Teknologi Penggergajian Teknologi Pengeringan

141 tersebut digunakan. Kondisi kayu yang paling aman untuk dipergunakan adalah kondisi kayu kering udara, karena pada kondisi ini dimensi kayu sudah stabil dan tahan terhadap perusak biologis. Di Indonesia kadar air kayu dalam kondisi kering udara berkisar antar 10 – 18 Kadir, 1973. Selain sifat fisisnya, untuk keperluan bahan bangunan, perlu diperhatikan pula sifat mekanis kayu. Sifat mekanis yang sering digunakan sebagai acuan dalam perencanaan suatu struktur bangunan antara lain modulus slastisitas MOE, modulus patah MOR, keteguhan tekan sejajar serat dan keteguhan geser. Sifat fisis dan mekanis kayu selain dipengaruhi oleh jenis kayu dan umur pohon, juga dipengaruhi oleh bagian batang gubal dan teras. Sifat fisis dan mekanis beberapa jenis kayu dari hutan rakyat dapat dilihat pada Lampiran 1. V. PENGEMBANGAN KAYU RAKYAT UNTUK BAHAN BANGUNAN Kayu dari hutan rakyat seperti halnya kayu dari hutan tanaman, yaitu berdiameter kecil, sebagian besar merupakan kayu muda, untuk mengolahnya menjadi bahan bangunan diperlukan beberapa teknologi antara lain :

A. Teknologi Penggergajian

Teknologi penggergajian yang diterapkan dan dipakai oleh masyarakat untuk mendapatkan ukuran sortimen biasanya menggunakan pola pembelahan satu sisi live sawing , yaitu pola dengan irisan gergaji pada permukaan lebar kayu gergajian menyinggung lingkaran tahun. Pola ini menghasilkan papan tangensial yang tidak sebanding pada arah radial dan tangensialnya. Pola penggergajian lain ialah system perempatan quarter sawing, yaitu pola dengan irisan gergaji membentuk sudut tegak lurus atau hampir lurus dengan lingkaran tahun, yang menghasilkan papan radial yang lebih stabil dimensinya. Hasil penggergajian dolok mangium dengen teknik konvensional pada dolok dengan diameter rata –rata 22,4 cm dan panjang 257,5 cm adalah 39,60 Rachman dan Balfas, 1993 dalam Malik et.al., 2000. Sedangkan dengan penggunaan teknik penggergajian dengan simulasi program komputer dalam penentuan posisi pembelahan pertama terbaik, rendemen tersebut meningkat 12,4 Rachman, 1994 dalam Malik 142 et.al ., 2000, sedangkan Ginoga 1999 dalam Malik et.al. 2000 dari rata panjang dolok 259 cm dan diameter rata-rata 21,5 cm, diperoleh rendemen 53,57. Rendemen gergajian kayu mimba sampai menjadi kusen rata-rata 38.

B. Teknologi Pengeringan

Pengeringan kayu dengan memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber panas memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan, terutama pada industri kecil atau pengrajin yang kemampuan modal, tenaga kerja serta bahan baku kayu yang diolah terbatas dan tidak menentu. Alat pengering kayu lainnya ialah kombinasi energi surya dan energi lain dari tungku untuk 3 kapasitas kayu basah, yaitu kapasitas maksimum 1,5 m 3 , 3 – 4 m 3 dan 6 – 8 m 3 . Hasil percobaan pengeringan alami lima jenis kayu andalan Jawa Barat menunjukkan bahwa kayu pulai kongo, mahoni dan suren termasuk agak cepat mengering, sedangkan kayu kibawang dan salamander agak lambat mongering. Untuk percobaan pengeringan suhu tinggi, maka suhu dan kelembaban minimum-maksimum yang diperkenankan untuk kayu pulai kongo dan mahoni 70-95°C dan 29-75; kibawang 65-88°C dan 29-78; salamander 58-83°C dan 27-82; suren 65-90°C dan 29-78 Basri dan Hadjib, 2004.

C. Teknologi Pengawetan