significant 0,000 0,050. Besarnya nilai koefisien regresi X
2
0,445 dan bilangan konstantanya 7,188. Persamaan garis regresinya adalah
Y = 7,188 + 0,445X
2
. Hal ini berarti Ethical Sensitivity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi.
3. Gender dapat berperan sebagai variabel moderasi dalam pengaruh Moral Reasoning terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi yang
ditunjukkan dengan persamaan Y = 3,650 + 0,191X
1
+ 8,946Z –
0,217X
1
Z dan nilai signifikansinya kurang dari 5 0,000 0,050. 4. Gender dapat berperan sebagai variabel moderasi dalam pengaruh
Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi yang ditunjukkan dengan persamaan Y = 5,100 + 0,612X
2
+ 4,516Z –
0,341X
2
Z dan nilai signifikansinya kurang dari 5 0,047 0,050.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disajikan beberapa implikasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: 1. Moral Reasoning berpengaruh positif dan signifikan terhadap Persepsi
Etis Mahasiswa Akuntansi. Moral Reasoning merupakan salah satu faktor individu yang dimiliki mahasiswa Akuntansi untuk dapat
memberikan persepsi terkait dengan kejadian yang terjadi di sekitarnya, sehingga dapat memberikan penilaian apakah kejadian tersebut
merupakan tindakan etis atau tidak. Hal ini mengandung implikasi agar
kedepannya mahasiswa Akuntansi lebih meningkatkan Moral Reasoning yang dimiliki, sehingga dapat memberikan penalaran moral
guna membentuk persepsi etis maupun tidak etis atas kejadian yang terjadi di sekitarnya. Cara meningkatkannya yaitu dengan cara
menambah pengetahuan mengenai etika dan contoh penyimpangan yang telah terjadi, serta dampak dari penyimpangan tersebut, sehingga
mahasiswa akan
tahu konsekuensi
jika mereka
melakukan
penyimpangan.
2. Ethical Sensitivity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Ethical Sensitivity juga merupakan salah
satu faktor individu yang dimiliki oleh mahasiswa Akuntansi untuk membentuk persepsi yang benar atas kejadian yang ada, sehingga dapat
menarik kesimpulan bahwa kejadian tersebut etis atau tidak. Hal ini mengandung implikasi agar kedepannya mahasiswa Akuntansi lebih
meningkatkan Ethical Sensitivity yang dimiliki, sehingga mereka bisa lebih peka terhadap perilaku yang menyimpang dari etika. Selain itu,
mereka bisa mengambil persepsi bahwa perilaku menyimpang tersebut merupakan perilaku tidak etis dan tidak boleh dilakukan, serta mencari
tahu dampak
atau konsekuensi
apabila mereka
melakukan
penyimpangan tersebut.
3. Gender dapat memoderasi pengaruh Moral Reasoning dan Ethical Sensitivity terhadap Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi. Perbedaan
Gender antara laki-laki dan perempuan terbukti memiliki tingkat Moral
Reasoning dan Ethical Sensitivity yang berbeda. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa perempuan memiliki tingkat Moral Reasoning dan
Ethical Sensitivity yang lebih tinggi dibanding laki-laki. Hal ini mengandung implikasi agar kedepannya mahasiswa Akuntansi laki-laki
lebih meningkatkan Moral Reasoning dan Ethical Sensitivity yang dimiliki, sehingga laki-laki juga dapat berpersepsi etis maupun tidak
etis atas kejadian yang ada. Pada lembaga pendidikan khususnya universitas cara meningkatkannya yaitu dosen memberikan perhatian
khusus kepada mahasiswa terutama mahasiswa laki-laki atau dengan memberikan treatment khusus agar mahasiswa laki-laki bisa lebih
meningkatkan Moral Reasoning dan Ethical Sensitivity. Treatment yang diberikan bisa dengan cara mahasiswa laki-laki dihadapkan kepada dua
pilihan yaitu kasus etis dan tidak etis. Ketika mahasiswa laki-laki memilih kasus tidak etis, dosen perlu memberikan pendekatan khusus
terhadap mahasiswa tersebut dengan memberikan pengarahan serta
dampak dari kasus tersebut.
C. Saran