PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MENGGUNAKAN METODE INTERAKTIF PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 DURIAN PAYUNG BANDAR LAMPUNG

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MENGGUNAKAN METODE INTERAKTIF PADA SISWA

KELAS V SD NEGERI 1 DURIAN PAYUNG BANDAR LAMPUNG

Oleh Suhainah

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan membaca pemahaman di SDN 1 Durian Payung Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dengan menggunakan metode interaktif pada siswa kelas V SDN 1 Durian Payung Bandar Lampung.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui siklus-siklus tindakan. Setiap siklus terdiri dari: (1). Perencanaan, (2). Pelaksanaan, (3). Observasi, (4). Refleksi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode interaktif berhasil meningkatkan pembelajaran membaca pemahaman. Hal ini terlihat dari hasil yang diperoleh dalam siklus I, bahwa rata-rata test keterampilan membaca pemahaman dengan nilai 63 memiliki persentase sebesar 36,36%. Kemudian pada siklus II nilai rata-rata test keterampilan membaca pemahaman dengan nilai 69 memiliki persentase sebesar 75,75%.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Membaca merupakan jendela dunia, artinya dari membacalah semua informasi di dunia ini dapat ditangkap dan dicerna dengan cepat dan mudah. Untuk memiliki kemampuan membaca yang baik diperlukan tentang teknik-teknik membaca yang baik. Di samping itu, sangat diperlukan latihan-latihan Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca yang aktif. Bahasa sebagai alat komunikasi dan kontak sosial, Bahasa Nasional, maupun bahasa daerah tidak menuntut kemungkinan kita berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing, hal ini menunjukkan bahwa peranan penting bahasa mengarah kepada unsur kekayaan pada tingkat penguasaan dan perbendaharaan kata.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia pada hakikat pembelajaran bahasa, yaitu belajar bahasa adalah berkomukasi, dan belajar sastra menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusian. Oleh karena itu belajar bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia.


(3)

Ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar terdiri dari atas aspek mengdengarkan (menyimak lisan), berbicara dan menulis (Solchan, 2001 : 116).

Menurut Idra, (2011 : 5) Kegiatan mengungkapkan isi hati kepada orang lain kita kenal dengan sebutan komunikasi. Komunikasi tersebut dapat berlangsung secara lisan dan tulisan. Komunikasi secara lisan mencakup aktivitas menyimak dan berbicara, sedangkan secara tertulis mencakup kegiatan membaca dan menulis

Proses membaca yakni membaca sebagai proses psikologi, membaca sebagai proses sensori, membaca sebagai proses perseptual, membaca sebagai proses perkembangan, dan membaca sebagai proses perkembangan keterampilan. Sebagai proses psikologi membaca itu perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat kemampuan membaca. Di antara faktor-faktor tersebut menurut ( Harris (1970 : 76), bahwa faktor terpenting dalam masalah kesiapan membaca yaitu intelegensi umum. Membaca sebagai proses sensoris mengandung pengertian bahwa kegiatan membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan mata. Setelah dilakukan pemaknaan atau pengucapan terhadapnya.

Pernyataan “membaca sebagai proses sensoris” tidak berarti bahwa membaca merupakan proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang terlibat dalam


(4)

proses membaca dan ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa bekerja sendiri-sendiri atau secara serempak (Tarigan, 2001 : 34).

Membaca sebagai proses perseptual mengandung pengertian bahwa dalam membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang tersebut. Membaca sebagai proses perkembangan mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang (Tarigan, 2001 : 53).

Proses membaca sebagai perkembangan keterampilan mengandung arti membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa (language skills) yang sifatnya objektif, bertahap, bisa digeneralisasikan, merupakan perkembangan konsep, pengenalan dan identifikasi, serta merupakan interpretasi mengenai informasi. Berdasarkan hasil prapenelitian yang penulis lakukan di SD Negeri 1 Durian Payung Bandar Lampung siswa kelas V diperoleh keterangan bahwa, Guru masih menggunakan media pembelajaran kurang tepat seperti ceramah, mencatat dan bersifat kurang menarik, guru dalam kegiatan pembelajaran belum menggunakan metode yang tepat dan menarik sehingga siswa jenuh dan memiliki minat serta motivasi belajar yang rendah, siswa memerlukan suasana belajar yang lebih inovatif sehingga mampu menguasai materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, siswa lebih termotivasi dengan metode pembelajaran yang menyenangkan.


(5)

Untuk mengetahui secara terperinci tentang tingkat keterampian membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri 1 Durian Payung Bandar Lampung sebagaimana diuraikan dalam tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1.1 : Tingkat Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri 1 Durian Payung Bandar Lampung.

No Tingkat Keterampilan Membaca Pemahaman

Jumlah siswa Prosentase (%)

1. Tinggi 3 9,00 %

2. Sedang 10 30,30 %

3. Rendah 20 60,60 %

Jumlah 33 100,00 %

Sumber: Hasil Prapenelitian 20 November 2012.

Dari tabel di atas diperoleh keterangan bahwa siswa yang memiliki keterampilan membaca pemahaman pada tingkat kategori tinggi berjumlah 3 orang atau (9,00 %), tingkat kategori sedang berjumlah 10 orang atau (30,30%), dan siswa yang memiliki keterampilan membaca pemahaman pada kategori rendah berjumlah 20 orang atau (60,60 %).

Dengan demikian tingkat keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri 1 Durian Payung Bandar Lampung masih tergolong rendah yaitu belum mencapai KKM 60. Rendahnya tingkat keterampilan membaca pemahaman dimungkinkan karena masih perlunya penggunaan model pembelajaran interatif sehingga minat dan motivasi belajar siswa tinggi.


(6)

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut di atas penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru dalam menggunakan media pembelajaran kurang tepat seperti cermah dan mencatat dan bersifat kurang menarik

2. Guru dalam kegiatan pembelajaran belum menggunakan metode yang tepat dan menarik sehingga siswa jenuh dan memiliki minat dan motivasi yang rendah

3. Siswa memerlukan suasana belajar yang lebih inovatif sehingga mempu menguasai materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

4. Siswa lebih termotivasi dengan metode pembelajaran yang menyenangkan

1.3 Rumusan masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah dalam penelitian tindakan kelas ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

“Bagaimanakah meningkatkan keterampilan membaca pemahaman menggunakan metode interaktif pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Durian Payung Bandar Lampung ?”.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dengan menggunaakan metode interaktif pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 1 Durian Payung Bandar Lampung.


(7)

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dharapkan dapat bermanfaat: a. Bagi Siswa

Memberikan motivasi dan minat siswa dalam kegiatan belajar sehingga suasana belajar lebih menyenangkan.

b. Bagi Guru

Memberikan masukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran agar dapa menerapkan metode pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat memiliki minat dan motivasi yang tinggi dalam belajar.

c. Bagi Sekolah

Memberikan sumbang atau dorongan terhadap kualitas sekolah d. Bagi Penulis

Untuk mengembangkan penelitian lebih mendalam lagi untuk pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.


(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Proses pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar diarahkan untuk untuk meningkatkan keterampilan dan pemahaman dari pengalaman- berbagai sumber belajar sehingga siswa mampu berkomunikasi dengan baik. Sebagaimana kita ketahui, keterampilan berbahasa bisa diklasifikasikan dua kelompok yaitu berdasarkan pesan subjek dan sarana yang digunakan. Bila ditinjau dari aspek peran subjek, keterampilan berbahasa bisa dibedakan menjadi subjek pasif, yang terdiri atau keterampilan menyimak dan keterampilan membaca. Sedangkan bila dilihat dari aspek subjek aktif, keterampilan berbahasa dapat dibedakan menjadi keterampilan berbicara dan keterampilan menulis.

Dalam KTSP Tahun 2006 disebutkan bahwa:

Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki: (1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emsional.


(9)

Bisa kita lihat dalam perkembangan kompetensi yang dimiliki oleh pembelajar, dari mulai sekolah dasar, sekolah menengah, bahkan sampai kejenjang perguruan tinggi.

2.1.1 Pelaksanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Mengacu pada konsep baik dalam pembelajaran di kelas rendah maupun pembelajaran di kelas tinggi, hal ini mengukur kemampuan dan penalaran siswa dalam menerima materi pembelajaran di kelas. Hakikat bahasa merupakan awal pembelajaran yang berisikan seperti (1) pengertian bahasa, (2) fungsi bahasa, (3) ragam bahasa (Solchan, 2001 : 24).

Implementasi pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar bertujuan juga untuk meningkatkan kemampuan berbahasa dan berkomunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis dengan tepat untuk berbagai tujuan dan konteks yang berbeda (Solchan, 2001 : 31).

Kegiatan mengungkapkan isi hati kepada orang lain kita kenal dengan sebutan komunikasi. Komunikasi tersebut dapat berlangsung secara lisan dan tulisan. Komunikasi secara lisan mencakup aktivitas menyimak dan berbicara, sedangkan secara tertulis mencakup kegiatan membaca dan menulis (Idra, dkk, 2011 : 5).

Hingga saat ini cukup banyak pengertian atau definisi yang telah dikemukakan oleh para pakar tentang membaca. Dari berbagai pengertian dan Definisi membaca tersebut kita dapat mengklasifikasikan ke dalam tiga kelompok besar. Pertama, pengertian membaca yang ditarik sebagai


(10)

interpretasi pengalaman membaca itu bermula dengan penemuan waktu dan berawal dengan pengelolaan tanda-tanda berbagai benda (membaca itu berawal dengan tanda dan pertanda). Kedua, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari interpretasi lambang grafis; membaca merupakan upaya memperoleh makna dari untaian huruf tertentu. Dan ketiga, definisi atau pengertian membaca yang ditarik dari keduanya, yakni membaca merupakan perpaduan antara pengalaman dan upaya memahami lambang-lambang grafis atau dari halaman bercetakan. Jika dihubungkan dengan masalah pembelajarannya, setiap definisi-definisi membaca tersebut sudah barang tentu senantiasa berimplikasi. Sebagai seorang guru atau calon guru kita perlu memahami implikasi-implikasi tersebut.

Membaca bukanlah suatu kegiatan yang berdiri sendiri, melainkan suatu sintesis berbagai proses yang tergabung ke dalam suatu sikap pembaca yang aktif. Proses membaca yakni membaca sebagai proses psikologi, membaca sebagai proses sensori, membaca sebagai proses perseptual, membaca sebagai proses perkembangan, dan membaca sebagai proses perkembangan keterampilan.

Sebagai proses psikologi membaca itu perkembangannya akan dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya psikologi pembaca, seperti intelegensi, usia mental, jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, bahasa, ras, kepribadian, sikap, pertumbuhan fisik, kemampuan persepsi, tingkat kemampuan membaca. Di antara faktor-faktor tersebut menurut Tarigan (2001 : 34), bahwa faktor terpenting dalam masalah kesiapan membaca yaitu intelegensi


(11)

umum. Membaca sebagai proses sensoris mengandung pengertian bahwa kegiatan membaca itu dimulai dengan melihat. Stimulus masuk lewat indra penglihatan mata. Setelah dilakukan pemaknaan atau pengucapan terhadapnya.

Pernyataan “membaca sebagai proses sensoris” tidak berarti bahwa membaca merupakan proses sensoris semata-mata. Banyak hal yang terlibat dalam proses membaca dan ketidakmampuan membaca bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang bisa bekerja sendiri-sendiri atau secara serempak. Membaca sebagai proses perseptual mengandung pengertian bahwa dalam membaca merupakan proses mengasosiasikan makna dan interpretasi berdasarkan pengalaman tentang stimulus atau lambang, serta respons yang menghubungkan makna dengan stimulus atau lambang tersebut. Membaca sebagai proses perkembangan mengandung arti bahwa membaca itu pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang.

Kita tidak tahu kapan perkembangan mulai dan berakhir. Sedangkan proses membaca sebagai perkembangan keterampilan mengandung arti membaca merupakan sebuah keterampilan berbahasa (language skills) yang sifatnya objektif, bertahap, bisa digeneralisasikan, merupakan perkembangan konsep, pengenalan dan identifikasi, serta merupakan interpretasi mengenai informasi.


(12)

2.1.2 Manfaat Bahasa Indonesia

Bahasa adalah sebuah simbol bunyi yang dipergunakan untuk komunikasi manusia. Bahasa juga sebuah alat untuk mengkomunikasikan gagasan atau perasaan secara sistematis melalui penggunaan tanda, suara, gerak atau tanda-tanda yang disepakati, yang memiliki makna yang dipahami. (Solchan, 2001 : 13).

Bahasa Indonesia sendiri memiliki suatu manfaat di mana kita hidup dalam masyarakat memerlukan bahasa pengantar. Bahasa pengantar yang dipergunakan secara umum dalam masyarakat Indonesia adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Salah satu manfaat bahasa Indonesia adalah: (1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emsional (KTSP 2006).

2.1.3 Fungsi Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia. pentingnya peranan itu bersumber pada ikrar Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang berbunyi: “Kami putra putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia” (Depdikbud, 1989 : 1).


(13)

Sebagaimana fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai alat komunikasi antara individu yang satu dengan individu yang lain baik secara lisan maupun secara tetulis. sedangkan fungsi bahasa Indonesia itu sendiri adalah sebagai bahasa Negara, alat pemersatu bangsa, dan sebagai bahasa resmi bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (A. Chaedar Alwasilah, 1985 : 7 ). Dari pendapat dan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa, fungsi bahasa Indonesia adalah sebagai alat pemersatu bahsa-bahasa yang ada di Nusantara sehingga dapat berkomunikasi dengan baik dan mengakui sebagai bahasa Nasional.

2.2 Aspek-Aspek Keterampilan Berbahasa di SD

Bahasa sebagai alat komunikasi dan kontak sosial, bahasa nasional, maupun bahasa daerah , berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis, memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat serta kematangan emosional dan sosial (KTSP 2006).

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia pada hakikat pembelajaran bahasa yaitu belajar bahasa adalah berkomukasi, dan belajar sastra menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusian. Oleh karena itu belajar bahasa Indonesia mengupayakan peningkatan siswa untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis serta menghargai karya cipta bangsa Indonesia. Ruang lingkup standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar terdiri dari atas aspek membaca, mengdengarkan (menyimak lisan), berbicara dan menulis (Solchan, 201 : 116).


(14)

2.2.1 Keterampilan Membaca

Keterampilan membaca dan memahami suatu bacaan sangat penting bagi para penuntut ilmu. Banyak orang yang gemar membaca sksn tetapi tidak tahu bagaimana membaca yang baik.

Membaca merupakan suatu proses di mana pikiran tanpa bantuan apapun selain kata-kata dalam bacaan itu dapat meningkatkan pemahaman. Untuk dapat mencapai taraf mengerti dalam kegiatan membaca diperlukan keterampilan-keterampilan tertentu (Surastina, 2010 : 4 ).

Agar dapat berpindah dari kondisi belum mengerti menjadi lebih mengerti hanya dengan menggunakan pikiran, diperlukan usaha keras. Hal ini selain memerlukan cara membaca yang lebih aktif dari yang sudah dilakukan sebelumnya, juga harus lebih banyak membutuhkan keterampilan, sebab bacaan-bacaan yang sulit dibaca hanya bisa dimengerti oleh siswa yang mempunyai keterampilan membaca.

2.2.2 Tujuan Membaca

Ada perbedaan antara membaca untuk memperoleh informasi dengan membaca untuk pemahaman. sebelumnya kita perlu mempertimbangkan kedua macam tujuan membaca itu. Kegiatan membaca untuk memperoleh informasi biasanya membaca surat kabar, majalah, atau yang dapat kita pahami secara cepat. membaca seperti itu dapat menambah perbendaharaan informarmasi. Akan tetapi tidak dapat meningkatkan pemahaman kita, sebab pemahaman kita sama dengan bahan bacaan itu sebelum mulai membacanya. (Surastina, 2010: 8).


(15)

Ada beberapa tujuan membaca dan keterampilan berbahasa yaitu: (1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulis, (2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara, (3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan (4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan emsional. (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, (6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan inteletual manusia Indonesia. 2.2.3 Jenis-Jenis Membaca

a) Membaca Berdasarkan Terdengar Tidaknya Suara Pembaca.

Ditinjau dari terdengar dan tidaknya suara si pembaca pada waktu membaca, kita dapat membagi membaca menjadi dua jenis yakni membaca dalam hati (silent reading) dan membaca nyaring atau membaca bersuara (oral reading or aloud reading),

Pada tataran yang paling rendah membaca nyaring merupakan aktivitas membaca sebatas melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras, sedangkan pada tataran yang lebih tinggi membaca nyaring merupakan proses pengkomunikasian isi bacaan (dengan nyaring) kepada orang lain (pendengar).


(16)

b) Membaca Dalam Hati

Merupakan proses membaca tanpa mengeluarkan suara, yang aktif bekerja hanya mata dan otak atau kognisi saja. Untuk menanamkan kemahiran kedua jenis membaca ini diperlukan adanya proses latihan secara terencana dan sungguh-sungguh di bawah asuhan guru-guru professional (Tarigan 2001 : 23).

c) Membaca Berdasarkan Cakupan Bahan Bacaan.

Dilihat dari sudut cakupan bahan bacaan yang dibaca, secara garis besar membaca dapat kita golongkan menjadi dua: membaca ekstensif (extensive reading) dan membaca intensif (intensif reading). Membaca ekstensif program membaca secara luas, baik jenis maupun ragam teksnya dan tujuannya sekadar untuk memahami isi yang penting- penting saja dari bahan bacaan yang dibaca dengan menggunakan waktu secepat mungkin. Ada tiga jenis membaca, yakni membaca survei (survei reading), membaca sekilas skimming), membaca dangkal (superficial reading).

d) Membaca intensif

Merupakan program kegiatan membaca yang dilakukan secara seksama. Dalam membaca ini, para siswa hanya membaca satu atau beberapa pilihan dari bahan bacaan yang ada dan bertujuan untuk menumbuhkan serta mengasah kemampuan membaca secara kritis. Secara garis besar membaca intensif terbagi dua, yakni membaca telaah isi (content study reading) dan membaca telaah bahasa I (linguistik study reading).


(17)

e) Membaca telaah isi dibagi lagi menjadi membaca telaah teliti (close reading), membaca pemahaman (reading for understanding). Membaca kritis (outical reading) dan membaca ide (reading for ideas). Membaca telaah bahasa dibagi menjadi membaca bahasa asing (foreign language reading) dan membaca sastra (literary reading). 2.2.4 Manfaat Membaca

Membaca merupakan satu pintu yang diperlukan dalam proses belajar. Adapun kesuksesan belajar dan membaca dipengaruhi oleh tiga factor yakni lingkungan, sarana, dan cara membaca (Surastina, 2010 : 12 ).

Memabaca juga telah menjadi aktivitas yang tidak terpisahkan dari kehidupan modern. oleh karena itu keterampilan membaca memaang peranan yang sangat penting agar kita dapat dengan cepat memahami suatu bacaan. Diantara manfaat membaca adalah:

1. Dapat melakukan belajar tanpa guru 2. Meningkatkan pemahaman

3. Memperoleh informasi

4. Menambah perbedaharaan pengetahuan (Surastina, 2010 : 10 ).

Lebih lanjut tentang manfaat membaca sebagaimana diuraikan sebagai berikut:

1.Membaca merupakan proses mental secara aktif 2.Membaca akan meningkatkan kosakata

3.Membaca akan meningkatkan konsentrasi dan fokus 4.Membangun kepercayaan diri


(18)

5.Meningkatkan memori 6.Meningkatkan kedisiplinan 7.Meningkatkan kreativitas 8.Mengurangi kebosanan

2.3 Tahap-Tahap Dalam Kegiatan Membaca

Ada tiga langkah dalam kegiatan membaca, yaitu kegiatan pramembaca, kegiatan membaca, dan kegiatan pascamembaca. Melaksanakan kegiatan membaca sebagai jembatan untuk dapat memahami bacaan dan agar dapat melaksanakan kegiatan pascamembaca dengan cepat dan mudah. Kegiatan membaca, yaitu kegiatan memahami teks yang dibaca.

Kegiatan pascamembaca, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah melaksanakan kegiatan membaca untuk mengecek atau menguji pemahaman terhadap bacaan yang telah dibaca (Tarigan, 2001 : 61).

a. Kegiatan Pramembaca

Kegiatan pramembaca karena kegiatan ini dilaksanakan sebelum seorang siswa melaksanakan kegiatan membaca. Fungsi utama kegiatan pramembaca adalah memberikan pengetahuan awal terkait dengan aspek-aspek bacaan yang hendak dipahami, melatih siswa mengetahui tujuan membaca, dan memberikan motivasi dan rasa percaya diri.Kegiatan pramembaca merupakan jembatan untuk mengaitkan beragam pengetahuan yang memiliki keterkaitan dengan isi bacaan (Solchan, 2001: 63).

Ada beragam variasi kegiatan pramembaca. Kegiatan pramembaca ini tidak boleh terlepas dari kompetensi dasar dan indikator yang akan


(19)

dicapai dalam pembelajaran membaca. Artinya, semua kegiatan pramembaca dirancang untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang akan dibelajarkan kepada siswa.

b. Kegiatan Tahap Membaca

Kegiatan pada tahap membaca adalah salah satu tahap kegiatan penting dan utama dalam keseluruhan tahapan membaca. Seorang pembaca yang efektif dan efisien terlebih dahulu harus mengetahui tujuan dia membaca. Setelah mengetahui tujuan membaca, seorang pembaca akan memilih strategi membaca yang tepat dan sesuai untuk mencapai tujuan tersebut. Teknik skimming sangat cocok digunakan untuk membaca cepat dan menemukan gagasan inti bacaan secara cepat. Sedangkan teknik membaca scanning sangat tepat digunakan untuk menemukan informasi tertentu secara cepat dalam teks yang dibaca.

c. Kegiatan Setelah Membaca/Pasca membaca

Disebut kegiatan pascamembaca karena kegiatan ini dilaksanakan setelah seorang siswa melaksanakan kegiatan membaca. Fungsi utama kegiatan pascamembaca adalah untuk mengecek apakah apa yang dibaca telah dipahami dengan baik oleh siswa. Kegiatan setelah membaca ini dapat berupa tugas atau pertanyaan-pertanyaan terkait dengan teks yang dibaca. d. Kegiatan pascamembaca

Kegiatan pascamembaca ini tidak boleh terlepas dari kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran membaca. Artinya, semua kegiatan pramembaca dirancang untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator yang akan dibelajarkan kepada siswa.


(20)

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Membaca Pemahaman

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca. Pemahaman terhadap teks yang dibaca dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya faktor karakteristik materi bacaan dan karakteristik pembaca itu sendiri. Teks bacaan sangat berpengaruh terhadap pemahaman pembaca, ada teks yang tingkat kesulitannya rendah, sedang, dan tinggi (Tarigan, 2001 : 66). Oleh karena itu, tingkat keterbacaan teks (readibility) adalah salah satu syarat yang harus diperhatikan dalam memilih teks. Selain itu, kemenarikan dan keotentikan teks juga merupakan syarat untuk memilih teks yang baik. Karakteristik pembaca juga dapat mempengaruhi pemahaman pembaca terhadap teks. Karakteristik pembaca yang dapat mempengaruhi pemahaman teks adalah: IQ, minat baca, kebiasaan membaca yang jelek, dan minimnya pengetahuan tentang cara membaca cepat dan efektif.

2.5 Teknik Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat

Membaca dengan kecepatan optimal dan memahami teks yang dibaca, itulah konsep membaca cepat. Banyak manfaat membaca cepat, antara lain:

1) Banyak informasi penting dapat diserap dalam waktu yang cepat, 2) Membaca memperluas wawasan,

3) Membaca cepat meningkatkan kemahiran berbahasa yang lain, 4) Membaca cepat membantu Anda menghadapi ujian/tes, dan


(21)

Ada dua faktor yang memberikan pengaruh terhadap teknik membaca pemahaman yaitu:

1.Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order) yang mencakup:

a. Pengenalan huruf

b. Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem, kata, frase, pola, klause, kalimat dan lain-lain.

c. Pengenalan hubungan/korespondensi, pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis).

d. Kecepatan membaca bertaraf lambat

2. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprenhension skllis) yang berada pada urutan lebih tinggi mencakup aspek-aspek:

a. Memahamai pengertian sederhana (klasikal, gramatikal, retorikal). b. Memahami signifikansi atau makna (antara lain maksud dan tujuan

pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, rekasi pembaca) c. Evaluasi atau penilaian (isi, bentuk)

d. Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Solchan, 2001 : 87 ).

2.6 Membaca di SD

Sebelum guru mengajar di depan kelas dengan sendirinya dia harus mengetaui terlebih dahulu tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan bersama siswa-siswanya. Untuk itu guru harus melihat peta kompetensi Mata


(22)

pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang Sekolah Dasar kurikulum 2004. Ada beberapa jenajang pelajaran membaca di Sekolah Dasar yiatu:

1. Pengajaran Membaca Permulaan

Tujuannya adalah membinakan dasar mekanisme membaca, seperti mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya, membina gerakan mata membaca dari kiri kekanan, membaca kata-kata dan kalimat sederhana.

2. Pengajaran Membaca Nyaring

Merupakan bagian atau lanjutan dari pengajaran membaca permulaan, dan dipandang juga sebagai pengajaran membaca tersendiri yang sudah tergolong tingkat lanjut, seperti membaca sebuah kutipan dengan suara nyaring.

3. Pengajaran Membaca dalam Hati

pengajaran membaca ini membina siswa agar mereka mampu membaca tanpa suara dan mampu memahami isi tuturan tertulis yang dibacanya, baik isi pokoknya maupun isi bagiannya.

4. Pengajaran Membaca Pemahaman

Dalam praktiknya, membaca pemahaman hampir tidak berbeda dengan pengajaran membaca dalam hati.

5. Pengajaran Membaca Bahasa

Pada dasarnya merupakan alat dari pengajaran bahasa, manfaatnya adalah membina kemampuan bahasa siswa.


(23)

6. Pengajaran Membaca Teknik

Dalam pelaksanaannya membaca teknik sering kali berimpit dengan pengajaran membaca nyaring, dan dengan membaca permulaan. Cara membaca teknik suatu tuturan tertulis yang tergolong rumit (Solchan., 2001 : 86 ).

2.7 Pembelajaran Membaca di SD Melalui Motode Interaktif

Sebelum menjelaskan model pembelajaran interaktif terlebih dahulu penulis menjelaskan mengenai pengertian model pembelajaran itu sendiri. Model pembelajaran merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang di gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Menurut Trianto (2007 : 5) menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Menurut Soekamto dan Nuraiwati (2000 : 10) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pelajar dan para pengajar dalam aktivitas pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu model pembelajaran, tetapi guru sebaiknya menggunakan multi model dalam pembelajaran agar jalan pengajaran tidak membosankan, tetapi


(24)

menarik perhatian anak didik. Tetapi juga penggunaan multi model pembelajaran yang tidak akan menyatukan kegiatan pembelajaran bila penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi yang mendukungnya. Oleh karena itu, di sinilah kompetensi guru diperlakukan dalam penggunakan model pembelajaran yang tepat, oleh karena itu pemilihan dan penggunaan model pembelajaran yang bervariasi tidak selamanya mengutungkan bilaguru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi.

Metode pembelajaran interaktif adalah suatu cara atau teknik pembelajaran yang dipergunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan pelajaran di mana guru pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapaianya tujuan belajar. (Nurgiantoro, 2010 : 33)

Dalam proses mengajar seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan media yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan sehingga terjadi dialaog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif. Ahmad Sabari (2005 : 52 ) memaparkan tentang syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang gru dalam penggunaan model pembelajaran yaitu: 1. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat membangkitkan


(25)

2. Model pembelajaran yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti melakukan interaksi dengan guru dan siswa lainnya

3. Model pembelajaran harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan tanggapannya terhadap materi yang disampaikan 4. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan

kegiatan kepribadian siswa

5. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi

6. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru dalam proses belajar mengajar yang interaktif dapat mengembangkan teknik bertanya efektif atau melakukan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran interaktif melibatkan aktivitas siswa dengan guru atau terjadinya interaksi, baik secara individu maupun secara kelompok.

Menurut Holmes (1995 : 10) mendasarkan bahwa pembelajaran interaktif pada dua premis mayor yaitu :

1. Pemahaman interaktif berkembang sebagai suatu proses informasi dan mengkontruksi ide-ide secara mental.

2. Pemecahan masalah sangat penting untuk menstimuiasikan pikiran. Pemecahan masalah berkembang melalui:


(26)

a. Pertanyaan terbuka yang memberikan petunjuk untuk menguji dan menyusun kalimat apa yang diketahui.

b. Aktivitas yang meliputi interprestasi pemikiran dari berbagai

Holmes (1995 : 18), mengklasifikasikan pelaksanakan pembelajaran iteraksi dalam lima tahap, yaitu:

(1). Pengatur,

(2). Aktivitas atau pemecahan masalah, (3). Saling membagi dan berdiskusi, (4). Meringkas

(5). Mated

Untuk mengetahui secara lebih lanjut tentang penilaian belajar unit metode interaktif sebagaimana tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1. Metode Interaktif

No Tahap Aktivitas

1 2 3

1. Pengantar a. Mengorganisasikan kelas belajar, kerja individual atau kerja kelompok.

b. Menyampaikan kepada siswa tentang apa yang mereka lakukan, menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas. Mempelajari suatu topik atau mengerjakan tugas (proyek)

c. Menentukan masalah atau aktivitas, jika perlu mintalah siswa untuk mencatat pekerjaan mereka.

1 2 3

2. Aktivitas atau pemecahan masalah

Siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat melakukan manipulasi, investigasi, eksperimen dan menyelesaikan masalah. Saat siswa mengerjakan tugas-tugas, mengamati dan mendengar, serta bertanya dan memberi komentar. Siswa dapat memberikan pertanyaan sebelum diskusi dikelas.

3. Saling

Berbagi dan berdiskusi

a. Siswa melaporkan penyelesaian masalah mereka sendiri atau kelompok atau aktivitas, atau raendiskusikan jawaban mereka terhadap jawaban mereka terhadap jawaban open-ended.


(27)

b. Guru memimpin diskusi, menyampaikan pertanyaan apakah, mengapa, dan bagaimana, sehingga akan memungkinkan siswa untuk menggunakan berpikir tingkat tinggi dan menghubungkan model-model pada presentasi simbolik, jika sesuai untuk pelajaran.

4. Meringkas Siswa memeriksa kembali apa yang telah mereka lakukan atau yang mereka pelajari siswa mendemontrasikan belajar (seperti memunculkan masalah yang diajukan gum, saling bertukar ide dengan pasangan, atau membuat laporan tertulis apa yang telah mereka pejari).

5. Mated a. Sebelum, selama dan setelah pembelajaran digunakan berbagai penilaian

b. Menekankan penilaian siswa sendiri. Sumber : (Holmes:1995 : 18).

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: Jika dalam pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode interaktif dengan memperhatikan prosedur secara tepat, maka keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 1 Durian Payung Bandar Lampung dapat meningkat.


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengumpulan data yang peneliti lakukan maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa: “Ada peningkatan keterampilan membaca pemahaman melalui penggunaan metode pembelajaran interaktif pada siswa kelas V SD Negeri 1 Durian Payung Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012 –2013”.

Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya peningkatan keterampilan membaca pemahaman yang diperoleh pada pembelajaran siklus 1 memperoleh skor tertinggi 63 dan skor terendah 53, sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 12 orang (36,36 %) dan belum tuntas sebanyak 21 orang (63,63 %). Kemudian setelah dilakukan perbaikan pada pembelajaran siklus 2 diperoleh skor tertinggi 69 , skor terendah 55, sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 25 orang (75,75 %) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 8 orang (24.24 %).

1.2 Saran-saran

Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek membaca di sekolah dasar, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:


(29)

Untuk lebih meningkatkan aktivitas belajar agar memperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada khususnya aspek keterampilan membaca.

2. Kepada Guru

Untuk lebih memberikan motivasi dan bimbingan belajar yang lebih efektif dan efefsien sehingga pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek membaca dapat dipahami oleh siswa dengan baik. Hal ini diperlukan metode pembelajaran yang tepat oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran, seperti menerapkan metode yang tepat dan memberikan suasana belajar yang kondusif.

3. Kepada Sekolah

Agar dapat memberikan dukungan dan bimbingan kepada pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kinerja guru di sekolah dan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

A. Chaeder Alwasilah, 1985. Sosiologi Bahasa. Angkasa

Ahmad Sabari, 2005. Metode Pembelajaran Interaktif. Jakarta: Renika Cipta Depdikbud. (1989). Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pembelajaran

Bahasa Indonesia. Bandung; Angkasa

Harris, (1970). Pokok-pokok Penelitian Ilmiah. Surabaya: Usaha Nasional Holmes. (1995). Teknik Pembelajaran Interaktif. Jakarta Bina Aksara Idra, (2011). Materi Pokok Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, Jakarta

Universitas Terbuka

KTSP, (2006), yaitu peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Soekamto dan Nuraiwati. (2000). Media Pembelajaran. Jakarta. Yudistira

Solehan T.W. Dkk. (2001). Pendidikan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta. Universitas Terbuka

Surastina, (2010). Teknik Membaca. Bandar Lampung. Elmatera

Taggort Wiryaatmadja, 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Universitas Terbuka


(1)

2. Model pembelajaran yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut, seperti melakukan interaksi dengan guru dan siswa lainnya

3. Model pembelajaran harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan tanggapannya terhadap materi yang disampaikan 4. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan

kegiatan kepribadian siswa

5. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat mendidik siswa dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi

6. Model pembelajaran yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari. Guru dalam proses belajar mengajar yang interaktif dapat mengembangkan teknik bertanya efektif atau melakukan dialog kreatif dengan mengajukan pertanyaan kepada siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran interaktif melibatkan aktivitas siswa dengan guru atau terjadinya interaksi, baik secara individu maupun secara kelompok.

Menurut Holmes (1995 : 10) mendasarkan bahwa pembelajaran interaktif pada dua premis mayor yaitu :

1. Pemahaman interaktif berkembang sebagai suatu proses informasi dan mengkontruksi ide-ide secara mental.

2. Pemecahan masalah sangat penting untuk menstimuiasikan pikiran. Pemecahan masalah berkembang melalui:


(2)

a. Pertanyaan terbuka yang memberikan petunjuk untuk menguji dan menyusun kalimat apa yang diketahui.

b. Aktivitas yang meliputi interprestasi pemikiran dari berbagai

Holmes (1995 : 18), mengklasifikasikan pelaksanakan pembelajaran iteraksi dalam lima tahap, yaitu:

(1). Pengatur,

(2). Aktivitas atau pemecahan masalah, (3). Saling membagi dan berdiskusi, (4). Meringkas

(5). Mated

Untuk mengetahui secara lebih lanjut tentang penilaian belajar unit metode interaktif sebagaimana tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1. Metode Interaktif

No Tahap Aktivitas

1 2 3

1. Pengantar a. Mengorganisasikan kelas belajar, kerja individual atau kerja kelompok.

b. Menyampaikan kepada siswa tentang apa yang mereka lakukan, menyelesaikan masalah, melakukan aktivitas. Mempelajari suatu topik atau mengerjakan tugas (proyek)

c. Menentukan masalah atau aktivitas, jika perlu mintalah siswa untuk mencatat pekerjaan mereka.

1 2 3

2. Aktivitas atau pemecahan masalah

Siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat melakukan manipulasi, investigasi, eksperimen dan menyelesaikan masalah. Saat siswa mengerjakan tugas-tugas, mengamati dan mendengar, serta bertanya dan memberi komentar. Siswa dapat memberikan pertanyaan sebelum diskusi dikelas.

3. Saling

Berbagi dan berdiskusi

a. Siswa melaporkan penyelesaian masalah mereka sendiri atau kelompok atau aktivitas, atau raendiskusikan jawaban mereka terhadap jawaban mereka terhadap jawaban open-ended.


(3)

b. Guru memimpin diskusi, menyampaikan pertanyaan apakah, mengapa, dan bagaimana, sehingga akan memungkinkan siswa untuk menggunakan berpikir tingkat tinggi dan menghubungkan model-model pada presentasi simbolik, jika sesuai untuk pelajaran.

4. Meringkas Siswa memeriksa kembali apa yang telah mereka lakukan atau yang mereka pelajari siswa mendemontrasikan belajar (seperti memunculkan masalah yang diajukan gum, saling bertukar ide dengan pasangan, atau membuat laporan tertulis apa yang telah mereka pejari).

5. Mated a. Sebelum, selama dan setelah pembelajaran digunakan berbagai penilaian

b. Menekankan penilaian siswa sendiri. Sumber : (Holmes:1995 : 18).

2.8 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah: Jika dalam pembelajaran membaca pemahaman menggunakan metode interaktif dengan memperhatikan prosedur secara tepat, maka keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 1 Durian Payung Bandar Lampung dapat meningkat.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengumpulan data yang peneliti lakukan maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa: “Ada peningkatan keterampilan membaca pemahaman melalui penggunaan metode pembelajaran interaktif pada siswa kelas V SD Negeri 1 Durian Payung Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012 –2013”.

Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya peningkatan keterampilan membaca pemahaman yang diperoleh pada pembelajaran siklus 1 memperoleh skor tertinggi 63 dan skor terendah 53, sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 12 orang (36,36 %) dan belum tuntas sebanyak 21 orang (63,63 %). Kemudian setelah dilakukan perbaikan pada pembelajaran siklus 2 diperoleh skor tertinggi 69 , skor terendah 55, sedangkan siswa yang tuntas sebanyak 25 orang (75,75 %) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 8 orang (24.24 %).

1.2 Saran-saran

Dalam rangka memperbaiki pelaksanaan tindakan berikutnya dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran Bahasa Indonesia pada aspek membaca di sekolah dasar, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:


(5)

Untuk lebih meningkatkan aktivitas belajar agar memperoleh tingkat pemahaman yang lebih tinggi dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada khususnya aspek keterampilan membaca.

2. Kepada Guru

Untuk lebih memberikan motivasi dan bimbingan belajar yang lebih efektif dan efefsien sehingga pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek membaca dapat dipahami oleh siswa dengan baik. Hal ini diperlukan metode pembelajaran yang tepat oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran, seperti menerapkan metode yang tepat dan memberikan suasana belajar yang kondusif.

3. Kepada Sekolah

Agar dapat memberikan dukungan dan bimbingan kepada pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kinerja guru di sekolah dan mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

A. Chaeder Alwasilah, 1985. Sosiologi Bahasa. Angkasa

Ahmad Sabari, 2005. Metode Pembelajaran Interaktif. Jakarta: Renika Cipta Depdikbud. (1989). Tata Bahasa Buku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pembelajaran

Bahasa Indonesia. Bandung; Angkasa

Harris, (1970). Pokok-pokok Penelitian Ilmiah. Surabaya: Usaha Nasional Holmes. (1995). Teknik Pembelajaran Interaktif. Jakarta Bina Aksara Idra, (2011). Materi Pokok Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD, Jakarta

Universitas Terbuka

KTSP, (2006), yaitu peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Soekamto dan Nuraiwati. (2000). Media Pembelajaran. Jakarta. Yudistira Solehan T.W. Dkk. (2001). Pendidikan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.

Jakarta. Universitas Terbuka

Surastina, (2010). Teknik Membaca. Bandar Lampung. Elmatera

Taggort Wiryaatmadja, 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Universitas Terbuka


Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PERAN PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 TANJUNG SENANG BANDAR LAMPUNG

3 13 38

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI METODE SOSIODRAMA PADA SISWA KELAS VI SD XAVERIUS 3 BANDAR LAMPUNG

5 30 39

KEEFEKTIFAN MODEL MEMBACA TOTAL TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD GUGUS ERLANGGA

1 41 205

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) Pada Siswa Kelas V SD N Tunggulsari 1 No 72 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 18

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) PADA Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Rejosari

0 1 11

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI DIRECTED READING ACTIVITY Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman Melalui Strategi Directed Reading Activity (DRA) Pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Paseh Kecamatan Banjarmangu Kabupaten Banjarn

0 0 17

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE SQ3R PADA SISWA KELAS V MIN 1 PESAWARAN TAHUN AJA RAN 2016 2017

15 115 119

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN METODE SOSIODRAMA SISWA KELAS V SD NEGERI CEPIT PENDOWOHARJO BANTUL.

1 5 162

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KERTOSARI TEMANGGUNG.

4 21 194

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION DI SISWA KELAS V SD NEGERI SAWIT.

0 1 149