUK BIJI SEBAGAI INSEKTISIDA BOTANI
SKRIPSI
OLEH
LUMONGGA N. HUTABARAT 050302023
HPT
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Meraih Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Prof.Dr. Dra. M. Cyccu Tobing, MS
Ketua Anggota
Amelia Zuliyanti Siregar, S.Si M.Sc
DEPARTEMEN ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
(3)
ABSTRACT
Lumongga N. Hutabarat, “ The Controlling of Sitophilus oryzae
(Coleoptera: Curculionidae) and Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) with Several Seed Powder as Botanical Insecticides.” The research was conducted at Laboratory of Rice Quality Care Perum Bulog Kantor Divre Sumatera Utara, Medan from January to February 2010. The objective of this research was to determine the effectiveness of the extract and doses of Azadirachta indica, Annona muricata, and Annona squamosa to controlling S. oryzae and T. castaneum on rice. This research used Randomized Complete Design factorial with two treatments and three replications. The result showed that the highest mortality percentage was 100% on C6L2 (Annona muricata powder 10 g / 250 g rice on T. castaneum) and the lowest was 78,33% on C1L1 (Azadirachta indica powder 1 g / 250 g rice on S. oryzae). The changes of rice biomassa was 6,09% on C0 (control). The correlations of mortality percentage of S. oryzae and T. castaneum between treatments and values was highly significant (P= 0,357**) although to replication was not significant.
(4)
ABSTRAK
Lumongga N. Hutabarat, ”Pengendalian Sitophilus oryzae (Coleoptera:
Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa Serbuk Biji sebagai Insektisida Botani.” Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perawatan Kualitas Beras Perum Bulog Kantor Divre Sumatera Utara, Medan pada bulan Januari sampai Februari 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas ekstrak dan dosis dari biji nimba, biji sirsak dan biji srikaya dalam mengendalikan hama S. oryzae dan T. castaneum pada beras. Penelitian ini menggunakan metode RAL faktorial dengan dua perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas yang tertinggi 100% pada C6L2 (serbuk biji sirsak 10g / 250g beras pada hama T. castaneum) dan terendah 78,33 % pada C1L1 (Serbuk biji nimba 1g / 250g beras pada hama S. oryzae). Susut bobot beras tertinggi sebesar 6.09% pada
perlakuan C0 (kontrol). Korelasi persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum antara perlakuan dan nilai berpengaruh sangat nyata (P= 0,357**)
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Judu l dari skripsi ini adalah, ”Pengendalian Sitophilus oryzae
(Coleoptera:Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa Serbuk Biji sebagai Insektisida Botani”,
yang bertujuan sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi
Pembimbing Prof. Dr. Dra M. Cyccu Tobing, MS selaku Ketua dan Amelia Zuliyanti Siregar S.Si M.Sc selaku Anggota yang telah memberi saran dan
kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mempunyai banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Juni 2010
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN... viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian... 3
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sitophilus oryzae . ... 4
Gejala Serangan S. oryzae ... 6
Biologi Tribolium castaneum ... 7
Gejala Serangan T. castaneum ... 8
Beberapa Insektisida Botani ... 9
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ... 12
Bahan dan Alat... 12
Metode Penelitian ... 12
Pelaksanaan Penelitian ... 14
Penyediaan Tempat Serangga Uji ... 14
Penyediaan Beras ... 14
Penyedian Serangga Uji berseri ... 14
Penyediaan Ekstrak Serbuk Biji ... 15
Ekstrak biji nimba (Azadirachta indica) ... 15
Ekstrak biji sirsak (Annona mucirata) ... 15
Ekstrak biji srikaya (Annona squamosa) ... 15
Aplikasi Serbuk biji ... 15
(7)
Jumlah imago yang mati ... 16
Pengamatan susut bobot bahan ... 16
Kadar air (%) ... 16
Beras utuh (%) ... 16
Beras patah (%) ... 17
Beras menir (%) ... 17
Aroma beras ... 17
Warna beras ... 17
Korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T.castaneum... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN Mortalitas Imago S. oryzae dan T. castaneum ... 18
Pengaruh efektifitas pestisida nabati terhadap mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum ... 18
Pengaruh interaksi antara pestisida nabati dengan jenis hama terhadap persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum ... 19
Pengaruh Penggunaan Beberapa Serbuk Biji Sebagai Insektisida Botani Terhadap Kerusakan Beras ... 20
Pengaruh S. oryzae dan T. castaneum Terhadap Kerusakan Beras ... 23
Korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T. castaneum ………… 25
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 26
Saran ... 27
(8)
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hlm
1. Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae……….. 4
2. Larva S. oryzae.……….. 4
3. Imago S. oryzae.………. 5
4. Gejala kerusakan S. oryzae ……….... 6
5. Telur T. castaneum.……… 7
6. larva, pupa dan imago T. castaneum……….. 7
7. Gejala kerusakan diakibatkan T.castaneum... 8
8. Biji Nimba (Azadirachta indica).………... 9
9. Biji sirsak (Annona muricata)……… 10
(9)
DAFTAR TABEL
No. Judul Hlm
1. Rataan Pengaruh konsentrasi serbuk biji terhadap mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum ………... 18 2. Rataan interaksi antara pestisida nabati dengan jenis hama
terhadap presentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum……….. 19 3. Uji beda rataan pengaruh insektisida botani terhadap kerusakan
beras 24 hari setelah infestasi ………... 20 4. Uji beda rataan pengaruh serangan S. oryzae dan T. castaneum
terhadap kerusakan beras 24 hari setelah infestasi.………... 23 5. Korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T.castaneum…... 25
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hlm
1. Gambar Hasil Pengamatan………. 31
2. Serbuk biji yang dipakai sebagai insektisida nabati 33 3. Foto tempat penelitian berlangsung……… 34
4. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 3 hari setelah aplikasi (hsa)……… 35
5. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 6 hari setelah aplikasi (hsa)……… 38
6. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 9 hari setelah aplikasi (hsa)……… 41
7. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 12 hari setelah aplikasi (hsa)……….. 44
8. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 15 hari setelah aplikasi (hsa)……….. 47
9. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 18 hari setelah aplikasi (hsa)……….. 50
10. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 21 hari setelah aplikasi (hsa)……….. 53
11. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 24 hari setelah aplikasi (hsa)………... 56
12. Data Susut Bobot Beras 24 hari Setelah Infestasi (%)……… 59
13. Data Kadar Air Beras 24 hari Setelah Infestasi (%)………... 61
14. Data Beras Utuh 24 hari Setelah Infestasi (%)………... 63
(11)
16 Data Beras Menir 24 hari Setelah Infestasi (%)……….. 67 17 Data Aroma Beras dan Warna Beras hasli pengamatan 24 hsa... 69 18 Data Korelasi mortalitas antara S. Oryzae dan T. Castaneum (%)... 70
(12)
ABSTRACT
Lumongga N. Hutabarat, “ The Controlling of Sitophilus oryzae
(Coleoptera: Curculionidae) and Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) with Several Seed Powder as Botanical Insecticides.” The research was conducted at Laboratory of Rice Quality Care Perum Bulog Kantor Divre Sumatera Utara, Medan from January to February 2010. The objective of this research was to determine the effectiveness of the extract and doses of Azadirachta indica, Annona muricata, and Annona squamosa to controlling S. oryzae and T. castaneum on rice. This research used Randomized Complete Design factorial with two treatments and three replications. The result showed that the highest mortality percentage was 100% on C6L2 (Annona muricata powder 10 g / 250 g rice on T. castaneum) and the lowest was 78,33% on C1L1 (Azadirachta indica powder 1 g / 250 g rice on S. oryzae). The changes of rice biomassa was 6,09% on C0 (control). The correlations of mortality percentage of S. oryzae and T. castaneum between treatments and values was highly significant (P= 0,357**) although to replication was not significant.
(13)
ABSTRAK
Lumongga N. Hutabarat, ”Pengendalian Sitophilus oryzae (Coleoptera:
Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa Serbuk Biji sebagai Insektisida Botani.” Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perawatan Kualitas Beras Perum Bulog Kantor Divre Sumatera Utara, Medan pada bulan Januari sampai Februari 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas ekstrak dan dosis dari biji nimba, biji sirsak dan biji srikaya dalam mengendalikan hama S. oryzae dan T. castaneum pada beras. Penelitian ini menggunakan metode RAL faktorial dengan dua perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas yang tertinggi 100% pada C6L2 (serbuk biji sirsak 10g / 250g beras pada hama T. castaneum) dan terendah 78,33 % pada C1L1 (Serbuk biji nimba 1g / 250g beras pada hama S. oryzae). Susut bobot beras tertinggi sebesar 6.09% pada
perlakuan C0 (kontrol). Korelasi persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum antara perlakuan dan nilai berpengaruh sangat nyata (P= 0,357**)
(14)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Pemerintah melalui Bulog selalu berusaha untuk menyediakan stok beras dalam negeri (Hany, 2002). Gudang sebagai sarana yang digunakan untuk penyimpanan bahan baku dan produk jadi merupakan media yang sangat baik untuk perkembangan hama jika tidak ada program manajemen untuk pengendalian faktor-faktor yang berpotensi menurunkan kualitas produk yang disimpan (Bonanto, 2008).
Selain faktor waktu, ternyata banyak faktor lain yang menyebabkan kerusakan beras. Diantaranya adalah faktor kelembaban pada tempat-tempat atau gudang penyimpanan serta kelembapan bulir padi yang masih tinggi (Toekidjo, 1996). Selama dalam penyimpanan, beras mengalami penyusutan baik kualitas maupun kuantitas yang disebabkan faktor biologi dan fisik. Faktor biologi adalah gangguan hama beras di tempat penyimpanan sedangkan faktor fisik antara lain adalah derajat sosoh (Sunjaya dkk, 1970 dalam Kusmayadi, 1997). Umumnya hama pascapanen yang ada pada bahan simpan adalah dari golongan Coleoptera, yaitu Tribolium castaneum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp, dan lain-lain (Anggara, 2007).
Pengendalian hama S. oryzae dan T. castaneum sampai sekarang ini masih menggunakan pestisida dan fumigasi. Fumigant yang digunakan dalam fumigasi di gudang-gudang Bulog saat ini terdiri dari: Phosphine dan Metyl bromide (Bulog, 1996a).
(15)
Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama saat ini banyak menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas terlihat, selain itu penggunaan pestisida kimia di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72 % agen pengendali hayati. Karena pestisida adalah racun yang dapat mempengaruhi kehidupan organisme bukan sasaran (non target organisms) penggunaannya harus didasarkan atas pertimbangan ekologis yang sangat bijaksana (Dewi, 2007). Oleh karena itu diperlukan pengganti pestisida yang ramah lingkungan. Salah satu alternatif pilihannya adalah penggunaan pestisida nabati. Pestisida nabati adalah salah satu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan (Kartasapoetra, 1991).
Tumbuhan sendiri sebenarnya kaya akan bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Bahan pestisida yang berasal dari tumbuhan dijamin aman bagi lingkungan karena cepat terurai di tanah dan tidak berbahaya terhadap hewan, manusia atau serangga non sasaran (Istianto, 2009). Beberapa tanaman dapat digunakan sebagai insektisida yaitu, nimba, tembakau, sirsak, srikaya, mahoni, mindi, tuba, dan bengkuang (Nurnasari, 2009).
Tanaman nimba telah lama dikenal dan mulai banyak digunakan sebagai pestisida nabati menggantikan pestisida kimia. Ekstrak biji dan daun mimba terdapat 3 golongan penting yaitu : azadirachtin, salanin, dan meliantriol. Sifat penting azadirachtin adalah menekan nafsu makan (antifeedant) untuk serangga hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji nimba mampu
membunuh S. oryzae melalui kontak dan sistem pencernaan (Anugraheni dan Brotodjojo, 2002).
(16)
Beberapa spesies tanaman family Annonaceae ternyata cukup berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida botani. Senyawa aktif dalam biji srikaya adalah golongan asetogenin (Dewi, 2007). Ekstrak biji srikaya terbukti efektif menekan populasi S. oryzae. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak biji srikaya bersifat toksik dan menyebabkan kematian 50% serangga uji S. oryzae (Putra dkk, 2007)
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk meneliti serbuk biji nimba, serbuk biji srikaya dan serbuk sirsak sebagai insektisida nabati untuk mengendalikan hama gudang S. oryzae dan T. castaneum pada beras.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektifitas ekstrak dan dosis dari biji nimba, biji sirsak dan biji srikaya dalam mengendalikan hama S. oryzae dan T. castaneum pada beras.
Hipotesis Penelitian
Penggunaan ekstrak dan dosis yang berbeda akan menghasilkan efektifitas yang berbeda pula terhadap serangga hama S. oryzae dan T. castaneum pada beras.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Sumatera Utara Medan.
(17)
TINJAUAN PUSTAKA
1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)
Gambar 1: Telur, larva, pupa dan imago S. oryzae Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk
S. oryzae ditemukan diberbagai negara di seluruh dunia terutama beriklim panas. Betina sebelum meletakkan telur terlebih dahulu membuat lubang dalam butiran beras maupun biji-bijian kemudian lubang ditutup dengan cairan pekat (gelatinoum). Stadium telur berlangsung sekitar 7 hari, telur berwarna putih dan panjangnya kira-kira 0,5 mm (Luh, 1980).
Gambar 2: Larva S. oryzae Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk
Larva hidup dalam biji beras dengan memakan isi biji. Fase larva merupakan fase yang merusak biji. Larva mengalami 3-4 instar selama 18 hari, berwarna putih dan panjang tubuh berkisar 4-5 mm. Larva instar akhir biasanya
(18)
akan membentuk kokon dan tetap berada dalam bahan makanan atau butiran beras (Anggara, 2007).
Pupa dapat berubah warna tergantung pada umur pupa, dari coklat kemerah-merahan menjadi kehitaman dan bagian kepala berwarna hitam. Panjang pupa biasanya 2,5 mm dan masa pupa berlangsung 6 hari (Kalshoven, 1981).
Setelah menjadi pupa kemudian kumbang muda keluar dari beras. Kumbang dewasa makan beras sebelah luar sehingga tampak berlubang-lubang. Imago dapat bertelur 300-400 butir telur selama hidupnya 4-5 bulan. Ukuran tubuh 3,3 mm, berwarna gelap kecoklatan dengan moncong panjang dari bagian kepala. Untuk mengadakan perkawinan imago betina bergerak di sekitar bahan makanan dengan membebaskan seks feromon untuk menarik perhatian imago jantan. Imago jantan memiliki moncong yang pendek, dengan gerakan lebih lambat daripada betina (Bennet, 2003).
Gambar 3: Imago S. oryzae Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk
Dewasa mengebor ke dalam biji berkulit beras dengan moncongnya yang panjang untuk meletakkan telur-telur ke dalam biji tersebut. Waktu yang
diperlukan dari telur sampai dewasa pada kondisi yang optimum adalah 30-40 hari (Borror dkk,1996; Bulog, 1996a).
(19)
2. Gejala Serangan Sitophilus oryzae L.
S. oryzae merupakan hama primer yaitu dapat menyerang suatu bahan tanpa ada pertolongan hama lain. Gejala serangan pada butir-butir komoditas menjadi berlubang-lubang (Bulog, 1996a).
Serangan S. oryzae pada beras utuh akan rusak dan hancur menjadi menir dan menir ini disukai oleh serangga T. castaneum (Charles, 2009).
Gambar 4: Gejala kerusakan Sitophilus oryzae L. Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk
Kerusakan yang diakibatkan oleh hama S. oryzae dapat tinggi pada keadaan tertentu sehingga kualitas beras menurun. Biji-bijian hancur dan berdebu, dalam waktu yang cukup singkat serangan hama dapat mengakibatkan perkembangan jamur, sehingga produk beras rusak total, bau apek yang tidak enak dan tidak dapat dikonsumsi (Kalshoven, 1981).
(20)
3. Biologi Tribolium castaneum H. (Coleoptera: Tenebrionidae).
Telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan kecil (remah). Telur berwarna putih dan dapat dilihat secara mikorkopis dengan ukuran kurang lebih 1,5 mm. Stadia telur 5-12 hari (Bennet, 2003).
Gambar 5: Telur T. castaneum Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk
Larva mempunyai 6 tungkai, berwarna krem kekuning-kuningan sampai kecoklat-coklatan. Periode larva 22-30 hari (Bennet, 2003). Larva mengalami 4-6 kali pertukaran kulit, instar akhir berwarna kuning dengan panjang tubuh dapat mencapai 3-6 mm (Jungwi, 2009).
Pupa hampir sama dengan larva instar akhir, pertama-tama berwarna putih, lama kelamaan berubah menjadi kuning kecoklatan kemudian berubah menjadi merah kecoklat-coklatan dengan ukuran panjangnya ± 3,5 mm. Periode pupa kurang lebih 8 hari (Luh, 1980).
Gambar 6: larva, pupa dan imago T. castaneum Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk
(21)
Imago berada di dalam bahan makanan, dapat bertelur 300-400 butir telur selama periode 4-6 bulan. Imago berwarna merah kecoklatan dengan ukuran panjang 4 mm. Siklus hidup keseluruhan 7-12 minggu dan umur kumbang dewasa dapat mencapai 3 tahun atau lebih (Bennet, 2003).
4. Gejala Serangan Hama T. castaneum
T. castaneum merupakan serangga yang menyerang bahan makanan yang berupa tepung, spesies ini akan mengakibatkan kerusakan dan kontaminasi pada beras (Jungwi, 2009).
Gambar 7: Gejala kerusakan diakibatkan T.castaneum Sumber: http://www.the-piedpiper.co.uk
Imago dan larva T. castaneum memakan biji-bijian yang telah rusak. Di dalam beras yang disimpan sering sekali ditemukan kotoran, cairan dan pertukaran kulit dari imago T. castaneum sehingga terjadi kontaminasi yang mengakibatkan bau dan rasa beras yang sangat menyengat (Bennet, 2003).
(22)
5. Insektisida Botani
Pada dasarnya tujuan utama dari kegiatan perawatan kualitas adalah upaya untuk mempertahankan nilai dari komoditas yang disimpan dan menjaga tercapainya efisiensi serta efektifitas kegiatan penyimpanan (Amrullah, 2003)
Proses kerusakan beras, dapat diakibatkan oleh kerusakan mekanis, fisis, biologis atau mikrobiologis dan kimiawi. Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerusakan dan kesusutan beras dalam penyimpanan adalah faktor yang berasal dari beras itu sendiri yaitu kadar air, butir rusak, butir kapur, butir pecah, derajat sosoh dan proses metabolisme antara lain respirasi dan sebagainya (Bulog, 1996c).
Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama tanaman saat ini banyak menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas terlihat (Dewi, 2007), selain itu penggunaan pestisida secara terus menerus juga dapat menyebabkan resistensi hama dan bahkan meninggalkan residu pestisida pada produk hasil pertanian yang bisa berbahaya apabila dikonsumsi manusia. Oleh karena itu diperlukan upaya pengendalian hama secara ramah lingkungan, seperti pestisida nabati atau biopestisida (Maryam dan Mulyana, 2009).
Gambar 8 . Biji Nimba (Azadirachta indica L.) Sumber: Foto Langsung (2010)
(23)
Ekstrak biji dan daun nimba (Azadirachta indica L) terdapat 3 golongan penting yaitu : azadirachtin, salanin, dan meliantriol (Osorio, 2002). Ketiga senyawa tersebut digolongkan ke dalam kelompok tripenoid yang merupakan bahan pestisida alami, tetapi yang paling efektif adalah azadirachtin. Mimba tidak membunuh hama secara cepat tetapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual (Rukmana dan Yuniarsih, 2003).
Gambar 9. Biji sirsak (Annona muricata L.) Sumber: Foto Langsung (2010)
Hasil penelitian terdahulu telah ditemukan adanya senyawa yang berkhasiat sebagai insektisida dalam biji tumbuhan familia Annonaceae. Senyawa yang berkhasiat paling kuat ditemukan dalam biji Annona muricata. Juga telah dibuktikan bahwa yang berkhasiat sebagai insektisida adalah suatu gliserida yang sifatnya mirip resin. Bagian tanaman sirsak (Annona muricata) yang dimanfaatkan untuk insektisida nabati adalah biji dan daun. Dalam biji dan daun sirsak terdapat senyawa acetogenin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin menyebabkan serangga tidak mau makan. Pada konsentrasi rendah bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Senyawa acetogenin bersifat sitotoksik sehingga menyebabkan kematian sel (Retnowati,1999).
(24)
Gambar 10. Biji Srikaya (Annona squamosa L.) Sumber: Foto Langsung (2010)
Srikaya (Annona squamosa L.) merupakan tanaman yang dipakai sebagai insektisida nabati karena mengandung senyawa annonain yang bersifat menekan nafsu makan (antifeedant) racun kontak dan racun perut (Utami, 1998). Bagian tanaman yang dimanfaatkan untuk insektisida nabati adalah daun, buah mentah, biji dan akar. Untuk hama gudang serbuk biji dapat menghambat proses peletakan telur (Istianto, 2009).
(25)
BAHAN DAN METODA
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Perawatan Kualitas Beras Perum Bulog kantor Divre Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ± 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Januari sampai Februari 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras , imago S. oryzae dan T. castaneum, biji nimba, biji sirsak, biji srikaya, dan air.
Alat yang digunakan adalah stoples, kain kasa, karet gelang, mortal, kertas label, kalkulator, Electronic moisture tester, Intended plate, saringan, timbangan elektrik, ayakan menir dan alat tulis.
Metoda Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial, dengan 2 perlakuan dan 3 ulangan yaitu:
Perlakuan 1: konsentrasi beberapa serbuk biji masing-masing dalam 250 g beras C0 = Kontrol
C1 = Serbuk biji nimba 1 g C2 = Serbuk biji nimba 5 g C3 = Serbuk biji nimba 10 g C4 = Serbuk biji sirsak 1 g C5 = Serbuk biji sirsak 5 g C6 = Serbuk biji sirsak 10 g
(26)
C7 = Serbuk biji srikaya 1 g C8 = Serbuk biji srikaya 5 g C9 = Serbuk biji srikaya 10 g Perlakuan 2: serangga hama yang diuji L1 = Sitophilus oryzae
L2 = Tribolium castaneum
Model Linier yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Yij = µ + αi + βj + (βү)j+ Σ ijk
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah umum
α = Pengaruh ulangan ke-i dari faktor A
βj = Pengaruh perlakuan ke-j dari faktor B
(βү)j = Pengaruh intensitas taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
Σ ijk = Efek galat percobaan (Sastrosupadi, 2000).
Kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut: C0L1 C0L2
C1L1 C1L2 C2L1 C2L2 C3L1 C3L2 C4L1 C4L2 C5L1 C5L2 C6L1 C6L2 C7L1 C7L2 C8L1 C8L2 C9L1 C9L2
(27)
Pelaksanaan Penelitian
1. Penyediaan Tempat Serangga Uji
Untuk tempat S. oryzae dan T. castaneum yang akan diaplikasikan adalah berupa stoples dengan ukuran tinggi 30 cm dan diameter 20 cm. Mulut stoples ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet gelang. Stoples dan kain kasa yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah sebanyak 60 buah.
2. Penyediaan Beras
Beras varietas IR 64 diperoleh dari 2 lokasi yaitu: Gudang beras Bulog dan
beras yang dijual di pasar tradisional Tanjung Rejo. Untuk perlakuan hama T. castaneum memakai beras yang telah terserang hama S. oryzae dan untuk
perlakuan hama S. oryzae memakai beras yang masih bagus atau belum ada serangan hama lain.
3. Penyedian Serangga Uji berseri
Kumbang S. oryzae dan T. castaneum diperoleh dengan melakukan perbanyakan terlebih dahulu agar diperoleh umur imago yang sama yaitu berumur 3 hari. Kumbang S. oryzae dan T. castaneum yang telah seragam umurnya dimasukkan ke dalam stoples sebanyak 20 ekor pada masing-masing perlakuan, selanjutnya stoples ditutup dengan kain kasa.
(28)
Penyediaan Ekstrak Serbuk Biji
a. Ekstrak biji nimba (Azadirachta indica)
Biji nimba yang digunakan adalah biji yang telah tua dengan ciri-ciri kulit buah berwarna kekuningan. Kulit biji dibuang kemudian dicuci dengan air dan dijemur selama 1 minggu untuk mengurangi kadar air. Biji digiling dengan mortal hingga menjadi serbuk kemudian disaring dengan ayakan tepung.
b. Ekstrak biji sirsak (Annona mucirata)
Biji sirsak yang di gunakan adalah biji yang telah tua dengan ciri-ciri kulit biji berwarna hitam. Biji dicuci dengan air dan dijemur selama 1 minggu untuk mengurangi kadar air. Kulit biji dibuang kemudian digiling dengan mortal hingga menjadi serbuk kemudian disaring dengan ayakan tepung.
c. Ekstrak biji srikaya (Annona squamosa)
Biji srikaya yang di gunakan adalah biji yang telah tua dengan ciri-ciri kulit biji berwarna hitam. Biji dicuci dengan air dan dijemur selama 1 minggu untuk mengurangi kadar air. Biji digiling dengan mortal hingga menjadi serbuk kemudian disaring dengan ayakan tepung.
Aplikasi Serbuk Biji
Aplikasi serbuk biji dilakukan dengan menaburkan serbuk ke dalam stoples secara merata. Terakhir dimasukkan hama masing-masing 20 ekor sesuai perlakuan. Stoples ditutup dengan kain kasa dan diikat dengan karet gelang.
(29)
Peubah Amatan
1. Mortalitas imago
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah imago S. oryzae dan T. castaneum yang mati setelah aplikasi. Pengamatan dilakukan 1 kali dalam 3 hari hingga diperoleh pengamatan sebanyak 8 kali. Pengamatan mortalitas imago dihitung dengan menggunakan rumus
P = a x 100 % a + b
Dimana :
P = Persentase kematian imago a = Jumlah imago yang mati b = Jumlah imago yang hidup
2. Susut bobot bahan (%)
Pengamatan susut bobot bahan dihitung dengan mengurangkan bobot awal beras sebelum dimasukkan ke dalam stoples dengan bobot akhir beras setelah serangan hama S. oryzae dan T. castaneum. Susut bobot bahan dihitung dengan menggunakan timbangan elektrik.
3. Kadar air (%)
Pemeriksaan kadar dilakukan di awal dan akhir setelah percobaan dengan menggunakan electronic moisture tester (Bulog, 1996b).
4. Beras utuh (%)
Pemeriksaan beras utuh dilakukan di akhir percobaan dengan menggunakan intended plate yang merupakan standar bulog (ukuran lubang 4,2 mm yang tidak lolos dari ayakan menir). Beras utuh yang didapat ditimbang dan
(30)
dipresentasikan pada berat awal (250 g) sehingga didapat angka % beras utuh (Bulog, 1996b).
5. Beras patah (%)
Pemeriksaan beras patah dilakukan di akhir percobaan dengan menggunakan intended plate yang merupakan standar bulog (ukuran lubang 4,2 mm yang tidak lolos dari ayakan menir). Beras patah yang didapat ditimbang dan dipresentasikan pada berat awal (250 g) sehingga didapat angka % beras patah (Bulog, 1996b).
6. Beras menir (%)
Pemeriksaan beras menir dilakukan di akhir percobaan dengan menggunakan ayakan menir standar bulog dengan diameter 1,80 mm dan mempunyai bak penampakan dibawahnya (Bulog, 1996a).
7. Aroma beras
Pemeriksaan aroma beras di akhir percobaan dilakukan dengan cara mencium langsung aroma beras apakah bau apek atau tidak.
8. Warna beras
Pemeriksaan warna beras di akhir percobaan dengan menggunakan skala 1-4 yaitu skala 1= beras berwarna putih jernih, skala 2= beras berwarna putih keruh, skala 3= beras berwarna kecoklatan, dan skala 4= beras berwarna kehitaman.
9. Korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T. castaneum
Tes uji korelasi mortalitas imago antara S. oryzae dan T. castaneum dalam SPSS versi 16.00.
(31)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Mortalitas Imago S. oryzae dan T. castaneum
a. Pengaruh efektifitas insektisida botani terhadap mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi serbuk biji berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan pengaruh konsentrasi serbuk biji terhadap mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum
Perlakuan
Persentase mortalitas (%)
3hsa 6hsa 9hsa 12hsa 15hsa 18hsa 21hsa 24hsa C0 0.00d 0.00f 0.00h 0.00h 0.00e 0.00d 0.00c 0.00c C1 0.00d 0.00f 3.33gh 12.50g 33.33d 48.33c 67.50b 86.67b C2 0.00d 13.33e 37.50f 53.33e 69.17c 85.00b 100.00a 100.00a C3 13.33c 31.67c 56.67c 87.50b 97.50a 100.00a 100.00a 100.00a C4 1.67d 16.67de 40.83ef 58.33de 70.83c 85.00b 100.00a 100.00a C5 10.00c 29.17c 47.50d 70.00c 89.17b 98.33a 100.00a 100.00a C6 27.50a 65.00a 85.83a 98.33a 100.00a 100.00a 100.00a 100.00a C7 0.00d 0.00f 5.00g 20.00f 33.33d 49.17c 65.00b 84.17b C8 1.67d 20.00d 44.17de 60.83d 87.50b 99.17a 100.00a 100.00a C9 20.8b 35.83b 65.00b 87.50b 98.33a 100.00a 100.00a 100.00a
Keterangan : Angka – angka yang diikuti pada huruf yang sama pada setiap baris menunjukan kesamaan atau tidak berbeda nyata pada Taraf 5% dengan Uji jarak Duncan.
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa rataan tertinggi yaitu 100% pada 15 hsa perlakuan C6 (serbuk sirsak 10 g/250 g beras). Ini disebabkan karena pada perlakuan C6 menggunakan dosis serbuk sirsak yang paling tinggi sehingga menyebabkan S. oryzae dan T. castaneum mati. Hal ini didukung oleh Retnowati (1999) yang menyatakan bahwa senyawa yang berkhasiat paling kuat ditemukan dalam biji Annona muricata. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin yang terdapat pada sirsak bersifat racun perut dan dapat menyebabkan kematian. Sedangkan rataan terendah 33,33% pada C1 (serbuk nimba 1g/250 g beras) dan C7 (serbuk srikaya 1 g/250 g beras). Hal ini didukung oleh Rukmana dan
(32)
Yuniarsih (2003) yang menyatakan bahawa nimba pada konsentrasi rendah tidak membunuh secara cepat tetapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, reproduksi dan komunikasi seksual.
b. Pengaruh interaksi antara insektisida botani dengan jenis hama terhadap persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum
Dari analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa adanya interaksi antara serbuk biji sebagai insektisida nabati dengan persentase mortalitas imago S. oryzae dan T. castaneum. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan interaksi antara pestisida nabati dengan jenis hama terhadap persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum
Perlakuan Pengamatan
3hsa 6hsa 9hsa 12hsa 15hsa 18hsa 21hsa 24hsa C0L1 0.00D 0.00F 0.00G 0.00F 0.00F 0.00F 0.00E 0.00D C1L1 0.00D 0.00F 0.00G 0.00F 20.00E 36.67E 56.67D 78.33C C2L1 0.00D 13.33E 31.67E 48.33D 66.67C 83.33B 100.00A 100.00A C3L1 15.00B 35.00C 58.33C 78.33C 95.00A 100.00A 100.00A 100.00A C4L1 3.33C 18.33E 33.33E 51.67D 65.00C 80.00C 100.00A 100.00A C5L1 13.33B 26.67D 41.67D 61.67D 78.33B 96.67A 100.00A 100.00A C6L1 26.67A 53.33B 75.00B 96.67A 100.00A 100.00A 100.00A 100.00A C7L1 0.00D 0.00F 6.67F 23.33E 36.67D 51.67E 65.00C 81.67C C8L1 0.00D 16.67E 41.67D 58.33D 90.00B 100.00A 100.00A 100.00A C9L1 18.33B 31.67C 61.67C 80.00C 96.67A 100.00A 100.00A 100.00A C0L2 0.00D 0.00F 0.00G 0.00F 0.00F 0.00F 0.00E 0.00D C1L2 0.00D 0.00F 6.67F 25.00E 46.67D 60.00D 78.33B 95.00B C2L2 0.00D 13.33E 43.33D 58.33D 71.67C 86.67B 100.00A 100.00A C3L2 11.67B 28.33D 55.00C 96.67A 100.00A 100.00A 100.00A 100.00A C4L2 0.00D 15.00E 48.33C 65.00C 76.67C 90.00B 100.00A 100.00A C5L2 6.67C 31.67C 53.33C 78.33C 100.00A 100.00A 100.00A 100.00A C6L2 28.33A 76.67A 96.67A 100.00A 100.00A 100.00A 100.00A 100.00A C7L2 0.00D 0.00F 3.33F 16.67E 30.00E 46.67E 65.00C 85.00C C8L2 3.33C 23.33D 46.67D 63.33D 85.00B 98.33A 100.00A 100.00A C9L2 23.33A 40.00C 68.33B 95.00B 100.00A 100.00A 100.00A 100.00A Keterangan : Angka – angka yang diikuti pada huruf yang sama pada setiap baris menunjukan
kesamaan atau tidak berbeda nyata pada Taraf 5% dengan Uji jarak Duncan.
Tabel 2 menunjukkan bahwa C0L1 dan C0L2 (kontrol) berpengaruh sangat nyata terhadap perlakuan yang lain. Pada pengamatan 12 hsa persentase
(33)
mortalitas tertinggi terdapat pada C6L2 (serbuk biji sirsak 10 g/ 250 g beras pada hama T. castaneum). Hal ini disebabkan perlakuan pada hama T. castaneum menggunakan beras yang telah diserang S. oryzae sehingga serbuk biji sirsak
yang berbentuk tepung akan mudah tercampur dengan beras dan hama T. castaneum menyukai bahan makanan berbentuk tepung. Hal ini sesuai dengan
Jungwi (2009) yang menyatakan T. castaneum merupakan serangga yang menyerang bahan makanan yang berupa tepung atau beras rusak yang telah diserang S. oryzae terlebih dahulu, spesies ini akan mengakibatkan kerusakan dan kontaminasi pada beras.
2. Pengaruh Penggunaan Beberapa Serbuk Biji Sebagai Insektisida Botani Terhadap Kerusakan Beras
Hasil pengamatan dari penggunaan beberapa serbuk biji sebagai insektisida botani terhadap kerusakan beras setelah 24 hari setelah infestasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Uji beda rataan pengaruh insektisida botani terhadap kerusakan beras 24 hari setelah infestasi
Perlakuan Peubah amatan Susut Bobot (%) Kadar Air (%) Beras Utuh (%) Beras Patah (%) Beras Menir (%) Aroma Beras Warna Beras C0 6.09E 15.83E 59.46A 24.40F 10.08C Apek Putih keruh C1 3.91D 15.67DE 65.01AB 22.65E 8.47BC Agak apek Putih jernih C2 2.57C 15.40BC 77.95D 20.07CD 6.07 AB Standar Putih keruh C3 1.93bC 14.93A 73.79CD 18.44BC 6.01 AB Standar Kecoklatan C4 2.38C 15.50CD 70.22BCD 19.65C 6.39 AB Standar Putih jernih C5 1.54B 15.00A 75.41CD 17.69AB 5.35A Standar Putih jernih C6 0.59A 14.87A 75.62CD 16.06 A 6.39 AB Standar Putih jernih C7 3.57D 15.77E 67.61BC 21.46DE 7.35 AB Agak apek Putih jernih C8 1.87BC 15.23B 72.57BCD 19.93CD 5.63A Standar Putih keruh C9 0.79 A 14.93A 77.01D 16.25A 5.95AB Standar Kecoklatan Keterangan : Angka – angka yang diikuti pada huruf yang sama pada setiap baris menunjukan
(34)
Tabel 3 menunjukan bahwa penggunaan beberapa serbuk biji sebagai insektisida botani secara nyata dapat menekan penyusutan bobot beras selama penyimpanan. Penyusutan bobot beras tertinggi terdapat pada perlakuan C0 (kontrol) dimana perlakuan yang diberikan tanpa penggunaan insektisida botani. Beberapa serbuk biji yang digunakan sebagai insektisida botani ternyata dapat menekan serangan dari S. oryzae dan T. castaneum yang dapat berdampak negatif terhadap berkurangnya bobot dari beras. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Sunjaya dkk. (1970) dalam Kusmayadi (1997) yang menyatakan bahwa selama penyimpanan beras mengalami penyusutan baik kualitas maupun kuantitas yang disebabkan gangguan serangga di tempat penyimpanan.
Pada perlakuan kontrol (C0) kadar air lebih tinggi karena serangan hama yang terus menerus tanpa pemakaian serbuk biji sebagai pestisida nabati. Kadar air yang tinggi mengakibatkan beras menjadi bau apek sehingga beras tidak dapat dikonsumsi lagi. Hal ini didukung oleh Toekidjo (1996) yang menyatakan selain faktor waktu, ternyata banyak faktor lain yang menyebabkan kerusakan beras. Diantaranya adalah faktor kelembaban pada tempat-tempat atau gudang penyimpanan serta kelembapan bulir padi yang tinggi.
Perlakuan C2 (serbuk biji nimba 5 g/250 g beras) yaitu 77.95 % dan C9 (serbuk biji srikaya 10 g/250 g beras) yaitu 77.01 % merupakan perlakuan yang menghasilkan persentase beras utuh tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Dengan adanya peningkatan beras utuh yang disebabkan karena penggunaan serbuk biji sebagai insektisida botani tersebut, mengakibatkan persentase beras patah menurun.
(35)
Secara statistik, persentase beras patah terkecil terdapat pada perlakuan C6 (serbuk biji sirsak 10 g/250 g beras) dan C9 (serbuk biji srikaya 10 g/250 g beras) dimana persentase beras patah dari masing – masing perlakuan sebesar 16.06 % dan 16.25 % . Sedangkan persentase beras patah tertinggi terdapat pada perlakuan C0 (kontrol) sebesar 24.40 %. Hal ini menunjukan bahwasanya penggunaan serbuk biji sebagai insektisida botani dapat memperkecil kerusakan yang dapat diakibatkan oleh serangan S. oryzae ataupun T. castaneum. Adanya peningkatan kerusakan beras dapat diakibatkan oleh serangan S. oryzae, sebab serangga ini merupakan hama primer dan dapat langsung menggerek dan menghancurkan beras. Hal ini didukung oleh Bulog (1996a) yang menyatakan S. oryzae merupakan hama primer yaitu dapat menyerang suatu bahan tanpa ada pertolongan hama lain.
Beberapa serbuk biji yang digunakan sebagai insektisida botani secara nyata dapat memperkecil persentase beras menir. Sebagaimana persentase beras menir yang dihasilkan pada perlakuan C0 (perlakuan tanpa penggunaan insektisida botani) yang tertinggi. Hal ini membuktikan bahwa dosis penggunaan insektisida botani yang semakin tinggi akan berdampak positif terhadap persentase beras menir yang semakin kecil.
Aroma beras setelah percobaan adalah pada perlakuan C0 berbau apek, C1 dan C7 berbau agak apek dan perlakuan C2, C3, C4, C5, C6, C8, C9 tidak beraroma. Konsentrasi beberapa biji sebagai insektisida nabati menyebabkan aroma beras tidak apek.
Warna beras setelah percobaan adalah pada skala 1 (beras berwarna putih jernih) adalah perlakuan C1, C4, C5, C6, C7 sedangkan pada skala 2 (beras
(36)
berwarna putih keruh) adalah perlakuan C0, C2, C8 dan pada skala 3 (beras yang berwarna kecoklatan) adalah perlakuan C3, C9. Warna beras dipengaruhi oleh tingkat konsentrasi dari beberapa serbuk biji yang diaplikasikan. Jadi dari penelitian dapat diasumsikan penggunaan biji nimba dan biji srikaya secara tepat dosis tidak mengubah warna beras.
3. Pengaruh S. oryzae dan T. castaneum terhadap Kerusakan Beras
Hasil pengamatan pengaruh S. oryzae dan T. castaneum terhadap kerusakan beras selama 24 hari setelah infestasi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Uji beda rataan pengaruh serangan S. oryzae dan T. castaneum terhadap kerusakan beras 24 hari setelah infestasi
Perlakuan
Peubah amatan
Susut Bobot (%)
Kadar Air (%)
Beras Utuh (%)
Beras Patah (%)
Beras Menir (%)
L1 2.41A 14.45A 76.30A 19.36A 2.99A
L2 2.64A 16.17B 66.63B 19.96A 10.55B
Keterangan : Angka – angka yang diikuti pada huruf yang sama pada setiap baris menunjukan kesamaan atau tidak berbeda nyata pada Taraf 5% dengan Uji jarak Duncan. Tabel 4 menunjukan bahwa S. oryzae (L1) dan T. castaneum (L2) memberikan pengaruh yang sama terhadap penyusutan bobot beras setelah 24 hari infestasi. Tidak adanya perbedaan dari penyusutan bobot beras ini disebabkan
tersedianya sumber pakan kedua serangga baik S. oryzae (L1) maupun T. castaneum (L2) selama 24 hari setelah infestasi.
Serangan S. oryzae (L1) dan T. castaneum (L2) secara statistik menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Serangan oleh S. Oryzae (L1) menghasilkan kadar air beras yang lebih kecil dibandingkan serangan T. castaneum (L2). Kadar air yang tinggi pada beras perlakuan untuk hama T. castaneum karena beras yang dipakai adalah beras bekas serangan S. oryzae. Hama T. castaneum menyerang beras yang telah rusak. Hal ini didukung
(37)
pernyataan Sunjaya, dkk. (1970) dalam Hidayat (1997) yang menyatakan lama penyimpanan memberikan perbedaan yang sangat nyata terhadap kadar air.
Perlakuan L1 berbeda sangat nyata dengan perlakuan L2 pada persentase beras utuh. Persentase beras utuh yang diakibatkan oleh serangan S. oryzae (L1)
yaitu 76.30 % dan persentase beras utuh yang diakibatkan oleh serangan T. castaneum (L2) yaitu 66.63 %.
Dilihat dari persentase beras utuh dimana kedua perlakuan menghasilkan pengaruh yang sangat berbeda nyata satu sama lain. Namun dilihat dari persentase beras patah, kedua perlakuan menunjukan hasil yang sama. Atau dengan kata lain perlakuan S. oryzae (L1) menghasilkan persentase beras patah yang sama dengan perlakuan T. castaneum (L2). Dimana masing – masing perlakuan menghasilkan 19.36 % dan 19.96 %. Serangan oleh S. Oryzae (L1) menghasilkan persentase beras menir sebesar 2.99 %, sedangkan T. castaneum (L2) sebesar 10.55 %.
Berdasarkan kerusakan susut bobot beras, beras utuh, beras patah dan beras menir dapat dilihat bahwa kerusakan beras akibat serangan T. castaneum lebih besar daripada kerusakan beras oleh serangan S. oryzae. Hal ini disebabkan beras yang dipakai untuk T. castaneum adalah beras yang telah diserang S. oryzae terlebih dulu karena T. castaneum lebih suka memakan beras yang telah rusak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bennet (2003) bahwa imago dan larva T. castaneum memakan biji-bijian yang telah rusak. Di dalam beras yang disimpan sering sekali ditemukan kotoran, cairan dan pertukaran kulit dari imago T. castaneum sehingga terjadi kontaminasi yang mengakibatkan bau yang menyengat dan rasa beras apek.
(38)
4. Korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T.castaneum
Dari tes uji korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T. castaneum yang menggunakan SPSS versi 16.00 diperoleh Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Korelasi % mortalitas imago antara S. oryzae dan T.castaneum
Correlation Nilai Perlakuan Ulangan
Nilai Pearson Correlation 1 .357** -.005
Sig. (2-tailed) .005 .972
N 60 60 60
Perlakuan Pearson Correlation .357** 1 .000
Sig. (2-tailed) .005 1.000
N 60 60 60
Ulangan Pearson Correlation -.005 .000 1
Sig. (2-tailed) .972 1.000
N 60 60 60
Pada Tabel 5 diperoleh bahwa perlakuan (C0, C1, C2, C3, C4, C5, C6, C7, C8, C9) berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas S. oryzae dan T. castaneum dengan nilai P= 0,357** (Correlation: SPSS versi 16.00).
Hasil pengujian mortalitas menunjukkan bahwa antara ulangan dengan perlakuan dan nilai tidak berhubungan sama sekali karena pada percobaan S. oryzae dan T. castaneum tidak digabungkan dalam wadah yang sama sehingga antara ulangan S. oryzae dan T. castaneum tidak mempengaruhi satu sama lain.
(39)
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Ekstrak dan dosis yang berbeda menghasilkan efektifitas yang berbeda terhadap persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum, kerusakan beras (susut bobot, kadar air, beras utuh, beras patah, dan beras menir), aroma dan warna beras.
2. Persentase mortalitas tertinggi (100%) pada C6L2 (serbuk biji sirsak 10g / 250g beras pada hama T. castaneum) dan terendah (78,33 %) pada C1L1 (serbuk biji nimba 1g / 250g beras pada hama S. oryzae).
3. Penggunaan insektisida botani dapat menekan penyusutan susut bobot beras sebesar 0,59 % pada perlakuan C6 (serbuk biji sirsak 10 g/ 250 g beras) dan tertinggi 6.09 % pada perlakuan C0 (kontrol).
4. Kadar air beras tertinggi (15,83 %) terdapat pada perlakuan C0 (kontrol) sehingga menyebabkan bau beras apek.
5. Warna beras ada 3 skala yaitu pada skala 1 (putih jernih) terdapat pada perlakuan C1, C4, C5, C6, C7, skala 2 (putih keruh) perlakuan C0, C2, C8 dan skala 3 (kecoklatan) perlakuan C3 dan C9.
6. Korelasi persentase mortalitas S. oryzae dan T. castaneum antara perlakuan dan nilai berpengaruh sangat nyata (P= 0,357**) sedangkan untuk ulangan tidak berpengaruh sama sekali.
(40)
2. Saran
Pengendalian S. Oryzae dan T. Castaneum dapat menggunakan serbuk biji sirsak (1 g, 5 g, dan 10 g masing-masing dalam 250 g beras) sebagai insektisida nabati karena relatif aman bagi manusia dan tidak mengurangi kualitas beras baik dari segi warna maupun aroma beras.
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, S. 2003. Kebijakan Ekonomi Beras Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Badan Urusan Logistik, Jakarta. h. 1-2.
Anugeraheni, D. P dan R. Brotodjojo, 2002. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Biji
Nimba (Annona squamosa L.) terhadap Mortalitas Hama Bubuk Beras (Sitophilus oryzae L.). Jurnal Agrivet Vol. 4 No. 2. Fakultas Pertanian
UPN, Yogyakarta h 75-76.
Anggara, A.W. 2007. Hama Gudang Penyimpanan Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. PUSLITBANGTAN, Jawa Barat. h. 14-20.
Bennett, Stuart M. 2003. Life Cycle Sitophilus spp. and Life Cycle Tribolium spp. U.S. Department of Agriculture, Cooperative Extension Service, University of Florida, IFAS, Florida.
Borror, D.J., Triplehorn, C.A and N.F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran serangga. Edisi VI. UGM Press, Yogyakarta. h. 586 .
Bonanto, S. 2008. Manajemen Hama Gudang. Buletin K4 (Kualitas, Keselamatan dan Kesehatan Kerja). PT. Charoen Pokphan – Balaraja, Indonesia. Vol. 5 h. 1-4.
Bulog. 1996a. Buku Panduan Perawatan Kualitas Komoditas Milik Bulog. Badan Urusan Logistik, Jakarta. h. 4-5; 31-32 .
---. 1996b. Tata Teknis Pemeriksaan Kualitas Gabah, Beras dan Karung Goni/Plastik dalam Rangka Pengadaan dalam Negeri. Badan Urusan Logistik, Jakarta. h. 26-29.
---. 2000. Persyaratan Standar Kualitas Beras Giling Pengadaan dalam Negeri. Badan Urusan Logistik, Jakarta. h. 1.
Charles, J.G. 2009. Rice and Grain Weevils Life Cycle. The Horticulture and Food Research. Institute of New Zealand, New Zealand.
Dewi, I.R. 2007. Prospek Insektisida yang Berasal dari Tumbuhan untuk Menanggulangi OPT. Makalah Program Pasca Sarjana. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Hanny. 2002. Penyimpanan Beras dalam Suhu Rendah. Majalah Pertanian Berkelanjutan. Yayasan VECO Indonesia dan Yayasan ILEIA Belanda. Edisi I. h. 10-11.
(42)
Istianto, M. 2009. Pemanfaatan Minyak/ Senyawa Atsiri dalam Pengendalian Populasi Hama Tanaman. Diunduh dari http://horti-tech.blogspot.com //horti-techmanfaat-minyak-atsiri (3 November 2009).
Jungwi, M. 2009. The Life Cycle of Tribolium spp. Department of Biosystems Engineering, University of Manitoba, Winnipeg, Canada; Agriculture & Agri-Food Canada, Cereal Research Centre, Winnipeg, Canada.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Revised by Van der Lan. P.T Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta. 498-499; 424-423 p.
Kartasaputra. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Rineka Cipta. Jakarta. Kusmayadi, A. Pengaruh Derajat Sosoh dan Jenis Kemasan Terhadap
Pertumbuhan Populasi Sitophilus zeamays pada Beras. Prosiding Seminar Nasional, Tantangan Entomologi pada Abad XXI. Perhimpunan Entomologi Indonesia cabang Bogor. Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu Sekretariat Proyek PHT Pusat Departemen Pertanian, Jakarta Selatan.
Luh, Bor.S. 1980. Rice: Production and Utilization. Food Technologist. Department of Food Science and Technology. University of California. Avi Publishing Company, Inc. United States of America. 294-299 p. Maryam dan T. Mulyana, 2009. Insektisida Botani Pasti Ramah Lingkungan.
Diunduh dari http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr251034.pdf (3 November 2009).
Nurnasari, E. 2009. Pemanfaatan Senyawa Kimia Alami Sebagai Alternatif Pengendalian Hama Tanaman. Diunduh dari www.chem-is-try.org/situs kimia indonesia (3 November 2009).
Osorio, Luis G. 2002. Tanaman yang Melindungi Tanaman Lain Alternatif untuk Tanaman Transgenik. Majalah Pertanian Berkelanjutan. Yayasan VECO Indonesia dan Yayasan ILEIA Belanda. Edisi I. h. 4-5.
Putra, H.Pratama, Indryati dan L. wibowo, 2007. Toksisitas Biji Srikaya terhadap Sitophilus oryzae L. pada Beras. Kumpulan Abstrak Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian UNILA, Lampung. h. 02.
Retnowati, E, 1999. Isolasi dan karakterisasi zat aktif dalam biji Annona muricata sebagai senyawa insektisida. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. h.50-51.
Rukmana, R dan Y. Yuniarsih, 2003. Nimba, Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Kanisius, Yogyakarta.
(43)
Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Edisi revisi. Kanisius, Yogyakarta.
Toekidjo, Martoredjo. 1996. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Utami, E. S. 1998. Pengaruh Pemberian Annona squamosa L. Terhadap Daya Reproduksi Sitophilus oryzae. FMIPA UNAIR. Kumpulan Jurnal Penelitian Tanaman Obat di Beberapa Perguruan Tinggi di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. h. 92-94.
(44)
Lampiran 1. Gambar hasil pengamatan
Gambar 11. Kematian T. castaneum Akibat Insektisida Botani Sumber: Foto Langsung (2010)
Gambar 12. Kematian S. oryzae Akibat Insektisida Botani Sumber: Foto Langsung (2010)
(45)
Gambar 13. Beras Utuh Sumber: Foto Langsung (2010)
Gambar 14. Beras Patah Foto Langsung (2010)
Gambar 15. Beras Menir Foto Langsung (2010)
(46)
Gambar 16. Serbuk Biji Nimba (Azadirachta indica L) Sumber: Foto Langsung (2010)
Gambar 17. Serbuk Biji sirsak (Annona muricata L.) Sumber: Foto Langsung (2010)
Gambar 18. Serbuk Biji Srikaya (Annona squamosa L.) Sumber: Foto Langsung (2010)
(47)
Lampiran 4. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 3 hari setelah aplikasi (hsa)
(48)
Perlakuan Ulangan
I II III Total Rataan
C0L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C1L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C2L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C3L1 20.00 10.00 15.00 45.00 15.00
C4L1 0.00 5.00 5.00 10.00 3.33
C5L1 15.00 15.00 10.00 40.00 13.33 C6L1 35.00 20.00 25.00 80.00 26.67
C7L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C8L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C9L1 15.00 20.00 20.00 55.00 18.33
C0L2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C1L2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C2L2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C3L2 10.00 15.00 10.00 35.00 11.67
C4L2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C5L2 5.00 10.00 5.00 20.00 6.67
C6L2 20.00 30.00 35.00 85.00 28.33
C7L2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C8L2 10.00 0.00 0.00 10.00 3.33
C9L2 20.00 25.00 25.00 70.00 23.33
Total 150.00 150.00 150.00 450.00
Rataan 7.50 7.50 7.50 7.50
Between-Subjects Factors
Perlakuan Value Label N
C 1 C0 6
2 C1 6
3 C2 6
4 C3 6
5 C4 6
6 C5 6
7 C6 6
8 C7 6
9 C8 6
10 C9 6
L 1 L1 30
2 L2 30
(49)
SK DB JK KT Fhitung Ftabel (0.05) Ulangan Perlakuan 2 19 0.34 5625.00 0.17 0.93 0.08tn 34.88** 3.23 1.9
C 9 5466.67 607.41 53.99** 2.12
L 1 1.67 1.67 0.15tn 4.08
C x L 9 156.67 17.41 1.55tn 2.12
Galat 40 450.00 11.25
Total 59 6075.00
a. R Squared = .926 (Adjusted R Squared = .891)
Keterangan * nyata
FK 10162.4 ** sangat nyata
KK 23.34 tn tidak nyata
Estimated Marginal Means
1. C (Insektisida botani)
Dependent Variable:Nilai
C Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 3.109E-15 1.369 -2.767 2.767
C1 3.553E-15 1.369 -2.767 2.767
C2 3.553E-15 1.369 -2.767 2.767
C3 13.333 1.369 10.566 16.101
C4 1.667 1.369 -1.101 4.434
C5 10.000 1.369 7.233 12.767
C6 27.500 1.369 24.733 30.267
C7 1.332E-15 1.369 -2.767 2.767
C8 1.667 1.369 -1.101 4.434
C9 20.833 1.369 18.066 23.601
2. L (Hama)
Dependent Variable:Nilai
L Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
L1 7.667 .612 6.429 8.904
L2 7.333 .612 6.096 8.571
3. C * L Dependent Variable:Nilai
(50)
C L Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 L1 2.665E-15 1.936 -3.914 3.914
L2 3.553E-15 1.936 -3.914 3.914
C1 L1 3.553E-15 1.936 -3.914 3.914
L2 3.553E-15 1.936 -3.914 3.914
C2 L1 3.553E-15 1.936 -3.914 3.914
L2 3.553E-15 1.936 -3.914 3.914
C3 L1 15.000 1.936 11.086 18.914
L2 11.667 1.936 7.753 15.580
C4 L1 3.333 1.936 -.580 7.247
L2 .000 1.936 -3.914 3.914
C5 L1 13.333 1.936 9.420 17.247
L2 6.667 1.936 2.753 10.580
C6 L1 26.667 1.936 22.753 30.580
L2 28.333 1.936 24.420 32.247
C7 L1 2.665E-15 1.936 -3.914 3.914
L2 .000 1.936 -3.914 3.914
C8 L1 6.661E-16 1.936 -3.914 3.914
L2 3.333 1.936 -.580 7.247
C9 L1 18.333 1.936 14.420 22.247
L2 23.333 1.936 19.420 27.247
Post Hoc Tests Duncan
C N
Subset
1 2 3 4
C0 6 .0000
C1 6 .0000
C2 6 .0000
C7 6 .0000
C4 6 1.6667
C8 6 1.6667
C5 6 10.0000
C3 6 13.3333
C9 6 20.8333
C6 6 27.5000
Sig. .459 .093 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 11.250.
Lampiran 5. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 6 hari setelah aplikasi (hsa)
(51)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C1L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C2L1 15.00 10.00 15.00 40.00 13.33 C3L1 40.00 35.00 30.00 105.00 35.00 C4L1 15.00 20.00 20.00 55.00 18.33 C5L1 25.00 30.00 25.00 80.00 26.67 C6L1 60.00 50.00 50.00 160.00 53.33
C7L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C8L1 20.00 15.00 15.00 50.00 16.67 C9L1 30.00 30.00 35.00 95.00 31.67
C0L2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C1L2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C2L2 15.00 10.00 15.00 40.00 13.33 C3L2 30.00 30.00 25.00 85.00 28.33 C4L2 15.00 15.00 15.00 45.00 15.00 C5L2 30.00 35.00 30.00 95.00 31.67 C6L2 75.00 80.00 75.00 230.00 76.67
C7L2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C8L2 30.00 20.00 20.00 70.00 23.33 C9L2 30.00 40.00 50.00 120.00 40.00
Total 430.00 420.00 420.00 1270.00
Rataan 21.50 21.00 21.00 21.17
Between-Subjects Factors
Perlakuan Value Label N
C 1 C0 6
2 C1 6
3 C2 6
4 C3 6
5 C4 6
6 C5 6
7 C6 6
8 C7 6
9 C8 6
10 C9 6
L 1 L1 30
2 L2 30
(52)
SK DB JK KT Fhitung Ftabel (0.05) Ulangan Perlakuan 2 19 1.97 23535.00 0.99 1238.68 0.18tn 92.90** 3.23 1.9
C 9 22426.67 2491.85 186.89** 2.12
L 1 166.67 166.67 12.50** 4.08
C x L 9 941.67 104.63 7.85** 2.12
Galat 40 533.33 13.33
Total 59 24068.33
a. R Squared = .978 (Adjusted R Squared = .967)
Keterangan * nyata
FK 10162.4 ** sangat nyata
KK 23.34 tn tidak nyata
Estimated Marginal Means
1. C (Insektisida botani)
Dependent Variable:Nilai
C Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 6.217E-15 1.491 -3.013 3.013
C1 -8.882E-16 1.491 -3.013 3.013
C2 13.333 1.491 10.320 16.346
C3 31.667 1.491 28.654 34.680
C4 16.667 1.491 13.654 19.680
C5 29.167 1.491 26.154 32.180
C6 65.000 1.491 61.987 68.013
C7 2.842E-14 1.491 -3.013 3.013
C8 20.000 1.491 16.987 23.013
C9 35.833 1.491 32.820 38.846
2. L (Hama)
Dependent Variable:Nilai
L Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
L1 19.500 .667 18.153 20.847
L2 22.833 .667 21.486 24.181
3. C * L Dependent Variable:Nilai
(53)
C L Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 L1 5.329E-15 2.108 -4.261 4.261
L2 7.105E-15 2.108 -4.261 4.261
C1 L1 -1.776E-15 2.108 -4.261 4.261
L2 .000 2.108 -4.261 4.261
C2 L1 13.333 2.108 9.073 17.594
L2 13.333 2.108 9.073 17.594
C3 L1 35.000 2.108 30.739 39.261
L2 28.333 2.108 24.073 32.594
C4 L1 18.333 2.108 14.073 22.594
L2 15.000 2.108 10.739 19.261
C5 L1 26.667 2.108 22.406 30.927
L2 31.667 2.108 27.406 35.927
C6 L1 53.333 2.108 49.073 57.594
L2 76.667 2.108 72.406 80.927
C7 L1 2.842E-14 2.108 -4.261 4.261
L2 2.842E-14 2.108 -4.261 4.261
C8 L1 16.667 2.108 12.406 20.927
L2 23.333 2.108 19.073 27.594
C9 L1 31.667 2.108 27.406 35.927
L2 40.000 2.108 35.739 44.261
Post Hoc Tests Duncan
C N
Subset
1 2 3 4 5 6
C0 6 .0000
C1 6 .0000
C7 6 .0000
C2 6 13.3333
C4 6 16.6667 16.6667
C8 6 20.0000
C5 6 29.1667
C3 6 31.6667 31.6667
C9 6 35.8333
C6 6 65.0000
Sig. 1.000 .122 .122 .243 .055 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 13.333.
Lampiran 6. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 9 hari setelah aplikasi (hsa)
(54)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C1L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C2L1 35.00 30.00 30.00 95.00 31.67 C3L1 65.00 55.00 55.00 175.00 58.33 C4L1 35.00 30.00 35.00 100.00 33.33 C5L1 40.00 45.00 40.00 125.00 41.67 C6L1 80.00 70.00 75.00 225.00 75.00 C7L1 10.00 10.00 0.00 20.00 6.67 C8L1 40.00 40.00 45.00 125.00 41.67 C9L1 55.00 60.00 70.00 185.00 61.67
C0L2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C1L2 10.00 5.00 5.00 20.00 6.67
C2L2 45.00 45.00 40.00 130.00 43.33 C3L2 55.00 60.00 50.00 165.00 55.00 C4L2 45.00 50.00 50.00 145.00 48.33 C5L2 55.00 55.00 50.00 160.00 53.33 C6L2 100.00 100.00 90.00 290.00 96.67
C7L2 5.00 5.00 0.00 10.00 3.33
C8L2 45.00 50.00 45.00 140.00 46.67 C9L2 75.00 65.00 65.00 205.00 68.33
Total 795.00 775.00 745.00 2315.00
Rataan 39.75 38.75 37.25 38.58
Between-Subjects Factors
Perlakuan Value Label N
C 1 C0 6
2 C1 6
3 C2 6
4 C3 6
5 C4 6
6 C5 6
7 C6 6
8 C7 6
9 C8 6
10 C9 6
L 1 L1 30
2 L2 30
(55)
SK DB JK KT Fhitung Ftabel (0.05) Ulangan Perlakuan 2 19 108.55 45054.58 54.92 2371.29 3.92* 145.92** 3.23 1.92
C 9 43400.42 4822.27 296.75** 2.12
L 1 770.42 770.42 47.41** 4.08
C x L 9 883.75 98.19 6.04** 2.12
Galat 40 650.00 16.25
Total 59 45704.58
a. R Squared = .986 (Adjusted R Squared = .979)
Keterangan * nyata
FK 78867.3 ** sangat nyata
KK 10.26 tn tidak nyata
Estimated Marginal Means
1. C (Insektisida botani)
Dependent Variable:Nilai
C Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 2.798E-14 1.646 -3.326 3.326
C1 3.333 1.646 .007 6.659
C2 37.500 1.646 34.174 40.826
C3 56.667 1.646 53.341 59.993
C4 40.833 1.646 37.507 44.159
C5 47.500 1.646 44.174 50.826
C6 85.833 1.646 82.507 89.159
C7 5.000 1.646 1.674 8.326
C8 44.167 1.646 40.841 47.493
C9 65.000 1.646 61.674 68.326
2. L (Hama)
Dependent Variable:Nilai
L Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
L1 35.000 .736 33.513 36.487
L2 42.167 .736 40.679 43.654
3. C * L Dependent Variable:Nilai
(56)
C L Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 L1 2.753E-14 2.327 -4.704 4.704
L2 2.842E-14 2.327 -4.704 4.704
C1 L1 1.220E-14 2.327 -4.704 4.704
L2 6.667 2.327 1.963 11.370
C2 L1 31.667 2.327 26.963 36.370
L2 43.333 2.327 38.630 48.037
C3 L1 58.333 2.327 53.630 63.037
L2 55.000 2.327 50.296 59.704
C4 L1 33.333 2.327 28.630 38.037
L2 48.333 2.327 43.630 53.037
C5 L1 41.667 2.327 36.963 46.370
L2 53.333 2.327 48.630 58.037
C6 L1 75.000 2.327 70.296 79.704
L2 96.667 2.327 91.963 101.370
C7 L1 6.667 2.327 1.963 11.370
L2 3.333 2.327 -1.370 8.037
C8 L1 41.667 2.327 36.963 46.370
L2 46.667 2.327 41.963 51.370
C9 L1 61.667 2.327 56.963 66.370
L2 68.333 2.327 63.630 73.037
Post Hoc Tests Duncan
C N
Subset
1 2 3 4 5 6 7 8
C0 6 .0000
C1 6 3.3333 3.3333
C7 6 5.0000
C2 6 37.5000
C4 6 40.8333 40.8333
C8 6 44.1667 44.1667
C5 6 47.5000
C3 6 56.6667
C9 6 65.0000
C6 6 85.8333
Sig. .160 .478 .160 .160 .160 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 16.250
Lampiran 7. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 12 hari setelah aplikasi (hsa)
(57)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C1L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C2L1 50.00 50.00 45.00 145.00 48.33 C3L1 85.00 70.00 80.00 235.00 78.33 C4L1 50.00 50.00 55.00 155.00 51.67 C5L1 55.00 65.00 65.00 185.00 61.67 C6L1 100.00 90.00 100.00 290.00 96.67 C7L1 25.00 30.00 15.00 70.00 23.33 C8L1 60.00 55.00 60.00 175.00 58.33 C9L1 75.00 80.00 85.00 240.00 80.00
C0L2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C1L2 25.00 30.00 20.00 75.00 25.00 C2L2 65.00 55.00 55.00 175.00 58.33 C3L2 95.00 95.00 100.00 290.00 96.67 C4L2 65.00 60.00 70.00 195.00 65.00 C5L2 80.00 75.00 80.00 235.00 78.33 C6L2 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C7L2 20.00 15.00 15.00 50.00 16.67 C8L2 60.00 65.00 65.00 190.00 63.33 C9L2 100.00 95.00 90.00 285.00 95.00
Total 1110.00 1080.00 1100.00 3290.00
Rataan 55.50 54.00 55.00 54.83
Between-Subjects Factors
Perlakuan Value Label N
C 1 C0 6
2 C1 6
3 C2 6
4 C3 6
5 C4 6
6 C5 6
7 C6 6
8 C7 6
9 C8 6
10 C9 6
L 1 L1 30
2 L2 30
(58)
SK DB JK KT Fhitung Ftabel (0.05) Ulangan Perlakuan 2 19 47.87 64648.33 23.94 3402.54 1.31tn
181.47** 1.9
C 9 61915.00 6879.44 366.90** 2.12
L 1 1500.00 1500.00 80.00** 4.08
C x L 9 1233.33 137.04 7.31** 2.12
Galat 40 750.00 18.75
Total 59 65398.33
a. R Squared = .989 (Adjusted R Squared = .983)
Keterangan * nyata
FK 140333 ** sangat nyata
KK 8.86 tn tidak nyata
Estimated Marginal Means
1. C (Insektisida botani)
Dependent Variable:Nilai
C Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 .000 1.768 -3.573 3.573
C1 12.500 1.768 8.927 16.073
C2 53.333 1.768 49.761 56.906
C3 87.500 1.768 83.927 91.073
C4 58.333 1.768 54.761 61.906
C5 70.000 1.768 66.427 73.573
C6 98.333 1.768 94.761 101.906
C7 20.000 1.768 16.427 23.573
C8 60.833 1.768 57.261 64.406
C9 87.500 1.768 83.927 91.073
2. L (Hama)
Dependent Variable:Nilai
L Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
L1 49.833 .791 48.236 51.431
L2 59.833 .791 58.236 61.431
(59)
Dependent Variable:Nilai
C L Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 L1 .000 2.500 -5.053 5.053
L2 .000 2.500 -5.053 5.053
C1 L1 1.954E-14 2.500 -5.053 5.053
L2 25.000 2.500 19.947 30.053
C2 L1 48.333 2.500 43.281 53.386
L2 58.333 2.500 53.281 63.386
C3 L1 78.333 2.500 73.281 83.386
L2 96.667 2.500 91.614 101.719
C4 L1 51.667 2.500 46.614 56.719
L2 65.000 2.500 59.947 70.053
C5 L1 61.667 2.500 56.614 66.719
L2 78.333 2.500 73.281 83.386
C6 L1 96.667 2.500 91.614 101.719
L2 100.000 2.500 94.947 105.053
C7 L1 23.333 2.500 18.281 28.386
L2 16.667 2.500 11.614 21.719
C8 L1 58.333 2.500 53.281 63.386
L2 63.333 2.500 58.281 68.386
C9 L1 80.000 2.500 74.947 85.053
L2 95.000 2.500 89.947 100.053
Post Hoc Tests Duncan
C N
Subset
1 2 3 4 5 6 7 8
C0 6 .0000
C1 6 12.5000
C7 6 20.0000
C2 6 53.3333
C4 6 58.3333 58.3333
C8 6 60.8333
C5 6 70.0000
C3 6 87.5000
C9 6 87.5000
C6 6 98.3333
Sig. 1.000 1.000 1.000 .052 .323 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
(60)
Lampiran 8. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 15 hari setelah aplikasi (hsa)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C1L1 15.00 20.00 25.00 60.00 20.00 C2L1 70.00 65.00 65.00 200.00 66.67 C3L1 100.00 85.00 100.00 285.00 95.00 C4L1 65.00 60.00 70.00 195.00 65.00 C5L1 70.00 85.00 80.00 235.00 78.33 C6L1 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C7L1 40.00 45.00 25.00 110.00 36.67 C8L1 90.00 90.00 90.00 270.00 90.00 C9L1 95.00 95.00 100.00 290.00 96.67
C0L2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C1L2 50.00 50.00 40.00 140.00 46.67 C2L2 75.00 70.00 70.00 215.00 71.67 C3L2 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C4L2 75.00 75.00 80.00 230.00 76.67 C5L2 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C6L2 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C7L2 35.00 30.00 25.00 90.00 30.00 C8L2 80.00 85.00 90.00 255.00 85.00 C9L2 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00
Total 1360.00 1355.00 1360.00 4075.00
Rataan 68.00 67.75 68.00 67.92
Between-Subjects Factors
Perlakuan Value Label N
C 1 C0 6
2 C1 6
3 C2 6
4 C3 6
5 C4 6
6 C5 6
7 C6 6
8 C7 6
9 C8 6
10 C9 6
L 1 L1 30
(61)
Daftar Analisa Sidik Ragam
SK DB JK KT Fhitung Ftabel (0.05)
Ulangan Perlakuan 2 19 19.69 66247.92 9.84 3486.73 0.55tn 170.77** 3.23 1.9
C 9 64077.08 7119.68 348.72** 2.12
L 1 570.42 570.42 27.94** 4.08
C x L 9 1600.42 177.82 8.71** 2.12
Galat 40 816.67 20.42
Total 59 67064.58
a. R Squared = .989 (Adjusted R Squared = .983)
Keterangan * nyata
FK 140333 ** sangat nyata
KK 8.86 tn tidak nyata
Estimated Marginal Means
1. C (Insektisida botani)
Dependent Variable:Nilai
C Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 1.443E-14 1.845 -3.728 3.728
C1 33.333 1.845 29.605 37.062
C2 69.167 1.845 65.438 72.895
C3 97.500 1.845 93.772 101.228
C4 70.833 1.845 67.105 74.562
C5 89.167 1.845 85.438 92.895
C6 100.000 1.845 96.272 103.728
C7 33.333 1.845 29.605 37.062
C8 87.500 1.845 83.772 91.228
C9 98.333 1.845 94.605 102.062
2. L (Hama)
Dependent Variable:Nilai
L Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
L1 64.833 .825 63.166 66.501
(62)
3. C * L
Dependent Variable:Nilai
C L Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 L1 1.465E-14 2.609 -5.272 5.272
L2 1.421E-14 2.609 -5.272 5.272
C1 L1 20.000 2.609 14.728 25.272
L2 46.667 2.609 41.394 51.939
C2 L1 66.667 2.609 61.394 71.939
L2 71.667 2.609 66.394 76.939
C3 L1 95.000 2.609 89.728 100.272
L2 100.000 2.609 94.728 105.272
C4 L1 65.000 2.609 59.728 70.272
L2 76.667 2.609 71.394 81.939
C5 L1 78.333 2.609 73.061 83.606
L2 100.000 2.609 94.728 105.272
C6 L1 100.000 2.609 94.728 105.272
L2 100.000 2.609 94.728 105.272
C7 L1 36.667 2.609 31.394 41.939
L2 30.000 2.609 24.728 35.272
C8 L1 90.000 2.609 84.728 95.272
L2 85.000 2.609 79.728 90.272
C9 L1 96.667 2.609 91.394 101.939
L2 100.000 2.609 94.728 105.272
Post Hoc Tests Duncan
C N
Subset
1 2 3 4 5
C0 6 .0000
C1 6 33.3333
C7 6 33.3333
C2 6 69.1667
C4 6 70.8333
C8 6 87.5000
C5 6 89.1667
C3 6 97.5000
C9 6 98.3333
C6 6 1.0000E2
Sig. 1.000 1.000 .527 .527 .373
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
(63)
Lampiran 9. Persentase Mortalitas S. oryzae dan T. castaneum pada pengamatan 18 hari setelah aplikasi (hsa)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0L1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C1L1 30.00 40.00 40.00 110.00 36.67 C2L1 85.00 85.00 80.00 250.00 83.33 C3L1 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C4L1 80.00 75.00 85.00 240.00 80.00 C5L1 90.00 100.00 100.00 290.00 96.67 C6L1 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C7L1 50.00 60.00 45.00 155.00 51.67 C8L1 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C9L1 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00
C0L2 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
C1L2 60.00 65.00 55.00 180.00 60.00 C2L2 90.00 85.00 85.00 260.00 86.67 C3L2 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C4L2 85.00 90.00 95.00 270.00 90.00 C5L2 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C6L2 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00 C7L2 50.00 45.00 45.00 140.00 46.67 C8L2 95.00 100.00 100.00 295.00 98.33 C9L2 100.00 100.00 100.00 300.00 100.00
Total 1515.00 1545.00 1530.00 4590.00
Rataan 75.75 77.25 76.50 76.50
Between-Subjects Factors
Perlakuan Value Label N
C 1 C0 6
2 C1 6
3 C2 6
4 C3 6
5 C4 6
6 C5 6
7 C6 6
8 C7 6
9 C8 6
10 C9 6
L 1 L1 30
(64)
Daftar Analisa Sidik Ragam
SK DB JK KT Fhitung Ftabel (0.05)
Ulangan Perlakuan 2 19 46.47 62148.33 23.23 3270.96 1.96tn 280.36** 3.23 1.9
C 9 61106.67 6789.63 581.97** 2.12
L 1 166.67 166.67 14.29** 4.08
C x L 9 875.00 97.22 8.33** 2.12
Galat 40 466.67 11.67
Total 59 62615.00
a. R Squared = .993 (Adjusted R Squared = .989)
Keterangan * nyata
FK 271675 ** sangat nyata
KK 5.12 tn tidak nyata
Estimated Marginal Means
1. C (Insektisida botani)
Dependent Variable:Nilai
C Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 1.418E-14 1.394 -2.818 2.818
C1 48.333 1.394 45.515 51.152
C2 85.000 1.394 82.182 87.818
C3 100.000 1.394 97.182 102.818
C4 85.000 1.394 82.182 87.818
C5 98.333 1.394 95.515 101.152
C6 100.000 1.394 97.182 102.818
C7 49.167 1.394 46.348 51.985
C8 99.167 1.394 96.348 101.985
C9 100.000 1.394 97.182 102.818
2. L (Hama)
Dependent Variable:Nilai
L Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
L1 74.833 .624 73.573 76.094
(65)
3. C * L Dependent Variable:Nilai
C L Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 L1 1.416E-14 1.972 -3.986 3.986
L2 1.421E-14 1.972 -3.986 3.986
C1 L1 36.667 1.972 32.681 40.652
L2 60.000 1.972 56.014 63.986
C2 L1 83.333 1.972 79.348 87.319
L2 86.667 1.972 82.681 90.652
C3 L1 100.000 1.972 96.014 103.986
L2 100.000 1.972 96.014 103.986
C4 L1 80.000 1.972 76.014 83.986
L2 90.000 1.972 86.014 93.986
C5 L1 96.667 1.972 92.681 100.652
L2 100.000 1.972 96.014 103.986
C6 L1 100.000 1.972 96.014 103.986
L2 100.000 1.972 96.014 103.986
C7 L1 51.667 1.972 47.681 55.652
L2 46.667 1.972 42.681 50.652
C8 L1 100.000 1.972 96.014 103.986
L2 98.333 1.972 94.348 102.319
C9 L1 100.000 1.972 96.014 103.986
L2 100.000 1.972 96.014 103.986
Post Hoc Tests Duncan
C N
Subset
1 2 3 4
C0 6 .0000
C1 6 48.3333
C7 6 49.1667
C2 6 85.0000
C4 6 85.0000
C5 6 98.3333
C8 6 99.1667
C3 6 1.0000E2
C6 6 1.0000E2
C9 6 1.0000E2
Sig. 1.000 .675 1.000 .460
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
(1)
Lampiran 16. Data Beras Menir 24 Hari Setelah Infestasi (%)
Perlakuan Ulangan Total Rataan
I II III
C0L1 5.08 6.12 5.52 16.72 5.57
C1L1 3.60 2.92 5.60 12.12 4.04
C2L1 3.32 2.24 4.48 10.04 3.35
C3L1 2.04 1.56 3.00 6.60 2.20
C4L1 4.36 2.84 1.44 8.64 2.88
C5L1 2.20 2.60 2.04 6.84 2.28
C6L1 1.92 2.76 1.20 5.88 1.96
C7L1 4.60 2.88 1.76 9.24 3.08
C8L1 3.24 1.56 2.64 7.44 2.48
C9L1 2.48 2.12 1.48 6.08 2.03
C0L2 12.48 14.96 16.32 43.76 14.59
C1L2 12.96 11.76 14.00 38.72 12.91
C2L2 8.08 7.60 10.72 26.40 8.80
C3L2 12.32 10.00 7.12 29.44 9.81
C4L2 14.56 4.96 10.16 29.68 9.89
C5L2 6.00 8.48 10.80 25.28 8.43
C6L2 10.64 13.68 8.16 32.48 10.83
C7L2 13.44 10.00 11.44 34.88 11.63
C8L2 11.52 9.44 5.36 26.32 8.77
C9L2 9.36 7.84 12.40 29.60 9.87
Total 144.20 126.32 135.64 406.16
Rataan 7.21 6.32 6.78 6.77
ESTIMATED MARGINAL
1. Insektisida botani
Dependent Variable:Menir
Serbuk biji Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
C0 10.080 .812 8.438 11.722
C1 8.473 .812 6.831 10.115
C2 6.073 .812 4.431 7.715
C3 6.007 .812 4.365 7.649
C4 6.387 .812 4.745 8.029
C5 5.353 .812 3.711 6.995
C6 6.393 .812 4.751 8.035
C7 7.353 .812 5.711 8.995
C8 5.627 .812 3.985 7.269
(2)
2. Hama yang diuji
Dependent Variable:Menir
Hama yang diuji Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
L1 2.987 .363 2.252 3.721
L2 10.552 .363 9.818 11.286
Analisis Keragaman Beras Menir
SK DB JK KT Fhitung Ftabel 0.05
Perlakuan 19 998.17 0.86 0.22tn 1.9
C 9 117.28 13.03 3.29** 2.12
L 1 858.51 858.51 216.77** 4.08
C x L 9 22.38 2.49 0.63tn 2.12
Galat 40 158.42 3.96
Total 59 1156.59
Keterangan : FK = 2749.43 Keterangan : KK = 29.40%
Keterangan : ** = Sangat Berbeda Nyata Keterangan : tn = Tidak Berbeda Nyata
Uji Jarak Duncan Beras Menir Faktor C
C N Subset
1 2 3
6 6 5.3533
9 6 5.6267
10 6 5.9467 5.9467
4 6 6.0067 6.0067
3 6 6.0733 6.0733
5 6 6.3867 6.3867
7 6 6.3933 6.3933
8 6 7.3533 7.3533
2 6 8.4733 8.4733
1 6 10.0800
Sig. .143 .062 .170
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
(3)
Lampiran 17. Data Aroma Beras dan Warna Beras hasli pengamatan 24 hsa
Perlakuan I II III
C0L1 ++2 ++2 ++2
C1L1 +1 +1 +1
C2L1 *2 *2 *2
C3L1 *3 *3 *3
C4L1 *1 *1 *1
C5L1 *1 *1 *1
C6L1 *1 *1 *1
C7L1 +1 +1 +1
C8L1 *2 *2 *2
C9L1 *3 *3 *3
C0L2 ++2 ++2 ++2
C1L2 +1 +1 +1
C2L2 *2 *2 *2
C3L2 *3 *3 *3
C4L2 *1 *1 *1
C5L2 *1 *1 *1
C6L2 *1 *1 *1
C7L2 +1 +1 +1
C8L2 *2 *2 *2
C9L2 *3 *3 *3
Keterangan:
Aroma beras: + = Agak apek ++ = Apek * = Standar
Warna beras:1 = putih jernih 2 = putih keruh 3 = kecoklatan 4 = kehitaman
(4)
Lampiran 18. Korelasi antara Mortalitas (%) S. oryzae dan T. castaneum.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
nilai 56.2312 25.19457 60
perlakuan 10.5000 5.81494 60
ulangan 2.0000 .82339 60
Correlations
nilai perlakuan ulangan
nilai Pearson Correlation 1 .357** -.005
Sig. (2-tailed) .005 .972
N 60 60 60
perlakuan Pearson Correlation .357** 1 .000
Sig. (2-tailed) .005 1.000
N 60 60 60
ulangan Pearson Correlation -.005 .000 1
Sig. (2-tailed) .972 1.000
N 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable:nilai
Source
Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 37260.668a 21 1774.318 353.842 .000
Intercept 189716.646 1 189716.646 3.783E4 .000
perlakuan 37258.164 19 1960.956 391.062 .000
ulangan 2.504 2 1.252 .250 .780
Error 190.549 38 5.014
Total 227167.863 60
Corrected Total 37451.217 59
(5)
Estimated Marginal Means
1. perlakuan
Dependent Variable:nilai
perlakuan Mean Std. Error
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
C0L1 6.554E-15 1.293 -2.617 2.617
C1L1 26.460 1.293 23.843 29.077
C2L1 57.713 1.293 55.096 60.331
C3L1 74.793 1.293 72.176 77.411
C4L1 58.127 1.293 55.509 60.744
C5L1 66.877 1.293 64.259 69.494
C6L1 81.877 1.293 79.259 84.494
C7L1 34.793 1.293 32.176 37.411
C8L1 67.293 1.293 64.676 69.911
C9L1 75.627 1.293 73.009 78.244
C0L2 6.554E-15 1.293 -2.617 2.617
C1L2 41.670 1.293 39.053 44.287
C2L2 60.833 1.293 58.216 63.451
C3L2 74.380 1.293 71.763 76.997
C4L2 63.337 1.293 60.719 65.954
C5L2 73.960 1.293 71.343 76.577
C6L2 87.710 1.293 85.093 90.327
C7L2 32.503 1.293 29.886 35.121
C8L2 67.710 1.293 65.093 70.327
C9L2 78.960 1.293 76.343 81.577
2. ulangan
Dependent Variable:nilai
ulangan Mean Std. Error
95% Confidence Interval Lower
Bound Upper Bound
1 56.253 .501 55.239 57.266
2 56.470 .501 55.456 57.484
(6)