Analisis makna kinestik pesulap dalam pertunjukan sulap klasik (study komunikasi non verbal pada ray antylogic dari 3 logic)

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE MEANING KINESIC A MAGICIAN IN MAGIC SHOWS THE CLASSICS

(STUDY OF COMMUNICATION NON VERBAL TO “RAY ANTYLOGIC”

OF 3LOGIC )

By INTAN PUTRI

Magic games continue to evolve hand in hand with the progress of science and technology. Until now, various types of magic continues to flow or add color in the art of magic show. However, the magic of classical remains present in every modern magic show at the moment. In this study researchers were focusing more on a message kinesik of non verbal messages. This is due to the more dominant classical magic show put on kinesik in the delivery of the message to the audience. Classic magic show is a magic show minimal dialogue and requires a profound interpretation of body movements displayed by the magician. As for the purpose of this research is to know the meaning of kinesic in the magician magic show classics.

Type of research used in this research is descriptive qualitative.The determination of an informer done with purposive of sampling.Where an informer vote with deliberately based on characters predetermined and be stipulated based on research purposes.In research this is an informer primary is ray antylogic and this study using interviews deep, observation of the participant and documentation and research it uses the technique decision of the reduction data, analysis of data display ( presentation of data ) and verification.

The result of this research showed that the success of classical magic shows is determined by a message kinesic that exists in every legerdemain classical from the beginning of the game until the end of may be understood by the audience.The message kinesic who want to be delivered by a magician consisting of a message facial ( consisting of a facial expression and eye contact ), a message gestural or better known by hand signs and the message postural that is the posture or motions of bodies.


(2)

Of this research can be concluded that a juggler ofweapon or convey a message kinesic told the crowd when magic shows the classics.In magic shows prestidigitator, especially classical a magician do communication through the game of what happens.A message kinesic especially messages facial as the facial expressions that cannot be done purposefully and also eye contact that occurs only a few seconds, so difficult convey the interpretation of it to the audience.There are things in a message kinesic moreover special message facial which only occur naturally, or spontaneous.


(3)

ABSTRAK

ANALISIS MAKNA KINESIK PESULAP DALAM PERTUNJUKAN SULAP KLASIK

(Studi Komunikasi Non Verbal Pada Ray Antylogic dari 3Logic)

Oleh INTAN PUTRI

Permainan sulap terus berkembang beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hingga saat ini berbagai jenis ataupun aliran sulap terus menambah warna dalam seni pertunjukan sulap. Namun, sulap klasik tetap hadir di setiap pertunjukan sulap modern saat ini. Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada pesan kinesik dari pesan non verbal. Hal ini dikarenakan dalam pertunjukan sulap klasik lebih dominan memakai kinesik dalam penyampaian pesan daripada pesan verbal kepada penonton. Pertunjukan sulap klasik merupakan pertunjukan sulap yang minim dialog dan membutuhkan interpretasi yang mendalam terhadap gerakan-gerakan tubuh yang ditampilkan oleh pesulap. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna kinesik pesulap dalam pertunjukan sulap klasik.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. Penentuan informan dilakukan dengan Purposive Sampling. Dimana informan dipilih dengan sengaja berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi informan primer adalah Ray Antylogic dan penelitian ini menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan dan dokumentasi serta penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa reduksi data, display (penyajian data) dan verifikasi.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa keberhasilan pertunjukan sulap klasik ditentukan dengan pesan kinesik yang ada dalam setiap permainan sulap klasik dari awal permainan hingga akhir dapat dimengerti oleh penonton. Adapun pesan kinesik yang ingin disampaikan oleh pesulap terdiri dari pesan fasial(terdiri dari ekspresi wajah dan kontak mata), pesan gestural atau lebih dikenal dengan isyarat tangan dan pesan postural yaitu postur tubuh atau gerakan tubuh.


(4)

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa seorang pesulap merangkai atau menyampaikan pesan kinesik kepada penonton saat pertunjukan sulap klasik. Dalam pertunjukan sulap terutama sulap klasik, pesulap melakukan komunikasi melalui permainan sulapnya. Pesan kinesik terutama pesan fasial seperti ekspresi wajah yang tidak dapat dilakukan dengan sengaja dan juga kontak mata yang hanya terjadi beberapa detik sehingga sulit tersampaikan maknanya kepada penonton. Terdapat hal-hal dalam pesan kinesik terlebih khusus pesan fasial yang hanya terjadi secara alamiah atau spontan.


(5)

ANALISIS MAKNA KINESIK PESULAP DALAM PERTUNJUKAN SULAP KLASIK

(Studi Komunikasi Non Verbal Pada Ray Antylogic dari 3Logic)

Oleh INTAN PUTRI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU KOMUNIKASI

Pada

Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG


(6)

ANALISIS MAKNA KINESIK PESULAP DALAM PERTUNJUKAN SULAP KLASIK

(Studi Komunikasi Non Verbal Pada Ray Antylogic dari 3Logic)

(Skripsi)

Oleh INTAN PUTRI

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG


(7)

(8)

(9)

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Indralaya, 10 Januari 1992 dari pasangan Furmil dan Aslamiah dengan nama Intan Putri. Penulis saat ini berusia 22 tahun dan beragama Islam. Penulis tinggal di Jl. Pulau Pisang no. 15, Kel. Korpri Jaya, Kec. Sukarame, Bandar Lampung, Lampung. Penulis memiliki dua orang saudara laki-laki dengan nama Yoki Syafutra dan Yuda Indra Putra. Adapun riwayat pendidikan yang pernah penulis tempuh antara lain:

2010-sekarang : S1 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2007-2010 : MAN 1 (Model) Bandar Lampung

2004-2007 : MTs N 2 Bandar Lampung

1998-2004 : SD N 2 Harapan Jaya


(11)

MOTO

“ Kebebasan + Keperayaan = Kesetiaan”

(Intan HR)

“ Tiada Keberhasilan

Tanpa

Restu Orang Tua”

(Intan HR)

“ Menjadi Keluarga Tak Selamanya Terikat Darah”


(12)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan kepada ke dua orang tua

ku ter

cinta. Papa (Furmil) dan Mama (Aslamiah)

yang telah membesarkan aku dengan penuh kasih dan

sayang. Tiada keber

hasilan tanpa do’a kalian

. Setiap

langkahku diiringi dengan restu papa dan mama.

Selanjutnya kepada ke dua saudara laki-laki ku

tersayang. Abang (Yoki Syafutra) dan Dedek

(Yuda Indra Putra) yang menemanni hari-hari ku

dalam canda, tawa dan kesedihan. Terima kasih atas

kenangan slama ini, yang kan terukir indah dalam

kehidupan ku.

Terkhusus saudara, sahabat, teman, kakak,, adik

tersayang dikeluarga kecil

d’Backpacker

, yang slama

ini menjadi bagian tak terpisahkan selama perjalanan

hidupku.


(13)

SANWACANA

Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Puji syukur saya kepada Allah atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kemampuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW. Skripsi dengan judul “Analisis Makna Kinesik Pesulap dalam

Pertunjukan Sulap Klasik (Studi Komunikasi Non Verbal Pada Ray Antylogic dari 3Logic) dibuat sebagai persyaratan dalam menjapat gelar s1 jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang banyak berjasa dalam memberikan dorongan, motivasi, dan bantuan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis, antara lain:

1. Kedua orang tua yang selalu mendoakan.

2. Terima kasih kepada Almamater penulis yaitu Universitas Lampung yang telah mengizinkan penulis mengemban ilmu dan menyelesaikan studi dengan baik.

3. Semua orang di Dekanat terutama mba’Nurma dari ruang baca yang dengan setia memperbolehkan meminjam buku-buku demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan studi.


(14)

4. Bapak Drs. Teguh Budi R., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi yang selalu meluangkan waktunya untuk memberi tanda tangan terhadap berkas-berkas penulis selama ini.

5. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom, M.Si selaku Pembimbing Skripsi penulis. Terima kasih atas bimbigannya selama ini, yang dengan sabar membimbing penulis mencapai gelar s1 penulis.

6. Drs. Sarwoko, M.Si selaku pembimbing akademik (PA) dan dosen pembahas skripsi penulis. Terima kasih atas nasihat yang telah diberikan selama ini, berkat itu semua penulis telah menjadi mahasiswi yang lebih baik serta berkat itu semua penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. K. Elmi Rinakit, Sri Eka Yati, Eka Ramayanti, M. Rudiyanto, Rifki Alfauzi, Dwi Hardoyo, Hapip Pudin dan Jerry Pratama selaku Crew

D’Backpacker terima kasih atas semangatnya selama penulis menempuh perkuliahan dan terima kasih atas semua pelajaran hidup yang secara tidak langsung dapat penulis pelajari serta terima kasih kepada Crew D’Backpacker

yang baru Iin Deviyanti, selamat datang dalam kehidupan kami dan terima kasih atas kesabarannya terhadap penulis. D’Backpacker keluarga tanpa terikat ikatan darah.

8. Terima kasih juga kepada F3G, maaf bila selama ini penulis tidak dapat meluangkan waktu untuk kalian. Namun, kalian adalah saudari yang tak akan terlupakan.

9. Terima kasih kepada Ray Antylogic dari 3Logic yang telah meluangkan waktu, tenaga dan kesabaran dalam membantu penulis menyelesaikan penelitian ini.


(15)

10. Seluruh teman-teman Komunikasi 2010.

11. Kepada pembaca Skripsi ini, semoga laporan ini dapat membawa manfaat, amin.

Penulis berharap skripsi yang telah penulis selesaikan dapat membawa berkah di dunia dan akhirat. Penulis menyadari bahwa skripsi yang penulis selesaikan ini jauh dari kesempurnaan. Penulis meminta maaf bila terdapat kesalahan-kesalahan yang ditemukan dikemudian hari. Apa bila tidak sesuai dengan perkembangan jaman selanjutnya maka penulis harapkan skripsi yang telah penulis selesaikan dapat tidak dijadikan rujukan.

Bandarlampung, Mei 2014


(16)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR BAGAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Tinjauan Tentang Pesan Komunikasi Non Verbal ... 11

2.3 Tinjauan Tentang Pesan Kinesik ... 15

2.4 Tinjauan Tentang Sulap Klasik ... 18

2.5 Tinjauan Tentang Sulap Modern ... 22

2.6 Keberhasilan Pertunjukan Sulap ... 26

2.7 Teori Kinesik ... 27

2.8 Kerangka Pikir ... 31

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... 34

3.2 Definisi Konsep ... ... 35

3.3 Fokus Penelitian ... ... 37

3.4 Informan... ... 38

3.4.1 Penentuan Informan ... 38

3.4.2 Pendekatan Informan ... 40

3.5 Sumber Data... ... 41

3.6 Teknik Pengumpulan Data... ... 42

3.7 Teknik Analisis Data ... 43

3.8 Keabsahan Data ... 44

BAB IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Berdirinya 3Logic... 45

4.2 Visi dan Misi 3Logic... ... 46


(17)

4.4 Event 3Logic ... 47

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 49

5.1.1. Informan Penelitian ... 49

a.Informan Primer ... 49

b.Informan Sekunder ... 50

c.Informan Pendukung ... 52

5.1.2.Pesan Kinesik dalam Pertunjukan Sulap Klasik... ... 52

a. Permainan Sulap Lingkaran Pelangi/Magic Circle Of The Rainbow ... 65

b. Permainan Sulap Sulap Kipas Ajaib/The Magic Fan ... 72

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian... ... 77

5.2.1 Fungsi Pesan Komunikasi Non Verbal ... 77

5.2.2 Makna Kinesik Berdasarkan Teori Kinesik... 98

5.2.2.1 Pesan Fasial ... 99

A. Ekspresi Wajah ... 99

B. Kontak Mata ... 108

5.2.2.2 Pesan Gestural ... 111

5.2.2.3 Pesan Postural ... 114

BAB VI. PENUTUP 6.1 Kesimpulan………... 118

6.2 Saran... ... 120


(18)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1: Kerangka Pikir ... 33 Bagan 2: Struktur Organisasi 3Logic ... 47


(19)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini tidak hanya berdampak pada perkembangan ekonomi, politik, sosial ataupun budaya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdampak pada perkembangan dunia hiburan. Dunia hiburan terutama seni pertunjukan yang menarik minat masyarakat, salah satu seni pertunjukan tersebut adalah sulap.

Sulap merupakan seni pertunjukan yang menampilkan gabungan dari berbagai seni yang ada seperti seni rupa, tari, musik dan lain-lain. Dalam sulap juga memakai gabungan dari berbagai ilmu (Interdisipliner) seperti ilmu kimia, fisika, biologi, psikologi, komunikasi dan lain-lain. Sulap menampilkan kecepatan atau kelihaian tangan pesulap, manipulasi, efek reaksi kimia ataupun hasil kerja teknologi dan perlengkapan serta peralatan pesulap yang biasa kita kenal dengan trik-trik sulap.

Perkembangan sulap dalam seni pertunjukan pada saat ini tidak lepas dari sejarah perkembangan sulap itu sendiri. Sebuah Papirus peninggalan Mesir Kuno yang

menceritakan pertunjukan sulap untuk menghibur Fir‟aun Cheops. Papirus ini

menjadi catatan tertua yang berkenaan dengan sulap sehingga disinyalir permainan sulap berasal dari Mesir Kuno sekitar 2700 SM. Cups and Balls


(20)

2

(cangkir dan bola) adalah salah satu trik sulap tertua. Hal ini dapat dilihat pada dinding kuburan Beni Hasan yang berasal dari tahun 2500-2200 SM. Hingga sampai tahun 1750-an sulap Modern mulai berkembang, sulap modern menggabungkan ilusi teknologi dan kecepatan tangan. Pada tahun 1845, Jean Eugene Robert-Houdin menampilkan ilusi bertema Eternal Suspension (Trik mengambang di udara) dan berkat itu Robert-Houdin dikenal sebagai Bapak Sulap Modern.

Permainan sulap terus berkembang beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hingga saat ini berbagai jenis ataupun aliran sulap terus menambah warna dalam seni pertunjukan sulap. Namun, sulap klasik tetap hadir di setiap pertunjukan sulap modern saat ini.

Sulap klasik adalah sulap yang mengandalkan kecepatan tangan dan skill yang tinggi merupakan salah satu hal yang paling utama dalam penampilan sulap klasik.Dalam sulap klasik, seorang pesulap menggunakan Sleigh of hand (permainan kecepatan tangan untuk menghilangkan dan memunculkan suatu benda) dan manipulasi. Namun, ada jenis atau aliran lain yang biasa digabungkan dalam permainan sulap klasik yaitu illusion. (Jatmika dan Jibran, 2012:7)

Dalam pertunjukan sulap terutama sulap klasik, pesulap melakukan komunikasi melalui permainan sulapnya. Keberhasilan dari pertunjukan sulap adalah bagaimana pesulap dapat berkomunikasi melalui permainan sulapnya dan dapat diterima oleh penonton. Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. Dalam hal ini lebih menspesifikan hakikat dari sebuah hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi atau pesan. Adanya pertukaran pesan tersebut terjadilah


(21)

3

perubahan sikap dan tingkah laku ataupun secara bersamaan dapat tercipta saling pengertian antara komunikator dan komunikan. Dalam pertunjukan sulap yang bertindak sebagai komunikator adalah pesulap dan penonton sebagai komunikan.

Sebelum bahasa verbal digunakan dalam komunikasi, manusia menggunakan bahasa tubuh atau bahasa non verbal sebagai alat komunikasi. Dapat dikatakan bahwa komunikasi non verbal lebih dahulu dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari sebelum adanya komunikasi verbal. Namun, pada saat ini komunikasi non verbal tetap digunakan. Tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7 persen berasal dari bahasa verbal, 38 persen dari vokal suara dan 55 persen dari ekspresi muka. (Menurut studi Mahrabian (1971) dalam Cangara, 2009:99)

Interpretasi pesan non verbal seperti gerak tubuh, ekspersi wajah, kualitas vokal dan isyarat non verbal tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa agar tampak asli bagi yang bukan ahlinya dalam bidang ini. Tanpa disadari komunikasi non verbal dapat menjadi alat komunikasi untuk mengungkapkan kebenaran dari komunikasi verbal. Komunikasi non verbal dapat mengungkapkan hal-hal seperti emosi yang tidak dapat ditafsirkan melalui komunikasi verbal.

Pesan non verbal pada tiga kelompok besar yaitu pesan non verbal visual yang meliputi kinesik, prosemik dan artifaktual, pesan non verbal auditif meliputi paralinguistik dan pesan non verbal non auditif meliputi penciuman dan sentuhan. (Leather (1976) dalam Rahmat, 2004:287-289)

Seorang pesulap dalam melakukan pertunjukan sulap memiliki script atau naskah yang harus dilatih secara rutin dan berulang-ulang. Hal ini dikarenakan seorang pesulap harus dapat menyampaikan pesan kepada penonton dalam pertunjukan sulap melalui permainan sulapnya. Permainan sulap sendiri berisi rangkaian pesan non verbal. Apabila tidak berlatih secara rutin dan berulang-ulang maka dapat memunculkan gerakan-gerakan diluar script atau naskah sehingga pesan non


(22)

4

verbal tersebut tidak dapat tersampaikan dengan baik dan dapat menciptakan kegagalan dalam pertunjukan sulap.

Dalam penelitian ini peneliti lebih memfokuskan pada pesan kinesik dari pesan non verbal. Hal ini dikarenakan dalam pertunjukan sulap klasik lebih dominan memakai kinesik dalam penyampaian pesan kepada penonton. Pertunjukan sulap klasik merupakan pertunjukan sulap yang minim dialog dan membutuhkan interpretasi yang mendalam terhadap gerakan-gerakan tubuh yang ditampilkan oleh pesulap. Sulap klasik adalah permainan yang mengutamakan bahasa tubuh (kinesik) dalam setiap pertunjukannya. Hal tersebut dikarenakan bahasa tubuh atau kinesik dalam pertunjukan sulap bentuk komunikasi ataupun interaksi yang dilakukan antara pesulap dan penonton, permainan sulap sendiri adalah media untuk pesulap menyampaikan pesannya kepada penonton.

Seorang pesulap merangkai atau menyampaikan pesan kinesik kepada penonton saat pertunjukan sulap klasik. Keberhasilan pertunjukan sulap itu sendiri ditentukan apakah pesan kinesik yang ada dalam setiap permainan sulap klasik dari awal permainan hingga akhir dapat diterima atau dimengerti ataupun sampai pada penonton. Dengan adanya penelitian ini dapat menjelaskan makna kinesik pesulap dalam pertunjukan sulap klasik, yang pada mulanya pertunjukan sulap hanya dijadikan hiburan semata namun tanpa disadari bahwa dalam permainan sulap berisi makna-makna kinesik yang dapat dijelaskan secara keilmuan. Selain itu, penelitian ini dapat membantu pesulap memperkaya variasi dalam penyampaian pesan-pesan kinesik tersebut agar lebih mudah dimengerti dan


(23)

5

dipahami sehingga tingkat tersampainya dan keberhasilan pertunjukan sulap semakin besar.

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan informan dengan cara purposive sampling dan yang menjadi informan primer dalam penelitian peneliti adalah Ray Antylogic. Hal ini dengan pertimbangan Ray Antylogic merupakan salah satu pencetus berdirinya Three Logic Academy and Community (3Logic) pada tahun 2009 di Jakarta. Ray Antylogic menekuni dunia sulap dari tahun 2006. Adapun pendidikan sulap yang pernah dijalani yaitu :

1. IMS (International Magician Society) pada tahun 2007 hingga 2008 di Jakarta. 2. Magic Castil pada tahun 2009 hingga 2010 di Bali.

Mulai pada tahun 2011 hingga saat ini Ray Antylogic terus mengembangkan Three Logic Academy and Community (3Logic) khususnya di wilayah Bandar Lampung dan sekitarnya.

Untuk memperkuat data yang diperoleh, maka informan sekunder dalam penelitian ini adalah penonton pertunjukan sulap klasik. Adapun penentuan informan sekunder berdasarkan metode Snow Ball Sampling. Informan sekunder ditentukan dengan kriteria tertentu.

Sehingga, peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Analisis Makna Kinesik

Pesulap dalam Pertunjukan Sulap Klasik (Studi Komunikasi Non Verbal Pada Ray Antylogic dari 3Logic)”.


(24)

6

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :

“Bagaimana makna kinesik pesulap dalam pertunjukan sulap klasik?”

1.3Tujuan Penelitian

Pada hakekatnya tujuan dari penelitian adalah untuk mencapai atau mendapatkan informasi dan solusi dari masalah yang diangkat diatas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui makna kinesik pesulap dalam pertunjukan sulap klasik.

1.4Kegunaan Penelitian

Pada dasarnya kegunaan dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai sulap serta ilmu komunikasi dalam kajian pesan komunikasi non verbal khususnya kinesik.

2. Kegunaan Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: a. Mahasiswa

Sebagai bahan acuan atau tambahan untuk meneliti pesan komunikasi non verbal dalam berbagai bidang lain yang masih berkaitan.


(25)

7

b. Pesulap

Dapat dijadikan rujukan dan dapat membantu pesulap memperkaya variasi dalam penyampaian pesan-pesan non verbal tersebut agar lebih mudah dimengerti dan dipahami, sehingga tingkat tersampainya dan keberhasilan pertunjukan sulap semakin besar.

c. Masyarakat


(26)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan ataupun acuan dalam penelitian. Maka, peneliti mencantumkan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun penelitian tersebut yaitu :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Asrul Nur Iman (2012) dengan judul “Makna Kinesik dalam Teater I La Galigo (Studi Komunikasi Non Verbal)”.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa disadari atau tidak oleh manusia, seseorang mempersepsi orang lain tidak hanya lewat bahasa verbal, namun juga melalui perilaku non verbalnya. Teater I La Galigo mengajarkan kita bahwa komunikasi non verbal adalah komunikasi yang sama pentingnya dengan komunikasi verbal. Gerakan-gerakan tubuh para pemain diiringi dengan instrument musik tradisional, tari-tarian tradisonal Bugis-Makassar membantu kita memahami budaya kita. Lewat bahasa tubuh para pemain teater kita disampaikan pesan-pesan dari nenek moyang kita, pahlawan budaya kita (Sawerigading) dan juga pesan-pesan pembelajaran mitologi, teologi, aturan-aturan ritual (adat) dan sebagainya.


(27)

9

Adapun yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah objek penelitiannya. Objek penelitian Asrul Nur Iman adalah video dokumentasi pementasan teater I La Galigo karya Robert Wilson

yang terdapat di situs “youtube” sebanyak 2 part, dengan durasi 7 menit 13 detik, yang merupakan obyek material dari penelitian. Teater I La Galigo termasuk pertunjukan teater kontemporer.

Kontribusi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Asrul Nur Iman yaitu penelitian tersebut dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana menganalisis makna kinesik. Selanjutnya penelitian tersebut juga dapat menjadi pedoman mengenai teori-teori yang digunakan dan metode yang dipakai dalam penelitian peneliti.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah Z.I (2010) dengan judul “Komunikasi Non Verbal Dikalangan Ayam Kampus Universitas Sumatera Utara.”

Penelitian ini membahas fenomena ayam kampus dan dalam penelitian ini ditemukan bahwa komunikasi non verbal yang digunakan para ayam kampus di Universitas Sumatera Utara cukup bervariasi dan pengalaman penggunaan simbol-simbol tersebut berbeda satu sama lain. Penelitian ini juga menunjukkan bagaimana mahirnya para ayam kampus mampu menyembunyikan identitas kedua mereka dan berlaku layaknya para mahasiswi yang sedang mengenyam bangku pendidikan ditingkat universitas.


(28)

10

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah Z.I adalah dari segi objek penelitian yaitu ayam kampus. Selain itu dalam penelitian tersebut, Siti Fatimah Z.I meneliti semua klasifikasi dari komunikasi non verbal seperti bahasa tubuh (kinesics), suara (vocalics atau paralanguage), tampilan fisik, sentuhan (haptics), ruang (pro-xemics), waktu (chronemics) dan objeck (artifacts). Kontribusi yang peneliti dapat dari penelitian yang dilakukan oleh Siti Fatimah Z.I yaitu peneliti mendapat acuan mengenai komunikasi non verbal serta metode yang digunakan dalam penelitian.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Ulfah Rani (2011) dengan judul “Makna Kinesik dalam Film The Way Home (Studi Komunikasi Non Verbal)”.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketika manusia berbicara terdapat beberapa atribut pada wajah manusia berupa ekspresi mimik wajah, gerakan kepala hingga gerakan anggota badan lainnya seperti kepala atau tangan yang digunakan untuk menjelaskan dan memperkuat arti ungkapan yang diucapkan.

Hal ini dilakukan karena manusia berusaha agar komunikasi dapat berlangsung secara efektif dan optimal. Film The Way Home mengajarkan kita bahwa komunikasi non verbal adalah komunikasi yang sama pentingnya dengan komunikasi verbal. Lewat bahasa tubuhnya, sang nenek berusaha menyampaikan kasih sayangnya kepada Sang Woo.


(29)

11

Adapun yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah objek dan metode penelitiannya. Objek penelitian Siti Ulfah Rani adalah objek penelitian adalah film The Way Home yang berdurasi 88 menit, produksi CJ Entertainment yang diproduksi di Korea Selatan pada tahun 2002 dan disutradarai oleh Lee Jyeong Hyang. Serta metode yang digunakan adalah analisis semiotika. Kontribusi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siti Ulfah Rani yaitu penelitian tersebut dapat memberikan materi-materi mengenai kinesik dan teknik pengumpulan data, yang mana disini dapat menjadi acuan dalam penelitian yang akan dilakukan peneliti.

2.2 Tinjauan Tentang Pesan Komunikasi Non Verbal

Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan atau melalui media. Komunikasi adalah hal yang paling mendasar dari segala interaksi, baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok.

Seperti yang diungkapkan oleh Shannon dan Weaver (1949) dalam Cangara (2006:19-20) bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.


(30)

12

Dalam kehidupan manusia, keunggulan dari komunikasi non verbal dibandingkan dengan komunikasi verbal diantaranya :

a. Mengartikan Keadaan Internal

Manusia dalam berkomunikasi menggunakan sistem pesan inti untuk menyatakan sikap, perasaan dan emosi. Baik secara sadar atau tidak sadar, sengaja atau tidak sengaja, manusia akan membuat penilaian dan keputusan yang penting mengenai keadaan seseorang yang tanpa kata-kata.

b. Menciptakan Kesan

Dalam interaksi manusia, komunikasi non verbal yang ditampilkan melalui penampilan dapat menciptakan kesan. Bagaimana seseorang memilih teman atau pasangan serta mendekati orang-orang tertentu, hal ini merupakan keputusan yang menyangkut kesan yang tercipta dari komunikasi non verbal yang ditampilkan. c. Mengatur Interaksi

Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam komunikasi non verbal yang disengaja ataupun tidak, memberikan petunjuk mengenai percakapan yang sedang dilakukan. Tindakan-tindakan tersebut dapat menjadi petunjuk kapan memulai pembicaraan, giliran siapa yang berbicara, bagaimana mengakhiri pembicaraan dan lain-lain. (Samovar, 2010:292-293)

Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan non verbal. Istilah non verbal biasanya digunakan untuk menggambarkan peristiwa komunikasi selain kata-kata yang terucap dan tertulis. Secara teoritis, komunikasi verbal dan komunikasi non verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang dilakukan sehari-hari.


(31)

13

Pesan komunikasi non verbal merupakan penegasan, pelengkap ataupun pengganti dari pesan komunikasi verbal dapat berupa gerakan, body language ataupun isyarat yang telah disepakati oleh komunikator dan komunikan. Menurut Knapp dalam Rakhmat (2004:287) terdapat lima fungsi pesan non verbal yaitu :

1. Repetisi

Mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. 2. Subtitusi

Menggantikan lambang-lambang verbal. 3. Kontradiksi

Menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal. 4. Komplemen

Melengkapi atau memperkaya makna pesan non verbal. 5. Aksentuasi

Menegaskan pesan verbal atau menggaris bawahinya.

Pesan non verbal terbagi pada tiga kelompok besar yaitu pesan non verbal visual yang meliputi kinesik, prosemik dan artifaktual, pesan non verbal auditif meliputi paralinguistik, dan pesan non verbal non auditif meliputi penciuman dan sentuhan. (Leather (1976) dalam Rakhmat, 2004:287)

Pesan komunikasi non verbal memiliki kode non verbal. Kode non verbal adalah sejumlah perilaku yang digunakan untuk menyampaikan makna. Kode non verbal dikenal juga dengan bahasa isyarat atau bahasa diam (silent language). Pemberian makna atau arti dalam sebuah kode non verbal berbeda-beda dalam setiap budaya.


(32)

14

Burgoon dalam Morissan dan Wardhany (2009:93), menggambarkan sistem kode non verbal sebagai memiliki sejumlah perangkat struktural, yaitu :

1. Kode non verbal cenderung bersifat analog daripada digital.

2. Pada sebagian kode non verbal terdapat faktor yang disebut iconicty. 3. Beberapa kode non verbal menyampaikan makna universal.

4. Kode non verbal memungkinkan transmisi sejumlah pesan secara serentak: ekspresi wajah, tubuh, suara dan tanda lainnya serta beberapa pesan berbeda lainnya dapat dikirimkan sekaligus.

5. Tanda non verbal sering kali menghasilkan tanggapan otomatis tanpa berpikir. 6. Tanda non verbal sering kali ditunjukan secara spontan.

Dan menurut Burgoon dalam Morissan dan Wardhany (2009:93), kode non verbal memiliki tiga dimensi, yaitu :

1. Semantik : dimensi yang mengacu pada makna dari suatu tanda.

2. Sintaktik : dimensi yang mengacu pada cara tanda atau diorganisir dengan tanda lainnya di dalam sistem.

3. Pragmatik : dimensi yang mengacu pada efek atau prilaku yang ditunjukan oleh tanda.

Sistem tanda non verbal sering dikelompokkan menurut tipe aktivitas atau kegiatan yang digunakan di dalam tanda tersebut, yang menurut Burgoon terdiri atas tujuh tipe, yaitu bahasa tubuh (kinesics), suara (vocalics atau paralanguage), tampilan fisik, sentuhan (haptics), ruang (pro-xemics), waktu (chronemics) dan objeck (artifacts). (Burgoon dalam Morissan dan Wardhany, 2009:93)

Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, kode non verbal dapat dikelompokan dalam beberapa bentuk, antara lain: kinesics (gerakan badan), gerakan mata, sentuhan, paralanguage (irama suara), diam, postur tubuh, kedekatan dan ruang, warna, waktu, bunyi dan bau. (Cangara, 2006:101)


(33)

15

2.3 Tinjauan Tentang Pesan Kinesik

Pesan kinesik merupakan pesan non verbal yang ditunjukan seseorang dengan isyarat tubuh atau gerakan badan. Kinesik adalah gerakan-gerakan tubuh atau badan berupa gerakan dari sebagian atau seluruh tubuh maupun benda-benda yang digerakkan pelaku komunikasi. Pesan kinesik menurut Rakhmat (2004:289) adalah pesan non verbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama :

1. Pesan Fasial

Menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Menurut Birdwhistell, perubahan yang sangat sedikit saja dalam area wajah dapat menciptakan perbedaan yang sangat besar.

Leathers (1976) dalam Rahmat, (2004:290) menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut:

a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan tak senang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk.

b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan.

c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam suatu situasi. d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.


(34)

16

Selain wajah, kontak mata adalah yang paling ekspresif dalam komunikasi. Kontak mata mempunyai dua fungsi dalam komunikasi yaitu :

a. Sebagai fungsi pengatur adalah kontak mata memberitahukan orang lain apakah adanya ketertarikan atau menghindar.

b. Sebagai ekspresif adalah memberitahukan perasaan kepada orang lain. Mata adalah alat komunikasi berarti dalam memberikan isyarat, yang mana setiap gerakan-gerakan mata memiliki arti tersendiri. (Mulyana, 2012:372)

Menurut Knapp dalam Cangara (2006:103), berdasarkan risetnya terdapat empat fungsi utama gerakan mata, yakni :

a. Untuk memperoleh umpan balik dari lawan bicaranya.

b. Untuk terbukanya saluran komunikasi dengan tibanya waktu untuk berbicara.

c. Sebagai sinyal untuk menyalurkan hubungan. d. Sebagai pengganti jarak fisik.

2. Pesan Gestural

Menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti gerakan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna. Meski gerakan tangan yang digunakan sama namun makna yang terkandung berbeda. Menurut Galloway dalam Rakhmat (2004:290), pesan gestural digunakan untuk mengungkapkan :

a. Mendorong atau membatasi.

b. Menyesuaikan atau mempertentangkan. c. Responsif atau tidak responsif.

d. Perasaan positif atau negatif.

e. Memperhatikan atau tidak memperhatikan. f. Melancarkan atau tidak reseptif.


(35)

17

3. Pesan Postural

Berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, Mehrabian dalam Rakhmat (2004:290) menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan dalam pesan postural, yaitu :

a. Immediacy

Ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif.

b. Power

Mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah.

c. Responsiveness

Individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.

Postur tubuh dapat mempengaruhi citra diri yang dimiliki seseorang. Gambaran tentang diri seseorang memegang peranan penting dalam komunikasi. Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara postur tubuh dan karakter seseorang. Sheldon (1954) dalam Sihabudin (2013:100), mengklasifikasikan postur tubuh menjadi tiga yaitu :

a. Endomorph (gemuk) dengan sifat malas dan tenang, Well dan Siegel (1961) dalam Sihabudin (2013:100), endomorph digambarkan sebagai pribadi yang humoris, simpatik, hangat, mudah sepakat dan lebih bergantung pada orang lain. b. Mesomorph (atletis) dengan sifat percaya diri, dewasa dan memiliki jiwa berpetualang. Well dan Siegel (1961) dalam Sihabudin (2013:100), mesomorph digambarkan sebagai pribadi yang cerdas, bersahabat dan kompetitif.


(36)

18

c. Ectomorph (kurus) dengan sifat introvert yang lebih menyenangi aktivitas mental daripada aktivitas fisik. Well dan Siegel (1961) dalam Sihabudin (2013:100), ectomorph digambarkan sebagai pribadi yang ambisius, pencuriga, pesimistik, pendiam, pintar, kritis dan sedikit cemas atau gugup.

Kinesics ialah kode non verbal yang ditunjukan oleh gerakan-gerakan badan. Gerakan-gerakan badan bisa dibedakan atas lima macam, yakni :

1. Emblems

Ialah isyarat yang punya arti langsung pada simbol yang dibuat oleh gerakan badan.

2. Illustrators

Ialah isyarat yang dibuat oleh gerakan-gerakan badan untuk menjelaskan sesuatu.

3. Affect Displays

Ialah isyarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka.

4. Regulators

Ialah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala. 5. Adaptory

Ialah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan. (Cangara, 2006:101)

2.4 Tinjauan Tentang Sulap Klasik

Sulap merupakan seni pertunjukan yang menampilkan gabungan dari berbagai seni yang ada seperti seni rupa, tari, musik, dan lain-lain. Dalam sulap juga memakai gabungan dari berbagai ilmu (Interdisipliner) seperti ilmu kimia, fisika, biologi, psikologi, komunikasi dan lain-lain. Sulap menampilkan kecepatan atau kelihaian tangan pesulap, manipulasi, efek reaksi kimia, ataupun hasil kerja teknologi dan perlengkapan serta peralatan pesulap yang biasa kita kenal dengan trik-trik sulap.


(37)

19

Sulap adalah sebuah pemainan yang menggunakan kelihaian tangan, memanipulasi hasil kerja dari perlengkapan ataupun peralatan tertentu. Metode yang dipakai adalah manipulasi audio-visual dan alat bantu. Tidak hanya itu, dalam sulap pun berlaku adanya pengalih perhatian, sugesti, duplikat dan penyembunyian. (Jatmika dan Jibran, 2012:3)

Sulap adalah sebuah seni komunikasi, ide dan gerak yang dijadikan satu secara rutin yang hasilnya tidak dapat Anda pikirkan sebelumnya dan jangan jadikan sulap hanya sebuah trik saja, tapi jadikan sebuah keajaiban. Sulap atau lebih dikenal dengan magic berasal dari bahasa Latin yaitu Majus yang berarti orang bijak atau raja-raja dari timur. Terdapat aliran-aliran sulap yang berkembangan hingga saat ini (Maharani, Jakmika dan Jibran,2010-2012:21,4-6), antara lain : 1. Escapology

Escapology atau Escapetology adalah aliran sulap memperlihatkan kemahiran seorang pesulap dalam meloloskan diri atau melepaskan diri dari berbagai jeratan, kurungan, ikatan atau belenggu.

2. Bizarre Magic

Dalam aliran ini memperlihatkan atau menunjukan kemahiran seorang pesulap dalam menggunakan cerita dan kata-kata dengan tujuan untuk menyentuh perasaan penonton secara mendalam. Pada setiap penampilannya, seorang pesulap dalam aliran ini seringkali menggunakan peralatan atau perlengkapan mistis, alam roh atau gaib, dan fantasi.

3. Illusionist

Aliran ini lebih menunjukan kemahiran seorang pesulap dalam menggunakan peralatan sulap yang dapat membuat efek yang mustahil menjadi benar-benar terjadi.


(38)

20

4. Mentalism

Mentalism merupakan aliran sulap yang menunjukan kemahiran seorang pesulap dengan menggunakan kekuatan pikiran, sehingga dapat membuat prediksi, membaca pikiran orang lain, meramalkan kejadian, dan menemukan atau menggerakan benda tanpa menyentuhnya.

5. Fakir Magic

Dalam aliran ini, seorang pesulap digambarkan sebagai yang tangguh, dimana seorang pesulap seolah mempunyai sebuah kekuatan supernatural.

6. Mathemagic

Aliran ini mengkombinasikan seni sulap dengan ilmu matematika. 7. Online Magic Trik

Pada aliran ini seorang pesulap lebih mengandalkan teknologi komputer dalam pertunjukannya.

8. Hypnotism

Aliran ini lebih menggunakan kata-kata seorang pesulap dalam mempengaruhi orang lain dengan diucapkan berulang-ulang dengan kata-kata yang teratur.

9. Ballon Twisting

Pada aliran ini diperlihatkan keahlian atau kemahiran seorang pesulap dalam hal meniup dan melekukkan balon untuk dibuat berbagai bentuk benda.

10. Cardician

Dalam aliran ini menekankan pada kemahiran seorang pesulap memainkan kartu untuk menemukan kartu yang dipilih orang lain, manipulasi kartu, dan mengubah kartu.


(39)

21

11. Gospel

Aliran ini biasanya menggabungkan sulap dengan khotbah. 12. Pick Pocket

Aliran sulap yang berarti seorang pesulap mampu memindahkan atau mengambil barang yang dimiliki aau dikenakan orang lain secara cepat tanpa diketahui.

13. Ventriloquism

Aliran sulap yang lebih dikenal dengan sulap suara atau suara perut. Biasanya melalui perantara boneka.

14. Magic Clasic

Aliran sulap yang mengandalkan kecepatan tangan seorang pesulap dalam menghilangkan dan memunculkan benda.

Sulap klasik adalah sulap yang mengandalakan kecepatan tangan dan skill yang tinggi merupakan salah satu hal yang paling utama dalam penampilan sulap klasik. Dalam sulap klasik, seorang pesulap menggunakan Sleigh of hand (permainan kecepatan tangan untuk menghilangkan dan memunculkan suatu benda) dan manipulasi. Namun, ada jenis atau aliran lain yang biasa digabungkan dalam permainan sulap klasik yaitu illusion (ilusi). (Jatmika dan Jibran, 2012:7)

Sulap klasik adalah aliran tertua dari aliran-aliran sulap lainya. Dalam sulap klasik selain kecepatan atau skill yang dipunya seorang pesulap, peralatan-peralatan sulapnya pun sangat mendukung. Kesinambungan antara kecepatan tangan, skill dan peralatang pendukung dapat menampilkan pertunjukan sulap yang luar biasa.

Sulap jenis ini mencakup manipulasi terampil alat peraga, seperti bola bilyar, kartu, merpati, kelinci, koin ataupun tali serta kain. Contoh dari permainan sulap klasik adalah koin dan botol, ball manipulation (manipulasi bola) dan card manipulation (manipulasi kartu). (Magic Entertainer (FME), 2012:12)


(40)

22

2.5 Tinjauan Tentang Sulap Modern

Seiring berjalannya waktu seni pertunjukan sulap pun berkembang bersama perkembangan media publikasi di Indonesia. Pada saat ini bermunculan pesulap-pesulap Indonesia seperti almarhum mr. Robin, Adri Manan, Dui Montero dan Deddy Corbuzier. Aliran sulap yg paling tua adalah classic magic, namun pada zaman maju seperti sekarang ini ternyata masih banyak magician muda berbakat Indonesia mendalami dan melestarikan seni sulap classic dengan gaya tersendiri yang disesuaikan dengan perkembangan zaman sekarang, jika sulap klasik identik dengan kostum jubah panjang bertopi besar dan serba formal, namun pesulap saat ini mampu menampilan hal yang jauh berbeda, dengan gaya yang lebih trendi dan modern.

Perbedaan sulap klasik dan sulap modern tidak hanya terletak pada kostum ataupun gaya. Sulap modern lebih dapat menyajikan sesuatu yang lebih modern sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mana dalam pertunjukan sulap modern menampilkan sulap-sulap yang menakjubkan dengan bantuan teknologi-teknologi modern. Pesulap-pesulap pada masa saat ini lebih menyesuaikan kebutuhan pertunjukan sulap dengan perkembangan minat masyarakat yang lebih modern. Salah satu pesulap yang menampilkan pertujukan sulap modern dan pesulap yang berperan dalam kemajuan sulap Indonesia adalah Deddy Corbuzier. Berikut ini adalah biografi singkat dari pesulap Deddy Corbuzier :

Pesulap dengan nama asli Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo atau lebih dikenal dengan nama Deddy Corbuzier lahir di Jakarta 28 Desember 1976. Ketertarikan Deddy Corbuzier pada dunia sulap terjadi pada usia 8 tahun, ketika


(41)

23

menyaksikan seorang pesulap memunculkan burung dara hidup dari tangannya dan mengubah sebuah tongkat menjadi bunga. Deddy Corbuzier kemudian belajar seni sulap dari berbagai pesulap senior di Indonesia. Setelah menguasai banyak permainan mudah, Deddy Corbuzier menginginkan sesuatu yang lebih spektakuler, Deddy Corbuzier kemudian membeli banyak buku untuk memuaskan rasa ingin tahunya akan dunia sulap. Pada masa itu, mencari bahan sulap sangat sulit dan membuat Deddy Corbuzier harus berkali-kali berpindah kota dan negara hanya demi mempelajari sebuah seni yang akan membuatnya mencapai sebuah kesuksesan.

Gambar 1. Deddy Corbuzier

Deddy Corbuzier akhirnya memutuskan untuk mempersembahkan hidupnya untuk dunia sulap. Ketika Deddy Corbuzier berusia 12 tahun dan memulai karir pertunjukannya di panggung „Dunia Fantasy Ancol‟. Pada usia 18 tahun, Deddy Corbuzier menandatangani kontrak 7 tahun dengan salah satu hotel bertaraf internasional di Jakarta. Disinilah Deddy Corbuzier menemukan karakter yang dipakainya selama lebih dari 10 tahun dalam dunia hiburan Indonesia. Hasilnya,

Ia mendapatkan kontrak 4 tahun dalam acara “IMPRESARIO” pada salah satu stasiun TV nasional dan menjadi awal perkembanngan dunia sulap modern di Indonesia.


(42)

24

Pada tahun 1998, Deddy Corbuzier mendirikan sebuah komunitas dan management bernama “Pentagram Management” dan hasilnya, banyak pesulap professional muncul seperti Romy Rafael, Demian Aditya, Bow Vernon, Faro, Decky San, dan Oge Arthemus. Pada tahun 2007, Pentagram management berubah nama menjadi Corbuzier Management. Pada tahun 2009 Deddy Corbuzier mengkukuhkan dirinya sebagai “MASTER” di dunia yang dicintainya

dengan membuat acara “The Master (RCTI)”. Acara ini sendiri adalah salah satu

acara dengan rating tertinggi yang ditonton lebih dari ratusan juta pemirsa di Indonesia. Bersamaan dengan acara ini, Deddy Corbuzier dianugrahkan sebagai

“Bapak Sulap Modern Indonesia” oleh berbagai komunitas „magic’ di Indonesia. Pada tahun 2010, Deddy Corbuzier telah dianugerahkan sebagai Mentalist terbaik versi IMS (International Magicians Society’s) langsung oleh pendirinya yaitu Tony Hassini.dan membuatnya sebagai duta IMS untuk Indonesia, bersamaan dengan didirikannya IMS Indonesia yang diharapkan untuk meningkatkan kualitas

pekerja „magic‟ di Indonesia. IMS pertama kali didirikan oleh Tony Hassini pada bulan Juli tahun 1968 dengan hanya beberapa pesulap. Sejak itu, IMS tumbuh menjadi organisasi sulap terbesar di dunia.

Dalam perjalanan karirnya, Deddy corbuzier telah membuat berbagai acara dengan rating tertinggi seperti “Deddy Corbuzier Mind Games”, “1604″,

Mentalist in Action”, “Mind & Magic with Todd Diamond”, “Magic with Jeff McBride”, “Deddy Corbuzier and Pierre Ginnet (Master of Pickpocket)”, “Deddy Corbuzier and Jay Scott Barry”. Program terbaru dari Deddy Corbuzier adalah “Master Mentalist (RCTI)”, “The Master (RCTI)”, “The Master Junior


(43)

25

lainnya seperti “Duel Mahakarya 1 & 2 (RCTI)” yang menampilkan beberapa pekerja „magic‟ professional dunia. Deddy Corbuzier juga menjadi konsultan beberapa acara TV seperti “Hipnotist (Romy Rafael)” dan “Memang Sulap Memang Sihir (Indonesian’s Monkey Magic)”.

Pada saat Deddy Corbuzier membangun karirnya, Deddy Corbuzier tidak pernah melupakan impiannya yaitu membuat sulap menjadi sebuah seni yang lebih menghibur dan memiliki nilai jual yang tinggi di Indonesia. Salah satu impiannya adalah membangun sebuah sekolah khusus untuk belajar seni sulap dan akhirnya dibuktikannya dengan mendirikan “Corbuzier School of Magic”. Deddy Corbuzier bercita-cita untuk menciptakan banyak professional muda dalam bidang ini. Berbagai seminar dan kelas tertutup telah dilakukan oleh Deddy Corbuzier hanya untuk mewujudkan impiannya.

Cara pandang manusia melihat sulap sebagai hiburan kuno telah diubahnya 180 derajat menjadi sebuah seni pertunjukan modern. Ia menyebut dirinya sebagai mentalist dan aksi yang dilakukannya sebagai mentalism. Deddy Corbuzier telah menyetir dengan mata tertutup, menemukan banyak barang yang hilang, memprediksi judul koran, menaiki gedung dengan berjalan vertikal, bahkan bekerjasama dengan pihak berwenang untuk memecahkan berbagai kasus yang sangat sulit dan semua ini dilakukannya dengan kekuatan fikiran.

Berbagai karya lainnya dalam bentuk buku telah diluncurkan oleh Deddy Corbuzier seperti “Divka”, “Mantra” dan “Book of Magic” dapat ditemukan di seluruh toko buku di Indonesia. Selain itu berbagai buku khusus pesulap telah diluncurkannya dan dapat ditemukan pada berbagai komunitas sulap dunia. Buku


(44)

26

Book of Magic‟, sebuah buku yang dibuat untuk pemula dalam belajar sulap telah terjual lebih dari 50.000 kopi dalam tahun pertama dan hasil penjualannya telah disumbangkan seluruhnya untuk yayasan anak yatim piatu sebagai bentuk persembahan solidaritas dari komunitas sulap Indonesia.

2.6 Keberhasilan Pertunjukan Sulap

Dalam sebuah pertunjukan seni, pesulap melakukan komunikasi non verbal melalui permainan sulap yang terdapat pesan kinesik di dalamnya. Keberhasilan dari pertunjukan sulap tersebut adalah makna yang terkandung dalam pesan kinesik tersampaikan kepada penonton yang menyaksikan pertunjukan sulap klasik tersebut. Selain itu, dalam pertunjukan sulap klasik setiap penonton yang menyaksikan pertunjukan seni terutama sulap memiliki tingkat emosional dan kepekaan tersendiri. Berbagai macam penghargaan dapat diberikan penonton akan pertunjukan sulap yang disaksikan. Tindakan-tindakan tersebut dapat berupa tindakan spontanitas dalam bentuk tepuk tangan, teriakan, cemoohan atau sanjungan.

Pertunjukan sulap selalu disajikan dalam gaya yang bermacam-macam. Berikut ini adalah tipe-tipe pertunjukan sulap :

1. Stage Illusion

Pesulap tampil didepan penonton dalam jumlah banyak dan dilakukan di dalam ruangan atau panggung yang sangat besar.

2. Platform Magic (Cabaret Magic atau Stand-up Magic)

Pertunjukan sulap yang biasanya diadakan dihadapan penonton yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Misalnya klub atau kafe.

3. Micro Magic (Close-up Magic atau Table Magic atau Parlor Magic)

Pertunjukan sulap ini jarak antara pesulap dan penonton sangat dekat. Seringnya justru malah penonton diajak turut serta memainkan sulap sulap berhadapan dengan sang pesulap di sebuah meja. Properti yang digunakan sangat sederhana seperti kartu dan koin.


(45)

27

Tipe pertunjukan yang kental dengan suasana mistis. Di sini seolah-olah pesulap berhubungan dengan arwah orang yang sudah meninggal. Setelah itu sang pesulap menjadi bisa melakukan sesuatu yang luar biasa.

5. Children Magic

Pertunjukan sulap yang ditujukan untuk anak-anak sebagai penontonnya. 6. Street Magic

Sulap yang dilakukan tidak di atas panggung dan menggunakan orang yang ditemui sang pesulap sebagai sukarelawan dalam pertunjukannya. Tempat sulap ini misalnya di jalan, taman atau tempat-tempat lain.

7. Corporate Magic

Pertunjukan sulap yang dipesan untuk mengiklankan sesuatu. (Maharani, 2010:22-23)

2.7 Teori Kinesik

Disadari atau tidak oleh manusia, komunikasi non verbal adalah komunikasi yang paling sering dilakukan dalam setiap aktivitasnya. Kita mempersepsi manusia tidak hanya lewat komunikasi verbalnya, namun juga melalui komunikasi non verbalnya. Dalam komunikasi non verbal terdapat pesan non verbalnya, Pesan non verbal yang akan digunakan dalam mengkaji penelitian ini adalah kinesik (bahasa tubuh).

Pesan kinesik merupakan pesan non verbal yang ditunjukan seseorang dengan isyarat tubuh atau gerakan badan. Kinesik adalah gerakan-gerakan tubuh atau badan berupa gerakan dari sebagian atau seluruh tubuh maupun benda-benda yang digerakkan pelaku komunikasi, yang dimaksudkan dengan kinesik ialah studi yang mempelajari gerakan-gerakan anggota tubuh. Ray L. Birdwhistell dalam Mulyana (2012:351-353), berpendapat bahwa komunikasi non verbal merupakan suatu proses yang bersinambungan karena pada dasarnya tidak ada satu saluranpun yang digunakan secara tetap. Kegiatan komunikasi telah banyak menggunakan saluran sensoris manusia yaitu aktivitas tubuh.


(46)

28

Menurut Birdwhitell dalam Mulyana (2012:351-353),, sebenarnya manusia dapat mengeluarkan ribuan suara vokal dan wajah manusia dapat menciptakan 250.000 ekspresi yang berbeda. Seperti yang diungkapkan para pakar, manusia dapat menciptakan sebanyak 700.000 isyarat fisik yang terpisah. Penelitian terhadap berbagai komponen dari bentuk-bentuk gerakan tubuh yang sangat kompleks dapat menjadi lebih jelas, bahwa gerakan tubuh yang fungsinya berhubungan nyata dengan berbagai perkataan dalam bahasa sebagaimana ditunjukkan dalam kesederhanaan dan kerumitan kata-kata.

Menurut penelitian Birdwhistell paling tidak ada 1000 gerakan tubuh yang dapat diamati selama periode komunikasi tertentu, ia memastikan bahwa semua gerakan itu mempunyai fungsi yang pasti dalam komunikasi. Lebih lanjut menurut Birdwhistell, 65 persen dari komunikasi tatap muka yang dilakukan manusia adalah non verbal atau kinesik. Semua gerakan kinesik yaitu gerakan tubuh atau anggota tubuh dalam konteks non verbal merupakan representasi dari kata-kata dalam struktur bahasa verbal. Hal ini juga didukung oleh Mehrabian, 93 persen dari semua makna sosial dalam komunikasi tatap muka diperoleh dari isyarat-isyarat non verbal. (dalam Cangara 2006:103-104)

Bahasa tubuh adalah bagian dari komunikasi pesan non verbal (komunikasi tanpa kata-kata). Bahasa tubuh merupakan proses pertukaran ide, pikiran dan gagasan dimana pesan yang disampaikan dari komunikator kepada komunikan dapat berupa isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, sentuhan, artifak (lambang yang digunakan), diam dan suara serta postur tubuh. Kinesics adalah suatu istilah yang


(47)

29

digunakan pada studi non verbal Ray L. Birdwhistell. Kinesik adalah pesan non verbal yang dituangkan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh dan anggota tubuh.

Dalam bukunya Kinesics and Context, Birdwhistell menggambarkan tujuh asumsinya yang menjadi dasar teorinya dalam bahasa tubuh, yaitu:

1. Setiap gerakan tubuh mempunyai makna penting dalam konteks komunikasi. Seseorang selalu dapat memberikan makna terhadap aktivitas tubuh.

2. Perilaku dapat dianalisis karena diatur dan pengaturan ini dapat dianalisis secara sistematis.

3. Walaupun aktivitas tubuh memiliki keterbatasan secara biologis, kegunaan pergerakan tubuh dalam interaksi dapat dianggap menjadi sebuah bagian dari sistem sosial. Oleh karena itu, kelompok yang berbeda akan menggunakan gesture dan gerakan tubuh lainnya secara berbeda.

4. Orang dipengaruhi oleh aktivitas tubuh orang lain yang terlihat olehnya. 5. Cara gerak tubuh yang berfungsi dalam komunikasi dapat diselidiki.

6. Makna yang terungkap dalam hasil penelitian kinesik ini berasal dari studi perilaku yang telah dikaji sebagaimana metode untuk penelitian.

7. Seseorang memiliki ciri-ciri tersendiri, tetapi tetap akan menjadi bagian sistem sosial yang besar. (LittleJohn, 2011:159)

Ray L. Birdwhistell menjelaskan lebih lanjut bahwa pada setiap anggota tubuh seperti wajah (termasuk senyuman dan kontak mata), tangan, kepala, kaki dan postur tubuh memiliki makna tersendiri. Dalam kajian pesan komunikasi non verbal dikenal beberapa jenis pesan kinesik yaitu :

1. Ekspresi wajah

Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa emosi pada diri dapat ditunjukkan melalui ekspresi wajah karena ekspresi wajah dianggap sangat kuat menampilkan

„keadaan dalam‟ pada seseorang yang membuat orang lain dapat memgambarkan

apa yang sebenarnya terjadi. Sylvan S. Tomkins dalam Cangara (2006:103-104) menemukan sekurang-kurangnya ada 8 (delapan) dasar emosi wajah yang meneganggkan, yakni emosi yang menyatakan surprise, minat, gembira, gusar, takut, jijik atau muak, malu dan kesedihan yang mendalam.


(48)

30

2. Kontak mata dan pandangan

Kontak mata atau cara pandang mata merupakan komunikasi non verbal yang dapat ditampilkan bersama dengan ekspresi wajah. Tak dapat ingkari bawah kontak mata yang ditampilkan komunikator akan menarik umpan balik dari komunikan.

Dalam berbagai kebudayaan, pandangan mata atau kontak mata sering kali ditafsirkan sebagai pernyataan tingkat keseriusan perhatian, mendengarkan, melihat, mengerti, melamun, menerawang, bingung, marah, cinta, sayu, menggoda, sensual, menguasai, membiarkan, dan masa bodoh yang semuanya dapat ditafsir dalam konteks budaya tertentu. (Hattori (1987) dalam Liliweri, 2003:197)

3. Isyarat tangan

Isyarat tangan biasa disertakan dalam setiap komunikasi. isyarat tangan sendiri mengisyarat apa yang ingin disampaikan. Isyarat tangan dapat mempertegas, memperjelas, menggantikan pesan verbal yang ingin disampaikan.

4. Postur tubuh

Postur tubuh bersifat simbolik. Postur tubuh mempengaruhi citra diri. Terdapat beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen.

Pertunjukan sulap klasik merupakan pertunjukan sulap yang minim dialog dan membutuhkan interpretasi yang mendalam terhadap gerakan-gerakan tubuh yang ditampilkan oleh pesulap. Terdapat banyak gerakan-gerakan tubuh dalam pertunjukan sulap yang membutuhkan interpretasi mendalam. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori kinesik Ray L. Birdwhistell.


(49)

31

2.8 Kerangka Pikir

Sulap merupakan seni pertunjukan yang menampilkan gabungan dari berbagai seni yang ada seperti seni rupa, tari, musik, dan lain-lain. Dalam sulap juga memakai gabungan dari berbagai ilmu (Interdisipliner) seperti ilmu kimia, fisika, biologi, psikologi, komunikasi dan lain-lain. Sulap menampilkan kecepatan atau kelihaian tangan pesulap, manipulasi, efek reaksi kimia, ataupun hasil kerja teknologi dan perlengkapan serta peralatan pesulap yang biasa kita kenal dengan trik-trik sulap.

Dalam pertunjukan sulap terutama sulap klasik, seorang pesulap melakukan komunikasi melalui permainan sulapnya. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan dengan atau melalui media. Komunikasi adalah hal yang paling mendasar dari segala interaksi, baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok.

Pertunjukan sulap klasik merupakan pertunjukan sulap yang minim dialog dan membutuhkan interpretasi yang mendalam terhadap gerakan-gerakan tubuh yang ditampilkan oleh pesulap. Dalam pertunjukan sulap ini komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal sendiri adalah komunikasi yang menggunakan pesan non verbal. Istilah non verbal biasanya digunakan untuk menggambarkan peristiwa komunikasi selain kata-kata yang terucap dan tertulis. Berhasilnya komunikasi non verbal yang dilakukan seorang pesulap dalam pertunjukan sulap itu sendiri ditentukan apakah pesan non verbal


(50)

32

yang ada dalam setiap permainan sulap klasik dari awal permainan hingga akhir dapat diterima atau dimengerti ataupun sampai pada penonton.

Pesan komunikasi non verbal memiliki kode non verbal. Kode non verbal adalah sejumlah perilaku yang digunakan untuk menyampaikan makna. Dalam pertunjukan sulap klasik pesan komunikasi non verbal yang biasa digunakan adalah pesan kinesik. Pesan kinesik merupakan pesan non verbal yang ditunjukan seseorang dengan isyarat tubuh atau gerakan badan. Seorang pesulap merangkai atau menyampaikan pesan kinesik kepada penonton saat pertunjukan sulap klasik.

Pesan kinesik dapat dijelaskan menjadi tiga komponen utama : pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural. Perbedaan dari ketiga komponen tersebut adalah pesan fasial lebih menekankan pada wajah atau air muka dan kontak mata atau pandangan untuk menyampaikan makna, pesan gestural menggunakan sebagian anggota badan untuk menyampaikan pesan atau makna, sebagai contoh gerakan tangan, sedangkan pesan postural dalam penyampaian pesan atau makna dengan keseluruhan anggota badan (postur tubuh).

Dalam pertunjukan sulap klasik, pesulap melakukan komunikasi non verbal melalui pesan kinesik. Keberhasilan dari pertunjukan sulap adalah makna yang terkandung dalam pesan kinesik tersampaikan kepada penonton yang menyaksikan pertunjukan sulap klasik tersebut.


(51)

33

Bagan Kerangka Pikir

Bagan 1: Kerangka Pikir

Komunikasi Non Verbal

Pesan Postural

(Postur Tubuh)

Pesan Fasial

(Ekspresi Wajah dan Kontak Mata)

Teori Kinesik

“Ray L. Birdwhistell” Pesan Kinesik

Penonton

(Kepuasan)

Tepuk Tangan, Teriakan dan Sanjungan

Pertunjukan Sulap Klasik

(Pesulap)

Keberhasilan Pertunjukan

(Sama Makna)

Pesan Gestural


(52)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1Tipe Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Peneliti menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena secara dalam dengan pengumpulan data. Penelitian ini tidak hanya ditekankan pada kuantitas data melainkan lebih pada kualitas dari data.

Adapun pertimbangan peneliti menggunakan metodologi kualitatif dalam penelitian ini antara lain :

1. Metodologi kualitatif lebih mudah menyesuaikan dengan kebutuhan apabila dihadapkan dengan kenyataan yang ada di lapangan.

2. Metodologi kualitatif secara langsung menghubungkan antara peneliti dan informan.

3. Metodologi kualitatif lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak situasi dan fenomena-fenomena yang dihadapi.

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif. Tipe penelitian deskriptif adalah tipe penelitian menjelaskan makna-makna atas tindakan atau prilaku manusia.


(53)

35

Menurut Bungin (2008:308), deskriptif berusaha untuk menjelaskan makna-makna dari gejala sosial. Karena suatu tindakan dapat memiliki banyak arti, maka makna tidak dapat dengan mudah diungkap begitu saja.

Secara harfiah, tipe penelitian deskriptif adalah tipe penelitian status kelompok manusia, suatu kondisi atau situasi, sistem pemikiran atau peristiwa yang terjadi saat ini. Menurut Nazir (1998) dalam Bungin (2008:308),, tujuan dari tipe penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai berbagai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang sedang diselidiki.

Adapun alasan peneliti menggunakan tipe penelitian deskriptif kualitatif karena untuk mengetahui makna kinesik pesulap dalam pertunjukan sulap klasik maka diperlukan teknik pengumpulan data dengan observasi partisipan dengan melakukan pengamatan secara langsung dan berpartisipasi dalam kegiatan informan, wawancara mendalam yang bersifat terbuka dan dokumentasi baik untuk mendapatkan data primer ataupun untuk mencari data sekunder.

3.2 Definisi Konsep

Definisi konsep adalah pemaknaan dari konsep yang digunakan, sehingga memudahkan peneliti untuk mengoperasikan konsep tersebut di lapangan. (Singaribun dan Effendi, 2001:121) Berdasarkan definisi di atas maka definisi konsep dalam penelitian ini yaitu :

1. Pertunjukan sulap klasik merupakan pertunjukan sulap yang mengandalakan kecepatan tangan dan skill yang tinggi. Permainan kecepatan tangan tersebut untuk menghilangkan dan memunculkan suatu benda dan manipulasi.


(54)

36

2. Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang menggunakan pesan non verbal. Istilah non verbal biasanya digunakan untuk menggambarkan peristiwa komunikasi selain kata-kata yang terucap dan tertulis.

3. Kinesik merupakan isyarat tubuh atau gerakan badan. Kinesik adalah gerakan-gerakan tubuh atau badan berupa gerakan-gerakan dari sebagian atau seluruh tubuh maupun benda-benda yang digerakkan pelaku komunikasi.

4. Pesan fasial merupakan pesan yang menggunakan air muka atau ekspresi wajah dan kontak mata untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban dan tekad.

5. Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti gerakan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna. Meski gerakan tangan yang digunakan sama namun makna yang terkandung berbeda.

6. Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan. Postur tubuh bersifat simbolik. Postur tubuh mempengaruhi citra diri. Terdapat beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan antara fisik dan karakter atau tempramen.

7. Penonton merupakan orang-orang yang menonton, dalam penelitian ini tentu saja orang-orang yang menonton pertunjukan sulap klasik.


(55)

37

3.3 Fokus Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, sangatlah penting adanya fokus penelitian. Hal ini dikarenakan fokus penelitian dapat membatasi ruang lingkup dari penelitian tersebut dan agar penelitian yang dilakukan dapat terarahkan serta terpandu sehingga apa yang diinginkan dalam penelitian tercapai. Fokus penelitian berperan dalam memandu atau sebagai pedoman agar penelitian tidak keluar dari fenomena yang sedang diteliti.

Penelitian ini difokuskan pada komunikasi non verbal yang dilakukan pesulap dalam pertunjukan sulap klasik. Dalam hal ini pertunjukan sulap yang menjadi fokus peneliti adalah pertunjukan sulap klasik, hal ini dikarenakan pertunjukan sulap klasik lebih berkaitan dengan pesan non verbal. Pertunjukan sulap klasik merupakan pertunjukan sulap yang minim dialog dan membutuhkan interpretasi yang mendalam terhadap gerakan-gerakan tubuh yang ditampilkan oleh pesulap.

Untuk jenis pertunjukan sulap sendiri, peneliti memfokuskan pada Platform Magic (Cabaret Magic atau Stand-up Magic) yaitu pertunjukan sulap yang biasanya diadakan dihadapan penonton yang jumlahnya tidak terlalu banyak dan untuk pesan non verbal yang dilakukan seorang pesulap dalam pertunjukan sulap klasik, peneliti lebih dikhususkan pada pesan kinesik yang mana dalam pesan kinesik sendiri terdapat tiga komponen utama yaitu : pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural. yang membedakan dari ketiga komponen tersebut adalah pesan fasial lebih menekankan pada wajah atau air muka dan kontak mata atau pandangan untuk menyampaikan makna, pesan gestural menggunakan sebagian anggota badan untuk menyampaikan pesan atau makna, sebagai contoh gerakan


(56)

38

tangan, sedangkan pesan postural dalam penyampaian pesan atau makna dengan keseluruhan anggota badan.

Adapun jenis permainan sulap yang difokuskan pada penelitian ini adalah Sulap Lingkaran Pelangi/Magic Circle Of The Rainbow dan Sulap Kipas Ajaib/The Magic Fan. Sulap Lingkaran Pelangi/Magic Circle Of The Rainbow adalah permainan mengubah warna lingkaran, permainan ini menunjukan bagaimana pesulap dapat merubah warna lingkaran yang dipegangnya melalui sebuah kantong kain. Sulap Kipas Ajaib/The Magic Fan adalah permainan sulap yang memanipulasi sebuah kipas yang sedang dipegang pesulap, bagaimana kipas tersebut dapat utuh kembali. Kedua jenis permainan ini adalah permainan sulap klaik, dalam permainan ini tidak ditemukannya komunikasi verbal dan hanya menampilkan komunikasi non verbal atau lebih tepatnya menggunakan pesan kinesik dalam pertunjukan sulapnya.

3.4 Informan

3.4.1. Penentuan Informan

Menurut Spardly dan Faisal (1990) dalam Moleong (2004:156), informan harus dapat memenuhi beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan yaitu :

a. Subyek telah lama dan intensif menyatu dengan suatu kegiatan atau medan aktifitas yang menjadi sasaran atau perhatian penelitian dan ini biasanya ditandai oleh kemampuan memberi informasi diluar kepala tentang sesuatu yang ditanyakan.

b. Subyek masih terikat secara penuh dan aktif pada lingkungan dan kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.


(57)

39

c. Subyek mempunyai cukup banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai informasi.

d. Subyek dalam memberi informasi tidak cenderung diskusi atau dikemas terlebih dahulu dan mereka relatif masih lugu dalam memberi informasi.

Penentuan informan dilakukan dengan Purposive Sampling. Dimana informan dipilih dengan sengaja berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan dan ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan yang menjadi informan primer dan informan sekunder ialah :

a). Informan Primer

Dalam penelitian ini yang menjadi informan primer adalah Ray Antylogic. Hal ini dengan pertimbangan Ray Antylogic merupakan salah satu pencetus berdirinya Three Logic Academy and Community (3Logic) pada tahun 2009 di Jakarta. Ray Antylogic menekuni dunia sulap dari tahun 2006. Adapun pendidikan sulap yang pernah dijalani yaitu :

1. IMS (International Magician Society) pada tahun 2007 hingga 2008 di Jakarta. 2. Magic Castil pada tahun 2009 hingga 2010 di Bali.

Mulai pada tahun 2011 hingga saat ini Ray Antylogic terus mengembangkan Three Logic Academy and Community (3Logic) khususnya di wilayah Bandar Lampung dan sekitarnya.

b). Informan Sekunder

Dalam penelitian ini yang menjadi informan sekunder adalah tiga penonton pertunjukan sulap klasik, penentuan informan sekunder dilakukan dengan Accidental Purposive Sampling. Adapun penonton yang menjadi pertimbangan


(58)

40

sebagai informan sekunder yaitu:

1. Penonton yang tidak meninggalkan pertunjukan sulap klasik dari awal pertunjukan hingga akhir pertunjukan.

2. Penonton yang berusia dewasa sekitar 17 hingga 25 tahun.

3. Saat pertunjukan berlangsung penonton fokus akan pertunjukan sulap klasik tersebut.

4. Penonton yang memiliki cukup waktu untuk dimintai informasinya.

3.4.2. Pendekatan Informan a. Institusi

Adapun metode pendekatan yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data adalah bergabung atau menjadi anggota dari Three Logic Academy and Community (3Logic) yang mana sesuai dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi partisipan. Disini peneliti terlibat langsung dalam kegiatan informan dalam Three Logic Academy and Community (3Logic).

Three Logic Academy and Community (3Logic) adalah suatu lembaga pendidikan yang khusus bergerak di bidang pendidikan sulap dan inisiasi meditation. Disini Three Logic Academy and Community (3Logic) merupakan sarana belajar bagi generasi muda yang berminat menekuni bidang sulap dan aspek-aspek di dalamnya terutama psikologi, public speaking, dan teater. Three Logic Academy and Community (3Logic) mengajarkan kepada generasi muda pendidikan sulap yang menitik beratkan pada penerapan psikologi dengan tahapan meditasi sebagai


(59)

41

media, kreativitas dan pengenalan kepribadian secara positif yang dikemas dalam proses belajar yang menyenangkan seperti layaknya sedang bermain. Sebagai pelopor di bidang pendidikan sulap dalam Three Logic Academy and Community (3Logic) khususnya di Bandar Lampung sendiri adalah Clasicall Illusion : “Ray

Antylogic”.

b. Individu

Metode pendekatan yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data secara individu adalah dengan menjadikan informan sebagai teman. Sesuai dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam. Peneliti disini dituntut agar mampu membuat informan bersedia memberikan jawaban-jawaban atau informasi-informasi yang lengkap, mendalam dan tidak ada yang disembunyikan. Dengan melakukan pendekatan seperti ini, informan merasa nyaman dan peneliti mendapatkan informasi yang sesungguhnya.

3.5 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat peneliti saat berada dilapangan dalam melakukan penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat peneliti melalui studi perpustakaan. Data yang diperoleh berdasarkan buku-buku atau literatur yang berkaitan dengan


(60)

42

permasalahan yang tengah diteliti peneliti. Data ini dapat menjadi rujukan atau mendukung penelitian peneliti.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan wawancara mendalam, observasi partisipan dan dokumentasi.

1. Wawancara Mendalam

Cara pengumpulan data atau informasi secara langsung bertatap muka dengan informan untuk mendapatkan data atau informasi dengan lengkap dan mendalam. Wawancara ini dilakukan dengan berulang-ulang secara intensif. Dalam teknik ini peneliti relatif tidak memiliki kontrol atas respons informan, sehingga informan bebas memberikan jawaban. Peneliti dituntut agar mampu membuat informan bersedia memberikan jawaban-jawaban atau informasi-informasi yang lengkap, mendalam dan tidak ada yang disembunyikan.

2. Observasi Partisipan

Sebuah metode yang mana peneliti mengamati individu atau kelompok dalam situasi dan kondisi yang riil, tidak dikontrol atau diatur secara sistematis oleh peneliti. Dalam metode ini memungkinkan peneliti terjun langsung atau menjadi bagian dari yang diteliti bahkan dapat hidup bersama-sama di tengah-tengah individu atau kelompok yang diteliti dalam waktu yang lama agar peneliti dapat memahami apa yang terjadi, pola-pola dan interaksi yang terjadi. Adapun lama penelitian observasi partisipan adalah satu bulan dimulai dari awal Desember hingga akhir Desember 2013.


(61)

43

3. Dokumentasi

Suatu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mencari atau mengumpulkan data-data sekunder yang berhubungan dengan masalah penelitian yang berkaitan dan untuk melengkapi data-data primer. Adapun dokumentasi yang dilakukan terhadap pesulap Ray Antylogic adalah dengan video dan foto.

3.7 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa reduksi data, display (penyajian data) dan verifikasi. (Menurut Patton dalam Moleong, 2004:103

1. Reduksi Data

Kegiatan atau proses pemilihan, penyederhanaan, pemusatan dan transformasi data dari data kasar yang ada pada catatan-catatan tertulis dilapangan. Setelah peneliti memperoleh data maka data tersebut terlebih dahulu dikaji kelayakannya dengan memilih data mana yang diperlukan atau dibutuhkan pada penelitian ini.

2. Display (penyajian data)

Penarik kesimpulan dan pengambil tindakan atas sekumpulan informasi dari penelitian dalam penyajian data.

3. Verifikasi

Seluruh data yang peneliti peroleh selama penelitian, peneliti harus dapat benar-benar menguji kecocokan, kekokohan dan kebenar-benaranya agar dapat mendapatkan kesimpulan yang tetap dan jelas dari data-data tersebut dan hasil yang di peroleh berupa kesimpulan yang teruji kebenaran dan kejelasannya.


(1)

119

Kontak mata, dalam penelitian ini peneliti menemukan bahwa kontak mata atau gerakan mata tidak terlalu diperhatikan baik oleh pesulap ataupun penonton. Hal ini dapat dikarenakan gerakan mata terjadi dalam sekian detik sehingga terlalu sulit untuk diperhatikan dan pembelajaran mengenai gerakan mata tak didapat secara umum oleh masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, makna pesan kinesik fasial terkhusus pada ekspresi wajah dapat dipahami atau dimengerti oleh penonton.

2. Makna Pesan Gestural

Gerakan tangan dalam permainan sulap klasik lebih pada pengisyaratan mengenai sesuatu hal. Dapat dikatakan gerakan tangan menggantikan pesan verbal yang ingin disampaikan pesulap. Pada pertunjukan sulap klasik yang ditampilkan oleh pesulap, makna pesan gestural atau gerakan tangan dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penonton.

3. Makna Pesan Postural

Postur tubuh atau posisi tubuh lebih pada pencitraan diri seseorang. Bagaimana bersikap melalui pesan postural akan memberikan gambaran tehadap karakter diri yang ditujukan sebagai pencitraan diri pada orang lain, dalam hal ini pencitraan yang ditampilkan oleh pesulap secara baik tertangkap oleh penonton.

Secara umum, pesan kinesik yang ditampilkan pesulap dapat dikatakan berhasil, yang mana pesan kinesik tersebut dapat dipahami dan dimengerti oleh penonton. Pesan kinesik terutama makna pesan gestural dan postural lebih dapat tangkap oleh penonton, Sedangkan makna pesan fasial yang tidak dapat dilakukan dengan sengaja yang hanya terjadi secara alamiah atau spontan. Perlu adanya peningkatan


(2)

120

dalam pengendalian emosi atau perasaan dalam penampilan, sehingga dapat terlihat alami tanpa dibuat-buat.

6.2Saran

Kinesik juga memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Di bidang seni misalnya kecerdasan bahasa tubuh dapat diukur dari segi penghayatan seorang artis dalam bermain film, berteater, atau membaca puisi. Dalam bidang pendidikan, seorang guru akan menggunakan bahasa tubuh untuk memperjelas materi yang ia sampaikan.

Adapun saran yang ingin peneliti sampaikan berdasarkan hasil penelitian ini, antara lain :

a. Memperbanyak variasi gerakan dalam setiap permainan sulap terutama sulap klasik. Hal ini dilakukan untuk menghindari kebosanan dari penonton pertunjukan sulap.

b. Dapat menjadikan isyarat tangan yang biasa dipakai oleh mereka yang berkebutuhan khusus seperti tidak dapat berbicara sebagai bahasa antar pesulap dan asistennya. Hal ini dikarenakan menurut peneliti tanpa disadari oleh pesulap dan asisten atau rekan-rekan pesulap, dari beberapa gerakan dalam pertunjukan sulap terdapat isyarat-isyarat tangan tersebut.

c. dalam pertunjukan sulap klasik untuk kontak mata dapat memperkuat pesan kinesik yang ingin disampaikan seperti menambah durasi gerak mata untuk mempertajam ekspresi wajah sehingga pesan yang ingin disampaikan kepada penonton dapat lebih mudah tersampaikan.


(3)

121

d. Pertunjukan sulap terutama pertunjukan sulap klasik dapat dijadikan sarana dalam pembelajaran bagi mahasiswa terkhusus Ilmu Komunikasi dalam pembelajaran komunikasi non verbal terlebih dalam pembahasan mengenai kinesik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi-Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers. Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta: Professional Books. Fun Magic Entertainer. 2012. It’s Magic. Yogyakarta: Media Pressindo.

Iyenk. 2007. Your Face Tells All, Wajah Anda Kepribadian Anda, Membaca karakter orang melalui wajah. Jakarta: Penebar Plus.

Jatmika, Agung dan Leonel Jibran. 2010. Jurus Kilat Jago Sulap Kartu. Bekasi: Laskar Aksara.

Kriyantoro, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Liliweri, Alo. 1994. Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung: PT Citra

Aditya Bakti.

Liliweri, Alo. 2009. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Morissan, M.A dan Wardhany A.C. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.


(5)

Mulyana, Deddy. 2012. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. dan Rakhmat, J. 2000. Komunikasi AntarBudaya. Bandung: PT. Rosdakarya.

Maharani, Sabrina. 2010. Legenda Sulap, Sejarah dan Aliran-aliran Sulap. Jogjakarta: Garasi House of Book.

Onong, Effendy. 1994. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Poerwardarminta, W. J. S. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rakhamat, Jalaludin. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Samovar, Larry A., dkk. 2010. Komunikasi Lintas Budaya (Communication Between Culture edisi 7). Jakarta: Selemba Humanika.

Setiawan, Toni. 2008. Bahasa Tubuh Super Mudah Untuk Semua Orang. Jogjakarta: Image Press.

Sihabudin, Ahmad. 2013. Komunikasi Antarbudaya. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sumarna, S. Hardja. 2013. Tips Menaklukan Orang-Orang Disekitar Dengan Membaa Bahasa Tubuhnya. Klaten: Cable Book.

Wardyanto, Rendra. 2009. Pengantar Periklanan. Jogyakarta: Pustaka Book Publisher

Internet:

Nur Iman, Asrul. 2012-06-11. Makna Kinesik Dalam Teater I La Galigo (Studi

Komunikasi Non Verbal).

Http://Repository.Unhas.Ac.Id/Handle/123456789/1719. Kamis, 17 Oktober 2013. Jam 20:51 WIB

Rani, Siti Ulfah. 2012. Makna Kinesik Dalam Film The Way Home (Studi

Komunikasi Non Verbal).

http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/1345. Kamis, 17 Oktober 2013. Jam 20:51 WIB


(6)

Z.I, Siti Fatimah. 2010. Komunikasi Non Verbal dikalangan Ayam Kampus

Universitas Sumtera Utara.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19196/7/Cover.pdf. Kamis 17 Oktober 2013. Jam. 21:24WIB

http : // azzkee. multiply. Com / journal / item / 195 / Kinesik _ dalam Komunikasi _ Masyarakat _ Amerika _ dan _ Kaitannya _ dengan _ Kontak _ Kebudayaan. Kamis, 17 Oktober 2013. Jam 20:51 WIB http://www.cba.uni.edu/buscomm/nonverbal/body%2520language.htm

Minggu, 08 Maret 2014. Jam 11:02 WIB Skripsi atau Jurnal:

Ferdinand, Donni. 0446031016. Peranan Komunikasi Orang Tua pada Anak Usia Prasekolah dalam Membantu Proses Sosialisasi kepada Lingkungan (Studi Pada Orang Tua Kelurahan Rajabasa 3 Perumnas Wayhalim). Octavia, Dewi. 0916031092. Pengaruh Tayangan Animasi Non Verbal terhadap

Kecerdasan Bahasa Anak (Studi pada Tayangan Animasi Shaun the Sheep.