Sebagai kelanjutan dari tujuan penelitian maka penelitian ini diharapkan dapat mendatangkan suatu manfaat bagi pembaca dan orang lain secara tidak
langsung. Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran dan pengetahuan terhadap Ilmu Hukum pada umumnya dan
Ilmu Hukum Acara Pidana pada khususnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi instansi-instansi terkait yang berkaitan dengan objek
yang diteliti.
D. Keaslian Penulisan
Dalam menyusun skripsi ini pada prinsipnya penulis membuatnya dengan melihat dasar-dasar yang telah ada baik melalui literatur yang penulis peroleh dari
perpustakaan dan dari media massa baik cetak maupun elektronik yang akhirnya penulis tuangkan dalam skripsi ini serta ditambah lagi dengan riset penulis ke
lapangan dan penulis langsung melakukan wawancara dengan pihak yang berkompeten.
Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa pernah ada mahasiswa yang menulis
tentang rekonstruksi yakni ;
Universitas Sumatera Utara
Sugito010221016, ’Peranan Rekonstruksi Dalam Pembuktian Perkara Pidana yang Dilakukan Oleh Penyidik Studi Kasus
pada Wilayah Hukum Polres Labuhan Batu’. Namun, baik dari judul maupun permasalahan yang dibahas dalam skripsi
ini berbeda dengan yang telah ada sebelumnya, sehingga penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul ’Pelaksanaan Rekonstruksi Perkara Pidana Dalam
Proses Penyidikan Studi di Polres Deli Serdang ’ adalah asli tulisan penulis.
E. Tinjauan Kepustakaan 1.Pengertian Rekonstruksi dan Sejarah Rekonstruksi
a. Pengertian Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah penyusunan kembali ataupun usaha untuk memerikasa kembali kejadian yang sebenarnya terhadap suatu delik yang
dilakukan dengan mengulangi kembali peragaannya sebagaimana kejadian yang sebenarnya. Hal ini dilakukan baik oleh penyidik ataupun oleh hakim untuk
memperoleh keyakinan.
6
Dalam Bahasa Belanda rekonstruksi disebut sebagai reconstructie yang berarti pembinaan\pembangunan baru; pengulangan suatu kejadian. Misalnya
polisi mengadakan rekonstruksi dari suatu kejahatan yang telah terjadi untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai jalannya kejahatan tersebut.
7
6
Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1989, h.88
7
J.C.T Simorangkir, Kamus Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, h.144
Sedangkan dalam bahasa Inggris Rekonstruksi disebut sebagai reconstruction
Universitas Sumatera Utara
yang artinya ” the act of reconstructing; something reconstructed, as a model or a reenactment of past even”.
8
Rekonstruksi merupakan salah satu tekhnik pemeriksaan dalam rangka penyidikan, dengan jalan memperagakan kembali cara tersangka melakukan
tindak pidana atau pengetahuan saksi, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang terjadinya tindak pidana tersebut dan untuk menguji
kebenaran keterangan tersangka atau saksi sehingga dengan demikian dapat diketahuai benar tidaknya tersangka tersebut sebagai pelaku dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan Rekonstruksi.
9
b. Sejarah Rekonstruksi
Rekonstruksi pidana yang kemudian akrab disebut sebagai adegan rekonstruksi kejahatan merupakan wilayah baru dalam studi hukum pidana yang
kemudian menjadi populer pada tahun 1990 an. Rekonstruksi melibatkan penggunaan metode ilmiah, penalaran logis, sumber informasi pada orang,
kriminologi dan viktimologi serta pengalaman atau keterampilan untuk menafsirkan suatu peristiwa pidana.
10
Rekonstruksi pada mulanya dikenal di negara anglo saxon yang kemudian diikuti oleh negara-negara lainnya. Rekonstruksi perkara pidana di negara anglo
Rekonstruksi perkara pidana lahir dari praktek lapangan yang dijalankan oleh aparat penegak hukum yang kemudian menjadi suatu hukum kebiasaan di
kalangan penegak hukum.
8
Macquarie Library, The Macquarie Dictionary, Australia,1985, h.1420
9
SK KAPOLRI No.Pol. Skep1205IX2000 Tentang Himpunan juklak dan Juknis Tentang Proses Penyidikan Tindak Pidana , tanggal 11 September 2000, h.230
10
O’Connor, Rekonstruksi Logika, http:www.ditomoconnor.com32103210Lect02.htm
diakses pada tanggal 10 Oktober 2010
Universitas Sumatera Utara
saxon berbeda pengertiannya dengan pemeragaan suatu perbuatan pidana. Perbedaan tersebut terlihat pada proses pelaksanaannya, pemeragaan perbuatan
pidana umumnya dilaksanakan didepan sidang pengadilan dengan disaksikan oleh juri, hakim, pengacara tersangka dan pihak penuntut sedangkan rekonstruksi
perkara pidana dilaksanakan oleh pihak kepolisian dapat juga dilakukan oleh detektif dengan langsung melakukan reka ulang di tempat kejadian perkara
pidana.
11
3. Jenis-Jenis Rekonstruksi
Di Indonesia sendiri rekonstruksi perkara pidana juga lahir melalui praktek yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam hal ini pihak penyidik.
Rekonstruksi adalah suatu tehknik yang diterapkan pada tingkat penyidikan suatu kasus guna menilai kebenaran keterangan yang telah diperoleh dari tersangka dan
saksi-saksi.
Jenis-jenis rekonstruksi perkara pidana yang sering dilaksanakan di negara Anglo Saxon antara lain yakni :
12
a. Rekonstruksi kecelakaan lalu lintas
b. Rekonstruksi tindak pidana tertentu
c. Rekonstruksi bukti fisik tertentu
Pemeriksaan rekonstruksi perkara pidana seperti tersebut di atas umumnya dilakukan dengan memeriksa hal-hal sebagai berikut, antara lain:
11
Newslatter MAFS, Crime Scene Reconstruction, http:crimeandclues.com...48…
introduction-to-crime-scene-reconstruction diakses pada tanggal 10 Oktober 2010
12
Brent Turvey, Crime Scene Analysis, http:criminalprofiling3.blogspot.com...crime-
scene-analysis-reconstruction.html diakses pada 04 Oktober 2010
Universitas Sumatera Utara
a. Darah dan analisis pola darah stain, yang meliputi ;
1. Identitas korbanpelaku 2. Posisi dan lokasi korban
3. Posisi dan lokasi pelaku 4. Gerakan oleh korbanpelaku di TKP
5. Identifikasi lokasi kejadian 6. Jumlah pukulan yang dilakukan
7. Jenis senjata yang digunakan b.
Dokumen, yang meliputi ; 1. Dokumen yang rusak sobekan kertas
2. Tulisan yang samar
c. Senjata, yang meliputi ;
1. Lintasan
2. Tembakan jarak jauh 3.
Posisi dan lokasi korban 4.
Posisi dan lokasi pelaku 5.
Urutan tembakan 6.
Arah tembakan 7.
Kemungkinan luka yang dibuat sendiri dengan sengaja 8.
Identifikasi senjata yang digunakan d.
Bukti fisik sidik jari, sepatu, jejak ban kendaraan, yang meliputi;
1. Identitas korbanpelaku
Universitas Sumatera Utara
2. Posisi korbanpelaku di tempat kejadian
3. Sidik jari pelaku 4. Jejak sepatu pelaku
5. Jejak ban dan posisi kendaraan
Namun di Indonesia tidak dikenal jenis-jenis rekonstruksi seperti pada negara anglo saxon. Rekonstruksi dalam prakteknya dilaksanakan hanya pada
perkara pidana tertentu yang menurut pihak penyidik perlu untuk dilakukan reka ulang kejadiannya. Pada umumnya rekonstruksi digelar untuk tindak pidana yang
mengakibatkan hilangnya nyawa orang seperti pada kasus pembunuhan atau juga penganiyayaan berat.
4. Pengertian Perkara Pidana