Identifikasi Potensi Kecerdasan dan Bakat Istimewa
Model kurikulum bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa- 2007
10
Dari pelaksanaan pengembangan yang dilakukan Puskur program ini mengalami 2 kali
perubahan, yang pertama pengembangan diarahkan sebagai pedoman yaitu pedoman penyusunan KTSP PKBI yang bersifat umum, sedangkan yang ke dua ialah pedoman itu
diarahkan harus dapat dilaksanakan disuatu sekolah tertentu, sehingga kalau ditanya , sekolah mana yang menerapkannya, dan bagaimana bentuk pelaksanaannya dapat diamati
langsung pada sekolah uji coba tersebut. Permasalahan pertaman ialah terletak pada proses pengembangan yang tidak konsisten, dimana hal ini membuat proses pengembangan
menjadi tidak begitu efektif dan memecah konsentrasi dari konsentrasi target pertama diubah banting stir berubah arah menjadi konsentrasi pencapaian target kedua.
Sementara target ke dua berupa implementasian di SMAN 2 Bandung sangat berbeda dengan target pertama dimana lebih memerlukan upaya dan kerja yang lebih besar dengan
konsekwensi dana yang besar juga, sementara itu dana yang disediakan Puskur tidak mengakomodasi terhadap perubahan besar itu. Perubahan besar sudah tentu akan terjadi di
sekolah uji coba , masa peralihan dari satu tujuan yaitu sekolah regular biasa menjadi dua tujuan menggabungkan regular dengan program PKBI kemudian sekolah tentu
direpotkan dengan menggabungkan ke dua program ini. Perbaikan pedoman yang menjadi arah pengembangan semula menjadi terbengkalai dan difokuskan kepada sekolah uji coba.
DIsini terlihat bahwa perencanaan besar Pusat Kurikulum tidak terprogram dengan baik. Seharusnya ketika kebijakan baru ditetapkan oleh Kepala Pusat segera dilakukan juga
amandemen pendanaan secara menyeluruh di kantor atau apapun bentuk perubahan strategi pendanaan itu. Hal ini mengakibatkan secara system implementasiuji coba
berjalan setengah-setengah, padahal dalam suatu system semua komponen pengembangan seharusnya bergerak secara terpadu dan dalam suatu harmoni kerja yang dinamis dan
terukur. Penguatan-penguatan karakteristik PKBI hanya dilakukan lebih pada dokumen dan belum menyentuh tataran implementasi sesungguhnya. Sisi sisi pengelolaan,
administrasi, pendanaan demi bergulirnya terus system KTSP PKBI di SMAN 2 Bandung belum secara nyata dibangun, bahkan Pusat Kurikulum belum melakukan tinjauan
langsung di sekolah yang bersangkutan. Telah disarankan pada pimpinan Puskur untuk meninjau langsung ke sekolah agar dapat melihat dan memahami situasi apapun yang ada
di SMAN 2 Bandung , dan hal itu telah disepakati oleh Ka Puskur sendiri. Permasalahan lain yang muncul ialah sejauh apa sekolah mau dan kemudian mampu meng
“update” program PKBI dan perangkatnya yang berlangsung itu agar tetap solid dalam pelaksanaannya dan mampu memberikan terobosan-terobosan baru dalam penyelesaian
masalah yang beragam dan unik yang pasti akan muncul, hal ini akan muncul terus ketika sekolah berkembang baik dari segi substansi dan metoda keberbakatannya. Dinamika
dalam gambar di atas dilakukan oleh Pusat Kurikulum, setelah ini digelindingkan seyogyanya proses pengembangan semacam diatas terus dkembangkan. Akses sekolah
terhadap informasi harus senantiasa dibuka terus menerus. Dalam proses pengembangan ini seharusnya dilakukan semacam evaluasi yang menyeluruh dari semua kegiatan yang
berlangsung di tahun 2007. Harus diakui banyak hal yang tidak dapat dilakukan dalam perioda ini , karena dinamika perubahan kebijakan sangat berpengaruh pada strategi dan
penyediaan dana dimana satu dan lainnya saling menentukan.