BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Hasil uji skrining fitokimia dengan pereaksi flavonoida menunjukkan bahwa daun kaliandra C. calothyrsus mengandung senyawa flavonoida
2. Hasil isolasi yang diperoleh dari 1000 g daun tumbuhan kaliandra C. calothyrsus merupakan pasta berwarna coklat kemerahan, diperoleh
sebanyak 60,9 mg, Rf=0,23 dengan eluen n-heksana : etil asetat 60:40 vv 3. Hasil analisis dengan spektrofotometri UV-Visible, Spektrofotometri
Inframerah FT-IR dan Spektrometri Resonansi Magnetik Inti Proton
1
H- NMR menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi dari daun tumbuhan
Kaliandra C. calothyrsus adalah senyawa flavonoida golongan Flavonol.
5.2 SARAN
Untuk lebih mendukung struktur senyawa flavonoida hasil isolasi, maka sebaiknya perlu dilakukan analisis Spektrometer Karbon
13
C-NMR dan Spektrometer Massa.
Universitas Sumatera Utara
a. Senyawa lemak rantai terbuka atau alifatik, seperti asam-asam lemak,
gula-gula, dan hampir semua asam amino b.
Senyawa sikloalifatik atau alisiklik, seperti terpenoid, steroid, dan beberapa alkaloid
c. Senyawa benzenoid atau aromatik, seperti fenol dan kuinon.
d. Senyawa heterosiklik, seperti alkaloid, flavonoid, dan basa-basa nukleat.
2. Klasifikasi Berdasarkan Aktivitas Fisiologi Biasanya pengembangan bahan alam didahului dengan pengamatan dan
pengalaman empirik khasiat bahan alam tersebut untuk menyembuhkan penyakit tertentu. Oleh karena itu, salah satu cara penyelidikan bahan obat dari tumbuhan
atau bahan alam lainnya adalah melalui ekstraksi dan penetapan khasiat farmakologi ekstrak, diikuti dengan isolasi komponen murni.
Sebagai contoh, berbagai steroid dengan struktur yang berbeda, aktivitas kardiotoniknya kardenolida dan bufadienolida ditunjukkan secara spesifik oleh
a ikatan cis cincin AB, b adanya gugus gula pada C
3
, dan c gugus lakton dengan 5 atau 6 atom karbon terkonjugasi pada C
17
.
O
Bufadienolida
O O
H RO
OH H
R= gugus gula Kardenolida
a.
b.
3. Klasifikasi Berdasarkan Taksonomi Klasifikasi ini didasarkan pada pengkajian morfologi komparatif atau taksonomi
tumbuhan. Di dalam hewan dan sebagian mikroorganisme metabolit akhir biasanya diekskresikan ke luar tubuh, sedangkan di dalam tumbuhan, metabolit
tersebut disimpan di dalam tubuh tumbuhan. Walaupun beberapa metabolit selama ini diketahui spesifik pada tumbuhan tertentu, tetapi sekarang telah
diketahui tersebar di dalam berbagai tumbuhan, misalnya alkaloid dan isoprenoid
Universitas Sumatera Utara
telah dapat diisolasi dari berbagai genus, spesies, suku, atau ordo. Bahkan di dalam satu spesies terdapat sejumlah komponen yang memiliki struktur dasar
yang berkaitan. Sebagai contoh, opium dari Papaver somniferum mengandung lebih dari 20 alkaloid seperti morfin, kodein, tebain dan narkotin yang semuanya
merupakan hasil biosintesis dari prekursor 11-benzilisokuinolin dengan kopling oksidatif.
Pengetahuan tentang kandungan komponen tumbuhan berkembang dengan sangat pesat karena berkembangnya metode ekstraksi, isolasi dan
karakterisasinya. Hal ini mendorong berkembangnya suatu bidang baru yang disebut kemotaksonomi chemotaxonomy atau sistematik kimia
chemosystematic yang mengarah ke pembagian kandungan tumbuhan berdasarkan taksa tumbuhan. Dengan kata lain, isi kandungan tumbuhan dianggap
sebagai tanda bagi evolusi dan kalsifikasi tumbuhan.
N R
H O
HO CH
2
OH O Me
N Me
H O
HO Me
Morfin R=H Kodein R=Me
11-Benzilisokuinolin
4. Klasifikasi Berdasarkan Biogenesis Biogenesis dan biosintesis memiliki arti yang sama dan sering kali digunakan
tanpa perbedaan. Namun, istilah biogenesis biasanya digunakan untuk reaksi pembentukan yang masih dalam taraf hipotesis, sedangkan jika reaksi tersebut
telah dibuktikan secara eksperimen, digunakan istilah biosintesis.
Sebagian besar bahkan hampir semua, senyawa kandungan kimia bahan alam adalah senyawa organik, dan sumber utama senyawa karbon atau senyawa
organik ini adalah glukosa yang dibentuk melalui fotosintesis di dalam tumbuhan autotropik atau diperoleh dari organisme heterotrof.
Universitas Sumatera Utara
Berbagai teori tentang pembentukan senyawa metabolit primer dan metabolit sekunder telah dikemukakan di dalam berbagai publikasi. Diawali
dengan teori aturan isoprena pada tahun 1930, yang menyatakan bahwa semua terpenoid dibentuk dari unit isoprena 5-C, dilanjutkan dengan teori
poliketometilena untuk senyawa fenolik, yang merupakan saran pertama bagi biosintesis asetogenin poliketida. Komponen pembangun utama untuk atom-
atom karbon dan nitrogen di dalam semua senyawa bahan alam berasal dari 5 kelompok prekursor, yaitu:
Asetil ko-A Malonil ko-A
unit 2CMe-C
O
poliketida asetogenin a.
b. asam sikimat unit 6C-3C 6C-1C atau 6C-2C
senyawa fenolik c. asam mevalonat
unit prenil isoprenoid
CH
2
=C-CH
2
-CH
2
Me
d. unit asam amino seperti fenilanalina, tirosina, ornitina, lisina, dan triptofan
alkaloid
e.
5-5-deoksiadenilmetionina unit 1C
2.3 Senyawa Flavonoida