3. Pelaksanaan Angket
Angket untuk subyek dalam penelitian ini berasal dari siswa kelas XI IPA 2 sebanyak 32 orang siswa, kelas XI IPA 4 sebanyak 32 orang
siswa, kelas XI IPS 2 sebanyak 26 orang siswa, kelas XI IPS 3 sebanyak 26 orang siswa yang sejumlah 64 orang siswa kelas IPA dan 52 orang
kelas IPS. Berdasarkan gambaran subyek penelitian diatas dapat ditabelkan sebagai berikut untuk memperjelas subyek penelitian.
Tabel 4.1 Deskripsi Subyek
Program kelas Frekuensi
Prosentase
XI IPA 64
55,17 XI IPS
52 44,83
Jumlah 116
100
B. Hasil Penelitian
1. Pembahasan Wawancara
SMA 1 Bae Kudus merupakan SMA RSBI Rintisan Sekolah Berbasis Internasional yang satu-satunya ada di kecamatan Bae Kudus ini dan
mempunyai kelas XI program IPA dan IPS saja. Penjurusan program IPA dan IPS ini dilakukan pada kelas XI. Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat
teknis terkait Pedoman Penjurusan Program IPA dan IPS SMA 1 Bae Kudus.
Tahap 1 Waktu pelaksanaan dan penentuan penjurusan 1.
Penentuan penjurusan dilakukan akhir semester genap kelas X dengan memperhitungkan nilai mata pelajaran ciri khas program studi pada
semester genap. 2.
Pelaksanaan penjurusan program dimulai pada semester gasal kelas XI. Tahap 2 Kriteria Penjurusan
1. Penentuan penjurusan memperhatikan daya tamping dan peringkat nilai
rata-rata mata pelajaran cirri khas program, dengan memperhatikan nilai pengetahuan dan praktik semester genap yang akan ditentukan dalam
pertemuan tersendiri antar unsur Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Wali Kelas X dan Biro Pengajaran dengan pola IPA 6 kelas dan IPS 4 kelas.
2. Peserta didik yang naik kelas XI dan akan mengambil program studi
tertentu, boleh memiliki nilai yang tidak tuntas minimal 3 mata pelajaran yang bukan mata pelajaran cirri khas program yang akan dipilih.
3. Untuk mengetahui minat peserta didik dapat dilakukan melalui angket
minat dan masukan dari guru BK. 4.
Penjurusan pada kelas X dilaksanakan pada akhir semester genap oleh guru BK dengan mempertimbangkan:
a. Prestasi Hasil Belajar
b. Minat Siswa dalam memilih program
Pada penjurusan program di SMA 1 Bae Kudus ini tidak dibedakan antara program IPA dan IPS akan tetapi terdapat kriteria nilai minimal untuk
mengambil program studi. Sebagaimana dijelaskan oleh Waka Kurikulum Bapak Supriyono dalam wawancara sebagai berikut:
Dalam penjurusan ke program IPA dan IPS di SMA 1 Bae Kudus ini sekolah melakukan Tes Potensi Akademik TPA yang bertujuan
untuk mengetahui kecondongan siswa dominan ke program IPA ataupun IPS, Tes minat dari APKIN yang bertujuan untuk
mengetahui minat dari siswa masuk program IPA atau IPS. Setelah tes potensi akademik dan minat siswa dapat terungkap hasilnya
secara keseluruhan dan disetujui oleh orang tua siswa masing- masing, tes potensi tersebut dirangking secara keseluruhan
menurut hasil dari siswa dan dibuat daftar untuk masuk ke kelas IPA sebanyak 6 kelas dan IPS 4 kelas. Untuk kelas program IPA
membuat batasan nilai terendah yaitu 78 untuk mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi. Jika siswa minat ke kelas IPA,
nilai mencukupi dan rangking dari tes potensi akademik condong ke IPA maka siswa bisa masuk kelas IPA tetapi kalau ada siswa
yang minat ke IPA tetapi nilai tidak mencukupi secara akademik maka tidak bisa masuk IPA. Kalau untuk program IPS siswa yang
masuk itu disesuaikan minat dan tes dari siswa. Untuk sarana prasarana program IPA dan IPS disesuaikan dengan kebutuhan dan
ekstrakurikuler siswa kelas IPA dan IPS tidak dibedakan, siswa program IPA maupun program IPS leluasa menggunakan fasilitas
yang ada di sekolah. Untuk kurikulum IPA dan IPS struktur sama dengan penambahan 6 jam per minggu. Sumber:wawancara
dengan Bapak Supriyono S.Pd, M.Pd selaku Waka Kurikulum SMA 1 Bae Kudus pada 13 Juni 2012
Pada pembelajaran antara kelas program IPA dan IPS berbeda, Ibu Alfiyah BA selaku guru matematika kelas program IPA ini menyatakan bahwa
siswa IPA lebih disiplin, cenderung aktif dan kritis pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Menurut penuturan beliau anak IPA memiliki
respon yang bagus terhadap pelajaran yang disampaikan oleh guru dan mempunyai semangat yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut berikut
kutipan wawancara yang dilakukan dengan ibu Alfiyah BA sebagai berikut:
Me ge ai ke iasaa siswa, sebenarnya memang beraneka ragam misalnya: ada siswa yang suka cekatan dalam mengerjakan tugas,
ada siswa yang merenung saat di jelaskan guru, ada siswa yang suka berdiskusi dengan teman dan dalam kelompok dan
bermacam-macam. Tetapi secara keseluruhan untuk kelas program IPA sendiri ini mereka lebih paham dalam menerima
pelajaran dengan latihan soal-soal dan berdiskusi ketimbang mendengarkan saya ceramah didepan. Sehingga belajar menurut
mereka ya dengan cara menggunakan pengalaman mereka sendiri mengerjakan latihan soal-soal yang saya berikan dan kalau
kesulitan untuk menjawab soal mereka bertanya kepada saya. Gaya belajar yang dimiliki siswa ini untuk merangkulnya semuanya
susah karena belum tahu pasti setiap siswa itu memiliki gaya belajar apa saja mbak, berbagai metode pembelajaran sudah saya
pakai sampai saya kombinasikan antara metode pembelajaran yang satu dengan yang lain sesuai dengan teori yang saya
sampaikan. Ya untuk sementara ini saya menggunakan latihan soal-soal untuk memenuhi gaya belajar siswa yang ada. Dengan
adanya soal-soal tadi siswa lebih paham dan menyukai tugas-tugas pekerjaan rumah yang saya berikan, lebih banyak latihan soal
siswa aka se aki se a g . Sumber wawancara: Ibu Alfiyah BA selaku guru matematika kelas XI program IPA SMA 1 Bae Kudus
pada 12 Juni 2012
Pernyataan ibu Alfiyah di atas diperkuat oleh salah satu guru yang tidak mau di ketahui identitasnya di SMA 1 Bae Kudus ini menyatakan bahwa
beliau baru tahu adanya gaya belajar siswa yang harus diperhatikan oleh seorang guru dan selama beliau bekerja di SMA 1 Bae Kudus ini belum ada
tes maupun angket yang mengarah ke gaya belajar siswa. Beliau ini juga mengajar suatu mata pelajaran di kelas IPA, beliau mengutarakan bahwa
kelas IPA memang lebih senang mengerjakan sesuatu secara konkrit seperti ujicoba di lab dan mempraktikkan apa yang mereka amati dari
pada guru menjelaskan ceramah di depan kelas. Berdasarkan hasil wawancara juga disampaikan oleh guru
matematika kelas XI SMA 1 Bae Kudus pada program IPS sebagai berikut:
Untuk kebiasaan yang dilakukan anak IPS sering rame di kelas pada saat proses belajar mengajar mata pelajaran saya. Mereka
cenderung banyak bicara daripada mendengarkan penjelasan saya. Anak IPS lebih sering melamun dan maen hp smsan dengan
sesama teman saat pelajaran berlangsung. Saya sering menasehati mereka dengan lelucon supaya mereka tidak takut dengan saya.
Kalau masalah gaya belajar, menurut saya sejauh yang saya amati untuk anak kelas IPS ini mereka banyak melihat dan berpikir
secara teoritis, mereka lebih senang dengan hafalan daripada hitung menghitung. Untuk memenuhi gaya belajar mereka saya
menggunakan
lebih banyak
kata-kata ketimbang
saya menampilkan rumus dalam slide power point saya supaya mereka
mengerti apa yang saya sampaikan. Kalau tidak saya jelaskan saya membentuk kelompok dan mereka presentasi di depan kelas
dengan bahasa mereka sendiri-sendiri jadi ini memungkinkan untuk mereka lebih mengerti dan memahami materi yang
dipelajari. Menurut saya dengan sesama teman yang menjelaskan
presentasi di depan kelas akan menambah rasa keaktifan yang ada dala diri siswa de ga ara erta ya . Sumber wawancara ibu
Hj.Sutiah selaku guru matematika program IPS
Keanekaragaman gaya belajar pada siswa perlu diketahui pada awal permulaan memasuki lembaga pendidikan, dengan adanya mengetahui
gaya belajar yang ada maka dapat mempermudah belajar pada siswa dan guru pun bisa menggunakan metode yang tepat untuk mengkombinasikan
dengan berbagai gaya belajar yang dimiliki oleh setiap masing-masing siswa. Pebelajar akan dapat belajar yang baik dan hasil belajar baik,apabila
ia mengerti gaya belajarnya dan akan menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat.
2. Pembahasan Angket