digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
dahulu dan setelah hasilnya terbukti benar maka sejarawan baru percaya kebenaran sumber.
29
a. Kritik Intern
Kritik intern adalah kritik sumber yang hanya dapat diterapakan apabila kita sedang menghadapi penulisan didalam dokumen-dokumen, inskripsi-
inskripsi pada monumen-monumen, mata uang, medali-medali atau stempel- stempel yang berguna untuk meneliti keaslian isi dokumen, rekaman atau
tulisan tersebut. Kritik intern ini lebih menekankan pada isi dari sebuah dokumen sejarah.Caranya adalah dengan membadingkan dokumen satu dengan
dokumen yang lainnya.
30
Kemudian penulis akan membandingkan isi dari rekaman dari saksi mata satu dengan yang lain. Hal ini dilakukan untuk menyingkronkan urutan
kejadian sehingga tidak ada pembahasan yang terputus. Dan jika ada satu kejadian yang berbeda antara penjelasan saksi mata maka akan dilakukan
wawancara dengan saksi mata yang lain. Sehingga penulis akan mengambil pendapat yang paling banyak.
b. Kritik ekstern
Kritik ekstern adalah penentuan asli atau tidaknya suatu sumber atau dokumen
31
. Idealnya seseorang menemukan sumber yang asli bukan rangkapnya apa lagi foto kopinya. Apa lagi jaman sekarang kadang-kadang
sulit membedakan asli atau bukan. Oleh karena itu peneliti juga akan mengkaji
29
Ibid., 11.
30
Ibid., 115.
31
Nugroho Noto Susanto, Masalah Penelitian Kontemporer Jakarta: Yayasan Dayu, 1972, 11.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
betul dokumen-dokumen yang didapat. hal ini dilakukan supaya mendapatkan sumber yang autentik.
Dalam hal ini penulis telah melakukan pembandingan sumber yang berupa arsip dan catatan-catatan pribadi dengan sumber-sumber lain salah
satunya buku-buku yang menjadi hasil penelitian orang lain sebelumnya seperti Gresse Tempoe Doloe dan sebagainya. Kemudian penulis berusaha menggali
informasi melaluli wawancara guna menguatkan sumber-sumber tetulis tersebut.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah upaya sejarawan untuk melihat kembali tentang sumber-sumber yang didapatkan, apakah sumber-sumber yang didapatkan dan
yang telah diuji otentisitasnya terdapat saling hubungan atau satu dengan yang lain. Dengan demikian sejarawan memberikan penafsiran terhadap sumber
yang telah didapatkan.
32
Penulis akan menginterpretasikan atau menafsirkan sumber-sumber yang telah didapat dengan membandingkan sumber satu
dengan sumber yang lain. Baik sumber itu berupa artefak, wawancara maupun berupa dokumen-dokumen dan beberapa buku.
4. Historiografi
Historiografi adalah rekonstruksi imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses pengumpulan data.
32
Ibid., 117.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Layaknya penelitian ilmiah dan akan dilihat apakah penelitian itu berlangsung sesuai dengan prosedur yang digunakan atau tidak.
33
2. Sistematika Bahasan
Untuk mempermudah penulisan skripsi, maka susunan skripsi dibagi menjadi beberapa bab sekaligus ruang lingkupnya.
Bab pertama berisi pendahuluan. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab yang menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teori, penelitianan terdahulu, metode penelitian, sistematika pmbahasan, dan daftar pustaka.
Bab kedua berisi tentang kondisi sosial keagamaan masyarakat Sidayu. Pada bab ini diuaraikan mengenai sejarah Sidayu, kondisi keagamaan masyarakat
Sidayu dan organisasi atau kelompok-kelompok keislaman di Sidayu. Bab ketiga berisi tentang perkembangan Masjid Besar Kanjeng Sepuh,
mulai dari sejarahnya, perkembangannya dan peralihan nama masjid. Bab keempat berisikan tentang hubungan Masjid Besar Kanjeng Sepuh
dengan kelompok-kelompok keagamaan Islam di Sidayu, peran Masjid Besar Kanjeng Sepuh dalam upaya menjadi jembatan penghubung antar tersebut serta
menguraikan peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi antara masjid Besar Kanjeng Sepuh dengan aliran Islam tersebut.
33
Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986, 32.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Bab kelima berisi tentang penutup. Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dari jawaban rumusan masalah beserta analisa dari permasalahan yang diteliti
sekaligus saran.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
BAB II KONDISI SOSIAL KEAGAMAAN MASYARAKAT SIDAYU
A. Sejarah Singkat Sidayu
Sidayu sekarang adalah sebuah kecamatan kecil bagian dari Kabupaten Gresik yang menyandang sebutan kota santri, Kecamatan Sidayu dulunya adalah
sebuah Kadipaten pada zaman Belanda. Nama Sidayu ada sejak masa peralihan dari masa klasik kemasa Islam abad 16 Masehi sebagai sebuah daerah feodal yang
terletak antara Tuban dan Gresik. Sidayu adalah kota kecil yang memiliki perjalanan sejarah cukup panjang dan memiliki kedudukan serta berbagai fungsi,
yakni berkedudukan sebagai ibu kota kadipaten atau tempat pusat pemerintahan. Kedudukan Sidayu sebagai ibu kota atau pusat pemerintahan politik secara
administratif merupakan daerah setingkat kawedanan di bawah karesidenan Gresik yang berlangsung pada masa kekuasaan VOC di Indonesia. Pada masa itu
bersamaan pula dengan masa kekuasaan Kerajaan Mataram II Islam sekitar tahun 1700-an.
Sidayu sebagai wilayah yang berada di pantai utara Jawa menjadi menjadi bagian dari wilayah kekuasaan Mataram. Namun sebelum menjadi wilayah
kekuasaan Mataram, menurut Artus Gijeels tahun 1622, Sidayu ada dibawah kekuasaan kerajaan Surabaya.
33
Pada abad ke-17 hegemoni di Jawa Tengah dan Jawa Timur jatuh ketangan Raja-raja Mataram termasuk kerajaan Bandar dan kerajaan-kerajaan di
sepanjang wilayah pantai utara Jawa direbut Mataram atau terpaksa mengakui
33
HJ. De Graff, Kerajaan Islam Pertama Di Jawa Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1985, 39.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
raja-raja Mataram.
34
Pada tahun 1613 M. mataram mengadakan ekspansi militer ke daerah sekitar Surabaya sampai tahun 1616 M. Raja Surabaya masih belum
menyerah dan pada akhirnya tahun 1625 setelah tentara Mataram II bergerak melalui Japanan Mojokerto Surabaya yang dibawah pimpinan Tumenggung
Mangun Oneng menyerah kalah pada panglima tentara Mataram. Setelah Raja Mataram mengambil alih Surabaya secara ototmatis Sidayu beralih dibawah
kekuasaan Sultan Agung Raja Mataram II.
35
Pada masa itu Sidayu sebagai tempat Kadipaten atau ibukota dipimpin oleh seorang Bupati. Periodesasi kepemimpinan Bupati Sidayu sebanyak sepuluh
periode, yakni dimulai tahun 1737 dan berakhir tahun 1910. Berikut ini adalah nama-nama Bupati yang pernah memerintah di Sidayu sebagai berikut :
1. Bupati Raden Kromowidjojo atau Tumenggung Suradiningrat I 1737-1745
2. Bupati Abdul Jamil atau Tumenggung Suradiningrat II 1745-1770
3. Bupati Tawang Alun atau Raden Kanjeng Suwargo 1770-1780
4. Bupati Panji Dewa Kusuma atau Tumenggung Suradiningrat IV 1780-1798
5. Bupati Banteng atau Raden Aryo Suryadiningrat I 1798-1810
6. Bupati Kanjeng Kudus 1810-1815
7. Bupati Kanjeng Djoko atau Raden Aryo Suryadiningrat II 1815-1816
8. Bupati Kanjeng Sepuh atau Raden Adipati Aryo Suryadiningrat III 1817-
1855 9.
Bupati Kanjeng Pangeran atau Raden Adipati Aryo Suryadiningrat IV 1855- 1884
34
HJ. De Graff, Puncak Kekuasaan Mataram Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2002, 22.
35
Ibid., 118.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10. Bupati Raden Badrun 1884-1910.
36
Peninggalan-peninggalan sebagai bukti adanya Kadipaten Sidayu adalah:
1. Masjid Jami’
Masjid J ami’ berada di jalan lama Daendels Anyer Panarukan
berhadapan dengan alun-alun kota.
2. Komplek Makam Bupati
Kompleks makam para Bupati Sidayu terletak di belakang Masjid Jami’ makamnya diberi cungkup dan inskripsi berhuruf Arab, Jawa dan Latin yang
berbahasa Melayu, Jawa dan Belanda. Seperti inskripsi pada makam Bupati Kanjeng Sepuh tertulis:
Gambar artefak pada dinding komplek makam Bupati Sidayu.
36
Moh. Tohir, Sejarah Singkat Kanjeng Sepuh Adipati Surya Diningrat Sidayu 1784-1856 Gresik:Catatan Kepustakaan, Arsip Masjid Besar Kanjeng Sepuh Sidayu, 2007, 25