PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KERTOSARI TEMANGGUNG.

(1)

i

PE NI N G KAT AN K E T E RAM PI L AN M E MB ACA PE M AH AMA N MELALUI METODE KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL)

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KERTOSARI TEMANGGUNG

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Sarjana

Pendidikan

Oleh : Beta Nurcahyanti NIM 13108244029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

PE NI N G KAT AN K E T E RAM PI L AN M E MB ACA PE M AH AMA N MELALUI METODE KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL)

PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 KERTOSARI TEMANGGUNG

Oleh : Beta Nurcahyanti NIM. 13108244029

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung melalui penggunaan metode Want to Know-Learned (KWL).

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif bersama guru. Penelitian menggunakan model Kemmis & McTaggart yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung terdiri dari 23 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Metode pengumpulan data menggunakan tes objektif dan observasi. Tes objektif digunakan untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman sedangkan lembar observasi bertujuan mengamati aktivitas siswa dan guru. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode Know-Want to Know-Learned (KWL) dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung. Hal itu ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan peningkatan rata-rata nilai tes. Jumlah siswa yang mencapai KKM pada tes pratindakan sebesar 31,57%, siklus I sebesar 57,89%, dan siklus II sebesar 84,21%, sedangkan nilai rerata tes pratindakan 69,26, siklus I 75,47, siklus II 81,84. Keberhasilan proses dapat dilihat dari keaktifan dan antusias siswa yang meningkat saat mengikuti pembelajaran, siswa sudah berani aktif dalam bertanya dan menyampaikan pendapat maupun berperan aktif dalam kegiatan diskusi kelompok.

Kata kunci : Know-Want to Know-Learned (KWL), keterampilan membaca pemahaman


(3)

iii

I M PRO VI N G RE A DI N G CO M PRE H E NS I O N T H RO U GH KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) LEARNING METHOD

IMPLEMENTATION AT FIFTH GRADE STUDENTS IN KERTOSARI ELEMENTARY SCHOOL

DISTRICT TEMANGGUNG

Oleh : Beta Nurcahyanti NIM. 13108244029

ABSTRACT

The purpose of this research is to improve the learning process and the skills of reading comprehension for the fifth grade students in Kertosari Elementari School District Temanggung through Know-Want to Know-Learned (KWL) learning method implementation.

The research was a Class Action Research which was implemented collaboratively between teacher and researcher. The research used Kemmis & McTaggart model with four steps was planning, acting, observing, and reflecting. The subject of the research were students of fifth grade students in Kertosari Elementary School District Temanggung consisting of 23 male students and 15 female students. The techniques of data submittion used objective test and observation. Objective test used for measure the skills of reading comprehension and the purpose of observation was observe students and teacher activity. The techniques of data analysis were quantitative descriptive and qualitative descriptive.

The results shows that the use of Know-Want to Know-Learned (KWL) method can improve the skills of reading comprehension for the fifth grade students in Kertosari Elementary School District Temanggung. The number of students who achieved the standard score on pre test was 31.57%, on cycle I was 57,89%, and on cycle II was 84,21%, while the average value of pre test was 69.26, of cycle I was 75.47,of cycle II was 81.84 which was a proof of the success of the product. The success of the process could be seen from the liveliness and enthusiasm that increased during learning process, students already dared to ask and give opinions actively and be more active in group discussion.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii MOTTO

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia

apa yang tidak diketahuinya. (Terjemahan Surah Al-Alaq 1-5)

Perjalanan tidak selamanya mudah, selalu ada rintangan yang menghadang. Namun, apabila kita yakin bahwa kita bisa menjalaninya, akan selalu ada jalan

terang yang kita lewati. (Penulis)


(8)

viii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya,

Bapak Sugiyono dan Ibu Sri Rokhmi yang senantiasa memberikan dukungan, kasih sayang, perhatian, serta rangkaian doa yang selalu dipanjatkan

kepada Allah SWT.

Saya menyadari tidak akan pernah dapat membalas semua yang telah diberikan oleh kedua orang tua saya, melainkan hanya setitik rasa bangga dan kebahagiaan

yang mungkin bisa membuat mereka bangga.

Untuk almamaterku tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Metode Know-Want to Know-Learned (KWL)

pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak HB. Sumardi, M.Pd.. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaan memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

2. Bapak Dr. Kastam Syamsi, M.Ed.; Ibu Supartinah, M.Hum; dan Bapak HB. Sumardi, M.Pd. selaku Ketua Penguji, Sekretaris Penguji, dan Penguji Utama yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini.

3. Bapak Drs. Suparlan, M.Pd.I., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar dan Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini. 4. Bapak Dr. Haryanto, M.Pd., selaku dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang

memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi.

5. Ibu Drs. Daryanti, selaku Kepala SD Negeri 1 Kertosari Temanggung yang telah memberi ijin dan bantuan dalam pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi. 6. Ibu Eny Budiyarti, S.Pd. selaku guru kelas V beserta para guru, staf, dan

siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi.


(10)

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 8

C.Pembatasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

G.Definisi Operaional ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat Membaca ... 12

1. Pengertian Membaca ... 12

2. Tujuan Membaca ... 14

3. Jenis-jenis Membaca ... 17

4. Proses Membaca ... 18

B.Hakikat Membaca Pemahaman ... 21

1. Pengertian Membaca Pemahaman ... 21

2. Tujuan Membaca Pemahaman ... 22

3. Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman ... 23

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Pemahaman ... 25

5. Teknik dan Strategi Pembelajaran Membaca ... 27

C.Tinjauan tentang Metode KWL ... 29

1. Pengertian Metode KWL ... 29

2. Tujuan Metode KWL ... 30

3. Keunggulan Metode KWL ... 31

4. Langkah-langkah Metode KWL ... 31


(12)

xii

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 35

2. Karakter Siswa Kelas V SD ... 37

3. Pembelajaran Membaca di Kelas V SD ... 39

E. Kajian Penelitian yang Relevan ... 41

F. Kerangka Pikir ... 42

G.Hipotesis Tindakan ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 44

B.Subjek dan Objek Penelitian ... 45

C.Waktu dan Tempat Penelitian ... 45

D.Desain Penelitian ... 46

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Instrumen Penelitian ... 51

G.Teknik Validitas... 53

H.Teknik Analisis Data ... 54

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 56

1. Deskripsi Pratindakan ... 56

2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 59

a. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 60

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 73

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 83

1. Data Awal Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa ... 84

2. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 85

a. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 85

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 86

3. Peningkatan Proses dan Peningkatan Produk ... 89

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 92

B.Saran ... 93

DAFTAR PUSTAKA ... 94


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rentang Penilaian Pedoman Observasi ... 53

Tabel 2. Data Awal Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa ... 57

Tabel 3. Hasil Tes Keterampilan Membaca Pemahaman Siklus I ... 69


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Spiral PTK Kemmis Mc Taggart ... 46


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Daftar Nama Siswa ... 97

Lampiran 2. Daftar Nilai Tes Membaca Pemahaman Pratindakan ... 98

Lampiran 3. Daftar Nilai Tes Membaca Pemahaman Siklus I ... 99

Lampiran 4. Daftar Nilai Tes Membaca Pemahaman Siklus II ... 100

Lampiran 5. Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Pra Tindakan ... 101

Lampiran 6. Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Siklus I ... 105

Lampiran 7. Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Siklus II ... 109

Lampiran 8. Pedoman Observasi Guru selama Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Metode Know-Want to Know-Learned ... 113

Lampiran 9. Pedoman Observasi Siswa selama Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Metode Know-Want to Know-Learned ... 114

Lampiran 10. Soal Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Pra Tindakan ... 115

Lampiran 11. Soal Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Siklus I ... 121

Lampiran 12. Soal Tes Kemampuan Membaca Pemahaman Siklus II ... 127

Lampiran 13. Kunci Jawaban Soal Tes Membaca Pemahaman Pra Tindakan ... 133

Lampiran 14. Kunci Jawaban Soal Tes Membaca Pemahaman Siklus I ... 134

Lampiran 15. Kunci Jawaban Soal Tes Membaca Pemahaman Siklus II ... 135


(16)

xvi

Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 136

Lampiran 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 144

Lampiran 18. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 151

Lampiran 19. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 153

Lampiran 20. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 3 ... 155

Lampiran 21. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 156

Lampiran 22. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 158

Lampiran 23. Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan 1 ... 159

Lampiran 24. Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan 2 ... 160

Lampiran 25. Lembar Observasi Guru Siklus I Pertemuan 3 ... 161

Lampiran 26. Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan 1 ... 162

Lampiran 27. Lembar Observasi Guru Siklus II Pertemuan 2 ... 163

Lampiran 28. Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 164

Lampiran 29. Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 165

Lampiran 30. Lembar Observasi Siswa Siklus I Pertemuan 3 ... 166

Lampiran 31. Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 167

Lampiran 32. Lembar Observasi Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 168

Lampiran 33. Dokumentasi ... 169


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Menurut Tarigan (2015:1), keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu: (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut dapat berdiri sendiri, tetapi dalam penggunaan bahasa melalui tahapan yang runtut dan berhubungan antara satu dengan yang lain. Menyimak dan membaca saling berhubungan karena keduanya merupakan sarana untuk menerima komunikasi, sedangkan berbicara dan menulis memiliki hubungan yang erat karena merupakan cara untuk menyampaikan informasi.

Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan membaca. Hal ini disebabkan karena keterampilan membaca mempunyai kedudukan yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa lain. Keterampilan membaca diperoleh sesudah keterampilan menyimak dan berbicara, serta harus diperoleh sebelum keterampilan menulis. Keterampilan membaca sangat penting dimiliki untuk memperoleh ilmu pengetahuan karena pengetahuan dapat diperoleh melalui kegiatan membaca. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan baru yang disampaikan melalui bahasa tulis dengan membaca.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahan tulis (Tarigan, 2015: 7). Membaca bukanlah sebuah


(18)

2

kegiatan yang pasif. Sebenarnya, membaca itu bukan sekedar memahami lambang-lambang tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan, membaca pemahaman inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap pada sekolah (Tampubolon: 1987).

Keterampilan membaca bagi seorang siswa mempunyai kedudukan penting, yaitu yang pertama saat mengikuti pendidikan di berbagai jenjang dan jenis sekolah, kedua setelah selesai mengikuti pendidikan untuk bekerja di lingkungan masyarakat. Keterampilan membaca merupakan keterampilan dasar bagi siswa yang harus dikuasai agar dapat mengikuti seluruh proses pendidikan dan pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran sangat dipengaruhi dari keterampilan membacanya. Oleh karena itu, keterampilan membaca siswa harus dapat diperhatikan dengan baik.

Menurut Hartati, dkk. (2006: 185), pembelajaran membaca di sekolah dasar terdiri dari dua bagian yakni membaca permulaan dan membaca lanjut. Jenis-jenis membaca di sekolah dasar dibedakan menjadi tujuh yaitu membaca teknik, membaca dalam hati, membaca pemahaman, membaca indah, membaca cepat, membaca pustaka dan membaca bahasa.

Membaca pemahaman merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam keterampilan membaca untuk memperoleh suatu informasi atau ilmu pengetahuan. Banyak informasi dan ilmu pengetahuan yang disampaikan melalui media tulis, sehingga dalam memperolehnya harus melalui kegiatan membaca pemahaman.


(19)

3

Keterampilan membaca pemahaman juga harus dimiliki siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Keterampilan membaca pemahaman merupakan kunci keberhasilan siswa dalam menjalani proses pendidikan. Sebagian besar pemerolehan ilmu dilakukan siswa melalui aktivitas membaca, dalam hal ini membaca pemahaman (Nurgiyantoro, 2001: 247). Semua mata pelajaran membutuhkan keterampilan membaca pemahaman untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan dari mata pelajaran tersebut. Keterampilan membaca pemahaman yang rendah akan mempengaruhi hasil belajar siswa dalam suatu mata pelajaran. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi, siswa harus memiliki keterampilan membaca pemahaman yang baik.

Rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang berasal dari diri siswa maupun dari luar diri siswa. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian dari guru untuk mengetahui keterampilan membaca pemahaman siswa. Dalam hal ini guru mempunyai peranan penting untuk membimbing siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman.

Membimbing siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Guru perlu memiliki keterampilan atau kompetensi yang dibutuhkan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswanya. Keterampilan atau kompetensi guru meliputi suatu cara atau metode yang digunakan oleh guru dalam meningkatkan keterampilan membaca siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan, agar


(20)

4

siswa dapat lebih mudah mendapatkan informasi maupun ilmu pengetahuan dari berbagai sumber.

Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran membaca pemahaman, umumnya guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional. Awalnya guru hanya memberikan tugas kepada siswa untuk membaca teks. Selanjutnya, siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan isi teks. Sebelum kegiatan dilaksanakan, guru hanya memberi sedikit ceramah tentang apa yang harus dilakukan siswa.

Santoso dan Heru Wijaya (1997: 119) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa metode membaca tradisional kurang efektif dalam pembelajaran membaca pemahaman di sekolah dasar. Selanjutnya dikatakan bahwa siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca bacaan dengan pemahaman yang memadai disebabkan oleh metode membaca yang kurang tepat ketika mereka membaca. Walaupun metode tradisional kurang efektif dalam pembelajaran membaca pemahaman, kenyataan di sekolah menunjukkan bahwa metode ini masih sering digunakan oleh guru. Hal ini disebabkan oleh guru yang kurang bervariasi dalam menggunakan metode membaca pemahaman. Hal inilah yang menyebabkan keterampilan membaca pemahaman siswa masih rendah.

Hal yang sama juga terjadi di kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung. Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung masih menggunakan metode tradisional dimana proses pembelajaran masih berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi pasif dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada saat melakukan observasi pada pembelajaran bahasa


(21)

5

Indonesia di kelas V, guru memberikan materi tentang unsur intrinsik drama. Di awal pembelajaran, guru mengajak siswa bertanya jawab dan menyampaikan materi tentang unsur intrinsik drama. Setelah itu guru meminta siswa untuk membaca teks drama dan kemudian menjawab soal yang ada pada buku. Suasana kelas begitu tenang karena hanya beberapa siswa yang terlihat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terbukti dengan hanya ada beberapa siswa yang mau menjawab pertanyaan dari guru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas V, keterampilan membaca pemahaman siswa masih sangat rendah, bahkan dalam membaca saja masih keliru dalam pengucapannya. Rendahnya keterampilan siswa dalam membaca pemahaman ditandai dengan kurangnya siswa dalam memahami isi bacaan, menentukan tema bacaan, dan memperoleh informasi dari teks yang telah dibaca. Ketika siswa diberi soal-soal yang berkaitan dengan isi bacaan, siswa tidak dapat menjawab dengan cepat dan masih harus membuka kembali bahan bacaan.

Berdasarkan observasi dan wawancara dengan guru kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung menunjukkan bahwa keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V masih rendah. Hal tersebut terbukti dengan 38 siswa di kelas V SD Negeri 1 Kertosari belum semuanya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal pelajaran bahasa Indonesia yang ditetapkan sekolah yaitu 75.

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung adalah siswa belum terlatih untuk membaca pemahaman karena minat membaca siswa yang masih kurang, kurangnya stimulus awal ketika proses membaca, guru jarang


(22)

6

menggunakan metode membaca yang bervariasi, biasanya ketika pembelajaran membaca guru langsung memberi tugas siswa membaca teks dan menjawab soal yang berkaitan dengan isi teks bacaan.

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih menggunakan metode tradisional yaitu dengan memberikan teks bacaan kepada siswa, kemudian siswa diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan isi bacaan tersebut. Metode seperti itu membuat siswa jenuh dan kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga menyebabkan keterampilan siswa dalam memahami bacaan menjadi kurang optimal.

Permasalahan tersebut harus segera dicarikan solusinya, karena sangat mempengaruhi banyaknya informasi dan ilmu pengetahuan yang diperoleh siswa dari media tertulis. Dengan kata lain, permasalahan yang paling utama untuk diatasi adalah rendahnya keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung.

Terkait dengan permasalahan tersebut, peneliti bersama dengan guru berdiskusi untuk mencari solusi yang dapat mengatasi masalah rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V di SD Negeri 1 Kertosari Temanggung. Dari hasil diskusi, peneliti dan guru perlu menggunakan metode lain dalam pembelajaran mambaca pemahaman. Seiring dengan perkembangan di dunia pendidikan, ada beberapa metode dan strategi pembelajaran yang inovatif untuk diterapkan dalam pembelajaran. Beberapa metode dan strategi pembelajaran yang inovatif dapat menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan yang tengah


(23)

7

dihadapi guru dan menjadikan siswa aktif dan antusias ketika mengikuti kegiatan pembelajaran.

Salah satu cara yang dipilih oleh peneliti dan guru dalam mengatasi permasalahan rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa adalah dengan menerapkan metode K-W-L (Know-Want to Know-Learned). Metode K-W-L adalah salah satu metode pembelajaran membaca yang menekankan pada pentingnya latar belakang pengetahuan pembaca. Menurut Scarcella dalam (Refnaldi, 2002:29-30) menyatakan bahwa K-W-L berguna untuk penjelajahan sebuah topik dan isi bacaan secara cepat. Keistimewaan K-W-L adalah memungkinkan pembaca untuk menemukan sebuah topik melalui multiple perspektif.

Metode K-W-L terdiri dari tiga langkah, yaitu langkah K-What I Know (apa

yang telah saya ketahui), langkah W-Want to Know (apa yang ingin saya ketahui),

dan langkah L-What I Learned (apa yang saya pelajari). Tiga langkah dalam K-W-L ini berisi berbagai kegiatan yang berguna meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa diantaranya curah pendapat, menentukan kategori dan organisasi ide, menyusun pertanyaan secara spesifik, dan mengecek hal-hal yang ingin diketahui/ dipelajari siswa dari sebuah bacaan. (Abidin: 2012: 87).

Kegiatan pembelajaran dengan metode K-W-L meliputi siswa akan diberikan ide-ide tentang topik bacaan yang akan dibaca, guru mencatat ide-ide tersebut, guru mengatur diskusi tentang ide-ide yang diajukan siswa, dan pemberian stimulus atau penyelesaian contoh mengelompokkan ide. Dengan menerapkan metode ini, diharapkan keterampilan membaca pemahaman siswa


(24)

8

kelas V di SD Negeri 1 Kertosari Temanggung dapat meningkat. Maka peneliti

akan mengkaji melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Membaca Pemahaman melalui Metode Want to Know-Learned pada Siswa Kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditentukan identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Keterampilan membaca pemahaman siswa masih rendah.

2. Guru belum menggunakan metode yang inovatif dalam pembelajaran membaca pemahaman.

3. Siswa masih pasif dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran membaca pemahaman.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas maka peneliti membatasi permasalahan pada : keterampilan membaca pemahaman siswa yang masih rendah. Di samping itu, agar lebih terfokus dan tidak meluas maka penelitian ini dibatasi pada peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung dengan metode Know-Want to Know-Learned.


(25)

9 D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah upaya meningkatkan proses pembelajaran membaca pemahaman melalui penerapan metode Know-Want to Know-Learned pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung?

2. Bagaimanakah upaya meningkatkan keterampilan membaca pemahaman melalui penerapan metode Know-Want to Know-Learned pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung?

E.Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan proses pembelajaran membaca pemahaman dengan penerapan metode Know-Want to Know-Learned pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung.

2. Untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman dengan penerapan metode Know-Want to Know-Learned pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung.


(26)

10 F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut. a. Bagi guru

Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode yang tepat untuk digunakan dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bagi siswa SD.

b. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman sehingga menumbuhkan minat membaca bagi siswa.

c. Bagi sekolah

Kontribusi hasil penelitian ini adalah bukti konkret untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan luaran siswa.

G.Definisi Operasional

1. Keterampilan membaca pemahaman adalah kemampuan membaca intensif yang meliputi membaca kalimat sederhana, memahami kata per kata dalam kalimat, memahami isi bacaan, dan mampu menceritakan kembali isi kalimat yang terdapat dalam teks bacaan. Kegiatan membaca dilakukan untuk memperoleh suatu pesan, informasi, maupun ilmu pengetahuan baik yang tersurat maupun tersirat yang terdapat dalam bahan tulis.

2. Metode K-W-L (Know-Want to Know-Learned) adalah salah satu metode

pembelajaran membaca yang menekankan pada pentingnya latar belakang pengetahuan pembaca berguna untuk memahami isi bacaan secara cepat.


(27)

11

Metode K-W-L terdiri dari tiga langkah, yaitu langkah K-What I Know (apa

yang telah saya ketahui), langkah W-Want to Know (apa yang ingin saya

ketahui), dan langkah L-What I Learned (apa yang saya pelajari). Tiga langkah

dalam K-W-L ini meliputi kegiatan untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa yaitu curah pendapat, menentukan kategori dan organisasi ide, menyusun pertanyaan secara spesifik, dan mengecek hal-hal yang ingin diketahui/ dipelajari siswa dari sebuah bacaan.


(28)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Hakikat Membaca 1. Pengertian Membaca

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa dari empat keterampilan yang berupa keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Menyimak dan membaca saling berhubungan karena keduanya merupakan sarana untuk menerima komunikasi, sedangkan berbicara dan menulis memiliki hubungan yang erat karena merupakan cara untuk menyampaikan informasi. Keterampilan membaca diperoleh setelah menguasai keterampilan menyimak dan berbicara, dan harus diperoleh sebelum menguasai keterampilan menulis. Menurut Tarigan (2015: 1) menyimak dan berbicara kita pelajari sebelum memasuki sekolah, sedangkan membaca dan menulis dipelajari di sekolah.

Menurut Tarigan (2015: 7), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Pengertian lain disampaikan oleh Syukur Ghazali (2013: 207) menjelaskan bahwa membaca adalah sebuah tindakan merekonstruksi makna yang


(29)

13

disusun penulis di tempat dan waktu yang berjauhan dengan tempat dan waktu penulisan.

Samsu Somadayo (2011: 4) mengatakan bahwa membaca adalah suatu kegiatan interaktif untuk memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam bahan tulis. Sedangkan menurut Haryadi dan Zamzani (1996: 3) membaca adalah suatu aktivitas untuk menangkap informasi bacaan baik yang tersurat maupun yang tersirat dalam bentuk pemahaman bacaan secara literal, inferensial, evaluatif dan kreatif dengan memanfaatkan pengalaman belajar pembaca.

Pembelajaran membaca di SD mempunyai peranan penting dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Melalui pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, dan kreatifitas anak didik (Akhadiah melalui Darmiyati Zuhdi dan Budiasih, 2001: 56).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan interaktif yang dilakukan untuk memperoleh suatu pesan, informasi, maupun ilmu pengetahuan baik yang tersurat maupun tersirat yang terdapat dalam bahan tulis. Membaca memerlukan suatu interaksi antara pembaca dan bahan bacaan untuk memperoleh suatu makna dari bacaan tersebut. Proses untuk memperoleh makna tersebut dimulai dari memetik arti dari kata, kalimat, paragraf, sampai akhirnya menemukan makna dari suatu bacaan. Kegiatan membaca dikatakan kegiatan interaktif karena terdapat interaksi antara pembaca dan suatu bacaan. Maksudnya adalah bacaan memberikan suatu pesan atau informasi yang harus dimengerti oleh pembaca.


(30)

14 2. Tujuan Membaca

Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan (Farida Rahim, 2008: 11). Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan (Henry Guntur Tarigan, 2015: 9).

Grabe and Stoller (2002: 11-16) menyatakan bahwa ada empat tujuan dalam membaca yaitu (a) membaca untuk mencari informasi sederhana dan membaca sepintas; (b) membaca untuk belajar dari teks; (c) membaca untuk mengintegrasikan informasi, menulis, dan teks kritik; dan (d) membaca untuk pemahaman umum.

Menurut Akhadiah (1991: 24-25), secara umum seseorang memiliki tujuan dalam membaca, yaitu sebagai berikut: (1) untuk mendapatkan informasi; (2) agar citra dirinya meningkat; (3) untuk melepaskan diri dari kenyataan jenuh/sedih/putus asa; (4) rekreatif/hiburan; (5) hanya iseng/sekedar menghabiskan waktu, dan mencari nilai-nilai keindahan/ pengalaman estetis dan nilai-nilai kehidupannya.

Sementara itu Walpes (Nurhadi 2005: 136) membedakan tujuan membaca menjadi lima yang meliputi: (1) mendapat alat tertentu (instrumental effect), yaitu membaca untuk tujuan memperoleh sesuatu yang bersifat praktis, (2) mendapat hasil yang berupa prestise (prestige effect), yaitu membaca dengan tujuan ingin mendapat rasa lebih (self image), (3) memperkuat nilai-nilai pribadi atau


(31)

15

keyakinan, (4) mengganti pengalaman estetik yang sudah usang, dan (5) membaca untuk menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit tertentu.

Menurut Irwan dalam (Burns dkk, 1996) tujuan membaca mencakup: a) kesenangan, yaitu membaca bertujuan untuk mencari kesenangan;

b) menyempurnakan membaca nyaring, seperti pada anak sekolah dasar kelas rendah yang berlatih membaca untuk menyempurnakan membaca nyaring; c) menggunakan strategi tertentu, yaitu membaca bertujuan untuk menggunakan

strategi dalam membaca untuk memperoleh informasi;

d) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, yaitu pembaca akan memperoleh informasi dari bacaan untuk memperbaharui pengetahuannya; e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya;

f) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, yaitu jika seseorang membaca dengan tujuan untuk membuat laporan;

g) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, prediksi akan dapat terjawab jika informasi yang benar sudah diperoleh dari bacaan;

h) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks; dan

i) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik, yaitu seseorang akan dapat menjawab pertanyaan atau soal-soal yang diberikan dengan membaca suatu bacaan.

Selain itu menurut Anderson (Dalman 2014: 11), ada tujuh macam tujuan dari kegiatan membaca, yaitu: a) reading for details or fact (membaca untuk


(32)

16

memperoleh fakta dan perincian), b) reading for main ideas (membaca untuk memperoleh ide-ide utama), c) reading for sequence or organization (membaca untuk mengetahui urutan/susunan struktur karangan), d) reading for inference (membaca untuk menyimpulkan), e) reading for classify (membaca untuk mengelompokkan/mengklasifikasikan), f) reading to evaluate (membaca untuk menilai, mengevaluasi), g) reading to compare or contrast (membaca untuk memperbandingkan/mempertentangkan).

Berdasarkan uraian tersebut dalam disimpulkan bahwa tujuan membaca seseorang berbeda-beda tergantung dengan kebutuhannya. Kesimpulannya, beberapa tujuan membaca antara lain: a) membaca untuk mencari hiburan, artinya jika seseorang merasa bosan dan sedih maka dia membaca untuk mencari kesenangan/hiburan; b) membaca untuk memperoleh sesuatu yang bersifat praktis, misalnya untuk menemukan suatu informasi yang sedang dibutuhkan; c) membaca untuk pemahaman umum, artinya seseorang akan memperoleh pengetahuan umum dari suatu bacaan; d) memperoleh pesan atau informasi, yaitu pembaca akan memperoleh pesan atau informasi dari teks yang dibaca; e) mengaitkan informasi baru dengan informasi yang diketahuinya, artinya seseorang akan menambahkan suatu informasi baru dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya; f) membaca untuk menyimpulkan, yaitu pada akhirnya seseorang akan membuat kesimpulan dari beberapa pesan atau informasi yang diperolehnya dari suatu bacaan. Tujuan membaca pada penelitian ini dibatasi pada membaca bertujuan untuk memahami dan memperoleh pesan atau informasi pada suatu bacaan.


(33)

17 3. Jenis-jenis Membaca

Membaca dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yang dijelaskan menurut beberapa pendapat para ahli. Menurut Broughton (dalam Tarigan 1986: 24), ada tiga jenis membaca yaitu: a) membaca nyaring atau membaca bersuara, b) membaca dalam hati, dan c) membaca telaah isi.

a. Membaca nyaring atau bersuara merupakan kegiatan membaca yang memerlukan pelafalan yang baik, intonasi, kejelasan, dan keberanian dalam membaca.

b. Membaca dalam hati adalah membaca dengan melibatkan mata dan ingatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi. Membaca tanpa mengeluarkan suara akan mempermudah seseorang untuk memperoleh informasi dari bacaan. c. Membaca telaah isi adalah membaca yang bertujuan untuk menelaah isi dari

suatu bacaan secara lebih mendalam. Pembaca memerlukan kemampuan dan keterampilan yang lebih dalam, dalam memahami isi bacaan yaitu dengan kemampuan membaca pemahaman.

Menurut Henry Guntur Tarigan (2015: 14) jenis-jenis membaca adalah sebagai berikut.

a. Membaca nyaring

Membaca nyaring adalah proses membaca dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca.


(34)

18

b. Membaca dalam hati

1) Membaca ekstensif adalah proses membaca yang dilakukan dalam waktu yang singkat dan dengan bahan bacaan yang beranekaragam. Membaca ekstensif terdiri dari membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal.

2) Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilaksanakan secara seksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Jenis membaca intensif adalah membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasa terdiri dari membaca bahasa dan membaca sastra.

Berdasarkan jenis-jenis membaca yang telah dijelaskan oleh pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan jenis-jenis membaca terdiri dari : a) membaca nyaring yang perlu memperhatikan kejelasan suara, intonasi, dan pelafalan; b) membaca dalam hati yang bertujuan untuk memeroleh informasi yang terdiri dari membaca ekstensif atau membaca cepat, membaca teliti, membaca pemahaman, dan membaca kritis. Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi meneliti kemampuan membaca dengan jenis membaca pemahaman.

4. Proses Membaca

Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak. Dalam membaca, pembaca memerlukan proses agar dapat mencapai tujuan membaca. Menurut (Spodek dan Saracho, 1994). Ada dua cara yang ditempuh pembaca


(35)

19

dalam memperoleh makna dari barang cetak : (1) langsung, yakni menggunakan ciri penanda visual dari tulisan dan maknanya; dan (2) tidak langsung, yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkannya dengan makna. Cara pertama digunakan oleh pembaca lanjut dan cara kedua digunakan oleh membaca permulaan. Dari cara pembaca memperoleh pesan ini selanjutnya dapat dibedakan adanya dua jenis membaca, yakni membaca permulaan dan membaca lanjut.

Combs (1996) memilah kegiatan membaca permulaan menjadi tiga tahap : tahap persiapan, tahap perkembangan, dan tahap transisi. Dalam tahap persiapan, anak mulai mengetahui tentang fungsi barang cetak, konsep tentang cara kerja barang cetak, konsep tentang huruf, dan konsep tentang kata. Dalam tahap perkembangan, anak mulai memahami pola bahasa yang terdapat dalam barang cetak. Anak mulai belajar memasangkan satu kata dengan kata yang lain. Sedangkan, pada tahap yang terakhir yaitu tahap yang lain yang merupakan tahap transisi, dimana anak mulai mengubah kebiasaan membaca bersuara menjadi membaca dalam hati. Oleh karena itu, anak mulai dapat melakukan kegiatan membaca dengan santai.

Tompkins dan Hokisson (1995: 211-266) berpendapat bahwa terdapat lima tahapan dalam proses membaca yaitu persiapan membaca, membaca, memberikan respon, mengeksplorasi teks, dan memperluas interpretasi, yang secara rinci dijelaskan sebagai berikut.


(36)

20

a) Persiapan Membaca (preparing to read)

Pada tahap ini siswa mulai memilih buku atau wacana yang akan dibaca, dan menghubungkan buku/bacaan dengan pengalaman pribadi maupun pengalaman membaca sebelumnya, dan memprediksi isi buku atau bacaan.

b) Membaca (reading)

Pada tahap ini siswa membaca teks bacaan dan berusaha untuk menginterpretasikan, memahami, serta menemukan informasi dari bacaan. c) Memberikan respon (responding)

Pada tahap ini siswa memberikan respon atau tanggapan terhadap teks bacaan yang telah dibacanya.

d) Mengeksplorasi teks (eksplorating the text)

Pada tahap ini siswa mengeksplorasi teks bacaan secara lebih analitis. Kegiatan mengeksplorasi yang dimaksud dapat berupa: membaca ulang teks, mengkaji hasil tulisan pengarang, mempelajari kosakata-kosakata baru, dan sebagainya. e) Memperluas interpretasi (extending the inter pretation)

Dalam tahap ini, siswa memperdalam interpretasi yang dimilikinya, kemudian merefleksikan dalam pemahaman.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses membaca meliputi: persiapan membaca dengan memilih bahan bacaan; membaca dengan memahami kata, kalimat, dan memahami isi bacaan; memberi tanggapan terhadap teks yang dibaca; mengeksplorasi teks dengan mengkaji hasil bacaan; dan memperdalam interpretasi dari hasil teks bacaan.


(37)

21 B.Hakikat Membaca Pemahaman 1. Pengertian Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman merupakan seperangkat keterampilan pemerolehan pengetahuan yang digenerelisasikan, yang memungkinkan orang memperoleh dan mewujudkan informasi yang diperoleh sebagai hasil membaca bahasa tertulis

(Bormouth dalam Zuchdi, 2007: 22). Rofi’uddin dan Zuchdi (2001: 179)

menyatakan bahwa yang dimaksud membaca pemahaman adalah membaca yang mensyaratkan siswa untuk dapat memahami isi bacaan, mencari hubungan antar hal, hubungan sebab akibat, perbedaan dan persamaan antar hal dalam wacana. Kegiatan membaca pemahaman merupakan kegiatan menangkap informasi penulis dengan memahami makna yang ada dalam bacaan.

Membaca pemahaman merupakan istilah yang digunakan untuk kegiatan membaca yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang terkandung dalam teks bacaan. Membaca pemahaman dapat pula diartikan sebagai proses sungguh-sungguh yang dilakukan pembaca untuk memperoleh informasi, pesan, dan makna yang terkandung dalam sebuah bacaan (Abidin, 2012: 60).

Samsu Somadayo (2011:10) mengemukakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses pemerolehan makna yang secara aktif melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh pembaca serta dihubungkan dengan isi bacaan. Membaca pemahaman merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan dan pengalaman dalam suatu bacaan.

Agustinus Suyoto (2014: 1) berpendapat bahwa membaca pemahaman atau komprehensi ialah kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail


(38)

22

penting, dan seluruh pengertian. Pemahaman ini berkaitan erat dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya untuk memperoleh pengetahuan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman merupakan proses yang dilakukan pembaca untuk memperoleh pesan, informasi, makna, ide pokok, dan memahami isi bacaan. Dalam membaca pemahaman, pembaca biasanya menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki untuk dihubungkan dengan isi bacaan.

2. Tujuan Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman perlu memperhatikan beberapa indikasi pemahaman untuk menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran. Brown (Abidin, 2012: 60) menyebutkan beberapa indikasi membaca pemahaman yang harus dicapai, yaitu sebagai berikut.

a. Melakukan, pembaca memberikan tanggapan terhadap perintah membaca. b. Memilih, pembaca memilih alternatif bukti pemahaman baik secara lisan

maupun tulisan.

c. Mengalihkan, pembaca mampu menyampaikan secara lisan apa yang telah dibacanya.

d. Menjawab, pembaca mampu menjawab pertanyaan tentang isi bacaan.

e. Mempertimbangkan, pembaca mampu menggaris bawahi atau mencatat pesan-pesan penting yang terkandung dalam bacaan.

f. Memperluas, pembaca mampu memperluas bacaan atau minimalnya mampu menyusun bagian akhir cerita (khusus untuk bacaan fiksi).


(39)

23

g. Menduplikasi, pembaca mampu menuliskan wacana yang serupa dengan wacana yang dibaca berdasarkan versi pembaca.

h. Modeling, pembaca mampu memainkan peran dalam cerita yang dibacanya. i. Mengubah, pembaca mampu mengubah wacana ke dalam bentuk wacana lain

yang menunjukkan adanya pemrosesan informasi.

Anderson (melalui Samsu Somadayo, 2011:12) menyatakan bahwa membaca pemahaman memiliki tujuan untuk memahami isi bacaan dalam teks. Tujuan tersebut antara lain: (1) untuk memperoleh rincian-rincian dan fakta- fakta, (2) mendapatkan ide pokok, (3) mendapatkan urutan organisasi teks, (4) mendapatkan kesimpulan, (5) mendapatkan klasifikasi, (6) membuat perbandingan atau pertentangan.

Berdasarkan uraian di atas, tujuan membaca pemahaman berbeda-beda tergantung dari tujuan pembaca. Akan tetapi, tujuan membaca pemahaman dapat disimpulkan, yaitu: memahami isi bacaan, mendapatkan kesimpulan, memperoleh pesan atau informasi dari bacaan.

3. Prinsip-Prinsip Membaca Pemahaman

Ada beberapa prinsip membaca untuk mencapai tujuan membaca pemahaman. Menurut McLaughlin & Allen dalam (Farida, 2008: 3-4) prinsip-prinsip membaca yang didasarkan pada penelitian yang paling memengaruhi pemahaman membaca ialah seperti yang dikemukakan berikut ini.

a. Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial.

b. Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman.

c. Guru membaca yang professional (unggul) memengaruhi belajar siswa.

d. Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca.


(40)

24

e. Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna.

f. Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas.

g. Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca.

h. Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman membaca. i. Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan.

j. Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman.

Sementara itu Burns, Roe dan Ross (1984: 20-24) menjelaskan prinsip-prinsip membaca pemahaman yang akan membantu guru dalam perencanaan pembelajaran membaca sebagai berikut.

a. Membaca adalah perilaku kompleks yang mempertimbangkan beberapa faktor. b. Membaca adalah interpretasi makna dari simbol-simbol tertulis.

c. Tidak ada satupun cara yang tepat untuk mengajarkan membaca. d. Pembelajaran membaca adalah suatu proses berkelanjutan.

e. Siswa diajarkan keterampilan-keterampilan pengenalan kata yang akan membebaskan mereka dalam hal pengucapan dan makna dari kata-kata yang tidak familiar.

f. Guru harus mendiagnosa kemampuan membaca masing-masing siswa serta menggunakan diagnosis tersebut sebagai dasar rencana pembelajaran.

g. Membaca dan kesenian bahasa lain saling berhubungan erat.

h. Membaca adalah suatu bagian integral dari seluruh isi pembelajaran dalam program pendidikan.

i. Siswa perlu memahami kenapa membaca itu penting.

j. Kesenangan membaca harus diperhatikan sebagai kepentingan yang paling utama.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai tujuan membaca pemahaman perlu memperhatikan prinsip-prinsip membaca pemahaman yang meliputi peran guru dalam mempengaruhi belajar siswa, pembaca dapat berperan aktif dalam proses membaca, pembaca menemukan manfaat dan informasi dari bacaan, strategi dan keterampilan membaca yang diajarkan, pembelajaran membaca yang merupakan proses berkelanjutan, diagnosis kemampuan membaca siswa oleh guru, dan pemahaman siswa tentang


(41)

25

pentingnya membaca. Apabila dalam membaca pemahaman sudah memperhatikan prinsip-prinsip seperti yang sudah disebutkan, maka keterampilan membaca pemahaman akan dapat diperoleh oleh pembaca.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Membaca Pemahaman

Ada dua faktor keterampilan membaca pemahaman, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri dan faktor yang berasal dari luar pembaca. Pearson dan Johnson (dalam Zuchdi, 2000: 23) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kemampuan kebahasaan yang dimiliki pembaca), minat (seberapa besar keinginan seseorang untuk membaca), dan kumpulan kemampuan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca).

Faktor-faktor di luar pembaca dibedakan menjadi dua kategori unsur-unsur bacaan dan lingkungan membaca. Unsur-unsur pada bacaan atau ciri-ciri tekstual meliputi kebahasaan teks (kesulitan bahan bacaan), dan organisasi teks (jenis pengaturan yang tersedia berupa bab dan subbab, susunan tulis, dsb). Kualitas lingkungan membaca dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi persiapan guru sebelum, pada saat, atau suasana umum penyelesaian tugas (hambatan, dorongan, dsb). Semua faktor ini tidak saling terpisah, tetapi saling berhubungan.

Usep Kuswari (2012) menyampaikan faktor-faktor yang menentukan keterampilan membaca pemahaman yang dijelaskan sebagai berikut.

a. Penguasaan kebahasaan, terutama dalam tata bahasa dan kosakata.

b. Keterampilan mengadakan gerakan-gerakan mata yang efisien dalam membaca.


(42)

26

c. Menentukan informasi yang diperlukan sebelum memulai membaca.

Pendapat lain menurut Singgih Gunarsa (2004: 47-48) yang menyebutkan ada 5 (lima) faktor yang dapat mempengaruhi pemahaman membaca yang dijelaskan sebagai berikut.

a. Kelancaran membaca (kelancaran dalam proses decoding)

Proses decoding dikategorikan sebagai keterampilan kognitif dasar. Bagi siswa yang lancar membaca, keterampilan kognitif dasar tersebut dapat digunakan untuk melakukan kegiatan kognitif lainnya.

b. Pengetahuan terdahulu

Pengetahuan dasar, pengetahuan mengenai kosakata, dan pengetahuan mengenai struktur teks yang dimiliki pembaca digunakan menjadi bekal dalam memahami bacaan.

c. Faktor motivasi

Motivasi yang dimaksud adalah ketika seorang pembaca memiliki banyak kosakata, mampu memahami struktur teks bacaan, dan mampu memahami bacaan, maka pembaca tersebut akan termotivasi untuk membaca teks bacaan yang lain.

d. Keterampilan kognitif tingkat tinggi

Pembaca yang baik dapat dengan mudah menemukan hal-hal penting dalam suatu bacaan, sehingga memiliki kemampuan memahami bacaan yang baik. e. Metakognisi

Pembaca yang baik melakukan beberapa strategi ketika membaca, misalnya menggunakan pemahaman umum, menyeleksi bacaan, merangkum dan


(43)

27

mengulangi informasi yang perlu diingat, sehingga bacaan dapat dipahami dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan membaca pemahaman ada dua, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri dan faktor yang berasal dari luar pembaca. Faktor yang berasal dari dalam diri pembaca meliputi kemampuan kebahasaan, minat membaca, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya, dan keterampilan membaca. Sedangkan faktor yang berasal dari luar pembaca meliputi motivasi dari luar, cara guru memberikan pembelajaran, dan strategi membaca yang digunakan.

5. Teknik dan Strategi Pembelajaran Membaca

Untuk meningkatkan pemahaman terhadap keseluruhan teks, biasanya guru menerapkan kegiatan prabaca, kegiatan inti membaca, dan kegiatan pascabaca dalam pembelajaran membaca (Puji Santosa, 2007: 6-9).

Kegiatan prabaca bermaksud untuk membantu perilaku siswa dalam menyelesaikan masalah dan memotivasi siswa dalam penelaahan materi bacaan. Aktivitas prabaca antara lain: (1) gambaran awal yang berisi informasi yang berkaitan dengan isi cerita; (2) petunjuk untuk melakukan antisipasi yang bertujuan untuk menstimulasi pikiran dan berisi pertanyaan-pertanyaan deklaratif yang berkaitan dengan isi bacaan; (3) pemetaan semantik yang kegiatannya adalah memperkenalkan kosakata yang ditemukan dalam bacaan sehingga siswa dapat menghubungkan informasi baru yang ada dalam bacaan dengan pengetahuan awal yang dimiliki sebelumnya; (4) menulis sebelum membaca yang kegiatannya yaitu


(44)

28

meminta siswa untuk menuliskan pengalaman pribadinya sebelum membaca materi; (5) drama/simulasi yang bertujuan untuk memberikan gambaran pada siswa tentang karakter, latar, watak, emosi, dan kritik tokoh cerita sebelum cerita dibaca.

Kegiatan inti membaca, yaitu kegiatan yang berisi strategi antara lain: (1) strategi metakognitif, berkaitan dengan pengetahuan seseorang atas penggunaan intelektual otaknya dan usaha sadar dalam memonitor atau mengontrol penggunaan kemampuan intelektual tersebut; (2) close procedure, digunakan dengan cara menghilangkan beberapa informasi dalam bacaan kemudian siswa diminta untuk mengisinya; (3) pertanyaan pemandu, digunakan oleh guru dengan cara memberikan pertanyaan pada siswa untuk melatih mengingat fakta yang ada dalam bacaan.

Kegiatan pascabaca merupakan kegiatan dan strategi yang dilakukan setelah membaca yang meliputi: (1) memperluas kesempatan belajar, yaitu dengan memberikan kesempatan membaca siswa jika ingin memperluas pengetahuannya; (2) mengajukan pertanyaan, digunakan oleh guru sebagai upaya untuk memperdalam pemahaman siswa tentang bacaan; (3) mengadakan pameran visual, misalnya dengan meminta siswa untuk membuat sketsa atau gambar yang telah dipelajari dari bacaan untuk selanjutnya dapat dibahas dalam kelompok untuk mengetahui keterkaitannya dengan teks; (4) pementasan teater aktual, kegiatannya dimulai dengan membaca teks/bacaan bersama-sama, kemudian didiskusikan dalam kelompok dan terakhir dipentaskan; (5) menceritakan kembali, kegiatannya yaitu siswa menceritakan kembali apa yang telah dibaca kepada guru, teman, atau


(45)

29

direkam dalam kaset; (6) penerapan hasil membaca, kegiatannya adalah menampilkan atau mengerjakan tugas yang ada kaitannya dengan penerapan pengetahuan yang diperoleh siswa ketika membaca.

(Puji Santosa, 2007: 6.9-6.14)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teknik dan strategi dalam pembelajaran membaca melalui tiga tahap, yaitu kegiatan prabaca yang bertujuan untuk merangsang pemikiran siswa mengenai bacaan, kegiatan inti membaca yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari bacaan, dan kegiatan pascabaca yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman siswa tentang bacaan.

C.Tinjauan tentang Metode KWL (Know-Want to Know-Learned) 1. Pengertian Metode KWL

Metode K-W-L adalah salah satu metode pembelajaran membaca yang menekankan pada pentingnya latar belakang pengetahuan pembaca (Sani, 2013: 274).

Carr (1987:6) menjelaskan tentang metode KWL sebagai berikut.

K-W-L adalah sebuah strategi sederhana dalam membaca dengan cepat menjadi sebuah piranti yang penting bagi ahli membaca. Kepanjangan dari “Mengetahui, Ingin , Belajar‟ dan dapat digunakan untuk membantu siswa dalam membaca sebuah teks. Para siswa memulai dengan mengumpulkan pengetahuan yang telah mereka ketahui tentang sebuah topik dari bacaan. Kemudian, mereka mengembangkan sebuah daftar sesuatu yang ingin mereka ketahui. Selama membaca, atau merefleksi sebuah bacaan, para siswa membuat daftar sesuatu yang mereka pelajari.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Metode K-W-L (Know-Want to Know-Learned) adalah salah satu metode pembelajaran membaca


(46)

30

untuk memahami isi bacaan secara cepat. Metode K-W-L terdiri dari tiga langkah, yaitu langkah K-What I Know (apa yang telah saya ketahui), langkah W-Want to Know (apa yang ingin saya ketahui), dan langkah L-What I Learned (apa yang

saya pelajari).

2. Tujuan Metode KWL

Setiap metode yang akan digunakan dalam pembelajaran pasti mempunyai tujuan mengapa metode tersebut digunakan. Joni (Rahim, 2005: 36) menyatakan tujuan akan menjadi dasar terbentuknya suatu program belajar yang memudahkan pencapaian tujuan belajar. Tujuan dalam strategi KWL menjadi acuan penentu sumber belajar serta program kegiatan yang tersusun dalam proses pembelajaran memahami bacaan.

Menurut Alan Colburn (2003: 33) tujuan metode KWL adalah untuk mengaktifkan pemikiran siswa dengan belajar menghubungkan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya untuk mendapatkan pemahaman tentang pengetahuan lain yang akan menjadikan pengalaman baru bagi siswa.

Selain itu, Farida Rahim (2005: 41) menyebutkan tujuan metode KWL yaitu untuk membantu siswa menentukan tujuan menyimak bacaan dan mengaktifkan pemikiran siswa sebelum, pada saat dan setelah proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan metode KWL adalah untuk merangsang pemikiran siswa untuk memahami suatu bacaan yang bertujuan untuk memperoleh pesan dan informasi dari bacaan tersebut.


(47)

31 3. Keunggulan Metode KWL

Metode belajar merupakan cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yaitu hasil belajar yang baik. Pemilihan metode belajar perlu memperhatikan keunggulan metode agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Ketepatan pemilihan metode berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap bahan ajar yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, Farida Rahim (2005: 41) menyatakan keunggulan metode KWL yaitu memberikan tujuan menyimak, memberikan peran aktif siswa sebelum, saat dan setelah menyimak. Metode KWL membantu siswa untuk memikirkan informasi yang baru diterima, serta memperkuat kemampuan siswa mengembangkan pengetahuan.

Berdasarkan uraian di atas, maka keunggulan metode KWL adalah untuk membantu mengaktifkan pemikiran siswa agar dapat memahami suatu bacaan dengan tujuan untuk memperoleh pesan dan informasi, serta membuat siswa aktif dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. Langkah-Langkah Metode KWL

Menurut Farida (2008: 41-42), ada tiga langkah dalam menerapkan metode KWL sebagai berikut.

1. Langkah pertama, apa yang saya ketahui (K), merupakan kegiatan sumbang saran pengetahuan dan pengalaman sebelumnya tentang topik. Guru memulai

diskusi kelas dengan mengajukan pertanyaan seperti “apa yang kamu ketahui

tentang…?” Guru menuliskan tanggapan siswa di papan tulis, kemudian

dilanjutkan diskusi dengan pertanyaan berikutnya, seperti “di mana kamu pelajari hal itu?” atau “bagaimana kamu mengetahuinya?”. Ketika siswa


(48)

32

berpartisipasi untuk menggunakan gagasan dalam diskusi kelas, mereka mencatat informasi yang telah diketahui tentang topik yang sedang dibicarakan. Guru memberikan beberapa contoh kategori informasi yaitu informasi yang dibutuhkan dalam sumbang saran. Selain itu, siswa juga diminta untuk memikirkan kemungkinan kategori informasi lain yang kemudian dicatat siswa. Setelah itu, siswa mengemukakan kategori informasi yang dibacanya. Dalam kegiatan ini, guru perlu mencontohkan proses membaca kepada siswa dengan menyajikan beberapa contoh.

2. Langkah kedua, What I want to Learn (W), yaitu siswa dituntut untuk menyusun tujuan membaca. Dari minat dan rasa ingin tahu, yang ditimbulkan selama langkah pertama, guru membahas kembali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dituliskan guru di papan tulis. Kemudian guru membahas pertanyaan-pertanyaan siswa dengan kemungkinan ketidakkonsistenan, pertentangan informasi, dan khususnya menimbulkan gagasan-gagasan. Siswa didorong untuk menulis pertanyaan mereka sendiri atau memilih satu pertanyaan yang tersedia di papan tulis. Pertanyaan-pertanyaan ini kemudian disajikan sebagai tujuan membaca.

3. Langkah ketiga, What I have Learned (L), terjadi setelah membaca. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut untuk menentukan, memperluas dan menemukan seperangkat tujuan membaca. Sesudah itu, siswa mencatat informasi yang telah dipelajari dan mengidentifikasi pertanyaan yang belum terjawab. Dalam kegiatan ini guru membantu siswa mengembangkan perencanaan untuk menginvestigasi pertanyaan-pertanyaan yang tersisa. Dengan cara ini guru


(49)

33

memberikan penekanan pada tujuan membaca untuk memenuhi rasa ingin tahu pribadi siswa, tidak hanya sekadar yang disajikan dalam teks.

Pendapat lain dikemukakan oleh Abidin (2012: 87-88) tentang tahapan metode KWL yang dijelaskan sebagai berikut.

a. Tahap prabaca

1) Tahap know (apa yang saya ketahui)

Langkah pertama ini terdiri atas dua tahap yakni curah pendapat dan menghasilkan kategori ide. Curah pendapat dilakukan untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki siswa tentang topik bacaan. Berdasarkan curah pendapat tersebut, guru akan membimbing siswa untuk dapat membuat kategori ide yang mungkin terkandung dalam wacana yang akan dibacanya.

2) Tahap what I want to learn (apa yang ingin saya ketahui)

Pada tahap ini, guru menuntun siswa menyusun tujuan khusus membaca. Dari minat, rasa ingin tahu, dan ketidakjelasan, yang ditimbulkan selama langkah pertama, guru mengajak siswa untuk membuat berbagai pertanyaan yang jawabannya ingin diketahui siswa. Selanjutnya guru membahas kembali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa dan kemudian pertanyaan-pertanyaan tersebut disajikan sebagai tujuan membaca.

b. Tahap membaca

3) Tahap what I have learned

Tahap ini diawali dengan kegiatan siswa membaca dalam hati. Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan, memperluas, dan menentukan seperangkat


(50)

34

tujuan membaca. Setelah selesai membaca, siswa menuliskan semua hal yang telah diperolehnya dari kegiatan membaca sesuai dengan pertanyaan yang diajukannya pada tahap sebelumnya. Dalam kegiatan ini, guru membantu siswa mengembangkan perencanaan untuk menginvestigasi pertanyaan-pertanyaan yang tersisa.

c. Tahap pascabaca 4) Tahap tindak lanjut

Pada tahap ini berbagai pertanyaan yang tidak dapat siswa jawab akan dibahas guru bersama siswa dalam diskusi kelas. Setelah semua prioritas baca tuntas, jelas, dan lengkap, guru dapat menugaskan siswa untuk menceritakan isi bacaan, baik secara lisan maupun tulisan sebagai bentuk kegiatan tindak lanjut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah membaca pemahaman dengan metode KWL melalui tiga tahap, yaitu langkah K-What I Know (apa yang telah saya ketahui) dengan merangsang pengetahuan

siswa, langkah W-Want to Know (apa yang ingin saya ketahui) dengan

mengajukan pertanyaan, dan langkah L-What I Learned (apa yang saya pelajari)

dengan menanyakan kembali apa yang didapat dari bacaan. Tiga langkah dalam K-W-L ini meliputi kegiatan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa yaitu melalui curah pendapat, menentukan kategori dan organisasi ide, menyusun pertanyaan secara spesifik, dan mengecek hal-hal yang ingin diketahui/ dipelajari siswa dari sebuah bacaan.


(51)

35

D.Pembelajaran Membaca Pemahaman di Kelas V Sekolah Dasar 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan yang paling pokok dilakukan adalah kegiatan belajar. Hasil dari tujuan pendidikan yang dicapai tergantung dari proses belajar yang dilakukan. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto 2003: 2).

Menurut pandangan B. F. Skinner (Syaiful Sagala 2010: 14) belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progessif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responsnya menurun.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses pendidikan yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku, yang sebelumnya belum tahu menjadi tahu, dan dari belum bisa menjadi bisa. Seseorang belajar mempunyai tujuan yaitu untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari apa yang dipelajarinya.

Dalam proses belajar juga dibutuhkan proses pembelajaran agar kegiatan belajar tersebut dapat berlangsung dengan baik. Menurut Syaiful Sagala (2010: 61), pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.


(52)

36

Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid. Konsep pembelajaran menurut Corey (Syaiful Sagala 2010: 61) adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.

Pembelajaran menurut Brown (2008: 8) adalah penguasaan atau pemerolehan pengetahuan tentang suatu subjek atau sebuah keterampilan dengan belajar atau lewat pengalaman. Pembelajaran merupakan proses mendapatkan pengetahuan yang difasilitasi oleh guru yang menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dijelaskan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses komunikasi yang melibatkan pengajar dan peserta didik. Tujuan guru sebagai pengajar melakukan proses pembelajaran adalah untuk membelajarkan peserta didik agar memperoleh perubahan tingkah laku dalam pendidikan. Melalui pembelajaran, siswa dapat memperoleh pengetahuan yang difasilitasi oleh guru.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di Indonesia. Selain karena merupakan bahasa nasional, bahasa Indonesia merupakan kemampuan yang harus diperoleh terlebih dahulu sebelum mempelajari mata pelajaran yang lain.


(53)

37

Jadi, pembelajaran bahasa Indonesia adalah proses pemerolehan pengetahuan bahasa Indonesia oleh siswa yang difasilitasi oleh guru. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan proses komunikasi antara pengajar dan peserta didik untuk mencapai tujuan, yaitu hasil belajar bahasa Indonesia.

2. Karakter Siswa Kelas V SD

Menurut Desmita (2011: 35) usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah 6 tahun dan selesai pada usia 12 tahun. Apabila mengacu pada pembagian tahapan perkembangan anak, berarti anak usia sekolah berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa kanak-kanak tengah (6-9 tahun), dan masa kanak-kanak akhir (10-12 tahun). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan anak-anak yang usianya lebih muda. Ia senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung.

Piaget (Desmita 2011: 101) meyakini bahwa pemikiran seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap pemikiran dari masa bayi hingga masa dewasa. Dalam hal ini Piaget membagi tahap perkembangan kognitif manusia menjadi empat tahap yaitu tahap sensori-motorik (sejak lahir sampai usia 2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7-11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 7-11 tahun ke atas).

Menurut teori kognitif Piaget (Desmita 2010: 156), pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran operasional konkrit (concrete operational thought). Operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang difokuskan


(54)

38

pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat diukur. Menurut Piaget, anak-anak pada masa konkrit operasional ini telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan sejumlah aspek yang berbeda secara serempak. Pada tahap konkret-operasional, anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda dalam bentuk yang berbeda (Piaget dalam Desmita 2011: 101).

Menurut Havighurst (Desmita 2011: 35-36), tugas perkembangan anak usia sekolah dasar meliputi:

a) menguasai keterampilan fisik yang diperlukan dalam permainan dan aktivitas fisik,

b) membina hidup sehat,

c) belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok,

d) belajar menjalankan peranan sosial sesuai dengan jenis kelamin,

e) belajar membaca, menulis, dan berhitung agar mampu berpartisipasi dalam masyarakat,

f) memperoleh sejumlah konsep yang diperlukan untuk berpikir efektif, g) mengembangkan kata hati, moral, dan nilai-nilai, dan

h) mencapai kemandirian pribadi.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak kelas V SD berada dalam tahap pemikiran operasional konkrit. Karakteristik anak kelas V SD meliputi anak lebih suka bekerja dalam kelompok, dapat diajak pembelajaran aktif, mulai dapat memahami suatu hal, dapat bekerja mandiri, membangun konsepnya sendiri, dapat bersosialisasi dengan teman sebaya, dan belajar memahami suatu bacaan. Anak dapat berpikir melalui sebab akibat, dan dapat menemukan cara untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.


(55)

39 3. Pembelajaran Membaca di Kelas V SD

Menurut Saleh Abbas (2006: 101) membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu dan pengetahuan serta pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirnya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dengan demikian maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapapun yang ingin maju dan meningkatkan diri.

Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa membaca merupakan kegiatan yang penting dilakukan oleh setiap orang, terutama bagi siswa. Membaca baiknya diawali sejak duduk di bangku sekolah dasar. Oleh sebab itu, maka pembelajaran membaca di sekolah dasar sangat penting untuk diperhatikan.

Pembelajaran membaca di sekolah dasar dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pengajaran membaca menulis permulaan untuk kelas I, II, dan membaca lanjut untuk kelas III-VI seperti yang disampaikan Depdikbud (Saleh Abbas 2006: 103). Pembelajaran membaca di kelas V SD ada dalam tahap membaca lanjut. Pembelajaran membaca lanjut dilakukan guru jika siswa sudah dapat menyuarakan struktur kata dan kalimat sederhana dengan jelas untuk mendapatkan informasi dari bacaan. Pembelajaran membaca lanjut menurut Routman (Saleh Abbas 2006: 105) dibedakan sebagai berikut.


(56)

40

a. Membaca bersuara, merupakan kegiatan membaca dengan menyuarakan tulisan yang ada dalam bacaan sehingga isi pesan dalam bacaan dapat sampai pada pendengar.

b. Membaca bergantian, merupakan teknik membaca dengan cara bergantian membaca suatu bacaan antara siswa satu dengan siswa lain maupun bersama guru.

c. Membaca terbimbing, merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk membimbing siswa dalam memahami bacaan. Untuk dapat melakukan bimbingan ini, guru harus sudah mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam berpikir. Berdasarkan tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki siswa inilah guru akan membuat pertanyaan-pertanyaan yang akan membantu siswa dalam memahami bacaan.

d. Membaca mandiri, memberi kesempatan kepada siswa untuk memilih bacaan yang disenangi. Siswa diminta untuk membuat laporan bacaan yang sudah diberi rambu-rambu oleh guru, yaitu hal-hal apa saja yang harus ada dalam laporan bacaan yang akan dibuat siswa.

Tasrial Efendi dan Suhardi (2015: 98) menyatakan bahwa pembelajaran membaca di sekolah dasar mempunyai peranan penting dalam membantu siswa untuk terampil membaca. Tarigan (2015: 39) menjelaskan bahwa siswa yang duduk di kelas V sekolah dasar telah mencapai pada tahapan dimana mereka: (1) membaca dalam hati jauh lebih cepat dibanding membaca bersuara, (2) membaca dengan pemahaman yang baik, (3) membaca tanpa gerakan bibir atau kepala atau menunjuk-nunjuk dengan jari tangan, serta (4) menikmati bahan bacaan yang


(57)

41

dibaca dalam hati atau bisa dikatakan telah menikmati kegiatan membaca dalam hati.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran membaca di sekolah dasar kelas V meliputi kegiatan membaca dalam hati dengan memahami isi bacaan tersebut. Pembelajaran membaca di kelas V tidak dengan bersuara yang disertai dengan jari tangan yang menunjuk-nunjuk bacaan. Siswa kelas V sudah dapat mengikuti pembelajaran membaca pemahaman.

E.Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah.

1. Mukhlis Hidayat. (2012), dalam penelitian yang berjudul: Penggunaan teknik scrambel wacana dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas IV SD Sembungan Bangunjiwo Kasihan Bantul Yogyakarta. Hasil dari penelitian tindakan ini adalah pembelajaran dengan menggunakan teknik scramble wacana dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Hasil dari penggunaan teknik scramble wacana pada proses pembelajaran membaca pemahaman siswa menjadi aktif, dapat mengembangkan daya nalar, mempunyai jiwa untuk kerjasama, berani untuk mengungkapkan pendapat atau bertanya, siswa merasa senang dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, sehingga kemampuan membaca pemahaman meningkat. Hal ini dibuktikan dengan rerata tes dan presentase ketuntasan belajar siswa pada pratindakan, post tes akhir siklus I dan post test akhir siklus II.


(58)

42

2. Rumyati. (2011), dalam penelitian yang berjudul : Upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman menggunakan metode kelompok siswa kelas IV SD Negeri 2 Semarang Banjarnegara. Hasil dari penelitian ini adalah penerapan metode kelompok dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman. Peningkatan dilihat dari peningkatan keaktifan dan antusias siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga kegiatan belajar siswa lebih komunikatif dan menyenangkan.

F. Kerangka Pikir

Membaca merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh suatu pesan, informasi, maupun ilmu pengetahuan baik yang tersurat maupun tersirat yang terdapat dalam bahan tulis. Tujuan membaca setiap orang berbeda-beda, tergantung dari kebutuhan orang tersebut. Membaca dapat bertujuan sekedar untuk mencari hiburan, maupun untuk mencari informasi yang lebih mendalam dari bacaan. Dalam kegiatan membaca diperlukan adanya interaksi aktif dari pembaca kepada bacaan, agar dapat memperoleh suatu makna dari bacaan tersebut. Proses untuk memperoleh makna tersebut dimulai dari memetik arti dari kata, kalimat, paragraf, sampai akhirnya menemukan makna dari suatu bacaan.

Tujuan membaca yang lebih dalam adalah untuk memahami suatu bacaan, agar dapat memperoleh pesan atau informasi yang dibutuhkan oleh pembaca. Dalam memahami suatu bacaan perlu menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya dengan informasi yang diperoleh dari bacaan. Keterampilan membaca pemahaman setiap orang berbeda-beda,


(59)

43

tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Akan tetapi, untuk mengatasinya dapat menggunakan metode pembelajaran membaca yang tepat. Dalam hal ini, metode yang digunakan adalah metode KWL (Know-Want to Know-Learned).

Metode KWL adalah salah satu metode pembelajaran membaca yang menekankan pentingnya latar belakang pengetahuan pembaca berguna untuk memahami isi bacaan secara cepat. Metode K-W-L terdiri dari tiga langkah, yaitu langkah K-What I Know (apa yang telah saya ketahui), langkah W-Want to Know

(apa yang ingin saya ketahui), dan langkah L-What I Learned (apa yang saya

pelajari). Dalam mempraktekkan metode ini langkah pertama yang diambil guru adalah merangsang siswa untuk berpikir aktif, yaitu dengan memberi siswa pertanyaan tentang apa yang telah diketahui siswa mengenai topik dari bacaan. Siswa akan mengutarakan apa yang telah diketahuinya, kemudian dirangsang untuk bertanya tentang apa yang ingin diketahui dari bacaan. Setelah siswa tahu mengenai apa yang telah diketahui dan apa yang ingin diketahui, maka siswa akan mencari informasi dalam bacaan dengan cara memahami bacaan tersebut. Pada akhirnya, siswa akan memperoleh apa yang dipelajarinya dari bacaan.

G.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, dapat diajukan hipotesis yaitu dengan menggunakan metode KWL (Know-Want to Know-Learned) dapat meningkatkan keterampilan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung.


(60)

44 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Adapun tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung.

Penelitian tindakan kelas atau PTK adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, yang melakukan PTK di kelasnya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (Arikunto dan Suhardjono 2015: 2). PTK umumnya dilakukan oleh guru yang bekerjasama dengan peneliti atau ia sendiri sebagai guru berperan ganda melakukan penelitian individu di kelas, di sekolah,

dan atau di tempat ia mengajar dengan tujuan ‘penyempurnaan’ atau ‘peningkatan’ proses pembelajaran (Suharsimi Arikunto, 2006: 57).

Jenis penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama (Madya, 2009: 51). Penelitian ini akan menciptakan kolaborasi atau kerjasama antara peneliti dan guru kelas. Dalam penelitian kolaboratif, orang yang akan melakukan tindakan harus terlibat dalam proses penelitian. Oleh karena itu, peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan.

Dengan demikian, peneliti terlibat sejak perencanaan penelitian, yang selanjutnya peneliti melakukan tindakan sambil mengamati, mencatat, dan


(61)

45

mengumpulkan data, menganalisa data, serta berakhir dengan membuat laporan hasil penelitian.

B.Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung yang berjumlah 38 siswa dengan 15 siswa perempuan dan 23 siswa laki-laki.

Objek dalam penelitian tindakan ini adalah peningkatan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri 1 Kertosari Kecamatan Temanggung, Kabupaten Temanggung dengan metode Want to Know-Learned.

C.Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 20 Januari 2017 sampai 24 Februari 2017. Setting dalam penelitian tindakan kelas ini adalah setting di dalam kelas, yaitu pada saat kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia yang berlangsung di kelas V SD Negeri Kertosari 1 Temanggung. Sekolah tersebut dipilih sebagai tempat penelitian berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di kelas V SD Negeri Kertosari 1 Temanggung dengan ditemukan adanya permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa.


(62)

46 D.Desain Penelitian

Desain penelitian adalah semua proses yang mencakup persiapan, pelaksanaan, dan penulisan laporan yang diperlukan oleh peneliti untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian (Sukardi, 2013: 39). Tujuan merencanakan penelitian adalah untuk mengetahui apa yang akan dilakukan ketika berada di lapangan untuk memberikan pembelajaran kepada siswa di kelas. Menurut Sukardi (2013: 39), desain penelitian tindakan yang baik mengandung beberapa karakteristik, seperti dibentuk berdasarkan pada prinsip-prinsip pendekatan ilmiah, dapat dilaksanakan di lapangan, data yang diperlukan ada di lapangan, tindakan yang diberikan kepada siswa jelas, cocok dengan tujuan penelitian, dan ada siklus-siklus dalam proses penelitian.

Model penelitian adalah proses yang menggambarkan bagaimana penelitian akan dilaksanakan. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model penelitian tindakan yang dikembangkan oleh Kemmis Mc Taggart (Madya, 1994: 25), seperti yang tampak pada gambar berikut.


(63)

47

Dari gambar tersebut, dapat dilihat bahwa terdapat empat komponen dalam penelitian tindakan, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Adapun proses tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Perencanaan

Plan (rencana) merupakan serangkaian rancangan tindakan sistematis untuk meningkatkan apa yang hendak terjadi (Sukardi, 2013: 5). Perencanaan yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan penyusunan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Peneliti dan kolaborator merencanakan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan membaca pemahaman siswa. Rencana yang disusun berdasarkan hasil pengamatan awal yang ada di sekolah. Peneliti dan guru berdiskusi untuk merancang pelaksanaan pemecahan masalah dalam pembelajaran membaca pemahaman.

Dengan melihat kondisi siswa dan permasalahan yang ada dalam pembelajaran di kelas, peneliti bersama guru memutuskan untuk menggunakan metode Know-Want to Know-Learned yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Hasil dari perencanaan yang dilakukan oleh peneliti dan guru adalah sebagai berikut.

a. Peneliti dan guru menetapkan waktu pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilakukan sesuai jadwal yang diijinkan oleh guru kelas V SD Negeri 1 Kertosari Temanggung yaitu setiap hari Jumat selama dua jam pelajaran.


(64)

48

b. Peneliti dan guru membuat skenario dan perangkat pembelajaran, yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), bahan bacaan, soal tes membaca pemahaman dan lembar jawaban, serta menyiapkan instrumen penelitian.

2. Tindakan

Tindakan pembelajaran dilaksanakan oleh peneliti menurut skenario yang telah dibuat sebelumnya, jadi tindakan yang dilakukan berdasarkan perencanaan pembelajaran yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan bersifat fleksibel, karena dalam pelaksanaan tentu ada rintangan tersembunyi yang mungkin timbul dalam pelaksanaan tindakan di kelas.

Menurut Sukardi (2013: 5), tindakan yang baik adalah tindakan yang mengandung tiga unsur penting, yaitu the improvement of practice, the improvement of understanding individually and collaboratively, improvement of the situasion in which the action takes place. Tiga unsur yang dimaksud adalah dalam melakukan tindakan kelas perlu melakukan peningkatan praktik, peningkatan individual dan kolaboratif, dan peningkatan situasi di mana kegiatan berlangsung.

Dalam satu kelas akan diberikan beberapa kali tindakan yang berupa siklus. Banyaknya siklus yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan kelas ini tidak ditentukan, karena siklus akan selesai jika tujuannya sudah tercapai, yaitu jika sudah terdapat peningkatan pada kemampuan membaca pemahaman siswa.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI KNOW WANT TO LEARNED (KWL) PADA SISWA KELAS V A SDN SEKARAN 01

0 5 290

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI STRATEGI KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Strategi Know-Want To Know-Learned (KWL) Pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah Ngasem Tahun Pelajaran 2013/20

1 3 16

PENDAHULUAN Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Strategi Know-Want To Know-Learned (KWL) Pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah Ngasem Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 3 6

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI STRATEGI KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Melalui Strategi Know-Want To Know-Learned (KWL) Pada Siswa Kelas III MI Muhammadiyah Ngasem Tahun Pelajaran 2013/20

0 0 13

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI KOPERASI PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE MEMBACA KWL (KNOW, Peningkatan Pemahaman Materi Koperasi Pada Mata Pelajaran Ips Melalui Metode Membaca Kwl (Know, Want, Learned) Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 01 Sambirejo Keca

0 0 15

PENERAPAN METODE KWL (KNOW-WANT TO KNOW- LEARNED) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 3 CIKIDANG KABUPATEN BANDUNG BARAT.

6 15 34

PENERAPAN STRATEGI KWL (KNOW - WANT TO KNOW - LEARNED) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas V SD Negeri Badran No. 123 Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016).

0 1 21

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MENGGUNAKAN METODE KNOW-WANT TO KNOW- LEARNED DI KELAS VA

0 0 10

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI STRATEGI KWL ( KNOW WANT TO KNOW LEARNED ) PADA PESERTA DIDIK KELAS III SDN 07 PASAR SALIDO KABUPATEN PESISIR SELATAN

0 0 46

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KNOW WANT TO KNOW LEARNED (KWL) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 KALIREJO TAHUN AJARAN 2017/2018 - UNS Institutional Repository

0 0 18