59
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. HASIL PENELITIAN
1. Latar Belakang Larangan Pemilikan Hak Milik Atas Tanah Oleh WNI
Keturunan Tionghoa di Daerah Istimewa Yogyakarta.
a. Pengaturan Tanah Di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki keistimewaan dibandingkan propinsi-propinsi di Indonesia yang lain.
Keistimewaan dari DIY yang menonjol adalah terkait dengan penetapan kepala daerahnya, berbeda dengan propinsi-propinsi lainnya yaitu dengan melakukan
pemilihan kepala daerah. Selain itu salah satu keistimewaan yang dimiliki DIY adalah terkait dengan
pengaturan tanahnya. Tanah di DIY sejak awal menjadi wewenang kasultanan yang dikenal dengan Sultan Ground dan Paku Alaman Ground, yang aturannya juga dibuat
oleh kasultanan. Ada yang menarik terkait dengan pengaturan tanah di DIY ini, bahwa di
Indonesia pada tahun 1960 telah mengundangkan dan memberlakukan UUPA yang digunakan sebagai dasar pengaturan agraria di Indonesia. Tetapi pada saat
diundangkannya dan diberlakukannya UUPA tersebut, DIY tetap menggunakan pengaturan tanahnya sendiri.
Barulah tepatnya sejak 1 April 1984 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA mulai diberlakukan
sepenuhnya di DIY seperti propinsi-propinsi lainnya di Indonesia. Pemberlakuan UUPA di DIY tersebut dengan dikeluarkannya “Keputusan Presiden No. 33 Tahun
60
1984 tentang Pemberlakuan Sepenuhnya Undang- Undang No. 5 Tahun 1960 di DIY”
dan “Peraturan Daerah DIY No. 3 Tahun 1984 tentang Pelaksanaan Berlakunya Undang-
Undang No. 5 Tahun 1960 di DIY”. Sebelum berlakunya UUPA DIY memiliki peraturan-peraturan agrarianya
sendiri untuk mengatur pertanahan. Tetapi peraturan-peraturan itu telah dinyatakan tidak berlaku lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah DIY No.3 Tahun 1984
tentang Pelaksanaan Berlaku Sepenuhnya Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 di Propinsi DIY.
Peraturan-peraturan agraria yang dahulu digunakan untuk mengatur urusan pertanahan di DIY sebelum berlakunya UUPA adalah:
a.
Rijksblad
Kasultanan tahun 1918 Nomor 16 dan
Rijksblad
Paku Alaman tahun 1918 Nomor 18.
b.
Rijksblad
Kasultanan tahun 1928 Nomor 11 jo tahun 1931 Nomor 2 dan
Rijksblad
Paku Alaman tahun 1928 Nomor 13 jo tahun 1931 Nomor 1. c.
Rijksblad
Kasultanan tahun 1925 Nomor 23 dan
Rijksblad
Paku Alaman tahun 1925 Nomor 25.
d. Undang-Undang No. 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa
Yogyakarta,
jo.
Undang-Undang No.19 Tahun 1950
jo.
Undang-Undang No. 9 Tahun 1955.
e. Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 5 Tahun 1954 tentang Hak Atas
Tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta. f.
Peraturan Daerah isitmewa Yogyakarta No. 10 Tahun 1954 tentang Pelaksanaan “Putusan” Desa mengenai peralihan hak andarbe
erfelijk individicol beziterecht
dari Kalurahan dan hak anggo turun-temurun atas tanah
individucol
g
ebruika recht
dan perubahan jenis tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
g. Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 11 Tahun 1954 tentang Peralihan
hak milik perseorangan turun-temurun atas tanah
erfelijk individicol beziterecht
.
61
h. Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 12 Tahun 1954 tentang Tanda
yang sah bagi milik perseorangan turun-temurun atas tanah
erfelijk individucol beziterecht
. i.
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 5 Tahun 1960 tentang Jumlah tetempuh uang wajib untuk tanah yang diberikan dengan Hak Bangunan dan
Hak Milik. j.
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 11 Tahun 1960 jo Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 2 Tahun 1962 sepanjang mengenai Susunan
Organisasi, Tata Kerja dan Formasi Dinas Agraria Daerah Istimewa Yogyakarta.
k. Surat Keputusan Dewan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor
2D. Pem.DUPPenyerahan: tanggal 6-1-1951. l.
Surat Edaran Gubernur DIY No.K.898A1975, hal : Penyeragaman Policy pemberian hak atas tanah kepada seorang WNI Non Pribumi.
m. Keputusan Presiden No. 33 Tahun 1984 tentang Pemberlakuan Sepenuhnya
Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 di DIY. n.
Peraturan Daerah DIY No. 3 Tahun 1984 tentang Pelaksanaan Berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 di DIY.
Isi pengaturan dari beberapa peraturan pertanahan yang dahulu digunakan di DIY sebelum berlakunya UUPA tersebut antara lain, adalah:
1
a.
Rijksblad
Kasultanan 1925 No. 23 tanggal 30 September 1925 dan
Rijksblad
Paku Alaman 1925 No. 25, pada dasarnya memuat hal-hal yang sama yang dimuat dalam
Rijksblad
Kasultanan 1918 No. 16 dan
Rijksblad
Paku Alaman No. 18. Hanya saja, dalam
Rijksblad
tahun 1925 ini terdapat sedikit penambahan dan perubahan tentang yaitu:
1
Blog: Tri Widodo H Utomo, Hukum Pertanahan Di Yogyakarta Sebelum dan Sesudah 1984, Senin 3 Mei 2010.
62
1. Istilah,
Rijksblad
lama memakai istilah hak
anggadhuh
sedang
Rijksblad
baru memakai istilah hak
anda rbe.
Akan tetapi dalam istilah asing keduanya memiliki pengertian yang sama yaitu
inlandsbezitsrecht
. 2.
Ketentuan bahwa semua tanah di wilayah yang telah diorganisir yang nyata-nyata dipakai rakyat diberikan kepada kalurahan baru dengan
inlandsbezits-recht
pasal 3
Rijksblad
lama, ditambahi ketentuan bahwa semua tanah didalam batas-batas kota Yogyakarta yang selamanya
dipakai penduduk asli untuk perumahan atau pertanian, jika tidak termasuk wilayah kalurahan diberikan dengan hak andarbe kepada orang
yang menurut pendapat pemerintah berhak untuk menerima hak andarbe itu pasal 1
Rijksblad
baru. 3.
Rijksblad
Kasultanan 1925 No. 23 juga menambahkan aturan baru yang melarang kalurahan menjual atau mengalihkan hak
anda rbe
, kecuali setelah memperoleh ijin Patih Kerajaan dan persetujuan Residen
Yogyakarta pasal 2. 4.
Dalam hal penjualan atau pengalihan hak
anda rbe
atau hak pakai serta menyewakan tanah
kepada bukan bangsa Indonesia
untuk ditanami sayuran, bunga-bunga dan sebagainya, dilarang. Perjanjian yang isinya
mengenai penjualan, pengalihan dan penyewaan tanah, dianggap tidak sah pasal 6.
b. Undang-Undang No. 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa
Yogyakarta
jo.
Undang-Undang No. 19 Tahun 1950
jo.
Undang-Undang No. 9 Tahun 1955, Pasal 4 ayat 1 mengatur bahwa DIY diberi wewenang untuk
mengatur daerahnya sendiri menyangkut beberapa bidanghal, salah satunya bidang hukum pertanahan.
c. Perda No. 5 Tahun 1954 tentang Hak Atas Tanah di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Mengatur:
63
1. Hak atas tanah yang terletak di kalurahan diatur dan diurus oleh kalurahan
setempat
beschikkingsrecht
, kecuali yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Peningkatan status hak pakai turun temurun
erfelijk individueel gebruiksrecht
menjadi hak milik perseorangan turun temurun
erfelijk individueel bezitsrecht
. Setiap warga negara Indonesia yang memiliki tanah berdasar hak milik perseorangan ini harus mempunyai tanda hak
milik yang sah, dan hak milik atas tanah ini bila dalam waktu 10 tahun berturut-turut tidak dipergunakan
geabandoneerd
oleh pemiliknya dan bila 20 tahun lagi tidak ada ketentuan dari yang berhak, dianggap batal
Pasal 4. 3.
Dengan pengesahan Pemerintah Pemerintah kabupaten, kalurahan berwenang mengadakan peraturan tentang pembatasan luas tanah yang
dapat dimiliki seseorang atau peraturan tentang peralihan hak yang bersifat sementara Pasal 5. Sedang Pasal 6 menyatakan bahwa kalurahan
sebagai badan hukum mempunyai hak milik atas tanah yang disebut tanah desa. Tanah desa ini dipergunakan sebagai tanah lungguh, tanah pension,
untuk kepentingan umum serta untuk kas desa sendiri. 4.
Perihal peralihan hak atas tanah maka Pasal 8 tidak diperkenankan dan menurut hukum tidak sah
van rechtswegenietig
, perbuatan-perbuatan: -
Peralihan hak atas tanah tersebut Pasal 4 ayat 1 langsung atau tidak langsung kepada bukan warga negara Republik Indonesia.
- Mengadakan perjanjian-perjanjian yang bermaksud menyewakan atau
memberikan kesempatan untuk mempergunakan tanah tersebut Pasal 4 ayat 1 untuk perusahaan pertanian kecil langsung atau tidak langsung
kepada bukan warga negara Republik Indonesia. d.
Untuk memenuhi persyaratan adanya tanda hak milik yang sah sebagai diatur dalam Perda No. 5 Tahun 1984, dikeluarkanlah Perda No. 12 Tahun 1954.
Pasal 1 mengharuskan agar tanda yang sah bagi hak milik perseorangan turun
64
temurun atas tanah dibuat menurut model D yang diberikan oleh Jawatan Agraria DIY atas nama Dewan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta, dan
jika tanda hak milik ini hilang, duplikatnya dapat diminta dengan harga yang ditetapkan oleh Dewan Pemerintah DIY.
Untuk mendapatkan tanda hak milik seperti itu para pemilik tanah dipungut biaya oelh Pemerintah DIY sedikitnya Rp. 5’- dan sebanyak-banyaknya Rp.
75,- didasarkan atas luas dan jenis tanahnya Pasal 2, dan sebelum tanda hak milik model D dapat diberikan, kepada pemilik tanah diberi tanda hak milik
sementara menurut model E Pasal 6. e.
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta No. 184KPTS1980. Keputusan Gubernur ini mengatur perihal : adanya
perkembangan keadaan, maka beberapa ketentuan dalam Perda no. 12 Tahun 1954 diubah sebagai berikut :
1. Pasal 2 yang mengatur mengenai biaya untuk mendapatkan tanda hak
milik model D, Keputusan Gubernur menetapkan biaya antara Rp. 2500,- sd Rp. 10.000,- tergantung luas dan jenis tanah.
2. Pasal 6 dan penjelasannya yang pada pokoknya menetapkan untuk
sementara bahwa berlaku model E tanda hak milik sementara, peraturan yang baru mewajibkan kepada mereka yang masih memiliki tanda hak
milik model E segera menggantinya dengan tanda hak milik model D. 3.
Lampiran V yang menetapkan bentuk formulir D. f.
Kemudian dikeluarkan Perda No. 11 Tahun 1954 yang mengatur tentang prosedur peralihan hak milik perseorangan turun temurun atas tanah. Perda
No. 11 Tahun 1954 ini menentukan bahwa: 1.
Peralihan hak milik perseorangan turun temurun atas tanah diputus oleh Dewan Pemerintah Daerah Kalurahan, kemudian dikirim ke Kapanewon
dan setelah diberi pertimbangan atau diketahui Panewu diteruskan ke Kabupaten untuk disahkan Pasal 1.
65
2. Apabila peralihan hak diatas mengandung suatu perkara, maka dalam
tindakan pertama diputuskan oleh DPRD Kalurahan dan Dewan Perwakilan Rakyat Kalurahan Pleno, kemudian dikirim ke Kapanewon
untuk dipertimbangkan atau diketahui oleh Panewu, kemudian diteruskan ke DPD kabupaten untuk dipertimbangkan, dan diteruskan lagi kepada
Dewan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk diberikan keputusan. Dalam hal ini Dewan Pemerintah DIY dapat menyerahkan
kekuasaannya kepada Jawatan Agraria DIY Pasal 2. 3.
Untuk keperluan peralihan hak milik atas tanah, Kalurahan diberi kekuasaan memunggut biaya administrasi sebesar Rp. 5,- dan pulasi
setinggi-tingginya 5 dari harga tanah, kecuali peralihan hak yang bersifat warisan dibebaskan dari biaya pulasi Pasal 4.
4. Peralihan hak milik perseorangan turun temurun atas tanah yang
menyimpang dari peraturan ini, menurut hukum tidak sah dan akan dikenakan hukuman paling lama selama satu bulan atau denda paling
banyak Rp. 100,- barang siapa: -
Berhak menerima peralihan didalam urusan warisan. -
Memberikan atau menerima hak selain warisan, didalam hal peralihan hak milik perseorangan turun temurun yang menyimpang dari
peraturan ini, dan satu bulan setelah diperingatkan oleh Lurah Desa, masih juga belum menepati peraturan.
g. Perda No. 10 tahun 1954 tentang Pelaksanaan “Putusan” Desa mengenai
peralihan hak andarbe
erfelijk individicol beziterecht
dari Kalurahan dan hak anggo turun-temurun atas tanah
individucol
g
ebruikarecht
dan perubahan jenis tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Peralihan hak seperti ini dilaksanakan oleh Pamong Kalurahan bersama DPR kalurahan, bila peralihan tersebut mengandung suatu perkara,
maka dilaksanakan oleh DPR, kalurahan, Ketua, Wakil Ketua, Penulis Majelis
66
Desa dan Pamong Kalurahan dengan mendengarkan keterangan lisan atau tertulis dari pihak-pihak yang bersangkutan.
Jadi desa mempunyai wewenang yang sama besar dalam masalah pertanahan, termasuk peralihan hak atas tanah. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa sampai dengan tahun 1984 Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT di wilayah DIY bisa dikatakan tidak berfungsi. Pada saat itu PPAT
hanya menangani tanah-tanah yang dulu merupakan bekas hak barat. h.
Surat Edaran Gubernur DIY No.K.898A1975, hal : Penyeragaman Policy pemberian hak atas tanah kepada seorang WNI Non Pribumi.
Guna penyeragaman policy pemberian hak atas tanah dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta kepada seorang warga negara Indonesia non Pribumi ,
dengan ini diminta: apabila ada seorang warga negara Indonesia non Pribumi membeli tanah hak milik rakyat, hendaknya diproseskan sebagaimana biasa,
ialah dengan melalui pelepasan hak, sehingga tanahnya kembali menjadi tanah Negara yang dikuasai langsung oleh Pemerintah Daerah DIY dan
kemudian yang berkepentingan melepaskan supaya mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah DIY untuk mendapatkan suatu hak.
i. Bahwa sesuai pernyataan Pemerintah Daerah DIY untuk memberlakukan
UUPA secara penuh di DIY agar dalam pelaksanaannya dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu dengan Keputusan Presiden No. 33 Tahun
1984 tentang Pemberlakuan Sepenuhnya Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 di DIY. yang mengatakan: UUPA dan peraturan pelaksananya, dinyatakan
berlaku sepenuhnya untuk seluruh wilayah propinsi DIY. j.
Pemerintah Daerah DIY mengeluarkan Peraturan Daerah DIY No. 3 Tahun 1984 tentang Pelaksanaan Berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 di
DIY, yang mengatur: 1.
Pengurusan agraria yang semula sebelum berlaku UUPA di DIY berdasarkan wewenang otonomi beralih menjadi wewenang dekonsentrasi
setelah berlakunya UUPA di DIY.
67
2. Demi adanya keseragaman kesatuan dan kepastian hukum maka perlu
ditinjau kembali dan tidak diberlakukan
Rijksblad-Rijksblad
, peraturan- peraturan daerah, dan peraturan perundang-undangan lainnya yang
mengatur tentang keagrariaan di Propinsi DIY sehingga hanya peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat yaitu
Undang-Undang Pokok Agraria UUPA dan aturan pelaksanaannya yang berlaku di DIY.
3. Dengan berlakunya UUPA di DIY, maka segala ketentuan peraturan
perundang-undangan yang dikeluarkan berdasarkan kewenangan otonomi DIY yang mengatur tentang agraria dinyatakan tidak berlaku lagi, antara
lain: -
Rijksblad
Kasultanan tahun 1918 Nomor 16 dan
Rijksblad
Paku Alaman tahun 1918 Nomor 18.
-
Rijksblad
Kasultanan tahun 1928 Nomor 11 jo tahun 1931 Nomor 2 dan
Rijksblad
Paku Alaman tahun 1928 Nomor 13 jo tahun 1931 Nomor 1.
-
Rijksblad
Kasultanan tahun 1925 Nomor 23 dan
Rijksblad
Paku Alaman tahun 1925 Nomor 25.
- Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 5 Tahun 1954 tentang Hak
Atas Tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta. -
Peraturan Daerah isitmewa Yogyakarta No. 10 Tahun 1954 tentang Pelaksanaan “Putusan” Desa mengenai peralihan hak andarbe
erfelijk individicol beziterecht
dari Kalurahan dan hak anggo turun-temurun atas tanah
individucol
g
ebruika recht
dan perubahan jenis tanah di Daerah Istimewa Yogyakarta.
- Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 11 Tahun 1954 tentang
Peralihan hak milik perseorangan turun-temurun atas tanah
erfelijk individicol beziterecht
.
68
- Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 12 Tahun 1954 tentang
Tanda yang sah bagi milik perseorangan turun-temurun atas tanah
erfelijk individucol beziterecht
. -
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 5 Tahun 1960 tentang Jumlah tetempuh uang wajib untuk tanah yang diberikan dengan Hak
Bangunan dan Hak Milik. -
Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 11 Tahun 1960 jo Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta No. 2 Tahun 1962 sepanjang
mengenai Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Formasi Dinas Agraria Daerah Istimewa Yogyakarta.
- Surat Keputusan Dewan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
Nomor 2D. Pem.DUPPenyerahan: tanggal 6-1-1951.
b. Larangan Pemilikan HM Oleh WNI keturunan Tionghoa.