Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya

(1)

(2)

STRAY (DUA TINGG NILAI UNTU SISWA PADA KON 104016300489, diaju Keguruan UIN Syarif 2009 di hadapan dew memperoleh gelar Sar Ilmu Pengetahuan Ala (IPA) Program Studi Pen

GGAL DUA TAMU) DENGAN PENDEKA

NTUK MENINGKATKAN HASIL B

NSEP CAHAYA”, disusun oleh Tia Kari ajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiy arif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7

dewan penguji. Oleh karena itu, penuli Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan P

Alam

Pendidikan Fisika.

Jakarta, 7 Septem

Panitia Ujian Munaqasyah

KATAN BELAJAR arina, NIM biyah dan September nulis berhak Pendidikan


(3)

DENGAN PENDEKATAN NILAI UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP CAHAYA

(Penelitian Tindakan Kelas di MTs Pembangunan UIN Jakarta)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh:

TIA KARINA 104 016 300 489

Menyetujui:

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Drs. Ahmad Sofyan, M.Pd. Kinkin Suartini, M.Pd. NIP. 19650115 198703 1 020 NIP. 19780406 200604 2 001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


(4)

M otto:

“Setiap manusia adalah malaikat bersayap satu

dan hanya bisa terbang jika saling

berpelukan.”

Aku takkan berhanti sampai disini,

tentunya aku akan selalu meminjam

sayap kalian untuk bisa tetap terbang

dan tentunya sayapku juga selalu ada

jika kalian membutuhkannya.

Persembahan Untuk:

“Ayah dan bunda, kakak-kakak, adik dan keponakanku, dalam ketulusan

hati serta keluhuran budi. Para guru dan Sahabat-sahabatku serta


(5)

(6)

Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Juni 2009.

Penelitianini dilaksanakan di MTs Pembangunan UIN-Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Maret -Mei 2009 pada kelas VIIID.

Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dengan pendekatan nilai pada konsep cahaya. Indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah ≥75% dengan nilai ketuntasan belajar ≥65. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri atas 2 siklus. Siklus I terdiri atas 9 kali pertemuan dengan pembahasan seluruh sub bab pada konsep cahaya dan siklus II dilakukan dengan 3 kali pertemuan yang bersifat pengayaan terhadap sub bab pada konsep cahaya. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar yang dilakukan pada setiap akhir siklus, kuesioner respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dengan pendekatan nilai pada konsep cahaya, lembar wawancara dan lembar observasi.Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dengan pendekatan nilai pada konsep cahaya telah berhasil meningkatkan hasil perolehan rata-rata hasil belajar pada siklus I sebesar 63,4 meningkat menjadi 74,1 pada siklus II. Kondisi ini didukung oleh hasil perolehan penyebaran angket terhadap siswa dengan perolehan jawaban pernyataan 60% siswa merespon baik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dengan pendekatan nilai. Oleh karena itu dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dengan pendekatan nilai pada konsep cahaya memberikan dampak positif dalam pembelajaran berupa peningkatan hasil belajar siswa yang cukup signifikan.

Kata Kunci: Classroom Action Research (CAR), Konsep Cahaya, Hasil Belajar Fisika Siswa, Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two StrayDengan Pendekatan Nilai.


(7)

Concept. Skripsi, Science Department Physics Education Study Program, Tarbiyah and Teachers Training Faculty, State Islamic University of Syarif Hidayatullah Jakarta, June 2009. This research took place in MTs Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta on June–May 2009 in VIII D class.

The objective of this research is to know theincreasing of students’

physics learning result through aplication of cooperative learning model two stay two stray technique by value approach in cahaya concept. The indicator of sucsess in learning process is 75% with completeness score ≥65.

The method of research

is Classroom Action Research (CAR) divided into 2 cycles. First cycle consists of 9 times meetings with explanation of all of sub bab in cahaya concept and second cycle there are 3 times meetings for enrichment toward sub bab in cahaya concept.The instrument of research used in this research are learning result test which is done in each final cycle, questionnaire of student respons toward applying cooperative learning model two stay two stray technique by value approach in cahaya concept, interview sheet and observasion sheet. From this research we knew that application of cooperative learning two stay two stray technique by value approach in cahaya concept have already sucseed to increase the result of average learning result in first cycle from 63,4 into 74,1 at second cycle. This condition supported by result of questionnaire distribution of students there are 60% students had good response toward application of cooperative learning model two stay two stray technique by value approach. So, we can concluded that application of cooperative

learning model two stay two stray

technique by value approach in Cahaya concept in this research gave a positive impact in student learning process. It can seen from improvement of .students learning result which is significant enough.

Key Words: Classroom Action Research (CAR), Cahaya Concept, Students Learning Result, Cooperative Learning Model Two Stay Two Stray Technique by Value Approach.


(8)

sang cermin dari Maharaja Cahaya, sang senyum dari Yang Maha Penyayang, kekasih dari semua pecinta, Rasulullah Muhammad SAW, pembimbing bagi siapa yang mencari-Nya, pemegang kunci gerbang menuju-Nya.

Setelah melalui proses yang cukup panjang dan melelahkan akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) Dengan Pendekatan Nilai Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Cahaya”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik moril maupun maupun materil kepada penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang berhati mulia berikut ini

1. Bpk. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan.

2. Kedua orang tua dan keluarga, atas semua support dan kesediannya mendengarkan segala keluh kesah selalu dengan wajah tersenyum.

3. Ibu Hana Baiq Susanti, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) atas kesempatan yang telah diberikan.

4. Ibu Erina Hertanti, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika atas kesempatan yang telah diberikan.

5. Bpk. Djamaludin, S.Pd selaku kepala sekolah MTs Pembangunan UIN Jakarta atas kesempatan yang telah diberikan.

6. Bpk. Drs. A. Sofyan, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah banyak memberikan saran dan bimbingannya di sela-sela kesibukannya.

7. Ibu Kinkin Suartini, M.Pd, selaku dosen Pembimbing II yang telah memberikan perhatian dan bimbingan kepada

penulis disela-sela


(9)

9. Ry “24/7”, semua waktu dan support, pinjaman pundaknya saat “absent minded”, serta entertainnya memandang bintang dari dua

tempat yang terpisah.

10. Dhini a.k.a Udin, semua waktunya saat menjadi “refrence hunter”, hang out dan travellinguntuk mengusir sesak dan jenuh. Semoga ini makna persahabatan sesungguhnya.

11. Encih Suwarsih “selfish person” yang baik hati, terima kasih banyak telah berbagi energi positif dan telah menjadi partner yang tangguh selama proses panjang yang kita lewati. Our life never ending just because he left us,,,,,,!!!!!

12. Sahabat-sahabat Fisika angkatan 2004, Syilvianah (semangat terus, taklukkan skripsimu!), Yuyun (semua kesabarannya), Yofa (untuk semua keceriaan dan sharing yang kocak di sela-sela menunggu 510), Wiji, Ichi, Umi, Yanti, dan semua yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

13. Balzanani (untuk semua pengalaman tersurat tentang arti menjadi seorang guru), Bunga dan ibu (untuk pinjaman ruang TVnya), Mbah Hell untuk

sharingdanadvicenya, Wiji (untuktranslateabstraknya).

Tak akan cukup terima kasih penulis buat anda semua. Semoga Dia, Sang Maha Penjamin, yang selama ini memenuhi harapan dan keinginan penulis dengan kebijaksanaan-Nyadan kasih sayang-Nya berkenan menggantinya.

Semoga kita semua senantiasa dipelihara dalam jalan lurus keridhaan-Nya, dan kelak dipersatukan dengan jalinan mawar wangi dalam istana terang kemilau, bersama para kekasih-Nya di muka singgasana Sang Maharaja Cahaya.

Jakarta, September 2009

(TIA KARINA)


(10)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Hasil Penelitian... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 6

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti ... 6

1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 7

2. Pembelajaran Kooperatif... 9

3. Hasil Belajar... 17

4. Pendekatan Nilai ... 19

5. Konsep Cahaya... 21

6. Hasil Penelitian yang Relevan ... 23

B. Kerangka Pikir ... 24

C. Hipotesis Tindakan ... 27


(11)

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 31

E. Tahapan Pelaksanaan Tindakan ... 31

1. Penelitian Pendahuluan ... 31

2. Siklus I ... 32

3. Siklus II ... 33

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 34

G. Data dan Sumber Data... 35

H. Instrumen Penelitian... 35

1. Lembar Wawancara Analisis Kebutuhan ... 35

2. Lembar Observasi dan Catatan Lapangan... 36

3. Kuesioner ...36

4. Tes... 36

I. Teknik Pengumpulan Data ... 37

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 37

1. Validitas ... 37

2. Reliabilitas ... 37

3. Uji Taraf Kesukaran... 39

4. Daya Pembeda Soal... 39

K. Teknik Analisis Data ... 40

1. Tes Hasil Belajar... 40

2. Respon Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) dengan Pendekatan Nilai untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Cahaya ... 41

L. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan... 42


(12)

2. Hasil Belajar (Post test) Siklus II ... 45

3. Respon Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) dengan Pendekatan Nilai... 48

B. Pembahasan Hasil Temuan Penelitian ... 51

1. Tindakan Setiap Siklus ... 51

2. Perolehan Hasil Belajar ... 62

3. Rekapitulasi Perolehan Jawaban Respon Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TeknikTwo Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu) dengan Pendekatan Nilai... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ...66

B. Saran...67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

LAMPIRAN... 71


(13)

2.2 Tahap-Tahap Pembelajaran TeknikTwo Stay Two Stray

(Dua Tinggal Dua Tamu)... 16

2.3 Bagan Kerangka Pikir ... 27

4.1 Histogram Distrbusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus I ... 45

4.2 Histogram Distrbusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus II ... 47

4.3 Diagram Persentase Rata-rata Jawaban Pernyataan Indikator I... 48

4.4 Diagram Persentase Rata-rata Jawaban Pernyataan Indikator II ... 49

4.5 Diagram Persentase Rata-rata Jawaban Pernyataan Indikator III... 50


(14)

3.3 Kategori dan Nilai Interval ... 41

3.4 Perencanaan Tindakan ... 42

4.1 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus I ... 44

4.2 Distrbusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus I... 45

4.3 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus II... 46

4.4 Distrbusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus II ... 47

4.5 Rekapitulasi Data Perhitungan Kuesioner Respon Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) dengan Pendekatan Nilai untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Cahaya... 64


(15)

3. Uji Coba Instrumen Penelitian... 107

4. Kunci Jawaban Uji Instrumen Penelitian... 117

5. Uji Validitas ... 118

6. Uji Reliabilitas ... 119

7. Uji Taraf Kesukaran... 120

8. Uji Daya Beda... 121

9. Perhitungan Uji Validitas... 122

10. Perhitungan Uji Reliabilitas ... 123

11. Perhitungan Uji Taraf Kesukaran dan Daya Beda ... 124

12. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 125

13. Instrumen Penelitian ... 126

14. Kunci Jawaban Instrumen Penelitian... 131

15. Perhitungan Distrbusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus I ... 132

16. Perhitungan Distrbusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar Fisika Siswa Siklus II ... 133

17. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kuesioner Respon Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) dengan Pendekatan Nilai untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Cahaya... 134

18. Lembar Kuesioner... 136

19. Perhitungan Perindikator Kuesioner Respon Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) dengan Pendekatan Nilai... 137 20. Perhitungan Kuesioner Respon Siswa Terhadap Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif TeknikTwo Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua


(16)

22. Berita Wawancara ... 150

23. Catatan Lapangan Siklus I ... 154

24. Catatan Lapangan Siklus II ... 163

25. Surat Izin Observasi ... 166

26. Surat Izin Bimbingan Skripsi... 167

27. Surat Permohonan Izin Penelitian... 168

28. Surat Keterangan Selesai Penelitian... 169

29. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ... 170

30. Daftar Uji Referensi ... 171

31. Daftar Riwayat Hidup ... 178


(17)

Proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Interaksi yang baik akan mencapai tujuan belajar apabila suasana yang terjadi menyenangkan dan bermakna bagi siswa dan guru. Oleh karena itu, apabila kondisi tersebut tidak dapat tercipta dapat dipastikan kegiatan pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, diketahui model pembelajaran yang digunakan oleh guru di kelas adalah model pembelajaran konvensional yang diaplikasikan dalam bentuk metode ceramah. ”Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.”1 Teknisnya

yaitu guru berada di depan kelas menyampaikan bahan pelajaran, sedangkan siswa mendengarkan, menyimak dan mencatat beberapa hal yang dianggap penting. Terkadang kegiatannya juga

diselingi dengan pertanyaan, diskusi, latihan dan sesekali diselingi dengan kegiatan eksperimen.

Penggunaan metode ceramah yang tidak banyak menuntut partisipasi dari siswa, cenderung membentuk suasana

pembelajaran yang monoton dan membosankan. Kondisi ini memicu siswa untuk tidak berkonsentrasi dalam kegiatan pembelajaran dan membuat situasi kelas cenderung tidak kondusif. Situasi yang demikian pada akhirnya menimbulkan kejenuhan bagi siswa dan bermuara pada hasil belajar yang relatif rendah.

Selain dari usaha pencapaian hasil belajar berupa penguasaan pengetahuan dan konsep sains, pembelajaran fisika yang merupakan bagian dari sains juga dianggap perlu untuk mengungkap nilai-nilai umum yang terkandung di dalam sains. Menurut Einstein yang dikutip oleh Yudianto, ”dalam IPA (sains)

1 Wina Sanjaya,

“Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”,Edisi Pertama,

(Jakarta: Kencana, 2006), Cet. Ke-1, h.145


(18)

mengandung lima nilai, yaitu: (1) nilai religius, (2) nilai praktis, (3) nilai intelektual, (4) nilai sosial politik, dan (5) nilai pendidikan.”2

”Manusia memanfaatkan hasil-hasil sains yang akan memberikan nilai-nilai dalam sains. Walaupun tidak dengan sendirinya nilai-nilai itu terkandung di dalam hasil sains sendiri.”3 Dalam kegiatan pembelajaran pengetahuan siswa yang berkaitan dengan konsep-konsep yang terdapat dalam fisika, khususnya konsep cahaya yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi dapat disisipkan beberapa nilai seperti nilai praktis dan nilai intelektual agar lebih dapat membantu pemahaman siswa. Nilai-nilai tersebut dapat kembangkan melalui peran serta aktif

antara siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu penggunaan model pembelajaran konvensional yang hanya memunculkan peran serta minimal dari siswa dalam pembelajaran fisika perlu dikaji kembali dalam rangka peningkatan kualitas hasil belajar.

Permasalahan di atas disikapi peneliti melalui kegiatan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini diaplikasikan dengan modifikasi strategi dan model pembelajaran sebagai alternatif dari penggunaan model konvensional yang kurang efektif untuk pencapaian hasil belajar yang diharapkan. Dalam pemilihan model belajar yang tepat bagi siswa, guru perlu mempertimbangkan berbagai aspek yang menyangkut pembelajaran tersebut. Salah satu faktornya adalah tingkat kemampuan siswa kelas yang begitu beragam, sehingga guru tidak dapat memberikan perlakuan yang sama bagi semua siswa.

Seiring dengan berkembangnya dunia pendidikan muncul dan berkembang berbagai model pembelajaran yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing. Salah satu model pembelajaran yang diharapkan dapat menjadi alternatif adalah model pembelajaran kooperatif. Pendapat Kagan tentang kooperatif learningadalah sebagai berikut:

2 Suroso Adi Yudianto,

Manajemen Alam dan Sumber Pendidikan Nilai, (Bandung: PPS UPI,

2005), h.305

3 Sukarno,


(19)

“Cooperative learning is a successful teaching strategy in which small teams, each wich students of different levels ability, use a variety of learning activitiesto improve their understanding of a subject”4

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang cukup berhasil yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil untuk mempelajari suatu pokok bahasan tertentu, dimana dalam kelompok tersebut terdiri dari anggota-anggota yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dan bervariasi sehingga diharapkan dapat saling bekerjasama dalam mengatasi kesulitan dalam proses belajar..

Dalam mempraktekkan pembelajaran kooperatif di dalam kelas teknik- teknik yang dapat digunakan bermacam-macam. “Anita Lie dalam bukunya Cooperative Learning mengelompokkan menjadi 14 teknik, salah satunya adalah teknik two stay two stray (dua tinggal dua tamu).”5 Struktur pada model pembelajaran kooperatif teknik two

stay two stray (dua tinggal dua tamu), memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Sebagai upaya dalam memunculkan nilai-nilai yang

terkandung dalam sains melalui kegiatan pembelajaran, teknik two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dapat dikolaborasikan dengan pendekatan nilai. Pendekatan yang merupakan langkah untuk mencapai tujuan diharapkan dapat memaksimalkan teknik two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dalam peningkatan hasil belajar siswa serta penemuan dan pemahaman nilai yang terkandung dalam pembelajaran yang disampaikan.

Penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (dua tinggal dua tamu) yang dikolaborasikan dengan pendekatan nilai. Oleh karena itu dalam penelitian ini diambil judul:

“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu) dengan Pendekatan Nilai untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Cahaya”.

4 Spencer Kagan,

Cooperative Learning”, (CA: Kagan Publishing, 1994),www.kaganonline.com,

h.1 diakses pada 12 Januari 2009 pkl 16:52:03

5

Anita Lie,“Cooperative Learning Memperaktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas”, (Jakarta: Grasindo, 2004), h.60


(20)

B. Identifikasi Masalah

Dalam rangka menciptakan suatu proses belajar mengajar yang baik, efektif dan efisien serta menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa, maka perlu diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar yang kiranya mempengaruhi hasil belajar fisika. Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis mengidentifikasikan beberapa masalah, antara lain:

1. Bagaimana hasil belajar fisika siswa pada siklus awal pada konsep cahaya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray

(dua tinggal dua tamu) dengan pendekatan nilai?

2. Bagaimana hasil belajar fisika siswa pada siklus akhir pada konsep cahaya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray

(dua tinggal dua tamu) dengan pendekatan nilai?

3. Bagaimana respon siswa dalam pembelajaran fisika pada konsep cahaya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray

(dua tinggal dua tamu) dengan pendekatan nilai?

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini lebih terarah maka ruang lingkup masalahnya dibatasi pada masalah penerapan model pembelajaran kooperatif tekniktwo stay two stray (dua tinggal dua tamu) dengan pendekatan nilai terhadap hasil belajar, dengan aspek-aspek sebagai berikut: 1. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar pada

konsep cahaya pada ranah kognitif dan ranah afektif. Pada ranah kognitif aspek yang diukur meliputi aspek ingatan(C1), pemahaman(C2), aplikasi (C3),

dan analisis (C4).

2. Pendekatan nilai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyisipan muatan nilai dalam kegiatan pembelajaran. Nilai yang akan disisipkan dalam pembelajaran meliputi nilai praktis dan nilai intelektual.


(21)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimana peningkatan hasil belajar fisika dan respon siswa melalui model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dengan pendekatan nilai pada konsep cahaya?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tekniktwo stay two stray(dua tinggal dua tamu) dengan pendekatan nilai pada konsep cahaya.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh: 1. Peneliti

Menjadi salah input dalam penggunaan variasi metode mengajar yang dapat mendukung aktifitasnya di dunia kerja, selain itu juga sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada jurusan pendidikan IPA program studi Pendidikan Fisika FITK UIN Jakarta.

2. Guru

Memberikan informasi yang bermanfaat bagi guru tentang penerapan model pembelajaran tekniktwo stay two stray(dua tinggal dua tamu) dengan pendekatan nilai, sehingga dapat membantu siswa dalam menemukan metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran sains fisika yang bermuara pada meningkatnya hasil belajar.


(22)

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

Proses pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara siswa dan guru. Interaksi yang baik akan menciptakan situasi belajar yang bermakna dan menyenangkan yang bermuara pada hasil belajar yang diinginkan. Salah satu solusi yang diharapkan dapat mendukung terciptanya situasi dan kondisi belajar yang diharapkan adalah modifikasi model pembelajaran yang digunakan.

Langkah yang ditempuh untuk mengatasi hal tersebut diaplikasikan dalam kegiatan penelitian tindakan kelas, yang didalamnya menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dengan pendekatan nilai. Teknik ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Selain itu teknik ini juga dapat memberi kesempatan kepada

kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.1

Sementara itu, pendekatan nilai dalam kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran yang diwarnai dengan konsepsi baik tersirat maupun tersurat tentang nilai yang akan dikaji.

Pemilihan model pembelajaran tidak hanya berpatokan pada ketertarikan guru terhadap model pembelajaran tersebut, tetapi juga kondisi kemampuan siswa

di kelas yang beragam sehingga tidak dapat diberi perlakuan sama. Penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dengan pendekatan nilai diharapkan dapat mengcover keberagaman tersebut melalui pembelajaran dalam kelompok kooperatif dan pertukaran informasi antar kelompok kooperatif.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tekniktwo stay two straydengan pendekatan nilai diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan siswa dalam

1 Isjoni,

Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: AlfaBeta, 2009)

Cet.ke-2, h.79


(23)

konsep cahaya. Konsep cahaya yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah nama yang diberikan untuk radiasi yang dapat dilihat oleh mata manusia.2 1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berasal dari bahasa latin, Class Action Research (CAR) yang berarti penelitian yang dilakukan di suatu kelas untuk mengetahui bagaimana akibat tindakan yang diterapkan disuatu kelas. Menurut Arikunto dalam bukunya, PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi pada suatu kelas pada waktu bersama. 3

Sementara menurut Madya, ”PTK merupakan intervensi praktik dunia nyata yang ditujukan untuk meningkatkan situasi praktis tertentu. Maka yang disebut dengan PTK merupakan tindakan yang dilakukan oleh guru yang ditujukan untuk meningkatkan situsi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.”4

Secara umum tujuan kegiatan PTK adalah memecahkan masalah, memperbaiki kondisi, mengembangkan dan meningkatkan mutu pembelajaran. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan beberapa ciri khusus kegiatan PTK, antara lain bersifat situasional, kontekstual, berskala kecil dan terlokalisasi.

Beberapa ahli menyatakan beberapa metode PTK, tetapi secara garis besar metode PTK terbagi menjadi empat bagian umum yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Model-model tersebut yang akan dilaksanakan secara sistematis pada kegiatan PTK yang selanjutnya disimpulkan dengan siklus sebagai berikut:

2

Mathen Kanginan,IPA Fisika UNTUK SMP Kelas VIII, (Jakarta: Erlangga, 2002), h.190

3 Suharsimi Arikunto, et al,

Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.2

4 Suwarsih Madya,

Penelitian Tindakan Kelas, KTI On-Line,www.KTI-ONLINE,com, diakses 15


(24)

PERENCANAAN

REFLEKSI PELAKSANAAN

PENGAMATAN

Gambar 2.1 Siklus PTK

Selain memiliki ciri khusus, PTK juga memiliki prinsip-prinsip dasar yaitu: (1) Situasi biasa

(2) Kegiatan nyata/empirik

(3) Peningkatan mutu atau pemecahan masalah (4) Sukarela

(5) Sistematik (6) Tindakan berbeda (7) Terpusat pada proses

PTK yang dilaksanakan secara berkesinambungan dapat menjelasakan kemajuan, peningkatan, kemunduran dan sebagainya. Dari pelaksanaan sebuah tindakan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya. Dengan melaksanakan PTK guru akan lebih kreatif, sebab terus dituntut untuk berinovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran yang digunakan.


(25)

2. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Johnson and Johnson seperti dikutip oleh Darmiyati Zuchdi menyatakan bahwa, sejak tahun 1970-an di Amerika Serikat terjadi suatu gerakan dalam pendidikan yang disebut Cooperative learning ‘belajar secara kooperatif’ berbagai pendekatan untuk mengajarkan kepada murid-murid cara bekerja sama dalam mengerjakan tugas-tugas akademik.5

Pendapat lain juga dikeluarkan oleh Cohen seperti dikutip dalam Sri Rahayu yang menggambarkan pembelajaran koperatif adalah sebagai berikut:

“Cooperative learning will be defined as students working together in a group small enough that everyone can participate on a collective tasks that has been clearly assigned. Moreover, students are expected to carry out their task without direct and immediate supervision of the teacher.”6

Pengertian di atas menyatakan definisi yang sangat luas tentang pembelajaran kooperatif. Definisi ini meliputi beberapa aspek yaitu pembelajaran yang bersifat kolaborasi, kerjasama dan berkelompok. Dalam hal ini penekanan kegiatan pembelajaran terdapat pada tugas kolektif yang dikerjakan secara team work atau berkelompok serta membentuk peran guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran.Barbara berpendapat sebagai berikut:

“Cooperative learning, like collaborative learning, entails small groups working

on specific tasks”.7

Oleh karena itu dapat di katakan juga bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan pembelajaran kolaboratif yang memerlukan kelompok kerja kecil untuk membahas pokok bahasan spesifik. Bahasan kerja spesifik yang dimaksud disini adalah bahasan yang telah ditentukan sebelum kegiatan pembelajaran.

5 Darmiyati Zuchdi,

Pendekatan Pendidikan Nilai Secara Komprehensip sebagai Suatu Alternatif Pembentukan Akhlak Bangsa,(Cakrawala Pendidikan, Th XX, No.3, Juni 2001),h.164

6 Sri Rahayu,

Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran IPA, (MIPA, Tahun 27 No. 2, Juli

1998),h.156

7 Barbara J. Millis

, Enhancing Learning and More!Through Cooperative Learning, (Idea Center,


(26)

Pembelajaran kooperatif didesain dalam bentuk kelompok belajar yang berbeda dengan kelompok belajar konvensional. Kelompok belajar konvensional merupakan kelompok belajar yang sering diterapkan di sekolah pada saat ini seperti kelompok tugas dan lainnya. Berdasarkan beberapa paparan tersebut dapat disimpulkan perbedaan kedua kelompok tersebut antara lain:

(1) Kelompok kooperatif memiliki karakteristik-karakteristik khusus, antara lain saling ketergantungan yang positif, akuntabilitas individu, kelompok heterogen, pemimpin kelompok dipilih secara musyawarah, penentuan siswa dalam kelompok oleh guru, penekanan pada penyelesaian tugas dan mempertahankan interpersonal,

keterampilan sosial diajarkan secara langsung, guru melakukan observasi dan intervensi, guru memperhatikan proses kelompok belajar bekerja.

(2) Kelompok belajar konvensional juga memiliki beberapa karakter khusus, antara lain: tidak ada ketergantungan antar sesama anggota kelompok yang bersifat positif, tidak ada akuntabilitas individu, kelompok homogen, tergantung pada satu orang pemimpin, tanggung jawab hanya pada diri sendiri, menekankan hanya pada penyelesaian tugas, keterampilan sosial diabaikan, guru mengabaikan fungsi kelompok, tidak ada proses pada kelompok.

Dari uraian di atas terlihat jelas perbedaan di antara keduanya. Kelompok kooperatif menekankan pada keberhasilan setiap individu dan kelompok, sedangkan kelompok konvensionalhanya

menekankan pada keberhasilan kelompok saja. Secara umum menurut Johnson & Johnson dalam Sri Rahayu, ”pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keuntungan yaitu: (a) Siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat secara aktif dan memiliki usaha yang lebih besar untuk berprestasi.(b) berfikir kritis. (c) Hubungan yang lebih positif antar siswa dan kesehatan psikologis yang lebih besar.” 8

8 Sri Rahayu,


(27)

Beberapa karakteristik pendekatan kooperatif, antara lain:

(1) Individual accountability atau tanggung jawab individu, yaitu bahwa setiap individu di dalam kelompok memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kelompok secara tuntas, sehingga tanggung jawab kelompok ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota kelompok.

(2) Social skill, meliputi seluruh kehidupan sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri demi kepentingan kelompok. Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, sikap saling menolong, menghormati orang lain dan membentuk kesadaran sosial.

(3) Positif interpendence yaitu sifat yang menunjukkan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok ditentukan oleh peran serta setiap anggota kelompok, karena setiap anggota kelompok dianggap

memiliki kontribusi. Jadi siswa berkolaborasi bukan berkompetisi.

(4) Group processing, merupakan proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok bersama-sama.9

Dapat disimpulkan bahwa dari beberapa karakteristik pembelajaran kooperatif menumbuhkan peran serta positif siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tahapan atau fase, antara lain:

(1) Fase 1: Provide Objective and Set. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menerangkan kerangka tugas.

(2) Fase 2: Present Information. Guru menyampaikan informasi kepada siswa baik dalam bentuk verbal maupun teks.

(3) Fase 3:Organize Student In Learning Teams. Guru menerangkan bagaimana membentuk kelompok dan bagaimana membantu mereka melakukan perubahan secara efisien.

(4) Fase 4: Assist Team Work and Study. Guru membantu cara melakukan sesuatu dalam usaha penerapan konsep.

(5) Fase 5: Test. Guru mengevaluasi hasil pengajaran atau hasil presentasi kelompok.

(6) Fase 6: Recognize Achievment. Guru menemukan cara-cara mendeteksi keberhasilan, baik secara individu maupun kelompok. 10

9 Slamet Sapto Adi,

“Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu)”,Skripsi UNJ), h.13


(28)

Lundgren (1994) seperti yang telah dikutip oleh Darwin, mengutarakan bahwa “strategi pembelajaran kooperatif merupakan bentuk penerapan bentuk- bentuk penerapan dari keterampilan pembelajaran kooperatif. Keterampilan- keterampilan pembelajaran kooperatif yang harus dikenalkan dan dikuasai oleh siswa meliputi keterampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.” 11

Keterampilan kooperatif awal terdiri atas beberapa langkah, antara lain: (1) Menggunakan kesepakatan, yaitu setiap anggota kelompok

memiliki kesamaan pendapat.

(2) Menghargai kontribusi, yaitu memperhatikan atau dikerjakan apa yang dikatakan atau dikerjakan oleh anggota lain dalam kelompoknya. (3) Menggunakan suara pelan, tujuannya agar tidak terdengar orang di seberang

meja.

(4) Berada dalam kelompok, artinya tetap dalam tempat kerja kelompok.

(5) Berada dalam tugas, yaitu meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya sehingga kegiatan akan terselesaikan dengan baik dan dalam waktu yang tepat.

(6) Mendorong partisipasi, yaitu mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.

(7) Menghormati perbedaan individu, artinya bersikap menghormati terhadap perbedaan latar belakang yang unik.

Keterampilan kooperatif tingkat menengah terdiri atas beberapa langkah, antara lain:

(1) Menunjukkan penghargaan dan simpati, yaitu menunjukkan rasa hormat, pengertian dan rasa sensitivitas terhadap usulan-usulan yang berbeda dari usulan orang lain.

(2) Mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, yaitu mengungkapkan pendapat dengan cara yang sopan.

(3) Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan lisan. (4) Bertanya, yaitu menyatakan suatu informasi lebih jauh.

(5) Membuat ringkasan, yaitu mengulang kembali informasi.

(6) Menafsirkan, yaitu menyatakan informasi dengan kalimat yang berbeda.

11 Darwin,

Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam Proses Pembelajaran IPA-Fisika”,Jurnal Pendidikan,2000. h.4


(29)

lain:

Keterampilan kooperatif tingkat mahir terdiri atas beberapa langkah, antara

(1) Mengelaborasi, yaitu memperluas konsep, kesimpulan dan pendapat- pendapat yang berhubungan dengan konsep tertentu.

(2) Menanyakan kebenaran, yaitu membuktikan bahwa jawaban tersebut benar. (3) Menetapkan tujuan, yaitu menentukan prioritas-prioritas.12

b. TeknikTwo Stay Two Stray(Dua Tinggal Dua Tamu)

Teknik belajar mengajar two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Selain itu teknik ini juga dapat memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.13

Banyak kegiatan belajar mengajar di sekolah yang diwarnai dengan

kegiatan-kegiatan individu. Dalam kondisi ini siswa bekerja sendiri dan tidak diizinkan melihat pekerjaan orang lain. Padahal dalam kehidupan nyata siswa cenderung dituntut untuk dapat berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu hal ini dapat diasah melalui struktur pembelajaran two stay two stray. Dalam pembelajaran ini sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu dan dua siswa lain tetap di kelompoknya untuk menerima dua orang dalm kerja kelompok,

kembali ke kelompok asal, kerja kelompok dan laporan kelompok.14

Kondisi pembelajaran kooperatif dengan teknik two stay two stray yang dilakukan dengan pembentukan kelompok meningkatkan tingkat interaksi siswa dan dapat membuat siswa memperoleh sudut pandang yang berbeda dalam pembelajaran. Hal ini senada dengan hasil penelitian Yanti Herlanti bahwa 78% mahasiswa berpersepsi positif dan sisanya sebesar 16% berpersepsi negatif. Secara umum persepsi mereka tentang kegiatan simulasi two stay two stray dengan cooperative learningyaitu teknik ini membuat aktif mencari pengetahuan

12 Ibid, h.4-6 13 Isjoni,loc.cit. 14 Erman S, Ar.

Model Pembelajaran dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa,


(30)

untuk melengkapi materi dan ketika menjadi penerima tamu ”stay” dapat lebih hapal dengan materi.15

Cara-cara pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (dua tinggal dua tamu) adalah sebagai berikut:

(1) Siswa bekerja dalam kelompok seperti biasa.

(2) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok yang berbeda. (3) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka ke tamu mereka.

(4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan-temuan mereka ke kelompok lain.

(5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.16

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan teknik two stay two stray(dua tinggal dua tamu) memiliki beberapa tahapan antara lain:

(1) Tahap “kooperatif”, terdiri dari kelompok kecil (beranggotakan 4-6

orang siswa) yang masing-masing menerima satu paket informasi untuk didiskusikan.

(2) Tahap “two stay two stray”. Setelah kelompok kooperatif menerima bahan

diskusi maka dua dari anggota kelompok tetap tinggal dan dua dari anggotanya bertamu kedua kelompok yang berbeda. Dan dua kelompok yang tinggal memberikan informasi kepada tamu mereka. Demikian juga dengan kelompok lain.

(3) Tahap “kembali”,kedua siswa yang bertamu kedua kelompok yang berbeda kembali kepada kelompok kooperatifnya dan membahas lagi masalah berikutnya dengan memperoleh hasil pemecahan masalah dengan kelompok lain.

15 Yanti Herlanti

, Perception of Science Teacher Candidated Toward Participation Learning Model,(Proseding the First International Seminar on Science Education, Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung, 27 November 2007), h.6

16 Anita Lie,

Cooperative Learning Memperaktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas”, (Jakarta: Grasindo, 2004),h.62


(31)

S1 S2

S3 S4

S1 S2

S3 S4

S1 S2

S3 S4

S1 S2

S3 S4

S1 S2

S3 S4

S1 S2

S3 S4

Dari penjelasan di atas dapat dibuatkan skema tahap-tahap

pembelajaran kooperatif tekniktwo stay two stray(dua tinggal dua tamu) sebagai berikut:

T ah ap 1: T ah ap

“K ooperatif”

Kel. Koop I Kel. Koop II

S1 S2 S1 S2

S3 S4 S3 S4

Kel. Koop III Kel. Koop IV

S1 S2 S1 S2

S3 S4 S3 S4

T ah ap 2: T ah ap

“ T w o

S tay T w o

S tra y”

K el. K oop. I K el.K oop . II K el. K oop. III

S1 S2

S3 S4

K el. K oop. IV K el. K oop. V K el. K oop. V I

S1 S2

S3 S4

K el. K oop. V II K el. K oop. V III K el. K oop. IX

S1 S2


(32)

T ah ap 3: T ah ap

“ K em bali”

Kel. Koop I Kel. Koop II

S1 S2 S1 S2

S3 S4 S3 S4

Kel. Koop III Kel. Koop IV

S1 S2 S1 S2

S3 S4 S3 S4

Gambar 2.2 Tahap-Tahap Pembelajaran Kooperatif TeknikTwo Stay Two Stray

Keterangan:

S1, S2, S3, S4 : Siswa


(33)

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Skinner dalam Muhibbin mengatakan bahwa, “belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pernyataan ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah ...

a procces of progresif behavior adaptation. Berdasarkan eksperimennya, Skiner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat(reinforcer).”17

Penguat dalam kegiatan belajar adalah berupa metode dan alat pembelajaran. Metode dan alat ini digunakan untuk mencapai tujuan penilaian. Dengan kata lain penilaian merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan dan hasil belajar siswa.

Menurut Nana Sudjana dalam bukunya penilaian hasil proses belajar mengajar, “hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”18

Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa ini sangat beragam aspeknya.

Menurut Horward dalam Sudjana, “keterampilan hasil belajar dapat dibagi kedalam tiga jenis, (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan

kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah

psikomotoris”.19

Berdasarkan uraian di atas, pada hakikatnya belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang meliputi keseluruhan pribadinya dengan hasil yang diharapkan berupa perubahan pengetahuan, sikap, perluasan minat, penghargaan norma-norma, kecakapan dan lainnya. Perubahan-perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalamannya sendiri dan interaksi dengan lingkungannya. Kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedangkan perubahan tingkah laku itu merupakan hasil dari proses belajar.

17 Muhibin Syah,

Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya,2004), h.90

18 Nana Sudjana,

Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya,1999), h.22

19


(34)

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruh siswa dalam memperoleh hasil belajar dapat digolongkan dua faktor utama, yakni faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang berasal dari lingkungan.20

Hal ini senada seperti yang diungkapkan oleh Muhibbin, secara global faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa di bedakan menjadi tiga macam: (1).Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani

dan rohani siswa.

(2).Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa.

(3). Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan model yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran.21

Hubungan antara satu faktor dengan faktor lainnya sangat erat kaitannya dan bersifat saling mendukung. Dalam faktor internal terdapat faktor psikologis dan fisiologis siswa yang didukung oleh faktor eksternal dan pendekatan belajar. Oleh karena itu lingkungan yang merupakan bagian dari faktor eksternal dan metode belajar yang merupakan bagian dari pendekatan belajar perlu diperhatikan dengan seksama dalam penerapannya. Hal ini dimaksudkan agar hasil belajar yang akan dicapai dapat diperoleh dengan maksimal.

c. Pengukuran Hasil Belajar

Kegiatan akhir dari proses pembelajaran adalah menilai hasil belajar siswa untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam melakukan penilaian penilaian lazimnya didahului oleh kegiatan pengukuran. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil penilaian yang benar, maka kegiatan pengukuran harus menggunakan alat ukur yang sahih atau akurat (valid) dan stabil atau terpercaya.22

20 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching,(Jakarta: Quantum Teaching), h.48 21 Muhibin Syah,

op.cit, h.132

22 Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama,

Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta:Hak Cipta, 2006), h.1


(35)

Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, pengukuran bersifat kuantitatif.23 Kegiatan pengukuran dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa telah mengikuti proses pembelajaran. Alat ikur yang digunakan dalam proses pengukuran hasil belajar siswa dapat berupa tes hasil belajar. Penggunaan tes dapat digunakan untuk mengukur ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

4. Pendekatan Nilai

Nilai menurut Kluckhon seperti yang dikutip oleh Mulyana adalah konsepsi (tersirat atau tersurat) yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok dari apa yang diinginkan mempengaruhi pilihan terhadap cara, tujuan antara tindakan dan akhir tindakan.24 Nilai merupakan sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal. Nilai bukan merupakan benda konkret, bukan fakta, tidak hanya soal penghayatan yang dikehendaki atau tidak dikehendaki tetapi nilai terletak pada hubungan antara subjek penilai dengan objek yang dinilai.

Sementara itu menurut Maman Rachman, nilai adalah suatu pengertian atau pensifatan yang digunakan untuk memberikan penghargaan terhadap barang atau benda.25 Dalam pembelajaran nilai yang dapat dikatakan sebagai konsepsi

tersurat atau tersirat dapat di kombinasikan melalui model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang terdiri atas beberapa tahapan yang salah satunya adalah pendekatan dan teknik pembelajaran dapat dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan di kelas.

23 Suharsimi Arikunto,

Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),

Cet.ke-6, h.3

24 Rochmat Mulyana,

Mengartikulasi Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabetha, 2004), h.10.

25 Maman Rachman,

Reposisi, Reevaluasi dan redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi Muda Bangsa,Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No:028 Tahun ke-7, Maret 2001, h.3


(36)

Pendekatan dalam prakteknya sering disamakan dengan metode. Pada dasarnya pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Maka dapat dikatakan bahwa pendekatan nilai dalam kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran yang diwarnai dengan konsepsi baik tersirat maupun tersurat tentang nilai yang akan dikaji.

Dalam penanaman nilai terdapat beberapa pendekatan salah satunya adalah pendekatan klarifikasi nilai. Pendekatan klarifikasi nilai memberi penekanan terhadap usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatan mereka sendiri untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri.26 Sehingga dapat dikatakan melalui

pendekatan klarifikasi nilai saat dikembangkan teknik pembelajaran yang dapat menampilkan konsepsi tersurat maupun tersirat dalam kegiatan belajar. Selanjutnya pendekatan ini akan di

implementasikan kedalam teknik belajar, sehingga dapat menonjolkan konsepsi nilai baik dalam tahapan teknik pembelajaran maupun melalui konsep yang merupakan media dalam teknik pembelajaran.

Penyisipan nilai dalam kegiatan pembelajaran tersebut diharapkan dapat

dipahami oleh siswa sebagai bagian dari hasil belajar selain dari kemampuan kognitif. Pendekatan nilai yang mengandung berbagai macam nilai akan difokuskan pada tiga nilai utama yaitu nilai praktis dan nilai intelektual.

26 Trimo,

Pendekatan Penanaman Nilai dalam Pendidikan,http://re-searchengines.com. Diakses


(37)

a. Nilai Praktis

Nilai praktis dari suatu bahan ajar berhubungan langsung dengan aspek- aspek manfaat sains untuk kehidupan manusia.27 Hal inilah yang

menyebabkan sains berkembang sangat pesat dalam kehidupan, karena dalam perkembangannya sains selalu mendahulukan kemaslahatan dan kepentingan manusia. Aplikasi sains dalam bidang kehidupan yang dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh manusia ada dalam wujud teknologi yang dikembangkan dalam berbagai bidang.

b. Nilai Intelektual

Nilai intelektual adalah nilai yang mengajarkan kecerdasan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan tidak mempercayai takhayul.28

Maka dapat dikatakan bahwa nilai intelektual merupakan nilai yang dimiliki seseorang ketika mampu mendeskripsikannya dalam pemikiran ilmiah ketika menemui kenyataan dalam kehidupan sehari-hari.

5. Konsep Cahaya a. Pengertian Cahaya

Cahaya adalah nama yang diberikan untuk radiasi yang dapat dilihat oleh mata manusia.29 Cahaya memiliki beberapa ciri antara lain bukan merupakan suatu zat, merupakan gelombang

elektromagnetik, merupakan gelombang transversal, dalam perambatannya merambat lurus.

b. Pemantulan

Terdapat dua jenis pemantulan yaitu pemantulan teratur dan pemantulan baur. Dalam pemantulan terdapat hukum yang dikenal dengan hukum pemantulan cahaya, yaitu:

(1) Sinar datang, sinar pantul dan sinar normal terletak pada satu bidang dan ketiganya berpotongan pada satu titik.

(2) Sudut pantul sama dengan sudut datang.

27 Suroso Adi Yudianto,

op.cit, h.307 28 Suroso Adi Yudianto,

op.cit, h.307

29 Mathen Kanginan,


(38)

c. Cermin

Cermin yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari terdiri dari tiga jenis cermin, antara lain cermin datar, cermin cekung dan cermin cembung. Masing- masing cermin memiliki sifat masing-masing dalam membentuk bayangan. Selain sifat yang berbeda-beda masing-masing cermin juga memiliki aturan yang berbeda dalam melukis pembentukan bayangan.

d. Pembiasan Cahaya

Pembiasan cahaya merupakan pembelokan seberkas sinar atau cahaya yang merambat dari satu medium ke medium lainnya yang memiliki kerapatan yang berbeda. Dalam pembiasan dikenal beberapa hukum antara lain hukum I pembiasan dan hukum II pembiasan yang juga dikenal dengan hukumsnellius.

e. Lensa

Lensa merupakan sebuah benda bening yang dibatasi oleh dua bidang lengkung. Terdapat dua jenis lensa, yaitu lensa cembung dan lensa cekung. Ciri fisik yang dapat diamati dari lensa cembung adalah memiliki bagian tengah lebih tebal daripada bagian ujungnya, sedangkan lensa cekung memiliki bagian tengah yang lebih tipis daripada bagian ujungnya.

f. Pembelajaran Konsep Cahaya dengan Pendekatan Nilai

Nilai praktis yang dapat diperoleh dari konsep cahaya dengan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray (dua tinggal dua tamu) dengan pendekatan nilai antara lain:

(1) Sifat cahaya yang dapat memantul dimanfaatkan manusia dalam pembuatan kaca spion yang dapat digunakan untuk membantu pandangan manusia pada bagian belakang ketika menggunakan kendaraan.

(2) Pembiasan cahaya dimanfaatkan manusia dalam pembuatan lensa kaca mata sebagai alat bantu penglihatan.

(3) Cermin datar dimanfaatkan sebagai alat penghias ruangan yang membuat ruangan seolah-olah terlihat lebih luas.


(39)

Nilai intelektual dapat digali melalui pengaplikasian konsep cahaya ysng terdapat dalam pembelajaran antara lain:

(1) Akibat dari sifat cermin cekung yang dapat menghasilkan bayangan yang bersifat maya, tegak dan diperbesar kita dapat melihat benda yang diletakkan di depan cermin lebih besar dari aslinya.

(2) Sifat pembiasan mengakibatkan pensil yang diletakkan di dalam air seolah-olah patah atau membengkok.

Selain penyisipan pada konsep,nilai dapat disisipkan dalam proses pembelajaran melalui kegiatan- yang dilakukan oleh siswa. Antara lain saat pengerjaan dan pembahasan soal latihan serta mengerjakan kegiatan eksperimen sederhana. .

6. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis telah dilakukan juga oleh I Nyoman SelamatdanI Wayan Redhana dalam jurnalnya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Bermain Menggunakan Lembar Kerja Siswa Non-Eksperimen untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Belajar Kimia Siswa

SMU Laboratorium STKIP Singaraja”,memperoleh

kesimpulan bahwasiswa menyambut sangat baik model pembelajaran ini dan berharap agar model pembelajaran ini dapat diteruskan pada pembelajaran konsep-konsep kimia selanjutnya.30

Penelitian yang dilakukan oleh Yustini Yusuf dan Mariani Natalina dengan judul ”Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di Kelas 1 SLTP Negeri 20 Pekanbaru”, memperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif dengan pendekatan struktural dapat meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan hasil uji pada dua siklus dalam pembelajaran.31

30 I Nyoman Selamat dan I Wayan Redhana,

Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Bermain Menggunakan Lembar Kerja Siswa Non-Eksperimen untuk Meningkatkan Proses dan Hasi Belajar Kimia Siswa SMU Laboratorium STKIP Singaraja,(Aneka Widya IKIP Negeri

Singaraja, No.4 TH XXXIV, Oktober 2001)

31 Yustini Yusuf dan Mariani Natalina,Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktur di Kelas 1 SLTP Negeri 20 Pekanbaru,


(40)

Kurniawati dalam skripsinya yang berjudul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar Kimia Siswa dengan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TSTS) pada Pokok Bahasaan Ikatan Kimia”, memperoleh kesimpulan bahwa penerapan pendekatan kooperatif teknik two stay two stray

(tsts)pada pokok bahasaan ikatan kimia dapat meningkatkan minat belajar kimia siswa.32

Sementara itu Neneng Olivia dalam skripsinya yang berjudul “Pengembangan Keterampilan Proses dengan Penanaman Nilai-nilai Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VII”, menyatakan bahwa terjadi peningkatan aspek kognitif, psikomotor dan afektif siswa

dari kegiatan pembelajaran dengan penanaman nilai-nilai sains.33 Meti Maspupah dalam tesisnya yang berjudul “Efektivitas

Pembelajaran

dengan Menggunakan Pendekatan Nilai untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Sikap dan Minat Siswa pada Konsep Ekologi”. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan nilai dapat meningkatkan hasil belajar, sikap dan minat siswa pada konsep ekologi.34

B. Kerangka Pikir

Pada kajian teori telah diungkapkan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor pendekatan belajar. Faktor pendekatan belajar ini meliputi strategi dan model pembelajaran. model pembelajaran digunakan oleh seorang pengajar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar.

32 Kurniawati

, Upaya Meningkatkan Minat Belajar Kimia Siswa dengan Pendekatan

Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray (TSTS) pada Pokok Bahasaan Ikatan Kimia,

(Skripsi PPS UINI, 2007)

33 Neneng Olivia

, Pengembangan Keterampilan Proses dengan Penanaman Nilai-nilai Sains untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas VII,(Skripsi PPS UPI, 2007)

34 Meti Maspupah,

Efektivitas Pembelajaran dengan Menggunakan Pendekatan Nilai untuk Meningkatkan Hasil Belajar, Sikap dan Minat Siswa pada Konsep Ekologi,(Tesis PPS UPI, 2007)


(41)

Model pembelajaran yang diterapkan di kelas sejauh ini hanya menuntut peran serta yang minimal dari siswa. Kondisi ini menciptakan pola interaksi yang kurang baik dan kondisi pembelajaran yang kurang kondusif sehingga bermuara pada hasil belajar yang kurang memuaskan. Hasil belajar yang dikaji disini tidak hanya pada hasil belajar kognitif tetapi juga pada ranah afektif siswa. Menyikapi hal ini peneliti memilih alternatif berupa modifikasi model pembelajaran yang digunakan di kelas melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian tindakan yang dilakukan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dengan pendekatan nilai. Konsep fisika yang digunakan dalam penelitian adalah konsep cahaya yang di dalamnya terdapat beberapa sub konsep yaitu cermin, pemantulan, lensa dan pembiasan. Kegiatan pembelajaran dirancang untuk beberapa kali pertemuan. Pada setiap pertemuan peneliti menerapkan model pembelajaran yang telah ditentukan dengan penyisipan nilai dalam konsep maupun dalam proses pembelajaran siswa. Penelitian tindakan dengan penerapan model pembelajaran tersebut dimaksudkan agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik pada ranah afektif maupun pada ranah kognitif, khususnya dalam konsep cahaya.


(42)

Peran Serta Minimal Siswa

Situasi Belajar Kurang Kondusif

Hasil Belajar <

Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TSTS dengan Pendekatan Nilai

Guru Siswa

Berperan Aktif

Situasi Belajar Kondusif

Hasil Belajar >


(43)

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan dapat dibuat berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan kebenarannya dalam sebuah penelitian. Adapun hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

“Penerapan model pembelajaran kooperatif tekniktwo stay two stray (dua tinggal dua tamu) pada konsep cahaya dengan pendekatan nilai dapat meningkatkan hasil belajar siswa”.


(44)

Penelitian dilakukan di MTs Pembangunan UIN-Jakarta, pada semester genap tahun pelajaran 2008/2009 mulai bulan Maret -Mei 2009. B. Metode dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru bidang studi fisika

di sekolah. Kondisi ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan sesuai dengan rencana dan sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Secara garis besar terdapat empat tahapan atau siklus yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Siklus tersebut akan terhenti apabila kriteria keberhasilan telah tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Taggart. Model penelitian ini pada hakikatnya merupakan perangkat-perangkat atau untaian-untaian yang terdiri dari empat komponen utama seperti yang telah diungkapkan di atas.

Berikut ini adalah tabel perencanaan tindakan dalam penelitian Tabel 3.1 Perencanaan Tindakan

1 PERENCANAAN:

IDE AWAL

Mengetahui dan menyisipkan nilai-nilai dalam pembelajaran sains khususnya mata pelajaran fisika. 2 TEMUAN AWAL Berdasarkan hasil observasi di dalam kelas dan

wawancara terhadap siswa dan guru diperoleh keterangan bahwa pembelajaran fisika pada konsep cahaya adalah pelajaran yang cukup sulit. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas guru lebih sering menggunakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional yang diselingi dengan tanya jawab sederhana dan eksperimen sesekali,


(45)

sehingga siswa cenderung tidak tertarik pada pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini mendorong peneliti untuk memodifikasi

penggunaan model pembelajaran yang digunakan di kelas.

3 DIAGNOSIS Nilai-nilai dalam pembelajaran sains (nilai praktis dan nilai intelektual) dapat disisipkan dan di latih dalam pembelajaran. Siswa menemukan sendiri nilai dan prinsip konsep cahaya dengan pendekatan nilai melalui model pembelajaran kooperatif tekniktwo stay two straydengan pendekatan nilai yang diterapkan dalam pembelajaran.

4 PERENCANAAN Guru membuat acuan program pembelajaran berupa silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two straydengan pendekatan nilai.

5 TINDAKAN • Guru memberikan penjelasan mengenai rencana dan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam acuan program pembelajaran.

• Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tekniktwo stay two stray dengan pendekatan nilai. Langkah awal yang dilakukan yaitu pembagian kelompok kecil yang dipilih berdasarkan tingkat kemampuannya. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang. • Guru menjelaskan konsep cahaya dengan

penyisipan muatan nilai dalam kegiatan pembelajaran.

• Guru dan siswa menjalankan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tekniktwo


(46)

stay two straydengan pendekatan nilai. Setiap kelompok kooperatif yang telah dibentuk membahas dan bertukar informasi dengan kelompok lain.

• Pada akhir pelajaran guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran.

• Pada akhir pembelajaran siklus I guru memberikan tes hasil belajar.

6 PENGAMATAN Mengumpulkan data penelitian. Data yang

dikumpulkan berupa catatan setiap detail aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran siklus I.

7 REFLEKSI • Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh pada siklus I

• Menarik kesimpulan pada siklus I

• Merefleksi kekurangan pada siklus I dengan merujuk pada IPH (Indikator Pencapaian Hasil)

≥ 75% dengan nilai ketuntasan belajar ≥65. Siklus II dan seterusnya

Penulisan Laporan Penelitian

C. Subjek yang Terlibat

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas


(47)

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Pada penelitian ini peneliti berperan langsung dalam proses pembelajaran sebagai guru bidang studi fisika. Untuk observasi pada saat proses pembelajaran dilakukan oleh satu orang observer, yaitu guru bidang studi fisika kemudian evaluasi dan refleksi dilakukan secara bersama antara peneliti dan observer.

E. Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus pada pokok bahasan cahaya. Hal ini dimaksudkan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa pada setiap siklus setelah diberi tindakan. Bila pada siklus I terdapat perkembangan, maka kegiatan penelitian pada siklus II diarahkan pada kegiatan perbaikan dan penyempurnaan terhadap hal-hal yang dianggap kurang pada siklus I.

1. Penelitian Pendahuluan

Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan data analisis kebutuhan penelitian. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memperoleh deskripsi umum, mengenai situasi dan kondisi belajar di tempat penelitian. a. Wawancara dengan Guru dan Siswa

Wawancara dengan objek guru dan siswa dilakukan pada awal bulan Agustus 2008 di MTs Pembangunan UIN jakarta. Pertanyaan yang diajukan saat wawancara berkisar tentang kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran dan hasil belajar yang diperoleh khususnya dalam pelajaran fisika. Informasi tentang hasil belajar yang dapat diketahui adalah informasi hasil belajar fisika siswa pada konsep cahaya untuk kelas VIII tahun lalu.

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa model pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah cukup bervariasi. Metode pembelajaran yang digunakan adalah ceramah diselingi dengan tanya jawab dan kegiatan eksperimen yang sesekali dilakukan oleh guru. Tetapi pada kenyataannya sebagian besar siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran fisika khususnya konsep cahaya. Kondisi seperti ini salah satunya disebabkan oleh


(48)

interaksi antara siswa dan guru yang kurang berjalan dengan baik saat kegiatan pembelajaran.

b. Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan kedua yang dilakukan untuk memperoleh data analisis kebutuhan adalah observasi kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan pada minggu kedua bulan Agustus 2008. Berdasarkan kegiatan observasi diperoleh deskripsi umum mengenai situasi dan kondisi pembelajaran siswa. Informasi lain yang diperoleh yaitu tentang kondisi lingkungan sekolah beserta fasilitas penunjang proses pembelajaran yang ada.

Alokasi waktu untuk mata pelajaran fisika di sekolah untuk kelas VIII yaitu 4 jam pelajaran (2x pertemuan) perminggunya. Sarana dan prasarana penunjang pembelajaran disekolah ini sudah cukup memadai. Sekolah ini memiliki banyak ruang kelas dan fasilitas penunjang kegiatan pembelajaran seperti: laboratorium kimia, fisika, biologi dan komputer. Selain itu tersedia pula perpustakaan yang menyediakan bahan bacaan bagi siswa.

2. Siklus I

a. Tahap perencanaan

Guru membuat acuan program pembelajaran berupa silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dengan pendekatan nilai.

b. Tahap Pelaksanaan/Tindakan

Guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1) Guru memberikan penjelasan mengenai rencana dan tujuan pembelajaran yang terdapat dalam acuan program pembelajaran.

2) Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif teknik

two stay two straydengan pendekatan nilai.

3) Guru menjelaskan konsep cahaya yang disisipi dengan muatan nilai dalam kegiatan pembelajaran.

4) Guru dan siswa menjalankan pembelajaran dengan model


(49)

5) Pada akhir pelajaran guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran..

6) Pada akhir siklus I guru memberikan tes kepada siswa. c. Tahap Pengamatan

Kegiatan pada tahap pengamatan berupa pengamatan terhadap kegiatan pembelajaran siklus I. Hasil pengamatan yang dikumpulkan berupa catatan setiap detail aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I. Hasil pengamatan dicatat pada lembar observasi dan catatan lapangan yang dapat dijadikan sebagai bahan refleksi.

d. Tahap Refleksi

Refleksi pada proses pembelajaran siklus I dilakukan untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I sebagai tolak ukur untuk menyempurnakan siklus selanjutnya. Beberapa tahapan antara lain:

1) Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh pada siklus I 2) Menarik kesimpulan pada siklus I

3) Merefleksi kekurangan pada siklus I dengan merujuk pada IPH (Indikator Pencapaian Hasil)≥75% dengan nilai ketuntasan belajar ≥65.

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Guru membuat acuan program pembelajaran berupa silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran kooperatif tekniktwo stay two straydengan pendekatan nilai. b. Tahap Tindakan

1) Guru dan siswa menjalankan pembelajaran mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two straydengan pendekatan nilai yang telah disempurnakan sesuai dengan prosedur.

2) Guru menjelaskan konsep yang belum dimengerti siswa yang diketahui dari hasil refleksi siklus I

3) Pada akhir pelajaran guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran.


(50)

4) Pada akhir pelajaran guru memberikan kuesioner dan tes hasil belajar pada akhir siklus II

c. Tahap Pengamatan

Kegiatan pengamatan pada siklus II dilakukukan dengan mengamati kegiatan pembelajaran sebagai hasil refleksi dari siklus I. Hasil dari kegiatan pengamatan diperoleh data penelitian. Data yang dikumpulkan berupa catatan setiap detail aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran siklus II.

d. Tahap refleksi

Refleksi kegiatan pembelajaran pada siklus II yaitu dengan melihat perkembangan tes hasil belajar pada siklus I dan siklus II serta respon siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dengan pendekatan. Apabila masih terdapat kekurangan dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray pada konsep cahaya dengan pendekatan nilai

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mampu membuat siswa mengetahui serta memahami nilai-nilai sains yang terkandung di dalamnya.. Adapun keberhasilan hasil belajar yang diharapkan ditentukan berdasarkan IPH (Indikator Pencapaian Hasil) ≥ 75% dengan nilai ketuntasan belajar≥ 65.


(51)

G. Data dan Sumber Data

Data yang diperoleh berupa nilai hasil belajar siswa yang mencakup penguasaan konsep cahaya serta respon siswa terhadap model pembelajaran yang diberikan.

Tabel 3.2 Data dan Sumber Data No Jenis data Instrumen yang

digunakan Sumber Data 1 Analisis kebutuhan

proses pembelajaran

Lembar wawancara analisis kebutuhan

Siswa dan guru 2 Proses pembelajaran Lembar observasi

dan catatan lapangan

Siswa dan guru

3 Penguasaan konsep Tes hasil belajar Siswa

4 Respon siswa Kuesioner Siswa

H. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa instrumen, yaitu: 1. Lembar wawancara analisis kebutuhan

Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa. Pedoman wawancara kepada guru menitik beratkan pada tanggapan dan kesulitan guru dalam mengajarkan fisika khususnya konsep cahaya. Sedangkan wawancara pada siswa bertujuan untuk mengetahui pandangan siswa terhadap pelajaran fisika dan kesulitan dalam mempelajari fisika khususnya konsep cahaya.


(52)

2. Lembar observasi dan catatan lapangan

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.1

Pengamatan dan pencatatan dilakukan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.2 Lembar observasi digunakan untuk mengetahui proses pembelajan dengan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray pada konsep cahaya dengan pendekatan nilai. Catatan lapangan juga digunakan dalam rangka melengkapi kejadian-kejadian yang tidak terdapat dalam lembar observasi.

3. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Kuesioner ini digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray pada konsep cahaya dengan pendekatan nilai menggunakan skala likert yang telah dimodifikasi menjadi 5 alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), ragu-ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup.

4. Tes.

Tes adalah adalah merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.3 Tes yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada pokok bahasan cahaya. Instrumen untuk setiap siklus (postes/hasil belajar) masing-masing terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda.

1 Sukardi,

Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya,(Jakarta: Bumi Aksara,

2003), h.213

2 Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survai, (Jakarta : Rineka Cipta, 2004), h. 118 3 Suharsimi Arikunto,


(53)

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara tes dan nontes. Tes berupa postes (setiap siklus) dengan menggunakan 20 butir soal pilihan ganda yang bertujuan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa. Sedangkan nontes berupa wawancara dan observasi digunakan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray pada konsep cahaya dengan pendekatan nilai. Data yang berupa respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray pada konsep cahaya dengan pendekatan nilai diperoleh dengan menyebarkan kuesioner pada akhir siklus.

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Alat ukur yang digunakan dalam suatu penelitian harus tepat, artinya alat ukur yang digunakan harus sesuai dengan fungsi dan sasaran pengukuran. Sebelum alat ukur tersebut digunakan harus diuji terlebih dahulu dengan beberapa rumus, yaitu:

1. Validitas

Validitas berasal dari kata validity, dapat diartikan tepat atau sahih, yakni sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurannya artinya bahwa valid tidaknya suatu alat ukur tergantung kepada mampu tidaknya alat tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat.4

Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji validitas logis dan validitas empiris. Validitas logis dilakukan untuk menunjukkan bahwa intrumen yang digunakan memenuhi persyaratan valid berdasarkan suatu penalaran, sedangkan suatu instrumen dikatakan memiliki validitas empiris jika intrumen tersebut sudah diuji dari pengalaman. Untuk mengukur validitas instrumen dalam penelitian ini digunakan rumusPoint Biserialsebagai berikut:5

4 Ahmad Sofyan, dkk.,

Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2006), h. 105

5


(54)

Keterangan: rpbis

Μt SDt

=r point biserial

= Mean skor total yang berhasil dicapai oleh peserta tes = Deviasi standar total skor

Ρ = q = 2. Reliabilitas

Proporsi peserta tes yang menjawab betul Proporsi peserta tes yang menjawab salah

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.6 Uji ini dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder Richardson atau yang dikenal dengan K-R 20,7 yaitu:

n S

2

− ∑ pq r11=

Keterangan:

n − 1 S 2

r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

P = Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

(q = 1 - p)

∑pq = Jumlah hasil perkalian antar p dan q n = Banyaknya item

S = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

6

Ibid, h. 86 7


(55)

3. Uji Taraf Kesukaran

Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Rumus untuk mencari indeks kesukaran adalah sebagai berikut:8

P = B JS Keterangan : P = Tingkat kesukaran

B = Banyak siswa yang menjawab soal tersebut dengan benar

JS = Jumlah peserta tes Klasifikasi indeks kesukaran:

0.00–0.30 = soal termasuk kategori sukar 0.30–0.70 = soal termasuk kategori sedang 0.70–1.00 = soal termasuk kategori mudah

4. Daya Pembeda Soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi atau siswa yang berkemampuan rendah, rumus daya pembeda adalah sebagai berikut :9

Keterangan:

D = Daya beda

BA = Jumlah kelompok atas yang menjawab soal itu benar

BB = Jumlah kelompok bawah yang menjawab soal itu benar

JA = Jumlah peserta kelompok atas

JB = Jumlah peserta kelompok bawah

8

Ibid,h. 208 9 Suharsimi arikunto,


(56)

P = BA A

J

= Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

A

P = BB A

J

= Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab salah

B

Klasifikasi daya beda soal:

D: 0.00–0.20 = jelek (poor)

D: 0.20–0.40 = cukup (satisfactory) D: 0.40–0.70 = baik(good)

D: 0.70–1.00 = baik sekali(excellent) D: negatif, semuanya tidak baik.

K. Teknik Analisis Data 1. Tes Hasil Belajar

Dalam menganalisis tes hasil belajar digunakan tabel distribusi frekuensi. a Menentukan rentang10

R = H - L (Nilai terbesar–nilai terkecil) +1 b Menentukan banyaknya kelas11

K = 1 + 3.3 Log n

c Menentukan panjang kelas interval 12 P = R

K d Menentukan mean13

ΣΧ M− =

Χ Ν

10


(57)

(58)

e Menentukan frekuensi14

(1) Frekuensi absolute merupakan frekuensi yang dihitung berdasarkan jumlah nilai yang terletak pada interval tersebut.

(2) Frekuensi relatif= frekuensi absoluteΧ100% Σf

2. Respon Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

TeknikTwo Stay Two Straydengan Pendekatan Nilai

Respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tekniktwo stay two stray dengan pendekatan nilai dapat diperoleh dengan membuat tabel distribusi frekuesi dari total jawaban setiap pernyataan pada lembar kuesioner yang menggunakan skala Likert. Pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun negatif dinilai oleh subjek dengan Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Kategori Respon yang digunakan telah mengalami adaptasi dan penyesuaian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Kategori dan nilai interval No Kategori Respon15 Interval Nilai16

1 A (Baik Sekali) Xt >121 2 B (Baik) 114< Xt <121 3 C (Cukup Baik) 108< Xt <114 4 D (Kurang) 102< Xt <108 5 E (Gagal) Xt <102 * Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 20

14 Sudjana,

op.cit, h.50 15 Suharsimi Arikunto,

Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.245 16 Anas Sudijono,


(59)

Untuk dapat mengetahui persentase untuk masing-masing kategori yang telah diperoleh digunakan rumus:17

P = F X 100 %

N P : Persentase F : Frekuensi N :Number of Cases

L. Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan

Setelah peneliti melakukan tindakan pada siklus I, maka penelitian ditindak lanjuti untuk memperbaiki kekurangan dengan melakukan tahapan pada siklus selanjutnya, adapun tahapan pada siklus lanjutan tersebut adalah:

Tabel 3.4 Perencanaan Tindakan 1 PERENCANAAN:

IDE AWAL

Memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar fisika siswa

2 TEMUAN AWAL • Siswa masih belum memahami model pembelajaran yang digunakan

• Hasil belajar belum maksimal

3 DIAGNOSIS Penggunaan model pembelajaran kooperatif tekniktwo stay two straydengan pendekatan nilai dapat meningkatkan hasil belajar. 4 PERENCANAAN Guru membuat acuan program pembelajaran

berupa silabus dan Rencana Program Pembelajaran (RPP) menggunakan model pembelajaran kooperatif tekniktwo stay two straydengan pendekatan nilai.

5 TINDAKAN • Guru dan siswa menjalankan

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif teknik two stay two stray dengan pendekatan nilai yang telah disempurnakan sesuai dengan

17 Sudjana,


(60)

prosedur.

• Guru menjelaskan konsep yang belum dimengerti siswa yang diketahui dari hasil refleksi siklus I

• Pada akhir pelajaran guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran.

• Pada akhir pembelajaran siklus II guru memberikan kuesioner dan tes hasil belajar.

6 PENGAMATAN Mengumpulkan data penelitian. Data yang dikumpulkan berupa catatan setiap detail aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran, kuesioner dan tes hasil belajar pada akhir siklus II

7 REFLEKSI • Mengolah dan menganalisis data yang diperoleh pada siklus II

• Menarik kesimpulan pada siklus I I

• Merefleksi kekurangan pada siklus II dengan merujuk pada IPH (Indikator Pencapaian Hasil) ≥75% dengan nilai ketuntasan belajar≥

65.

Siklus III dan seterusnya Penulisan Laporan Penelitian


(61)

1. Hasil Belajar (Post test) Siklus I

Nilai tes hasil belajar siswa (post tes) siklus I pada konsep cahaya dapat pada tabel dan histogram berikut ini:

T abel 4.1 R ekapitulasi N ilai H asil B elajar F isika Sisw a Siklus I

NO Nama Siklus I

1 A 60

2 B 50

3 C 65

4 D 65

5 E 75

6 F 55

7 G 65

8 H 55

9 I 75

10 J 60

11 K 45

12 L 80

13 M 55

14 N 80

15 O 50

16 P 70

17 Q 65

18 R 65

19 S 60

20 T 65

21 U 55

22 V 65

23 W 70

24 X 60

25 Y 60

26 Z 65

27 AA 80

28 AB 75

29 AC 70

30 AD 60

31 AE 60

32 AF 50

ΣX 2030

Rata-Rata 63,4


(62)

T abel 4.2 D istribusi Freku ensi N ilai T es H asil B ela jar (Post test) Siklus I NO Rentang Nilai Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif(%)

1 45-50 4 12,5

2 51-56 4 12,5

3 57-62 7 21,9

4 63-68 8 25,0

5 69-74 3 9,4

6 75-80 6 18,8

Jumlah 32 100

* Perhitungan dapat dilihat pada lampiran 15

30,0 25,0 20,0

21,9

25,0

18,8

15,0 10,0

12,5 12,5

9,4

5,0 0,0

45 -5 0 51 -5 6 57 -62 63-6 8 69 -74 7 5-80 R e n tan g N ilai

G am bar 4.1 H istogram D istribusi F rekuensi N ilai T es H asil B elajar (Post test) Siklus I

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dan histogram di atas dapat diamati bahwa siswa yang memperoleh nilai pada rentang nilai (45-50) sebanyak 4 orang (12.5 %), rentang nilai (51-56) sebanyak 4 orang (12.5 %), rentang nilai (57-62) sebanyak 7 orang (21.9 %), rentang nilai (63-68) sebanyak 8 orang (25 %), rentang nilai (69-74) sebanyak 3 orang (9.4 %), dan rentang nilai (75-80) sebanyak 6 orang (18.8 %).


(63)

2. Hasil Belajar (Post test) Siklus II

Nilai tes hasil belajar siswa (post tes) siklus II pada konsep cahaya dapat pada tabel dan histogram berikut ini:

T abel 4.3 R ekapitulasi N ilai H asil B elajar F isika Sisw a Siklus II

NO Nama Siklus II

1 A 80

2 B 65

3 C 70

4 D 70

5 E 75

6 F 80

7 G 80

8 H 60

9 I 85

10 J 75

11 K 80

12 L 75

13 M 75

14 N 75

15 O 80

16 P 75

17 Q 75

18 R 70

19 S 65

20 T 80

21 U 80

22 V 75

23 W 70

24 X 80

25 Y 80

26 Z 80

27 AA 70

28 AB 75

29 AC 75

30 AD 65

31 AE 80

32 AF 50

ΣX 2370


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

178

LAMPIRAN 31

D A FT A R R IW A Y A T H ID U P

TIA KARINA. Putri kedua dari pasangan Omo Ja`is dan Yatti

Prasanti. Lahir di Tangerang, 24 April 1986. Saat ini Penulis bertempat tinggal di Jl. Menjangan III N0.34 Rt.002/003 Pondok Ranji-Ciputat Timur 15412.

Riwayat Pendidikan. Penulis memulai pendidikan di SDN

Pondok Ranji V, lulus tahun 1998. Kemudian Penulis melanjutkan sekolah di SLTP Negeri 2 Ciputat, lulus pada tahun 2001. pada tahun

2004, Penulis berhasil menyelesaikan studi di SMA Negeri 2 Ciputat dan melanjutkan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan IPA Program Studi Pendidikan Fisika.

Saat ini Penulis aktif sebagai slah satu staf pengajar di SMP Sabiluna Islamic Boarding Schooldan menjadi guru prifat di beberapa tempat.


Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STAY TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN MINAT Penerapan Strategi Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP Nege

0 2 16

PENDAHULUAN Penerapan Strategi Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sambi.

0 1 8

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STAY TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN MINAT Penerapan Strategi Pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray) Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP Nege

0 2 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (DUA TINGGAL DUA TAMU) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV SDN 2 BAJUR TAHUN AJARAN 20152016

0 0 20