10
Gambar V.8 Grafik Penentuan Kadar Minyak Tanah Terbaik Kadar Penambahan Peremaja Minimum
= 2,7 Kadar Penambahan Peremaja Maksimum
= 3,2 Kadar Penambahan Peremaja Optimum
= 2
2,7+3,2 = 2,9
Jadi kadar terbaik campuran peremaja dengan tidak mempertimbangkan hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi spesifikasi dari variasi 2, 4, 6 dapat diperoleh campuran aspal tua ditambah
dengan minyak tanah adalah 2,9 dari total aspal. 3.5.4 Kadar Pencampuran Aspal Baru pada Aspal Tua
Untuk melihat hasil pencampuran bahan peremaja aspal baru dapat di lihat pada Gambar V.3 Grafik Penentuan kadar aspal baru terbaik di bawah ini.
Gambar V.9 Grafik Kadar Aspal Optimum Minyak Tanah Kadar Penambahan Peremaja Minimum
= 5,5 Kadar Penambahan Peremaja Maksimum
= 6 Kadar Penambahan Peremaja Optimum
= 2
5,5 + 6 = 5,75
Jadi kadar terbaik campuran peremaja dengan tidak mempertimbangkan hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi spesifikasi dari kadar variasi 2, 4, 6 dapat diperoleh campuran aspal tua
ditambah dengan aspal baru 6070 adalah 5,75 dari total aspal.
4. PENUTUP
Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil pengujian aspal yang dituakan didapat hasil yang memenuhi spesifikasi Bina
Marga 2010 Divisi 6 revisi 3 yaitu titik nyala 358 ˚C, titik bakar 388˚C, kehilangan berat 0,3 ,
titik lembek 58,5 ˚C. Hasil yang tidak memenuhi spesifikasi berat jenis 0,99, penetrasi 19,8 0,1
mm, kelekatan aspal 94,91 , daktilitas 940 mm, dan penetrasi indek 1,176. Hal ini disebabkan karena aspal yang dituakan dalam suhu
85̊ C dalam waktu ± 5 hari mengalami oksidasi. 2. Berdasarkan semua hasil pengujian aspal dengan penambahan bahan peremaja hasilnya dapat
dikatakan bisa mengembalikan hasil atau meremajakan hasil dari aspal yang sudah mengalami penuaan, dengan hasil yang mendekati dari spesifikasi aspal baru. Untuk hasil penetrasi indek
setelah penambahn bahan peremaja hasilnya banyak memenuhi spesifikasi Bina Marga 2010 Divisi 6 Revisi 3. Hasil dari kekakuan aspal Stiffness setelah penambahan bahan peremaja
hasilnya semakin banyak penambahan kadar variasi bahan peremaja semakin kecil nilai kekakuan aspalnya.
3. Berdasarkan semua hasil pengujian yang diperoleh dengan pertambahan bahan peremaja yang berupa solar, minyak tanah, minyak goreng dan aspal baru, bahan peremaja yang bagus dalam
11
memperbaiki sifat aspal dilihat dari hasil yang lebih banyak mendekati spesifikasi Bina Marga 2010 Divisi 6 Revisi 3 adalah minyak goreng dengan hasil pengujian yang memenuhi syarat
spesifikasi adalah : Titik lembek variasi 2=58, 4= 53,2 ˚C, 6= 49˚C, Titik nyala 2=320˚C,
4=285 ˚C, 6=268˚C, Titik bakar 2=340˚C, 4=315˚C, 6=303˚C, Daktilitas 2= 102cm,
4=105cm, 6=106cm, Kelekatan aspal 2=99,28, 4=99,92, 6=99,95, Berat jenis 2=1,05, 4=1,07, 6=1,08, Kehilangan berat akibat panas 2=0,78, 4=0,73. Untuk
kadar variasi campuran terbaik dengan variasi 2, 4, 6 didapat hasil kadar campuran terbaik untuk bahan tambah solar adalah 3, bahan tambah minyak tanah adalah 2,9 , bahan tambah
minyak goreng adalah 4,6 , bahan tambah aspal baru adalah 5,75 dari total berat aspal.
Saran
1. Penelitian penuaan aspal dapat dikembangkan dengan penambahan suhu agar di dapat hasil karakteristik aspal lebih spesifik dan teliti.
2. Untuk penambahan variasi campuran bahan peremaja lebih di perbanyak agar dapat mengetahui campuran yang efektif.
3. Jumlah sempel pengujian karakteristik aspal di perbanyak agar lebih mudah mengetahui perbandingan hasil pengujian.
4. Pada penelitian ini didapat pemilihan bahan peremaja campuran terbaik adalah minyak goreng dengan batasan rentang kadar campuran 2, 4, 5 dari berat total aspal, Apabila kadar
diperkecil ataupun diperbesar maka kemungkinan bahan peremaja terbaik bukan jenis minyak goreng dikarenakan pemilihan dilihat dari banyaknya hasil data yang masuk dalam spesifikasi.
5. Apabila dipakai dalam skala lapangan maka untuk campuran terbaik minyak goreng adalh 4,6 dari total berat aspal dengan variasi campuran rentang 2, 4, dan 6. Hal ini dapat
berubah jika rentang variasi yang digunakan bukan 2, 4, dan 6. 6. Minyak goreng yang digunakan dalam penelitian adalah minyak kelapa sawit Kunci Mas,
Untuk penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan minyak goreng yang berasal dari hewani ataupun biji-bijian.
PERSANTUNAN
1. Bapak Ir. Sri Sunarjono, M.T,Ph.D selaku dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Dosen Pembibing 1, sekaligus sebagai pemberi judul beserta bantuan materil
untuk Tugas Akhir ini. 2. Bapak Dr. Solikin selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Bapak Ir. Agus Riyanto, M.T selaku pembibing 2 yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Ibu Senja Rum Harnaeni, S.T, M.T selaku dosen penguji pada Tugas Akhir ini. 5. Bp. Ir. Abdul rohman, M.T selaku dosen pembibing akademik yang sesalu memberikan solusi
perkembangan akademik. 6. BapakIbu Dosen Atas kesedianya membimbing, memberikan waku serta ilmu kepada penulis
selama belajar di Teknik Sipil. 7. Papa, Mama, Kaka Nindia Nisa Maya Yuhanita dan Adik Mimma Mauritsa ‘Adani yang selalu
mencurahkan kasih sayang, perhatian dan do’a yang tulus tiada henti. 8. Rekan Teknik Sipil angkatan 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008, Modul Praktikum Bahan perkerasan. Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Surakarta.