PENGARUH KAPABILITAS PARTAI POLITIK DAN CITRA KANDIDAT TERHADAP SIKAP PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU LEGISLATIF DI DESA MARGODADI KECAMATAN TUMIJAJAR KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN 2014
PENGARUH KAPABILITAS PARTAI POLITIK DAN CITRA KANDIDAT TERHADAP SIKAP PERILAKU PEMILIH DALAM PEMILU
LEGISLATIF DI DESA MARGODADI KECAMATAN TUMIJAJAR KABUPATEN TULANG
BAWANG BARAT TAHUN 2014
Oleh
DWI HANDAYANI
Tujuan Penelitian ini untuk mendeskripsikan dan menganalisis Pengaruh kapabilitas partai politik dan citra kandidat terhadap sikap perilaku pemilih dalam pemilu legislatif di Desa Margodadi Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kapabilitas partai politik (X1), dan citra kandidat (X2), sedangkan variabel terikat adalah sikap perilaku pemilih (Y). Subyek penelitian ini adalah masyarakat yang berjumlah 97 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini angket dan analisis regresi korelasi sederhana dengan rumus regresi linier sederhana.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan kapabilitas partai politik dan citra kandidat terhadap sikap perilaku. Koefiensi determinasinya ( = 0,216) artinya pengaruh X1 dan X2 – Y 21,6 % yang artinya semakin baik pengaruh kapabilitas partai politik dan citra kandidat dalam mempengaruhi sikap perilaku pemilih, maka semakin baik pula partisipasi masyarakat dalam memberikan suara.
(2)
THE EFFECT OF POLITICAL PARTIES CAPABILITY ANDCANDIDATE’S IMAGEON THE VOTERS’ ATTITUDE BEHAVIOURIN LEGISLATIVE ELECTION IN MARGODADI VILLAGE, TUMIJAJAR DISTRICT, WEST
TULANG BAWANG REGENCY
By The DWI HANDAYANI
The purpose of this study was to describe and analyze the influence of political parties capability and candidates’ image on the voters’ attitude behavior in legislative elections in Margodadi village, Tumijajar district, West Tulang Bawang Regency 2014. The method used in this research was quantitative descriptive. The independent variable in this study were the capability of a political party (X1), and the image of the candidate (X2), while the dependent variable was the attitude of voting behavior (Y). The subjects of this study was the community that numbered 97 people. Data collection techniques used in this study was questionnaire and simple correlation regression analysis with simple linear regression formula.
Based on the research that had been done it could be seen that there was a significant influence of political parties and image capabilities candidate against behavioral attitudes. Coefiency determination (r2= 0,216) means that the effect of X1 and X2 - Y 21,6%, which means that the better the influence of political parties and the capability of the candidate's image in influencing attitudes voting behavior, the better the people's participation in voting .
Keywords:image of the candidate, political party capabilities, attitudes voting behavior
(3)
KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT TAHUN 2014
Oleh
DWI HANDAYANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
(4)
(5)
(6)
(7)
Penulis dilahirkan di Desa Margomulyo Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tanggal 20 Maret 1993. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sardiman dan Ibu Kartini.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 3 Margodadi pada tahun 1999 hingga tahun 2005. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Tumijajar pada tahun 2005 hingga tahun 2008. Selanjutnya penulis melanjutkan Pendidikan di SMA Negeri 1 Tumijajar Tulang Bawang Barat pada tahun 2008 hingga tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML).
Peneliti melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan tujuan Jogjakarta, Bandung, Jakarta pada bulan Februari 2012 serta melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Kota Karang Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Pesisir Barat dan melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 3 Pesisir Utara pada bulan Juli-September 2014.
(8)
Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas limpahan
Rahmat dan Karunia Nya kripsi ini dapat terselesaikan. Tidak lupa
shalawat dan salam kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW atas
petunjuk jalan kebenaran bagi umat manusia dimuka bumi ini.
Dan dengan ketulusan hati, ku persembahkan karya sederhana ini
sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada :
Kedua orang tua tercinta, Bapak dan Ibu yang selalu memberikan
do a dalam setiap sujudmu dan harapan di setiap tetes keringatmu
demi tercapainya kesuksesanku.
Mbakku dan Adikku tersayang serta Saudara-saudaraku, yang selalu
mendukung dan mendo akanku untuk keberhasilanku
Teman-teman PPKn 2011 yang selalu memberikan semangat dan
mendoakan keberhasilanku
(9)
Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah
pertolongan dengan sabar dan shalat; sesungguhnya
Allah adalah beserta orang-orang yang sabar.
(Albaqarah : 153)
Terus mencoba, jangan menyerah kegagalan
hanyalah proses awal keberhasilan untuk kembali
memulai dengan cara yang lebih pintar.
(Dwi Handayani)
Anda adalah saat ini, karena itu anda inginkan.
Kalau anda ingin berbeda, maka mulai hari
berusaha untuk berubah.
(Fred Smith)
(10)
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kapabilitas Partai Politik Dan Citra Kandidat Terhadap Sikap Perilaku Pemilih Dalam Pemilu Legislatif Di Desa Margodadi Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2014”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S. selaku Pembimbing I yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingan dalam membantu penulisan skripsi ini dan Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd selaku Pembimbing II yang telah memberikan motivasi arahan, dan bimbingannya dengan penuh kesabaran dalam membantu penulisan skripsi ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
(11)
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Wakil Dekan kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
6. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
7. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd selaku Pembahas I yang telah memberikan kritik dan sarannya dalam penulisan skripsi ini.
8. Bapak Abdul Halim, S.Pd., M.Pd. selaku pembahas II atas saran dan kritiknya dalam penulisan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
(12)
atas segala bantuan yang diberikan kepada penulis.
11. Seluruh Masyarakat Margodadi Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat, yang telah bersedia menjadi responden dan membantu dalam melakukan penelitian.
12. Teristimewa untuk kedua orangtuaku tersayang, Bapak Sardiman dan Ibuku tercinta Kartini yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan pengorbanan serta iringan do’a yang tiada henti demi mengharapkan dan menantikan keberhasilanku.
13. Mbahku tersayang Srini dan Pawiro Nanik, yang selalu menasehatiku. 14. Mbakku Asna Nursyaifiah tersayang yang selalu memberi semangat, dan
mendo’akan keberhasilanku.
15. Adikku tersayang Fina Triwahyuni yang selalu memberi keceriaan dan semangat, serta do’a untukku.
16. Kakak Muqsit, Ibu Nanik, dan Pak Fuad terima kasih telah menjadi bagian dari perjuanganku.
17. Sahabat-sahabatku tercinta Ajeng, Iis, Nur, Indri, Devi, Septri, Intan, Kadek, Elva, Juanda, Wegi, Fina, Zai, Teh Leni, Nanda, Rika yang telah memberikan dukungan dan do’a atas terselesaikannya skripsi ini.
18. Sahabat-sahabat terbaikku Watik, Meita, Asna, Gustia, mba Oliv dan masih banyak teman-teman seperjuangan yang tidak bisa penulis sebutkan. 19. Kakak dan adik tingkat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
(13)
kesuksesan.
21. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.
Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, April 2015 Penulis
Dwi Handayani NPM 1113032012
(14)
Halaman
ABSTRAK ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN...iv
SURAT PERNYATAAN ... v
RIWAYAT HIDUP ... vi
PERSEMBAHAN... vii
MOTTO ... viii
SANWACANA ... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 12
C. Batasan Masalah... 13
D. Rumusan Masalah ... 13
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 14
1. Tujuan Penelitian... 14
2. Kegunaan Penelitian ... 14
a. Kegunaan Teoritis ... 14
b. Kegunaan Praktis... 14
F. Ruang Lingkup Penelitian... 15
1. Ruang Lingkup Ilmu... 15
2. Ruang Lingkup Subyek ... 15
3. Ruang Lingkup Obyek ... 16
4. Ruang Lingkup Wilayah... 16
5. Ruang Lingkup Waktu ... 16
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik... 17
1. Tinjauan Sikap Perilaku Pemilih ... 17
(15)
1. Mazhab Sosiologis... 26
2. Mazhab Psikologis... 27
3. Mazhab Rational Choice ... 30
e. Perspektif dan Orientasi Pemberian Suara... 32
2. Tinjauan Tentang Kapabilitas Partai Politik ... 37
a. Pengertian Kapabilitas ... 37
b. Pengertian Partai Politik ... 39
3. Citra Kandidat ... 44
4. Sistem Pemilu ... 47
5. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ... 51
a. Wilayah Kajian Pendidikan Politik dan Kewarganegaraan ... 53
B. Penelitian Yang Relevan ... 54
1. Tingkat Lokal... 54
2. Tingkat Nasional ... 54
C. Kerangka Pikir ... 57
D. Hipotesis... 59
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 61
B. Langkah-Langkah Penelitian ... 62
1. Persiapan Pengajuan Judul ... 62
2. Penelitian Pendahuluan ... 62
3. Pengajuan Rencana Penelitian ... 63
4. Pelaksanaan Penelitian ... 64
5. Penelitian Lapangan ... 65
C. Populasi dan Sampel ... 65
1. Populasi ... 65
2. Sampel ... 66
D. Variabel Penelitian ... 70
E. Definisi Konseptual dan Operasional ... 70
1. Definisi Konseptual ... 70
2. Definisi Operasional ... 71
F. Teknik Pengumpulan Data... 72
1. Teknik Pokok... 72
a. Angket ... 72
2. Teknik Penunjang ... 72
a. Observasi ... 72
b. Wawancara ... 73
c. Teknik Dokumentasi... 73
G.Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 73
a. Uji Validitas ... 73
b. Uji Reliabilitas... 74
H. Pelaksanaan Uji Coba Angket... 75
a. Analisis Uji Coba Angket... 75
(16)
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 83
1. Sejarah Desa Margodadi ... 83
2. Letak Administrasi ... 83
3. Luas Wilayah dan Keadaan Masyarakat Desa Margodadi ... 84
4. Kedaulatan Politik Masyarakat ... 85
B. Deskripsi Data ... 86
1. Pengumpulan Data ... 86
2. Penyajian Data... 86
C. Pengujian Hipotesis... 123
D. Pembahasan... 131
E. Keterbatasan Penelitian ...136 V. KESIMPULANDAN SARAN A. Kesimpulan ... 138
B. Implikasi Penelitian... 139
C. Saran... 141
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(17)
Tabel 1.1. Data Pemilih dan Pengguna Hak Pilih Desa Margodadi ... .. 6
Tabel 1.2. Daftar Calon Anggot Legislatif 2014... 9
Tabel 1.3. Data Rekapitulasi Perhitungan Suara Anggota Legislatif di Desa Margodadi... 11
Tabel 3.1. Daftar Pemilih Tetap Desa Margodadi.. ... ... 66
Tabel 3.2. Populasi dan Sampel ... 69
Tabel 3.3. Hasil Uji Coba Angket Untuk Item Ganjil (X) ... 77
Tabel 3.4. Hasil Uji Coba Angket Untuk Item Genap (Y)... 77
Tabel 3.5. Distribusi Antara Item Soal Kelompok Ganjil (X) Dengan Genap (Y) ... 78
Tabel 4.1. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Desa Margodadi ... 84
Tabel 4.2. Jenis Pekerjaan Penduduk Margodadi ... 85
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Sikap Perilaku Pemilih Indikator Rasional.... 88
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Sikap Perilaku Pemilih Indikator Responsif.. 91
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Sikap Perilaku Pemilih Indikator Aktif ... 94
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Sikap Perilaku Pemilih Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 ... 97
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kapabilitas Partai Politik Indikator Sosialisasi... ... 100
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Kapabilitas Partai Politik Indikator Komunikasi.... ... 103
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Kapabilitas Partai Politik Indikator Kemampuan ... ... 106
Tabel 4.10.Distribusi Frekuensi Kapabilitas Partai Politik Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 ... 109
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Citra Kandidat Indikator Persepsi ... 113
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Citra Kandidat Indikator Identitas ... 115
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Citra Kandidat Indikator Kesan... 118
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Citra Kandidat Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 ... 121
Tabel 4.15. Uji korelasi Variabel X1Terhadap Y ... 124
Tabel 4.16. Uji Persamaan Regresi Variabel X1Terhadap Y ... 124
Tabel 4.17. Uji Determinasi Variabel X1Terhadap Y ... 125
Tabel 4.18. Uji Persamaan Regresi Variabel X2Terhadap Y ... 127
Tabel 4.19. Uji Determinasi Regresi X2Terhadap Y... 128
Tabel 4.20. Uji korelasi dan determinasi variabel X1dan X2Terhadap Y.... 129
(18)
1. Surat keterangan penelitian pendahuluan 2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan
3. Keterangan telah melaksanakan penelitian pendahuluan 4. Surat keterangan izin penelitian
5. Keterangan telah melaksanakan penelitian 6. Kisi-kisi Angket
7. Angket Penenlitian
8. Distribusi Frekuensi Sikap Perilaku Pemilih Indikator Rasional 9. Distribusi Frekuensi Sikap Perilaku Pemilih Indikator Responsif 10. Distribusi Frekuensi Sikap Perilaku Pemilih Indikator Aktif
11. Distribusi Frekuensi Sikap Perilaku Pemilih Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014
12. Distribusi Frekuensi Kapabilitas Partai Politik Indikator Sosialisasi 13. Distribusi Frekuensi Kapabilitas Partai Politik Indikator Komunikasi 14. Distribusi Frekuensi Kapabilitas Partai Politik IndikatorKemampuan 15. Distribusi Frekuensi Kapabilitas Partai Politik Dalam Pemilu
16. Legislatif Tahun 2014
17. Distribusi Frekuensi Citra Kandidat Indikator Persepsi 18. Distribusi Frekuensi Citra Kandidat Indikator Identitas 19. Distribusi Frekuensi Citra Kandidat Indikator Kesan
20. Distribusi Frekuensi Citra Kandidat Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 21. Uji korelasi Variabel X1Terhadap Y
22. Uji Persamaan Regresi Variabel X1Terhadap Y 23. Uji Determinasi Variabel X1Terhadap Y 24. Uji Persamaan Regresi Variabel X2Terhadap Y 25. Uji Determinasi Regresi X2Terhadap Y
26. Uji korelasi dan determinasi variabel X1dan X2Terhadap Y 27. Uji Regresi variabel X1dan X2Terhadap Y
(19)
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 57 Gambar 4.1 Histogram Hasil Kesimpulan Sikap Perilaku Pemilih
Indikator Rasional ... 89 Gambar 4.2 Histogram Hasil Kesimpulan Sikap Perilaku Pemilih
Indikator Responsif ... 92 Gambar 4.3 Histogram Hasil Kesimpulan Sikap Perilaku Pemilih
Indikator Aktif... 95 Gambar 4.4 Histogram Hasil Kesimpulan Sikap Perilaku Pemilih
Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 (Y) ... 98 Gambar 4.5 Histogram Hasil Kesimpulan Kapabilitas Partai Politik
Indikator Sosialisasi ... 101 Gambar 4.6 Histogram Hasil Kesimpulan Kapabilitas Partai Politik
Indikator Komunikasi... 104 Gambar 4.7 Histogram Hasil Kesimpulan Kapabilitas Partai Politik
Indikator Kemampuan... 107 Gambar 4.8 Histogram Hasil Kesimpulan Kapabilitas Partai Politik
Dalam Pemilu Legislatif Tahun 2014 (X1) ... 110 Gambar 4.9 Histogram Hasil Kesimpulan Citra Kandidat Indikator
Persepsi ... 113 Gambar 4.10 Histogram Hasil Kesimpulan Citra Kandidat Indikator
Identitas ... 116 Gambar 4.11 Histogram Hasil Kesimpulan Citra Kandidat Indikator
Kesan... 119 Gambar 4.12 Histogram Hasil Kesimpulan Citra Kandidat Indikator
(20)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat dan menentukan pilihan terhadap wakil-wakilnya yang duduk di badan legislatif, juga sebagai kepala pemerintah di pusat maupun di daerah. Demokrasi juga merupakan sarana rakyat untuk mengangkat para elit politik maupun pemerintah dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Hal tersebut merupakan perwujudan bentuk kedaulatan negara ada ditangan rakyat.
Salah satu persyaratan sistem demokrasi adalah adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di badan legislatif maupun yang menjadi kepala eksekutif. Sistem pemilihan umum merupakan salah satu instrumen kelembagaan penting di dalam negara demokrasi. Demokrasi itu di tandai dengan 3 (tiga) syarat yakni: adanya kompetisi di dalam memperebutkan dan mempertahankan kekuasaan, adanya partisipasi masyarakat, adanya jaminan hak-hak sipil dan politik. Untuk memenuhi
(21)
persyaratan tersebut diadakanlah sistem pemilihan umum, dengan sistem ini kompetisi, partisipasi, dan jaminan hak-hak politik bisa terpenuhi dan dapat dilihat. Secara sederhana sistem politik berarti instrumen untuk menerjemahkan perolehan suara di dalam pemilu ke dalam kursi-kursi yang di menangkan oleh partai atau calon. Sistem pemilu di bagi menjadi dua kelompok yakni sistem distrik dan sistem proporsional.
Di Indonesia, pemilihan legislatif (DPR, DPRD I, dan DPRD II) menggunakan sistem proporsional dengan daftar terbuka. Lewat sistem semacam ini, partai-partai politik cenderung mencari kandidat yang populer sehingga punya elektabilitas yang tinggi di mata para pemilih. Daftar terbuka memungkinkan seorang kandidat mendapat contrengan lebih banyak ketimbang calon lainnya dalam partai yang sama. Bagi partai politik, populernya seorang caleg membuat pilihan pemilih terfokus kepada partainya ketimbang kepada partai-partai politik lain.
Indonesia telah menyelenggarakan 10 kali pemilihan umum. Khususnya untuk pemilihan anggota parlemen (baik pusat maupun daerah) digunakan jenis Proporsional, yang kadang berbeda dari satu pemilu ke pemilu lain. Perbedaan ini akibat sejumlah faktor yang mempengaruhi seperti jumlah penduduk, jumlah partai politik, trend kepentingan partai saat itu, dan juga jenis sistem politik yang tengah berlangsung. Pemilu dianggap sebagai bentuk paling riil dari demokrasi serta wujud paling konkret keikutsertaan partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan negara. Oleh sebab itu, sistem dan penyelenggaraan pemilu hampir selalu menjadi pusat
(22)
perhatian utama karena melalui penataan sistem dan kualitas penyelenggaraan pemilu diharapkan dapat benar-benar mewujudkan pemerintah demokratis.
Terdapat beberapa asas-asas pemilihan umum. Berdasarkan pasal 22E ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Pengertian asas pemilu adalah berarti masyarakat sebagai pemilih memiliki hak untuk memilih secara langsung dalam pemilihan umum sesuai dengan kehendak hati nurani, tanpa perantara.
Asas pemilihan umum pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan undang-undang ini berhak mengikuti pemilu. Pemilu bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaaan, dan status sosial. Bebas, setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannnya tanpa tekanan dan paksaan dari siapa pun di dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani kepentingannya serta rahasia, dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak mana pun dan dengan jalan apa pun. Pemilih memberikan suaranya
(23)
pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain, kepada siapa pun suaranya diberikan serta jujur dalam pelaksanaanya.
Setiap penyelenggaraan Pemilu agar dapat bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku bagi semua kalangan baik aparat pemerintahan, pengawas Pemilu, dan peserta Pemilu, serta semua pihak yang terkait. Di dalam penyelenggaraan Pemilu, setiap pemilih dan peserta pemilu mendapatpelakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun.
Partisipasi politik masyarakat dalam pelaksanaan pemilu legislatif merupakan kegiatan warga negara yang bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan politik. Partisipasi politik dilakukan dalam posisinya sebagai warganegara, dalam proses pemilihan pemimpin-pemimpin politik atau wakil rakyat. Indikatornya adalah berupa kegiatan individu atau kelompok dan bertujuan ikut aktif dalam ke-hidupan politik, memilih pimpinan publik atau mempengaruhi kebijakan publik. Sifat partisipasi politik ini adalah sukarela, bukan dimobilisasi oleh negara ataupun partai yang berkuasa.
Peran serta masyarakat sangat berpengaruh dalam menentukan pilihan wakil rakyatnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi politik masyarakat adalah lingkungan sosial politik tak langsung (sistem politik, ekonomi, budaya dan media massa), pengaruh lingkungan sosial politik langsung (keluarga, agama, sekolah dan kelompok pergaulan),
(24)
pengaruh faktor kepribadian, dan pengaruh faktor lingkungan sosial politik berupa situasi keadaan lingkungan pemilih.
Pada tiap-tiap daerah pemilih, masing-masing partai politik mengirimkan anggota yang diajukan sebagai calon anggota legislatif. Sebelum pelaksanaan pemilu masing-masing dari calon aggota legislatif menyajikan sosialisasi program-program kerja dalam bentuk kampanye, dengan tujuan untuk memperoleh dukungan dari masyarakat. Lama masa kampanye dilaksanakan sejak 3 hari setelah calon peserta pemilu sampai dimulainya masa tenang 3 hari sebelum atau tanggal pemungutan suara.
Pada pelaksanaan pemilu legislatif 9 April 2014 yang lalu, masing masing daerah melaksanakan proses penyiapan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan pemilu. Aktifitas ini juga dilaksanakan di daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Kecamatan Tumijajar khususnya di Desa Margodadi. Pelaksanakan pemilu legislatif untuk memilih calon-calon dari berbagai partai politik untuk mengisi kursi legislatif dalam pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Dalam partisipasi manyarakat Margodadi terdapat daftar pemilih tetap dalam partisipasi pemilu, sehingga dapat mengetahui jumlah masyarakat yang mengikuti partisipasi dalam pemilihan umum dan masyarakat yang tidak memilih.
Berdasarkan daftar pemilih tetap, dapat dilihat data pemilih dan penggunaan hak pilih dalam partisipasi pemilu masyarakat Margodadi, dapat di lihat pada tabel berikut :
(25)
Tabel 1.1. Data Pemilih dan Penggunaan Hak pilih Desa Margodadi
NO URAIAN JUMLAH
1 2 3 4
A. DATA PEMILIH
1. Pemilih terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)
LK 1949
PR 1806 JML 3755 2. Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb) /
Pengguna KTP dan KK / nama sejenis lainnya
LK 77
PR 71
JML 148
3. Jumlah Pemilih (1+2) LK 2026
PR 1877 JLM 3903
B PENGGUNA HAK PILIH
1. Pengguna Hak Pilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)
LK 1536 PR 1490 JML 3026 2. Pengguna Hak Pilih dalam Daftar
Pemilih Khusus Tambahan (DPKTb) / Pengguna KTP dan KK / nama sejenis lainnya
LK 77
PR 71
JML 148 3. Jumlah Seluruh Pengguna Hak Pilih (1+2) LK 1613
PR 1561 JML 3174 Sumber : PPS Desa Margodadi
Keterangan Tabel : LK = Laki-laki PR = Perempuan JML = Jumlah
Data di atas menunjukan jumlah pemilih tetap dan pengguna hak pilih dalam partisipasi pemilu legislatif 2014. Jika dilihat dari pemilih terdaftar dalam daftar pemilih tetap berjumlah 3903 pemilih, dalam pelaksanaan pemilu yang lalu pada tanggal 9 April 2014, partisipasi pemilu masyarakat
(26)
Margodadi menggunakan hak pilihnya, hanya berjumlah 3174 pemilih. Maka jumlah daftar pemilih tetap yang tidak menggunakan hak pilihnya dalam partisipasi pemilu legislatif, berjumlah 729 jiwa yang tidak berpartisipasi dalam pemilihan. Jumlah dari keseluruhan total perolehan suara yang digunakan pemilih tetap pada Desa Margodadi, pada tabel di atas partisipasi masyarakat sangat mempengaruhi penentuan masuk atau tidaknya calon kandidat.
Peran masyarakat dalam proses pemilu untuk menentukan pilihannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi politik masyarakat adalah lingkungan sosial politik tak langsung (sistem politik, ekonomi, budaya dan media massa), pengaruh lingkungan sosial politik langsung (keluarga, agama, sekolah dan kelompok pergaulan), pengaruh faktor kepribadian, dan pengaruh faktor lingkungan sosial politik berupa situasi keadaan lingkungan pemilih. Adapun faktor lain sebagai berikut :
Faktor-faktor yang mempengaruhi rakyat menentukan pilihan dalam pemilu legislatif antara lain faktor; orang yang dikenal dan dekat dengan rakyat, sosiologis, norma sosial, psikologis, idealisme, tingkat kecerdasan, biologis, keinginan, kehendak hati, identitas partai, kapabilitas partai politik, penampilan kandidat, citra kandidat, faktor intimidasi, dan politik uang.
(27)
Faktor-faktor di atas menjadi pengaruh penting bagi setiap karakteristik masyarakat dalam menentukan kandidat mana yang akan dipilihnya. Berdasarkan keinginan masyarakat itu sendiri, maupun mengaruh dari luar baik dalam proses sosialisasi politik maupun strategi kampanye para calon kandidat. Faktor-faktor di atas menjadi pengaruh masyarakat Margodadi dalam menentukan pilihannya pada pemilu legislatif yang lalu.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilakukan secara observasi pada tanggal 11 Oktober 2014, pukul 10.00 di Desa Margodadi, Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Dalam pelaksanaan pemilu legislatif yang lalu pada tanggal 9 Apri 2014. Dari dokumentasi KPU Kabupaten Tulang Barat, nama-nama partai politik dalam daftar calon tetap (DCT) yang berlaga dalam Pemilu legislatif yang lalu.
(28)
1.2. Daftar Calon Legislatif 2014
No Nama Partai
Politik
DPR DPD DPRD I DPRD II
P L P L P L P L
1 Partai Nasional Demokrat
4 5 3 7 3 4
2 Partai Kebangkitan Bangsa
5 4 3 7 3 5
3 Partai Keadilan Sejahtera
2 4 4 6 3 5
4 Partai Demokrasi Indonesia
Perjuangan
3 6 3 7 3 4
5 Partai Golongan Karya
4 5 6 4 3 5
6 Partai Gerakan Indonesia Raya
3 6 3 7 3 5
7 Partai Demokrat 4 5 3 6 3 5
8 Partai Amanat Nasional
3 6 3 6 3 5
9 Partai Persatuan Pembangunan
4 5 3 4 3 5
10 Partai Hati Nurani Rakyat
3 6 5 5 3 3
11 Partai Bulan Bintang 3 6 1 1 3 5
12 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
3 6 2 1 3 3
41 64 3 23 39 61 36 54
Jumlah 105 26 100 90
Sumber : KPU Kabupaten Tulang Bawang Barat
Data di atas menunjukan calon-calon legislatif yang diusulkan oleh masing-masing partai politik tidak hanya laki-laki, namun kalangan perempuan turut serta dalam pencalonan karena sesuai pasal 65 ayat (1) Undang-Undang No. 12 Tahun 2003 tentang pemilihan umum dinyatakan bahwa “Setiap partai politik peserta pemilihan umum dapan mengajukan calon anggota dewan perwakilan rakyat (DPR), dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) provinsi dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD)
(29)
Kabupaten/kota untuk setiap daerah pemilih dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30%.
Dari jumlah keseluruhan calon legislatif, KPU menentukan daerah pemilihan dari masinng-masing caleg, pada pemilu 2014 Lampung terbagi menjadi 8 dapil. Memperebutkan 85 Kursi di DPRD Provinsi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Lampung menetapkan 85 kursi di DPRD Lampung dari 8 daerah pemilihan (dapil) dalam pemilu legislatif 2014. Penetapan 8 dapil dan 85 kursi tersebut berdasarkan hasil rapat koordinasi KPU dengan partai-partai politik peserta pemilu 2014, di aula KPU Lampung, Kamis (28/02).
Kedelapan dapil tersebut : dapil I Kota Bandar lampung 11 kursi, dapil II Kabupaten Lampung Selatan (10 kursi), dapil III Kota Metro, Kabupaten Pesawaran, dan Pringsewu (11), dapil IV Kabupaten Lampung Timur (10), dapil V Lampung Tengah (12), dapil VI Lampung Utara dan Waykanan (11 kursi), dapil VII Lampung Barat dan Tanggamus (10), dan dapil VIII Tulang bawang, Tulang bawang Barat, dan Mesuji (10). Saat ini jumlah penduduk Lampung 9.586.492 jiwa, sehingga terjadi panambahan 10 kursi di DPRD Lampung menjadi 85 kursi, dari sebelumnya 75 kursi hasil pemilu 2009. Penetapan itu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu DPR, DPD, dan DPRD serta Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2013. “Berdasarkan Pasal 14 Peraturan KPU Nomor 5 Tahun 2013, maksimal alokasi kursi di setiap dapil adalah 12, termasuk untuk gabungan kabupaten /kota yang akan
(30)
menjadi dapil”. Jadi, kabupaten/kota yang alokasinya melebihi 12 kursi harus dipecah menjadi dua dapil. Partisipasi politik tidak hanya diukur dari pelaksanaan pada hari H, tetapi juga dari setiap tahapannya.
Dari rekapitulasi hasil perhitungan perolehan suara dari setiap TPS di tingkat desa dalam pemilu legislatif tahun 2014, di Desa Margodadi. Setiap partai memperoleh suara dari perhitungan setiap TPS, untuk mengetahui hasil perolehan suara setiap partai dari calon anggota legislatif. Lebih jelasnya terdapat rincian jumlah perolehan suara calon anggota legislatif pada setiap partai :
1.3. Data Rekapitulasi Perhitungan Perolehan Suara Anggota Legislatif di Desa Margodadi
NO Nama Partai Politik Jumlah Suara Anggota Legislatif
DPR DPD DPRD
I
DPRD II
1 Partai Nasional Demokrat 155 142 157
2 Partai Kebangkitan Bangsa
396 414 423
3 Partai Keadilan Sejahtera 224 311 145
4 Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
326 380 235
5 Partai Golongan Karya 248 150 133
6 Partai Gerakan Indonesia Raya
373 158 272
7 Partai Demokrat 599 622 973
8 Partai Amanat Nasional 258 258 364
9 Partai Persatuan Pembangunan
52 53 57
10 Partai Hati Nurani Rakyat 31 21 33
11 Partai Bulan Bintang 107 78 239
12 Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia
14 7 5
Jumlah 2783 2806 2594 3036
(31)
Dari Data perhitungan perolehan suara di atas, hasil pelaksanaan pemilu legislatif yang lalu 9 April 2014. Setiap partai politik memperoleh suara yang berbeda-beda, berdasarkan hasil pemilihan rakyat dari hasil jumlah gabungan TPS satu sampai sembilan. Perhitungan suara anggota suara, anggota DPD memperoleh 2806 suara, anggota DPRD provinsi sebanyak 2594, dan DPRD Kabupaten/kota sebanyak 3036 suara.
Perolehan suara di atas mempengaruhi masuk tidaknya kandidat dalam anggota legislatif. Hasil perolehan suara di atas jika dikaitkan dengan sikap perilaku pemilih pada partisipasi, banyak sekali faktor-faktor yang mepengaruhi masyarakat dalam menjatuhkan pilihannya, salah satunya baik pada kapabilitas partai politik, citra kandidat maupun pada waktu proses kampanye. Hal ini sangat berpengaruh sekali dalam memperoleh suara masyarakat pada pemilu.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka identifikasi masalah adalah sebagai berikut :
1. Partisipasi masyarakat dalam memilih wakil rakyat belum maksimal 2. Sosialisasi politik masih rendah
3. Sikap perilaku pemilih masih apatis 4. Kapabilitas partai politik
(32)
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, maka peneliti membatasi masalah pada:
1. Sikap Perilaku Pemilih 2. Kapabilitas Partai Politik 3. Citra Kandidat
D. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat pengaruh kapabilitas partai politik terhadap sikap perilaku pemilih dalam pemilu legislatif di Desa Margodadi Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2014 ? 2. Apakah terdapat pengaruh citra kandidat terhadap sikap perilaku
pemilih dalam pemilu legislatif di Desa Margodadi Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2014?
3. Apakah terdapat pengaruh kapabilitas partai politik dan citra kandidat terhadap sikap perilaku pemilih dalam pemilu legislatif di Desa Margodadi Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2014 ?
(33)
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis : 1. Pengaruh kapabilitas partai politik terhadap sikap perilaku pemilih dalam pemilu legislatif di Desa Margodadi Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2014
2. Pengaruh citra kandidat terhadap sikap perilaku pemilih dalam pemilu legislatif di Desa Margodadi Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2014
3. Pengaruh kapabilitas partai politik dan citra kandidat terhadap sikap perilaku pemilih dalam pemilu legislatif di Desa Margodadi Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2014
2.
Kegunaan Penelitiana. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini memperkaya konsep-konsep dalam ilmu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang mengkaji tentang pendidikan politik dan kenegaraan serta salah satu kajian politik dan pemerintahan, terutama berkaitan dengan orientasi politik dan perilaku politik.
b. Kegunaan Praktis
Secara praktis penelitian ini berguna untuk:
1. Bagi Guru PPkn, hasil penelitian ini berguna sebagai media bahan ajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada pokok bahasan kedaulatan rakyat dan sistem politik, serta dapat
(34)
memberikan contoh-contoh implentasi yang baik sesuai kejadian pada saat proses pemilu berlangsung.
2. Bagi Masyarakat Pemilih, dapat lebih selektif dalam memilih calon kandidat yang baik, untuk nantinya dapat memberikan wakil pemimpin yang dapat dipercaya, jangan karena ada faktor pemberian maupun imbalan.
3. Bagi Pengurus Partai Politik, untuk menambah informasi terkait strategi yang tepat untuk mempengaruhi masyarakat dalam memilih.
4. Bagi KPU, sebagai bahan koreksi dan referensi bagi KPU Kabupaten Tulang Bawang Barat
F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan khususnya wilayah kajian pendidikan politik dan kewarganegaraan.
2. Ruang Lingkup Subjek
Ruang lingkup subjek penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang telah memiliki hak pilih yang terdaftar dalam DPT di Desa Margodadi Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2014.
(35)
3. Ruang Lingkup Objek
Objek dalam penelitian ini adalah 1. Sikap perilaku pemilih
2. Kapabilitas partai politik 3. Citra kandidat
4. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup penelitian ini di laksanakan di Desa Margodadi Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawan Barat.
5. Ruang Lingkup Waktu
Ruang lingkup waktu penelitian adalah sesuai dengan dikeluarkannya surat izin penelitian oleh Dekan FKIP Universitas Lampung.
(36)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Tinjauan Sikap Perilaku Pemilih a. Pengertian Sikap
Secara umum sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya.
Menurut Berkowitz dalam Saiffudin Azwar (2013:4) “sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut.”
Menurut Gerungan dalam Mukhroni (2014: 17) mengemukakan ciri-ciri sikap sebagai berikut :
1. Attitude tidak dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu, dalam hubungannya dengan objeknya.
2. Attitude dapat berubah-ubah, karena itu attitude dapat dipelajari orang.
3. Attitude itu tidak berdiri sendiri, melainkan mempunyai hubungan tertentu terhadap objek. Dengan kata lain, attitude itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan
(37)
dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
4. Attitude dapat berkenaan dengan suatu objek saja, juga berkenaan dengan sederet objek yang serupa.
5. Attitude mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan. Sifat inilah yang membeda-bedakan attitude dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan.
Ciri-ciri di atas menunjukan bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dapat dibentuk atau dipelajari. Sikap itu tidak tetap, melainkan berubah-ubah, karena sikap dibentuk oleh komponen-komponen. Menurut Azwar (2013: 23) sikap terdiri dari 3 komponen yaitu pemikiran (kognitif), perasaan (afektif), dan predisposisi tindakan (konatif) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
a. Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau yang kontroversial.
b. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu
c. Komponen perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Sedangkan menurut Secord Backman dalam Azwar Saiffudin (2013: 5) “mendefinisikan sikap sebagai keteraturan dalam hal perasaan (afektif), pemikiran (kognitif), dan predisposisi tindakan (konatif) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.”
(38)
Dari definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa secara garis besar sikap terdiri dari komponen ide yang umumnya berkaitan dengan pembicaraan perilaku orang-orang dengan keadaan-keadaan tertentu yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
b. Pengertian Perilaku Pemilih
Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang dirasa paling disukai atau paling cocok. Secara umum teori tentang perilaku memilih dikategorikan kedalam dua kubu yaitu ; Mazhab Colombia dan Mazhab Michigan (Fadillah Putra, dalam Yongki Sapito (2012: 10). Mazhab Colombia menekankan pada faktor sosiologis dalam membentuk perilaku masyarakat dalam menentukan pilihan di pemilu. Model ini melihat masyarakat sebagai satu kesatuan kelompok yang bersifat vertikal dari tingkat yang terbawah hingga yang teratas. Penganut pendekatan ini percaya bahwa masyarakat terstruktur oleh norma-norma dasar sosial yang berdasarkan atas pengelompokan sosiologis seperti agama, kelas (status sosial), pekerjaan, umur, jenis kelamin dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk perilaku memilih. Oleh karena itu preferensi pilihan terhadap suatu partai politik “merupakan suatu produk dari karakteristik sosial individu yang bersangkutan” (Gaffar, Affan,1992 : 43 ).
(39)
Liddle dan Mujani dalam Alie Marzuki (2013: 73) mengenai perilaku pemilih , menyatakan bahwa faktor yang paling utama bagi pemilih pada pemilu legislatif dan presiden RI tahun 2004 adalah keterikatan pemilih pada individu pemimpin partai.
Newman (1999)membagi pemilih berdasarkan perilaku dalam empat segmen, yaitu :
a. Pemilih rasional, dalam pemilih yang memfokuskan perhatian pada faktor isu dalam kebijakan kontestan dalam menentukan pilihan
b. Pemilih emosional, adalah pemilih yang dipengaruhi oleh perasaan-perasaan tertentu yang ditentukan oleh faktor personalitas kandidat dalam menentukan pilihanya
c. Pemilih sosial, adalah pemilih yang mensosialisasikan kontestan pemilih dengan kelompok-kelompok sosial tertentu dalam menentukan pilihanya
d. Pemilih situasional, adalah pemilih yang dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional atau kondisi tertentu dalam menentukan pilihannya
Sedangkan Mahendara (2005) “mengatakan perilaku memilih adalah tindakan ikut serta dalam pemilih orang, partai pollitik, atau isu publik tertentu”.
“Secara teoritik ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap seseorang dalam menjatuhkan pilihannya kepada calon tertentu. Menurut Adman Nursal bahwa kualitas pemimpin merupakan “salah satu faktor yang berpengaruh dalam keputusan memilih” (2010: 4)
(40)
Faktor yang mempengaruhi perilaku pemilih menurut Malin dalam Kushartono (2010: 6) diantaranya:
1). Indentitas partai, dimana semakin solid dan mapan suatu partai politik maka akan memperoleh dukungan yang mantap dari para pendukungnya begitu pula sebaliknya, 2). Kemampuan partai dalam menjual isu kampanye. Partai status quo biasanya menjual isu-isu kemapanan dan keberhasilan yang telah mereka raih. Partai-partai politik baru biasanya menjual isu-isu “menarik” dan partai politik tersebut biasanya dianggap “bersih” terutama dari nuansa money politic, 3). Penampilan kandidat, dimana performa kandiat sangat menentukan keberhasilan kandidat.
Dalam kajian perilaku pemilih hanya ada dua konsep utama, yaitu; perilaku memilih (voting behavior) dan perilaku tidak memilih (non voting behavior). “David Moon mengatakan ada dua pendekatan teoritik utama dalam menjelaskan perilakunon-votingyaitu:pertama, menekankan pada karakteristik sosial dan psikologi pemilih dan karakteristik institusional sistem pemilu; dan kedua, menekankan pada harapan pemilih tentang keuntungan dan kerugian atas keputusan mereka untuk hadir atau tidak hadir memilih” (dalam Hasanuddin M. Saleh:2007).
Menurut Jack Plano voting behavior atau perilaku memilih adalah: “Salah satu bentuk perilaku politik yang terbuka. (2013:1)” Sedangkan menurut Haryanto (2013:1)”, Voting adalah: “Kegiatan
(41)
warga negara yang mempunyai hak untuk memilih dan di daftar sebagai seorang pemilih, memberikan suaranya untuk memilih atau menentukan wakil-wakilnya”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku pemilih adalah bentuk kegiatan seorang individu maupun kelompok dalam memberikan suaranya dalam berbagai bentuk kegiatan politik yang dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Pemberian suara kepada salah satu kontestan merupakan suatu kepercayaan untuk membawa aspirasi pribadi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kepercayaan yang diberikan, juga karena adanya kesesuaian nilai yang dimiliki arah tempat memberikan suara. Nilai yang di maksud di sini adalah preferensi yang dimiliki organisasi terhadap tujuan tertentu atau cara tertentu melaksanakan sesuatu. Jadi kepercayaan pemberi suara akan ada, jika seseorang telah memahami makna nilai yang dimiliki dalam rangka mencapai tujuan. Perilaku memilih atau voting behavior dalam pemilu adalah respons psikologis dan emosional yang diwujudkan dalam bentuk tindakan politik mendukung suatu partai politik atau kandidat dengan cara mencoblos surat suara.
c. Tipe Pemberian Suara
Pendekatan perilaku dalam studi politik telah melahirkan karya tentang tipe dan perilaku pemilih yang merupakan individu-individu yang memiliki daya seleksi. Selanjutnya Nimmo Dan dalam Arifin
(42)
Anwar (2014: 82-83) mengemukakan empat tipe dalam pemberian suara dalam pemilihan umum, yaitu: (1) tipe rasional; (2) tipe reaktif; (3) tipe responsif; dan (4) tipe aktif. Penjelasan keempat tipe tersebut disajikan berdasarkan pemaparan Nimmo (ibid) sebagai berikut.
1. Tipe rasional adalah pemberi suara yang rasional, yang sesungguhnya merupakan aksional diri, yaitu sikap yang intrinsik pada setiap karakter personal pemberi suara yang turut memutuskan pemberian suara kepada kebanyakan warga negara. Orang yang rasional: (1) selalu dapat mengambil keputusan bila dihadapkan pada alternatif; (2) memilih alternatif-alternatif secara sadar; (3) menyusun beberapa opsi dengan cara transitif; (4) selalu memilih opsi yang peringkat preferensinya paling tinggi; dan (5) selalu mengambil putusan yang sama bilamana dihadapkan kepada opsi-opsi yang sama.
Pemberi suara rasional berminat secara aktif terhadap politik rajin berdiskusi dan mencari informasi politik, serta bertindak berdasarkan prinsip yang tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga untuk kepentingan umum. Demikian juga pemberi suara rasional mampu bertindak secara konsisten dalam menghadapi tekanan dan kekuatan politik.
2. Tipe reaktif adalah pemberi suara yang memiliki keterkaitan emosional dengan partai politik. Ikatan emosional kepada partai sebagai identifikasi partai, yakni sebagai sumber utama aksi-aksi
(43)
pemberi suara yang reaktif. Identifikasi dengan partai meningkatkan citra yang lebih menguntungkan tentang catatan dan pengalamannya, kemampuan dan atribut personalnya.
Dengan demikian, identifikasi dengan partai meningkatkan tabir perseptual sehingga individu dapat melihat keuntungan bagi orientasi kepartaiannya. Semakin kuat ikatan partai itu, semakin dibesar-besarkan proses seleksi dan distori persepsinya.
3. Tipe responsifadalah pemberi suara yang mudah berubah dengan mengikuti waktu, peristiwa politik, dan kondisi sesaat. Meskipun memiliki kesetiaan kepada partai, tetapi afiliasi itu ternyata tidak mempengaruhi perilakunya dalam pemberian suara. Hubungan dengan partai politik lebih rasional ketimbang emosional.
Pemberi suara yang responsif lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor jangka pendek, terutama kepentingan dalam pemilihan umum tertentu, dibanding oleh kesetiaan jangka panjang kepada kelompok atau kepada partai politik. Jadi tipe responsif bersifat situasional.
4. Tipe aktif, adalah pemberi suara yang terlibat aktif dalam menafsirkan personalitas, peristiwa, isu, dan partai politik, dengan menetapkan dan menyusun maupun menerima, serangkaian pilihan yang diberikan. Para pemberi suara merumuskan citra politik tentang apa yang diperhitungkan oleh mereka dengan berbagai varian.
(44)
Arifin Anwar (2014: 84) menemukan di lapangan adanya satu tipe lagi, yaitu tipe transaksional, yaitu individu-individu yang mengambil keputusan dari sejumlah opsi, berdasarkan “transaksi”, berupa “hadiah” atau “fasilitas”. Meskipun simpatisan atau anggota dalam suatu partai, ia dapat memilih kandidat dari partai lain, berdasarkan transaksi yang dikenal sebagai aplikasi dari “politik uang” (money politics) yang berlangsung dalam “pasar gelap” (black market) politik. Tipe ini ternyata jumlahnya sangat banyak di Indonesia, bukan saja bisa terjadi dikalangan elit, tetapi juga dikalangan orang banyak terutama dari kalangan orang-orang miskin dan kurang pendidikan, seperti para penganggur, preman, pengamen dan banyak lagi.
Secara garis besar tipe perilaku pemilih dalam pemilihan umum dilahat dari karakteristik sikap masyarakat dimana menjadi suatu opsi pilihan dalam menentukan pilihannya berdasarkan pengarauh dari dalam maupun luar yang dapat menjadi penentu pilihannya.
d. Pendekatan Perilaku Pemilih
Menurut J Kristiadi, seperti yang dikutip oleh Yongki Sapito, (2012: 11) secara umum terdapat tiga teori tentang perilaku memilih (Voting Behavior) yang dikelompokkan ke dalam tiga mazhab besar:
(45)
1. Mazhab Sosiologis
Mazhab sosiologis menjelaskan karakteristik dan pengelompokan sosial dan merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku politik dalam pemilihan suara. Pada hakikatnya adalah pengalaman kelompok, mazhab sosiologis pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokan sosial seperti usia, jenis kelamin, agama, latar belakang, kegiatan-kegitan dalam kelompok formal dan informal memberikan pengaruh cukup signitifikan terhadap pembentukan perilaku politik.
Mengenai mazhab sosiologis, Affan Ghaffar, seperti dikutip oleh Yongki Sapito (2012: 12), menyatakan bahwa :
Mazhab sosiologis atau mazhab colombia, memandang bahwa masyarakat sebagai satu kesatuan kelompok yang bersifat hierarkis atau vertikal, yang cenderung didasarkan pada kedudukan mereka dalam masyarakat, sehingga dengan demikian masyarakat sudah terpola dengan demikian rupa, mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Kelompok-kelompok tersebut kemudian akan membentuk persepsi sikap, keyakinan, dan sikap politik dari masing-masing individu.
Sedangkan menurut Asfar Muhammad dalam Yongki Sapito (2003: 12) Pendekatan sosiologis pada dasarnya menjelaskan bahwa karakteristik sosial dan pengelompokkan-pengelompokkan sosial mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam
(46)
menentukan prilaku pemilih. Pengelompokkan seperti umur (tua,muda), jenis kelamin, agama, dan semacamnya, dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam bentuk perilaku pemilih.
Dari pengertian mazhab sosiologis di atas dapat dipahami bahwa karakteristik lingkungan sosial seperti keluarga, pekerjaan, dan teman dekat yang di dalamnya terjadi interaksi dapat mempengaruhi perilaku politik dalam memberikan suara.
2. Mazhab Psikologis
Mashab Michigan menggarisbawahi adanya sikap politik para pemberi suara yang menetap. Teori ini didasari pada konsep sikap dan sosialisasi politik (kampanye) sikap seseorang sangat mempengaruhi perilaku politik, sikap itu terbentuk melalui sosialisasi yang berlangsung sejak lama bahkan bisa jadi sejak seorang calon pemilih telah menerima pengaruh politik dari orang tuanya, baik dari komunikasi langsung maupun pandangan politik yang dideskripsikan orang tuanya. Sikap tersebut menjadi lebih mantap ketika menghadapi pengaruh berbagai kelompok acuan seperti, kelompok pekerjaan, kelompok pengajian dan kelompok sebagainya. Proses panjang sosialisasi itu kemudian membentuk ikatan yang kuat dengan partai politik atau organisasi kemasyarakatan lainnya. Ikatan seperti inilah yang disebut dengan identifikasi partai.
(47)
Affan Ghaffar seperti yang dikutip Yongki Sapito, (2012: 15) mengatakan bahwa: Mazhab Michigan’s memandang bahwa masyarakat dalam menentukan pilihannya pada suatu proses pemilihan umum lebih banyak dipengaruhi oleh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sendiri yang semuanya merupakan akibat dari hasil proses sosialisasi politik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil pengertian bahwa proses sosialisasi politik yang di alami masyarakat menjadi pandangan bahwa, suatu sosialisasi apabila berjalan lancar dan dapat menyentuh hati masyarakat maka dalam proses politik selanjutnya akan diterima dengan hasil yang sesuai.
Pendekatan ini menggunakan dan menggunakan konsep psikologis, terutama konsep sikap dan sosialisasi untuk menjelaskan prilaku memilih. Pendekatan psikologis menganggap sikap sebagai variabel sentral dalam menjelaskan prilaku politik. Hal ini disebabkan oleh fungsi sikap itu sendiri, dan menurut Greenstein ada tiga fungsi yang mendasarinya (Asfar Muhammad, dalam Yongki Sapito, (2012: 15)
Pertama, sikap merupakan fungsi kepentingan, artinya penuaian terhadap suatu objek diberikan berdasarkan motifasi, minat dan kepentingan, orang tersebut. Kedua, sikap merupakan fungsi penyesuaian diri.
(48)
Artinya seseorang bersikap tertentu sesuai dengan kepentingan orang itu untuk sama atau tidak sama dengan tokoh yang disegani atau kelompok panutan. Ketiga, sikap merupakan upaya yang mungkin terwujud mekanisme atau pertahanan (defence mekanisen) dan eksternalisasi suatu proyeksi, rasionalisme idealisme, dan identifikasi.
Berdasarkan pemaparan di atas maka indikator Mazhab Psikologi adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi partai
Konsep ini merujuk pada persepsi pemilih atas partai-partai yang ada atau keterkaitan psikologis pemilih terhadap partai tertentu. Konkretnya, partai yang secara emosional dirasakan sangat dekat dengannya merupakan partai yang dipilih tanpa terpengaruh oleh faktor-faktor lain. Selain itu masih ada keterkaitan antara pemilih : Terhadap keluarga terutama orang tua, dalam hal ini partai yang selalu dijunjung oleh keluarga maka dia unjung pula. Artinya pemilih melihat orang yang dipilih dengan mengindentifikasi dari partai yang di ikuti oleh orang tuanya.
b. Ketokohan
Kandidat yang dirasakan cukup dekat dengan pasti dia akan memilih kandidat tersebut atau seorang tokoh yang sangat disegani pasti akan menjadi pedoman baginya untuk memilih. Tokoh dalam hal ini yaitu pemimpin-pemimpin partai atau tokoh-tokoh nasional
(49)
yang relatif dikenal secara nasional. Konsep ini relatif independen untuk menarik massa untuk memilih partai dimana seorang calon tersebut merupakan tokoh partai tertentu. Masyarakat memilih partai tidak hanya karena daya tarik itu sendiri, tetapi lebih karena adanya tokoh-tokoh pemimpin partai.
3. Mazhab Rational Choice
Pendekatan rasioanal berkaitan dengan perubahan pola pikir masyarakat, yakni orientasi isu dan orientasi kandidat. Orientasi isu berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sosial, ekonomi, dan politik tertentu yang konstektual dengan pemilihan umum bersangkutan terutama peristiwa dramatis. Sementara itu pendekatan rasional sebagai kandidat bisa didasarkan sebagai kedudukan informasi, prestasi dan popularitas pribadi bersangkutan dalam berbagai bidang seperti organisasi, kesenian, olahraga, dan politik.
Pendekatan rasional mengantarkan pada kesimpulan, bahwa para pemilih benar-benar rasional, para pemilih melakukan penilaian yang valid terhadap tawaran partai. Berdasarkan tindakan komunikasi, Nimmo (2012: 18) menggolongkan pemilih ini sebagai pemberi suara yang rasional. Pemilih rasional itu mewakili motivasi, prinsip, pengetahuan, dan pendapat informasi yang cukup, tindakan mereka bukanlah faktor kebetulan atau kebiasaan,
(50)
bukan untuk kepentingan sendiri, melainkan untuk kepentingan umum menurut pikiran dan pertimbangan logis.
Sementara Nimmo dalam Yongki Sapito (2012:18) ciri-ciri pemberian suara yang rasional meliputi 5 hal :
1. Dapat mengambil keputusan jika dihadapkan pada alternatif 2. Dapat membandingkan apakah sebuah alternatif lebih disukai,
sama saja atau lebih rendah dibandingkan dengan alternatif lain
3. Menyusun alternatif dengan cara transitif, jika a lebih disukai daripada b dan b lebih baik daripada c, maka a lebih disukai daripada c
4. Memilih alternatif yang tingkat prefensinya lebih tinggi
5. Selalu mengambil keputusan yang sama bila dihadapkan pada alternatif yang sama.
Sangat jarang sekali pemilih rasional memenuhi syarat-syarat di atas, hal ini disebabkan karena tidak ada insentif yang memadai untuk mencari informasi yang maksimal sebagai input untuk mengambil keputusan, jika pemilih memang menyerap informasi tetapi mereka tidak mencari dan mengelola informasi dengan aktif. Mereka mendapatkan informasi sebagai produk sampingan dan berbagai aktivitas sehari-hari, mereka tidak memiliki informasi yang cukup dan mereka juga tidak memiliki waktu untuk memeriksa akurasi informasin yang diserapnya. Situasi seperti inilah yang di postulatkan oleh popkin sebagaihukum Low Information Rationaliti
(51)
(rasionalitas berdasarkan informasi terbatas) atau Get Rationaliti (logika perut).
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diambil indikator dari Mazhab Rational Choice dalam Yongki Sapito (2012: 19) :
a. Orientasi kandidat
Kandidat secara faktual adalah bagian penting dari proses pelaksanaan pemilu. Melihat dari kualitas, kapasitas, integritas, dan akuntanbilitas kandidat yang tampil pemilu akan sangat mempengaruhi pemilih dalam menetukan pilihannya. Selain itu secara rasional masyarakat juga menginginkan calon yang memiliki program-program yang ditawarkan demi kesejahteraan masyarakat.
b. Media
Peran media sangat berpengaruh bagi pemilih untuk menetukan pilihannya. Program-program yang ditawarkan baik melalui media televisi, koran, ataupun radio dapat dengan mudah diakses oleh pemilih. Dengan adanya iklan-iklan partai yang terus menerus dapat mempengaruhi serta memberikan gambaran bagi pemilih siapakah calon yang layak mereka pilih.
e. Perspektif dan Orientasi Pemberi suara
Faktor-faktor yang membuat individu pemberi suara menyaring semua pengaruh dari luar itu antara lain, keyakinan politik atau ideologi, persepsi politik, motifasi politik, sikap politik, dan dorongan politik. Meskipun demikian semua faktor khalayak itu
(52)
dalam menentukan pilihannya dapat dirangkum dalam dua konsep yaitu, perspektif dan persepsi.
Perspektif menurut Fisher dalam Arifin (2014: 86) adalah sudut pandang bagi individu yang menjadi kerangka acuan dalam menilai, menanggapi dan menindaki sesuatu yang berasal dari luar dirinya. Sedangkan persepsi Menurut Rakhmat (2014: 86) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Justru itu, perspektif dan persepsi sangat ditentukan oleh faktor personal para pemberi suara.
Dan Nimmo dalam Arifin (2014: 86) menyebutkan tiga hal sangat penting dalam mempersepsi komunikasi tentang isu dan kandidat yang diterima selama kampanye yaitu atribut, perspektif, dan persepsi pemberi suara.
Atribut sosial dan demografi menerangkan juga tentang perspektif pemberi suara terutama menyangkut citra diri politik. Citra diri politik menurut Nimmo (2014: 86) “mencangkup: (1) citra diri partisan, (2) citra diri kelas, (3) citra diri ideologis, dan (4) citra diri jabatan yang ideal”.
Citra diri partisan, yaitu melakukan pemberian suara tanpa terpengaruh oleh isu, kandidat, dan peristiwa. Sebagai partisan partai, ia memberikan suaranya kepada partai tersebut. Sedang citra diri kelas, yaitu pemberi suara yang mengacu kepada kelas sosial tempat
(53)
mereka mengindentifikasikan diri dan menganggap dirinya sebagai anggotanya, seperti kelas atas, kelas menengah, dan kelas bawah. Selanjutnya citra diri ideologi menunjukan bahwa para pemilih memberikan suaranya kepada partai atau kandidat yang sesuai dengan ideologi politiknya (ibid).
Pemberian suara akan menjatuhkan pilihannya kepada kandidat sesuai dengan citra diri jabatan ideal baginya. Pada umumnya pemilih mencari sifat abstrak seperti: kedewasaan, kejujuran, kecerdasan kesunguhan, kegiatan dan energi. Hal itu merupakan gabungan dari sifat kepahlawanan politik. Dengan kata lain, pemilih akan mencari pahlawan politik untuk dipilih menduduki jabatan tertentu seperti: presiden, gubernur, dan anggota parlemen (ibid)
Persepsi khalayak terhadap partai dan kandidat yang akan dipilih, menurut Nimmo (2014: 87) ditentukan juga oleh citra partai, citra kandidat dan isu politik dalam kampanye. Citra partai adalah apa yang dipercaya dan diharapkan tentang apa yang dilakukan oleh partai. Setiap orang dapat saja mengindentifikasi dirinya dengan partai tertentu, meskipun ia tidak menyukai apa yang dilakukan oleh partai itu. Dengan kata lain, citra partai secara efektif akan memainkan peranan sebagai penengah yang menerjemahkan apa yang berlangsung dalam lingkungan politik ke dalam makna para pemberi suara dalam pemilu (ibid).
(54)
Teori tentang perilaku memilih yang dikemukakan oleh Richard R. Lau dan David P. Redalawsk dalam Yongki Sapito (2012: 20) dalam bukunya “How Voter Decide”. Dalam bukunya mereka mengenalkan 5 faktor penentu pilihan politik yaitu faktor Affect referral, Endorsement, Familiarity, Habit, Viability.
1. Affect Referral
Pengaruh rujukan di sini yang dimaksud adalah jika pemilihan umum di ikuti oleh beberapa kandidat maka pemilih akan cenderung memilih seorang calon yang cukup familiar bagai mereka dengan menggunakan rujukan, bahwa kandidat yang sudah pernah mengikuti pemilihan umum yang sebelumnya walaupun jenis pemilihannya berbeda, apakah itu pemilihan legislatif atau eksekutif, maka kandidat calon itulah yang akan mereka pilih.
Jadi, pemilih memiliki memory dan sudah mengenal salah satu kandidat melalui pemilihan-pemilihan umum sebelumnya hal inilah yang menjadi rujukan pemilih untuk memilih salah satu kandidat calon.
2. Endorsement
Pendekatan endorsement ini sedikit mirip dengan pendekatan sosiologis yang di kemukakan Kristiadi, akan tetapi hal ini sangat berbeda, Kristiadi J membagi pendekatan sosiologis menjadi dua aspek yaitu karakteristik sosial dan kelompok sosial, sedangkan
(55)
Richard R. Law dan David P. Redalawsk hanya melihat dari aspek kelompok.
Mereka berpendapat bahwa seseorang memilih kandidat calon karena adanya saran atau masukan dari orang-orang terdekat baik itu keluarga ataupun teman dekat, kemudian juga bisa dipengaruhi oleh kepercayaan seorang pemilih terhadap salah satu elit politik yang mendukung salah satu kandidat calon.
3. Familiarity
Jika pemilih dihadapkan oleh beberapa kandidat calon maka pemilih akan lebih cenderung memilih calon yang sudah tidak asing lagi bagi mereka, jadi pemilih akan memilih kandidat calon yang sudah mereka kenal maka ia akan memilih kandidat calon yang ia kenal walaupun kandidat calon tersebut sama atau sedikit lebih unggul dari calon-calon lainnya
4. Habit
Pemilih melakukan pemilihan berdasarkan kebiasaannya. Kebiasaan disini adalah kebiasaan memilih partai tertentu jadi pemilih tersebut sudah biasa memilih partai tertentu di pemilihan-pemilihan sebelumnya. Kebiasaan ini biasa berasal dari kebiasaan diri sendiri atau kebiasaan yang ditularkan oleh keluarga.
(56)
5. Viability
Walaupun pelaksanaan pemilihan belum dilaksanakan akan tetapi biasanya masyarakat telah memiliki pendapat atau pandangan kandidat mana yang memiliki peluang paling besar untuk menang, hal inilah yang dimaksud oleh faktor Viability, pemilih bisa menilai calon yang berpeluang menang bisa dari berbagai sudut pandang misalkan karena calon memiliki kekayaan yang banyak, jaringan calon yang luas, karena pekerjaan.
2. Tinjauan Tentang Kapabilitas Partai Politik a. Pengertian Kapabilitas
Kapabilitas merupakan keefektifan kemampuan seseorang dalam melakukan segala macam pekerjaan. Yang artinya kemampuan merupakan dasar dari seseorang tersebut melakukan sebuah pekerjaan secara efektif dan tentunya efisien. Kapabilitas merupakan sebuah kapasitas yang dimiliki oleh setiap individu untuk melakasanakan tugasnya.
Arti kapabilitas atau kapabel adalah mampu; cakap; pandai; sanggup atau menurut definisi yang dikemukakan oleh Baker dan Sinkula (2005), “Capabilities are bundles of more specific skills, procedures, and processes that can leverage resources into competitive advantage.”. (Kapabilitas adalah kumpulan keterampilan yang lebih spesifik, prosedur, dan proses yang dapat memanfaatkan sumber daya ke keunggulan kompetitif). Dengan demikian, kapabilitas adalah
(57)
kemampuan atau kesanggupan yang dapat membuat sumber daya menjadi keunggulan bersaing.
Firmanzah dalam Alie Marzuki (2013: 72-71) mengungkapkan kemampuan atau kapabilitas orang atau kandidat merupakan faktor yang menentukan bagi masyarakat dalam memilih partai politik atau kandidat. Hal yang sama seperti yang diungkapkan oleh Fuholim dalam Marzuki Alie (2013: 73) bahwa candidate credibility merupakan salah satu faktor penting dalam political campaign. Selanjutnya Krap dalam Alie Marzuki (2013: 73) berpendapat bahwa peran seseorang pemimpin dan anggota dalam partai politik sangat penting, karena dapat memberikan gambaran dan petunjuk singkat tentang kualitas partainya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kapabilitas partai politik merupakan suatu kemampuan partai politik dalam mengelola suatu organisasi politik yang sudah terorganisir terhadap program-program kerja seperti sosialisasi jika suatu organisasi dalam mengelola partai dapat berjalan dengan baik, maka dapat memberikan gambaran dan petunjuk singkat tentang kualitas partainya.
(58)
b. Pengertian Partai Politik
UU No.2 Tahun 2008 tentang partai politik yang berbunyi,
Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Partai politik diartikan secara loggar oleh Giovani Sartori dalam Arifin (2014: 189) yaitu “kelompok kepentingan apa saja yang ikut serta dalam pemilihan umum dan mampu menempatkan orang-orangnya dalam jabatan-jabatan politik. “Sejalan dengan itu Ichlasul Amal dalam Arifin (2014: 190) menulis bahwa partai politik merupakan suatu kelompok yang mengajukan calon-calon bagi jabatan publik untuk dipilih oleh rakyat sehingga dapat mengontrol atau memengaruhi tindakan-tindakan pemerintah.”
Sebuah partai politik yang memiliki citra politik yang baik akan memberikan pengaruh yang positif terhadap warga negara atau publik sebagai khalayak komunikasi politik, agar memberikan suaranya dalam pemilihan umum yang demokratis, jujur, dan adil Arifin (2014: 191)
“Partai politik sebagai suatu golongan rakyat yang tersusun yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan penggunaan kekuasaan hak memberikan suara bertujuan untuk mengawasi pemerintah dan melaksanakan politik untuk mereka," Salton dalam Busroh, Daud (2008: 155).
(59)
Secara umum dapat disimpulkan bahwa partai politik merupakan suatu perkumpulan masyarakat yang terorganisir yang melakukan kinerja politik, secara teratur berdasarkan program kerja untuk merebut kekuasaan secara berkala dalam pemilu.
1. Syarat-Syarat Pendirian Partai Politik
Untuk dapat mendirikan partai Politik baru maka perlu untuk tahu akan syarat yang harus dipenuhi sesuai pasal 2 UU No 2 tahun 2011 tantang Partai Politik yaitu :
1) Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh paling sedikit 30 (tiga puluh) orang warga negara Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau sudah menikah dari setiap provinsi.
(1a) Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didaftarkan oleh paling sedikit 50 (lima puluh) orang pendiri yang mewakili seluruh pendiri Partai Politik dengan akta notaris.
(1b) Pendiri dan pengurus Partai Politik dilarang merangkap sebagai anggota Partai Politik lain.
2) Pendirian dan pembentukan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyertakan 30% (tiga puluh perseratus) keterwakilan perempuan.
3) Akta notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) harus memuat AD dan ART serta kepengurusan Partai Politik tingkat pusat.
(60)
Pasal 3 UU no 2 tahun 2011 berbunyi
1) Partai Politik harus didaftarkan ke Kementerian untuk menjadi badan hukum.
2) Untuk menjadi badan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Partai Politik harus mempunyai:
a. akta notaris pendirian Partai Politik;
b. nama, lambang, atau tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, atau tanda gambar yang telah dipakai secara sah oleh Partai Politik lain sesuai dengan peraturan perundangundangan; c. kepengurusan pada setiap provinsi dan paling sedikit 75% (tujuh puluh lima perseratus) dari jumlah kabupaten/kota pada provinsi yang bersangkutan dan paling sedikit 50% (lima puluh perseratus) dari jumlah kecamatan pada kabupaten/kota yang bersangkutan;
d. kantor tetap pada tingkatan pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sampai tahapan terakhir pemilihanumum; dan
rekening atas nama Partai Politik
Tujuan partai politik menurut UU No.2 Tahun 2008, memiliki 7 unsur yakni:
1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
(61)
2. Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjujung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
4. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia
5. Meningkatkan partisipasi poltik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik pemerintahan
6. Memperjuangkan cita-cita Partai Politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan
7. Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Klasifikasi Partai Politik (ibid:196)
Dari beberapa pengamatan terdapat partai partai yang ada, partai-partai tersebut dapat diklasifikasikan menurut :
1) Jumlah dan fungsi anggotanya 2) Sifat dan orientasi tersebut
Menurut jumlah dan fungsi anggotanya dikenal :
1) Partai massa, yaitu partai yang selalu mendasarkan kekuatanya pada jumlah anggotanya.
2) Partai kader, partai yang mementingkan loyalitas dan disiplin anggotanya. Tidak perlu jumlahnya banyak yang kalau perlu loyal dan disiplin.
(62)
Undang- Undang Republik Indonesia nomor 31 Tahun 2002 tentang pembentukan partai politik Pasal 2 berbunyi;
1) Partai Politik didirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) orang warga negara Republik Indonesia yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun ke atas dengan akta notaris.
2) Akta notaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memuat anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta kepengurusan tingkat nasional.
3) Partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didaftarkan pada Departemen Kehakiman dengan syarat:
a. memiliki akta notaris pendirian partai politik yang sesuai dengan Undang-Undnag Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya;
b. mempunyai kepengurusan sekurang-kurangnya 50% (lima puluh persen) dari jumlah provinsi, 50% (lima puluh persen) dari jumlah kabupaten/kota pada setiap provinsi yang bersangkutan, dan 25% (dua lima puluh persen) dari jumlah kecamatan pada setiap kabupaten/kota yang bersangkutan;
c. memiliki nama, lambang, dan tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang dan tanda gambar partai politik lain; dan
(63)
3. Citra Kandidat
Citra kandidat (candidate personality) dikemukakan Nursal dalam Putra Adhie (2009 : 31) yaitu mengacu pada sifat-sifat pribadi yang penting yang dianggap sebagai karakter kandidat.
Citra kandidat atau seseorang tentang politik menurut Nimmo Dan dalam Arifin (2014: 23-24) terjalin melalui pikiran, Perasaan, dan kesucian subyektif akan memberi kepuasan baginya dan memiliki paling sedikit tiga kegunaan. Pertama, memberi suara pemahaman tentang peristiwa politik tertentu. Kedua, kesukaan atau ketidaksukaan umum kepada citra seseorang tentang politik menyajikan dasar untuk menilai objek politik. Ketiga, citra diri seseorang dalam cara menghubungkan diri dengan orang lain.
Citra politik seseorang atau kandidat akan membantu dalam pemahaman penilaian, dan mengidentifikasi peristiwa, gagasan, tujuan, atau pemimpin politik Arifin (2014: 24). Citra politik yang melekat dibenak individu-individu itu akan tersimpan dalam kesadaran kolektif rakyat, sehingga semua perilaku partai politik terutama yang disiarkan berulang-ulang oleh media massa atau media sosial tidak akan terhapus begitu saja. Demikian juga rakyat bukan saja merupakan khalayak dalam komunikasi politik, melainkan juga sebagai komunikator dalam model komunikasi timbal balik, sehingga dapat memberikan penilaian sebagai pesan kepada setiap partai dan setiap politikus Arifin (2014: 25)
(64)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa citra kandidat merupakan strategi pencitraan melalui komunikasi politik dalam menghubungkan citra diri seseorang atau kandidat melalui rakyat yang menimbulkan kesan, persepsi yang relatif permanen terhadap politikus selaku komunikator politik.
a. Pengertian Citra
Firmazah (2010: 230-231) mengemukakan bahwa image (citra) dapat menguat atau melemah, luntur, dan hilang, dalam sistem kognitif masyarakat. Selain itu image (citra) terkait juga dengan identitas, sehingga image dan identitas tidak dapat dipisahkan. Citra biasa juga diartikan sebagai cara anggota organisasi melihat kesan atau persepsi yang ada dibenak orang. Hal itu sangat berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap pesan yang menyentuhnya dan merangsangnya. Citra yang melekat dan tersimpan dibenak seseorang itu tidak selamanya identik dengan kenyataan yang sesungguhnya. Demikian juga citra dapat merefleksikan hal yang tidak nyata atau imajinasi yang mungkin tidak sama dengan realitas empiris, sehingga citra adalah dunia persepsi kita Walter Lippman (1969) menyebutnya picture in our head Arifin (2014: 19)
Citra memiliki empat bentuk. Baudrillard dalam Arifin (2014: 19) menyebutkan keempat bentuk itu, ialah: (1) representasi dimana citra merupakan cermin suatu realitas; (2) ideologi di mana citra menyembunyikan dan memberikan gambaran yang salah akan realitas; (3) citra menyembunyikan bahwa tidak ada realitas; dan (4) citra tidak memiliki sama sekali hubungan dengan realitas apapun(ibid).
(1)
139
Kapabilitas partai politik dan citra kandidat yang baik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap perilaku pemilih semakin pengaruhnya dapat memberikan hal yang baik dan bermanfaat pada masyarakat, dalam partisipasi pada pemilu legislatif, maka semakin baik pula dalam mendapat perolehan suaranya, dengan demikian masyarakatlah yang menentukan setiap pilihan yang mereka inginkan berdasarkan pengaruh dari luar maupun dalam.
B.
Implikasi Penelitian1. Peningkatan Kapabilitas Partai Politik
Dari kesimpulan atau hasil penelitian menujukkan bahwa semakin baik kapabilitas partai politik maka semakin baik sikap perilaku pemilih, oleh karena itu untuk meningkatkan sikap perilaku pemilih perlu adanya upaya pengamatan kapabilitas partai politik dengan cara sebagai berikut: a. Partai politik mampu memahami karakteristik masyarakat pemilih
sehingga dalam proses penyampaian dapat berjalan secara efektif. b. Membuat isu politik yang positif, sehingga bisa mempengaruhi
masyarakat dalam memilih dengan cara menunjukkan bukti hasil kerja nyata yang diperoleh dari hasil kerja sebelumnya, yaitu keberhasilan partai politik dalam hasil pembangunan yang sudah terealisasikan ke masyarakat.
c. Rekrutmen anggota calon kandidat yang cakap, pandai, jujur yang berdedikasi tinggi sehingga sosok atau figur ini dapat mempengaruhi sikap perilaku pemilih.
(2)
140
2. Peningkatan Citra Kandidat
Dari kesimpulan atau hasil penelitian menujukkan bahwa semakin baik citra kandidat maka semakin baik sikap perilaku pemilih, oleh karena itu untuk meningkatkan sikap perilaku pemilih perlu adanya upaya pengamatan citra kandidat dengan cara sebagai berikut:
a. Menanamkan citra positif kandidat, karena akan membantu dalam pemahaman penilaian, persepsi dan mengidentifikasi sehingga masyarakat dapat terpengaruh dalam memilih. Pemilih lebih menyukai untuk memilih kandidat yang memiliki citra positif.
b. Membuat kesan dan keyakinan terhadap kredibilitas dan daya tarik fisik yang baik, dimana persepsi masyarakat, menyeleksi informasi-informasi yang diperoleh, sehingga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memilih.
c. Pemasaran poliik pada kampanye menggunakan strategi yang tepat dengan membangun citra yang baik di mata konsumen atau masyarakat pemilih. Sehingga dapat mengingat kembali yang kuat tentunya akan menguntungkan kandidat yang berarti mempunyai kelayakan dan kemampuan untuk dipilih menjadi pemimpin.
(3)
141
C. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan yang sudah dikemukakan, maka peneliti dapat mengajukan saran sebagai berikut:
1. Kepada Masyarakat Pemilih, agar dapat lebih selektif dalam memilih calon kandidat yang baik, untuk nantinya dapat memberikan wakil pemimpin yang dapat dipercaya, jangan karena ada faktor pemberian maupun imbalan.
2. Kepada Pengurus Partai Politik, agar dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat pada masyarakat sebagai agen penting dalam pendidikan dan sosialisasi politik, serta dapat memperbaiki strategi yang tepat untuk diterima pada masyarakt yang dapat mempengaruhi masyarakat dalam memilih
3. Kepada KPU, agar dapat lebih matang dalam evaluasi, sebagai bahan koreksi, serta lebih memaksimalkan dalam penyelenggaraan, mampu memberikan ketegasan dan netral dalam pelaksanaan pemilihan umum, sehingga dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan peraturan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Arifn, Anwar. 2014. Politik Pencitraan Pencitraan Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Alie, Marzuki. 2013. Pemasaran Politik Era Multipartai. Jakarta: Ekspose PT Mizan Publika.
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, Saiffudin. 2013. Sikap Manusia Teori Dan Pengkurannya. Yogyakarta.: Pustaka Pelajar
Almond ,Gabriel. Verba, Sidney.1984 (penerjemah: Simamora, Sahat ). Budaya Politik. Jakarta,:Bina Aksara.
Aziz, Wahab, Abdul dan Sapriya. 2011. Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta
Baker, and Sinkula, William.E. James.M. 2005. Market Orientation And The New Product Paradox. Journal Product Development And Manajement Association vol. 22. No. 6PP. 483 502.
Bakry, Noor Ms. 2010.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Beetham, David and Boyle Kevin. 2000. Introduction Democracy: 80 Questions
and Aswers, alih bahasa demokrasi:80 Tanya-jawab. Yogyakarta: Kanisius
Busroh, Daud. 2008.Ilmu Negara.Jakarta: Bumi Aksara
Budiarjo, Miriam, 2008,Dasar-dasar Ilmu Politik,, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
David, Moon C., King, and Matland, Richard E., 2003, Sex And The Grand Old Party (An Experimental Investigation of the Effect of Candidate Sex on Support for a Republican Candidate), American Politics Research (Vol.31, No.6, Nov.2003, hal. 595–612), Harvard University
(5)
Fuholin, Elisa. “Image of Substance? Candidate of Campaign? A case Study of a Presidential Election Campaign in Finland,” Corporate Communication: An International Journal, 6(3), 2001, hlm. 124-130.
Fahmi, Khairul. 2011.Pemilihan Umum Kedaulatan Rakyat. Jakarta: Rajawali pers.
Ghaffar, Affan, Javanese Voters: a Case Study of Election under a Hegemonic Party Sistem,(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1992)
Haryanto, Warsono. 2013. Spektrum Teori Sosial: Dari Klasik Hingga Postmodern. Deltabuku
Ibid.
Jack C Plano and Roy Olton. 2013. Internasional Relation Dictionary. Holt and Winston. New York
Kristiadi, 1993,Pemilihan Umum dan Perilaku Pemilih (Disertasi), hal. 23
Karp, J.A., Vowless, J., Banducci, S.A., dan Donovan, T., “Strategic voting, party activity, and candidate effect: testing explanations for split voting in New
Zealand’s new mixed system” Electoral Studies, 21(1), 2002, hlm.1-22 Kushartono, Toto, 2006, Perilaku Pemilih di Kabupaten Sukabumi (Studi Kasus
Perilaku Pemilih pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Sukabumi secara Langsung Tahun 2005 di Kecamatan Pelabuhanratu, Cisaat dan Jampangkulon Kabupaten Sukabumi, Thesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Lilleker, Darren G. (2006). Key Concepts In Political Communication. Sage Publications : London
Matias Iaryczower and Andrea Mattozzi, “Ideology and Competence in Alternative Electoral Systems”, Paper, Division of Humanities and Social Sciences, California Institute of Technology, Pasadena, California, July 9, 2008.
M, Saleh, Marzuki. 2007. Belajar Untuk Pembangunan Masyarakat: Sejarah, Teori dan Prinsipnya.Malang: FIP UM
Miranto, Ricke.2014. Fenomena Partisipasi Politik Warga Binaan Pada a. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Tanjung Pinang Dalam Pemilu Legislatif.Tanjung Pinang, Universitas Maritim Raja Haji
Mahendra, A.A.Oka. 2005. Pemilu Pilkada 2005 Pilkada Ditengan Konflik Horizontal.Jakarta: Milenium Publisher
Muchi, Achmad dkk. 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Universitas Gunadarma
(6)
Mukhroni. 2014. Sikap masyarakat Terhadap Program-Program Calon Anggota DPRD Kabupaten Pringsewu Dalam Pemilu 2014. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Newman (1999) dalam bukunya yang lain,The Mass Marketing of
Politics, Democracy in Age of Manufacture Image, menegaskan bahwa setiap individu dalam perannya sebagai pemilih, selalu berusaha untuk melihat secara utuh sang kandidat.
Nimmo, Dan. 2006. Komunikasi Politik (Komunikator, Pesan dan Media). Bandung: Remadja Posdakarya.
Nursal,op.cit
Nursal, Adman, 2012,Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu, , Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Nohlen, Dieter "Electoral Systems" dalam Lynda Lee Kaid and Christina Holtz-Bacha, Encyclopedia of political communication, (California: Sage Publications, 2008)
Noris, Pippa, 2005, Political and Parties and Democracy in Theoretical and Practical Prespectives : Development in Party Communicatins,The National Democratic Institute for Internasional Affair, Washington,DC. Rahman. 2007.Sistem Politik Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rakhmat, Jalaludin. 2014. Catatan Kang Jalal Visi Media, Politik Dan Pendidikan:PT.Remaja Rosdakarya
Samsuri. 2011. Pendidikan Karakter Warga Negara. Yogyakarta: Diandra Pustaka Indonesia
Somantri, N,M. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan Ips. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Subiakto, Henry. Ida, Rachmah. 2012. Komunikasi Politik, Medi, dan Demokrasi.Jakarta: Kencana
Sapito, Yongki. 2012. “Faktor-Yaktor Yang Mempengaruhi Perilaku memilih Masyarakat Pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Mesuji 2011”.(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung
Sudjana. 2005.Metode Statistika.Bandung: Tarsito