Strategi Pengembangan Usaha Pembibitan Domba (Studi Kasus pada Peternakan Tawakkal, Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor)

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBIBITAN DOMBA

(Studi Kasus pada Peternakan Tawakkal, Desa Cimande,

Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor)

SKRIPSI

ANDINA AVIKA HASDI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(2)

RINGKASAN

Andina Avika Hasdi. D14080083. 2012. Strategi Pengembangan Usaha Pembibitan Domba (Studi Kasus pada Peternakan Tawakkal, Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing utama : Ir. Dwi Joko Setyono, MS Pembimbing anggota : Dr. Ir. Moh. Yamin, M.Agr.Sc

Salah satu subsektor peternakan yang berpeluang untuk dikembangkan adalah peternakan domba. Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi manusia maka akan meningkatkan kebutuhan daging sebagai sumber pangan. Cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan melakukan pembibitan. Salah satu peternakan yang telah memulai usaha pembibitan adalah peternakan domba Tawakkal. Usaha ini masih tergolong baru sehingga memerlukan strategi pengembangan usaha pembibitan agar lebih berkembang dan bertahan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha pembibitan domba di Peternakan Domba Tawakkal dan menyusun strategi yang tepat untuk mengembangan usaha pembibitan domba di Peternakan Domba Tawakkal.

Penelitian dilaksanakan di Peternakan Domba Tawakkal yang terletak di Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor dengan menggunakan metode studi kasus. Data yang digunakan adalah data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara, dan menggunakan kuisioner serta data sekunder yang diperoleh dari literatur perpustakaan, buku, jurnal, skripsi maupun data lainnya. Metode pengolahan data yang digunakan adalah dengan menggunakan Analisis Deskriptif, Matriks IFE dan EFE, dan Matriks SWOT.

Perkawinan dilakukan secara alami tanpa menggunakan inseminasi buatan. Domba yang tidak birahi tidak bisa dipaksakan kawin sehingga lamanya pejantan dikandang kawin yaitu 2x siklus birahi atau sekitar 35 hari. Pembibitan yang dilakukan adalah sekitar 60 hari sesudah induk beranak, induk tersebut akan dikawinkan kembali sehingga dalam 2 tahun, domba akan beranak 3 kali. Berdasarkan analisis faktor-faktor internal dan eksternal di usaha pembibitan domba Tawakkal, Faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan terbesar pada usaha pembibitan ini adalah bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik, menggunakan induk dan pejantan yang bagus, kandang dan lokasi peternakan yang bersih dan tidak bau. Skor pembobotan untuk masing-masing faktor sama yaitu 0,332. Kelemahan terbesar yang dimiliki usaha pembibitan ini adalah sistem recording yang tidak teratur (skor pembobotan 0,332). Faktor eksternal yang menjadi ancaman terbesar pada usaha pembibitan domba ini adalah penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa (skor pembobotan 0,404). Peluang terbesar yang dimiliki usaha pembibitan ini adalah permintaan bibit domba yang tinggi, persaingan usaha pembibitan masih sedikit, dan tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi. Skor pembobotan untuk masing-masing faktor adalah 0,404.

Strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan usaha pembibitan domba Tawakkal adalah (1) mengadakan kerjasama dalam hal penelitian dan pengembangan peternakan, (2) meningkatkan kapasitas usaha pembibitan dengan melakukan kerja sama dengan pihak swasta dalam segi penanaman modal, (3) pengadaaan kandang


(3)

karantina untuk domba yang baru datang dari perjalanan jauh, (4) melakukan sistem kontrak yang jelas dengan pihak pemasok induk, dan (5) melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam pengadaan hijauan. Strategi yang dapat diterapkan dalam waktu dekat (jangka pendek) adalah mengadakan kerjasama dalam hal penelitian dan pengembangan peternakan. Sehingga usaha pembibitan domba memiliki potensial untuk dikembangkan dengan strategi dan manajement yang benar dan tepat.


(4)

ABSTRACT

Development Strategy of Breeding Sheep Farming (Case Study at Tawakkal Farm, Cimande Village, Caringin Subdistrict, Bogor District)

Hasdi, A. A, D. J. Setyono, M. Yamin

Sheep breeding becomes a key factor in the development to increase sheep population. Nowadays, the sheep breeding is still rarely developed because it is considered as a less profitable and more complicated business, therefore, it is very important to make sheep breeding business development strategy. The research was aimed to identify and analyze internal and external environments factors that influence the development of breeding sheep in Tawakkal Sheep Farm to formulate appropriate of sheep breeding business. This research was conducted at Tawakkal sheep farm to identify internal and external factors of the business and by using SWOT analysis. The results showed that sheep mating program was done naturally without the use of artificial insemination. Breeding program was applied 3 times pregnancy in 2 years, consisting 3 periods of 8 month (5 month of pregnancy, 2 months of lactation and 1 month of mating. Based on the SWOT analysis, the results showed that there were five steps which can be applied for developing sheep breeding in Tawakkal Farm. Firstly, collaboration for research and development of farm. Secondly, increase the breeding capacity by developing the private business relation in terms of capital investment. Thirdly, devolepment a quarantine cage for new arrival sheep. Forthly, clear contract system with the supplier. Lastly, collaboration with public people in supplying animal feed. In conclusion, sheep breeding business could be potential to develop with the right management system and strategy.


(5)

iv

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PEMBIBITAN DOMBA

(Studi Kasus pada Peternakan Tawakkal, Desa Cimande, Kecamatan

Caringin, Kabupaten Bogor)

ANDINA AVIKA HASDI D14080083

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Desember 1990 di Pontianak, Kalimantan Barat. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan bapak Ery Hasdi Ahmad dan ibu Lusfiani.

Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1997 di SD Muhammadiyah 2 Pontianak dan pindah ke SD Islam Masyithah Bukittinggi dan diselesaikan pada tahun 2003. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2003 dan diselesaikan pada tahun 2005 di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bukittinggi. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bukittingi pada tahun 2005 dan diselesaikan pada tahun 2008.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2009. Selama kuliah penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi mahasiswa diantaranya, Staf Kementerian Sosial Lingkungan dan Kemasyarakatan Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB 2010-2011, staf Kewirausahaan Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Seluruh Indonesia (ISMAPETI) Wilayah 2, staf Biro Public Relation BEM Fakultas Peternakan 2009-2010, Tim Advertising Majalah Emulsi 2009-2010 dan Anggota Paduan Suara Agriaswara. Prestasi yang pernah diraih yaitu sebagai Duta Lingkungan Fakultas Peternakan 2010-2011, Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) bidang pengabdian masyarakat didanai dikti pada tahun 2010. Penulis berkesempatan menjadi penerima Djarum Beasiswa Plus pada tahun 2010-2011.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Usaha Pembibitan Domba (Studi Kasus pada Peternakan Tawakkal, Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor)” ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini dilakukan atas dasar ketertarikan yang besar dari penulis terhadap strategi pengembangan usaha bidang peternakan mengingat masih besarnya peluang untuk mengembangkan sektor usaha peternakan khususnya pembibitan domba. Penelitian ini menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kegiatan usaha pembibitan domba untuk selanjutnya menyusun strategi pengembangan usaha yang tepat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak terutama pada usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal agar lebih berkembang.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan mengingat keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan serta menjadi karya terindah yang bermanfaat bagi kehidupan.

Bogor, April 2012


(9)

DAFTAR ISI

halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ……… iv

LEMABAR PENGESAHAN……….. v

RIWAYAT HIDUP……….. vi

KATA PENGANTAR……….. vii

DAFTAR ISI……….... viii

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR GAMBAR………... xi

DAFTAR LAMPIRAN……… xii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Domba ... 3

Usaha Ternak Domba... 5

Usaha Pembibitan... 6

Usaha Penggemukan ... 7

Strategi Pengembangan Usaha ... 8

Analisis Lingkungan Internal ... 9

Analisis Lingkungan Eksternal ... 10

Analisis SWOT ... 12

MATERI DAN METODE ... 14

Lokasi dan Waktu ... 14

Materi ... 14

Prosedur ... 14

Desain Penelitian... 15

Rancangan dan Analisis Data ... 15

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

Kondisi Umum Usaha ... 18

Lokasi Usaha ... 18

Status Usaha ... 18

Kandang ... 18

Pakan ... 19

Tenaga Kerja ... 19


(10)

Bibit ... 20

Sistem Perkawinan ... 20

Produktivitas ... 21

Analisis keuntungan ... 23

Analisis Lingkungan Internal ... 24

Manajemen SDM ... 24

Manajemen Pembibitan... 26

Pemasaran ... 31

Analisis Lingkungan Eksternal ... 33

Potensi Pasar ... 33

Ekonomi ... 34

Persaingan Usaha ... 35

Sosial Budaya ... 36

Kebijakan Pemerintah Daerah... 37

Kekuatan Tawar Menawar ... 38

Penyusunan Strategi Pengembangan ... 39

Matriks IFE ... 40

Matriks EFE ... 43

Analisis SWOT ... 45

KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

Kesimpulan ... 50

Saran... 51

UCAPAN TERIMA KASIH ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor halaman

1. Data Teknis Reproduksi Ternak Domba ... 4

2. Model Matriks IFE ……….. 16

3. Model Matriks EFE………... 16

4. Data Koefisien Teknis dan Reproduksi……… 21

5. Keuntungan Usaha Pembibitan………. 23

6. Karakteristik Sumber daya Manusia ……… 24

7. Komposisi Ampas Tahu ……….. 27

8. Kegiatan Manajemen Pembibitan Domba ……….. 30

9. Usaha Peternakan Domba di Wilayah Bogor ………. 35

10. Hasil Matriks Internal Factor Evaluation ……….. 43


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1. Matriks Analisis SWOT... 17 2. Siklus Reproduksi Domba ... 22


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Kuantitatif Bibit Domba……… 57

2. Analisis Matriks EFE ……….. 58

3. Analisis Matriks IFE……… 59

4. Kata Kunci Pertanyaan Terbuka dalam Indentifikasi Faktor Internal 60 5. Kata Kunci Pertanyaan Terbuka dalam Indentifikasi Faktor Eksternal 61 6. Rekapan Pembobotan dan Peringkat pada Faktor Internal…………. 62 7. Rekapan Pembobotan dan Peringkat pada Faktor Eksternal……….. 63


(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Peternakan merupakan sektor yang berpeluang untuk dikembangkan sebagai sebuah usaha. Salah satu subsektor peternakan yang berpeluang untuk dikembangkan adalah peternakan domba. Usaha peternakan domba termasuk salah satu jenis usaha yang harus mendapat perhatian untuk dikembangkan. Populasi domba di Indonesia tahun 2011 adalah 11.372.000 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2012). Jumlah populasi manusia Indonesia tahun 2010 adalah 237.641.326 jiwa (Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2012). Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi manusia maka akan meningkatkan kebutuhan daging sebagai sumber pangan yang salah satunya berasal dari daging domba. Peternakan domba di Indonesia saat ini belum berkembang dengan baik dan masih dikembangkan dengan skala kecil yaitu peternakan rakyat padahal domba memiliki kelebihan mudah dalam beradaptasi dengan lingkungan dan lebih mudah dalam pemeliharaan.

Populasi domba terbesar berada di wilayah Jawa Barat yang mana pada tahun 2011 berjumlah 6.768.735 ekor yang hampir 50% dari jumlah populasi nasional. Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang memiliki jumlah domba yang cukup banyak. Populasi ternak domba tahun 2010 di kabupaten Bogor adalah 280.798 ekor (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2012). Salah satu peternakan yang telah melakukan usaha ternak domba adalah peternakan Tawakkal yang berada di Desa Cimande, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Usaha Peternakan yang dilakukan pada awalnya bergerak dibidang penggemukan domba. Usaha penggemukan domba ini dirintis sejak tahun 1993. Usaha penggemukan pun berkembang dan mengalami peningkatan permintaan domba. Permintaan domba yang semakin bertambah, mengakibatkan peternakan Tawakkal kesulitan untuk mendapatkan bakalan untuk digemukkan sehingga pemilik peternakan berkeinginan untuk dapat menyediakan bakalan sendiri yang berkualitas maka peternakan ini memulai untuk melakukan usaha pembibitan domba. Peternakan Domba Tawakkal pun melakukan pembibitan domba pada tahun 2010.

Pembibitan domba adalah salah satu usaha untuk memperbanyak produksi domba yang bertujuan untuk menghasilkan keturunan sehingga jumlah ternaknya bertambah banyak serta mutunya pun meningkat (Sugeng, 2007). Usaha pembibitan


(15)

domba ini dilakukan untuk dapat terus menyediakan ternak domba yang berkualitas, namun masih sedikit peternak yang mau mencoba dan memulai untuk pembibitan domba karena dinilai rumit dan sulit untuk dilakukan. Keberhasilan usaha pembibitan ternak domba tidak bisa dipisahkan dengan pemilihan induk atau pejantan yang memiliki sifat-sifat yang baik.

Pembibitan domba yang dilakukan di peternakan Tawakkal masih tergolong baru sehingga perlu dilakukan suatu strategi khusus. Salah satu kendala berkembangnya usaha pembibitan ini adalah keterbatasan modal serta jumlah kandang yang digunakan. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan (Rangkuti, 1997), yang merupakan rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Jauch dan Glueck, 1995). Usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal membutuhkan strategi yang tepat untuk mengembangkan usaha pembibitannya sehingga perlu dilakukan penyusunan strategi pengembangan usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha pembibitan domba di Peternakan Domba Tawakkal.

2. Penyusunan strategi yang tepat untuk mengembangan usaha pembibitan domba di Peternakan Domba Tawakkal.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA Domba

Menurut Tomaszewska et al. (1993) domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak domba merupakan hasil domestikasi domba Argali (Ovis ammon), domba Urial (Ovis vignei) yang berasal dari Asia Tengah dan domba Moufflon (Ovis muimon) yang berasal dari Asia kecil dan Eropa. Semua domba mempunyai karakteristik yang sama sehingga diklasifikasikan sebagai kingdom Animalia, phylum Chordata atau hewan bertulang belakang, class Mammalia atau hewan menyusui, ordo Artiodactyla atau hewan berkuku genap, family Bovidae atau hewan memamah biak, genus Ovis, spesies Ovis aries.

Jenis domba lokal antara lain domba garut dan domba ekor tipis. Menurut Merkens dan Soemirat (1926) yang dicatat oleh Heriyadi (2002), bahwa asal usul domba Priangan adalah merupakan perkawinan silang segi tiga, antara domba lokal dengan domba Merino dan kemudian dengan domba Kaapstad dari Afrika. Menurut Heryadi (2002) domba Priangan/Garut memiliki ciri-ciri morfologi yang meliputi: (1). Kepala pendek, lebar dan dalam serta profilnya cembung. (2).Ekornya berbentuk segitiga terbalik dengan timbunan lemak pada pangkal ekor dan mengecil pada bagian bawah. (3). Telinga rumpung sampai ngadaun hiris (4 – 8 cm) (4). Domba Priangan yang jantan bertanduk besar, kokoh dan melingkar sedangkan domba betina tidak bertanduk, kalaupun bertanduk ukurannya kecil. (5). Domba jantan memiliki bobot badan rata-rata 57,74 kg dan yang betina adalah 36,89 kg. (6). Warna bulu pada domba Priangan adalah masih berkombinasi ada yang hitam, coklat dan putih.

Domba Priangan/Garut mencapai pubertas pada umur 7 – 10 bulan dengan bobot badan rata-rata untuk jantan 16,8 – 24,0 kg dan betina 14,5 kg. Bobot badan pada waktu pubertas berkisar antara 38 – 60% dari bobot badan dewasa. Jarak kelahiran domba Priangan/Garut adalah 240 hari (8 bulan) atau dalam dua tahun dapat melahirkan tiga kali. Hal ini disebabkan karena pada umumnya kegiatan reproduksi domba-domba di Indonesia berlangsung sepanjang tahun (Toelihere, 1985).

Einstiana (2006) menyatakan bahwa jenis domba ekor tipis memiliki tubuh yang kecil, sehingga disebut domba kacang atau biasa dikenal sebagai domba Jawa.


(17)

Ekor relatif kecil dan tipis, bulu badan berwarna putih, kadang-kadang berwarna lain, belang-belang hitam di sekitar mata, hidung atau bagian tubuh lain. Domba betina umumnya tidak memiliki tanduk, sedangkan pada jantan memiliki tanduk kecil dan melingkar. Gatenby (1991) menyatakan bahwa domba ekor tipis jawa memiliki berat sekitar 20 kg, tatepi terdapat variasi. Domba yang hidup di dataran tinggi memiliki berat badan rata-rata sebesar 27 kg, sedangkan dataran rendah sebesar 16 kg. Domba ekor tipis Jawa termasuk domba prolifik, dan secara umum mampu menghasilkan dua sampai tiga anak dalam satu kelahiran.

Williamson dan Payne (1993) menyatakan bahwa domba lokal di daerah tropik dapat kawin sepanjang tahun. Namun, hal ini memberikan dampak pada persentase beranak cenderung rendah. Dewasa kelamin yang dicapai domba di daerah tropik akan lebih lambat dibandingkan domba di daerah dingin. Perkawinan yang baik biasanya dilakukan setelah 12 – 34 jam mengalami birahi yang merupakan puncak birahi pada betina. Biasanya tingkat keberhasilannya 90% untuk menghasilkan betina bunting dengan lama bunting 5 bulan. Data teknis reproduksi ternak domba pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Teknis Reproduksi Ternak Domba

Parameter Jantan Betina

Masak kelamin 6-8 bulan 6-8 bulan

Kawin pertama >12bulan 12-15 bulan

Siklus birahi - Setiap 17 hari sekali

Lama birahi - 30-40 jam

Lama bunting - 5-6 bulan (144-152 hari)

Afkir 6-8 tahun 5 tahun

Sumber : Sudarmono dan Sugeng (2005)

Suharno dan Nazarudin (1994) mengatakan bahwa pakan domba dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu hijauan sebagai makanan utama dan konsentrat sebagai makanan tambahan. Jumlah pemberian konsentrat untuk induk bunting tua adalah 0,5 kg/ekor/hari dimulai pada 1,5 bulan menjelang kelahiran. Jumlah pemberian konsentrat untuk induk yang sedang menyusui disesuaikan dengan


(18)

jumlah anak yang disusuinya, induk yang memiliki 1 ekor anak, cukup diberi konsentrat 0,9 kg/ekor/hari, induk yang beranak 2 ekor atau lebih diberi konsentrat sebanyak 1,4 kg/ekor/hari dan pejantan yang sedang dipergunakan sebagai pemacek perlu diberi konsentrat sebanyak 0,5-1,0 kg/ekor/hari. Hadiningrum (2006) dalam penelitiannya menyatakan faktor nutrisi menjadi sangat penting artinya dalam usaha menghasilkan daging yang berkualitas baik. Pakan yang bermutu tinggi, murah dan tersedia sepanjang tahun merupakan criteria yang digunakan dalam pemilihan jenis pakan. Jenis pakan yang digunakan pada usaha domba Tawakkal adalah hijauan berupa rumput lapang dan ampas tahu. Pengadaan rumput lapang dilakukan setiap hari dengan jumlah konsumsi per ekor per hari sekitar 2,25 kg. Rumput lapang yang digunakan adalah rumput lapang yang tidak terlalu muda dan terlalu tua.

Usaha Ternak Domba

Peternakan merupakan salah satu subsektor pertanian. Pemeliharaan ternak dianggap sebagai bagian dari pekerjaan bertani. Kondisi ini tercermin dari intregrasi yang dilakukan oleh petani peternak dengan menggabungkan usaha pertanian dengan pemeliharaan ternak (Suharno dan Nazaruddin, 1994). Usaha ternak domba sudah lama dikembangkan di Indonesia namun pemeliharaannya masih bersifat tradisional artinya usaha tersebit hanya memenuhi kebutuhan sendiri dan bersifat sambilan (Sugeng, 2007). Beternak domba merupakan salah satu yang dapat diandalkan untuk meningkatkan kehidupan peternak karena keunggulannya. Ternak domba di Indonesia kebanyakan diusahakan oleh petani ternak di daerah pedesaan. Domba yang diusahakan umumnya dalam jumlah kecil, 3-5 ekor per keluarga, dipelihara secara tradisonal dan merupakan bagian dari usahatani sehingga tingkat pendapatan yang diperolehpun kecil (Sugeng dan Sudarmono, 2005). Domba merupakan salah satu jenis ternak potong kecil yang memberikan beberapa keuntungan, seperti : a) mudah beradaptasi dengan lingkungan, b) cepat berkembang biak, c) memiliki sifat hidup berkelompok, d) modal yang dibutuhkan kecil (Sugeng, 2007).

Potensi ekonomi lainnya yang dimiliki ternak domba diantaranya modal usaha cepat berputar karena pemasaran yang mudah, proses perkembangbiakanya dapat diatur, dan ternak domba suka bergerombol sehingga dalam hal tenaga kerja yang melakukan sistem penggembalaan akan lebih efisien (Mulyono, 2005). Pasar ternak domba masih terbuka (belum jenuh). Selera konsumen untuk menikmati


(19)

daging domba dalam bentuk sate atau gulai cukup besar. Dikatakan perkembangan kota-kota besar dan ilmu pengetahuan serta perbaikan pendapatan mendorong masyarakat untuk memenuhi gizi, khususnya protein hewani termasuk daging domba. Hasil penelitian Winarso (2000), mengenai analisis pemasaran ternak domba di Kabupaten Bogor mengungkapkan bahwa harga domba yang dipasarkan tidak dipengaruhi oleh kualitas domba karena domba yang dipasarkan pada umumnya adalah untuk ternak potong kecuali konsumen membeli domba untuk keperluan tertentu, misalnya pembibitan atau acara keluarga. Kusumaningrum (2004) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa bangsa domba yang dipelihara peternak biasanya adalah domba garut dan domba lokal. Domba tersebut dikelompokkan berdasarkan tujuan pemeliharaan, yaitu untuk pembibitan, pembesaran dan penggemukkan.

Usaha Pembibitan Domba

Usaha ternak domba sudah lama dikembangkan di Indonesia, salah satu jenis usaha ternak domba adalah usaha pembibitan. Pembibitan merupakan salah satu usaha untuk menghasilkan bibit. Keberhasilan dalam usaha ternak domba sangat ditentukan oleh bibit domba yang digunakan dalam usahaternak domba. Menurut Blakely, J dan D. H. Bade (1991) mengemukakan cara seleksi seekor domba bervariasi, tergantung pada tujuan pemanfaatan domba itu. Seleksi dilakukan dengan menggunakan berbagai teknik yang dapat dibagi menjadi seleksi berdasarkan penilaian (judging) individual, seleksi berdasarkan silsilah, seleksi berdasarkan penampilans atau performans, serta seleksi berdasarkan pengujian atau test produksi. Mulyono (2005) menyatakan bahwa syarat calon induk yaitu ukuran badan besar, tetapi tidak terlalu gemuk, bentuk tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, bulu bersih dan mengkilap. Keempat kakinya lurus dan terlihat kokoh serta tumit tinggi, tidak ada cacatdi bagian tubuhnya, bentuk dan ukuran alat kelamin normal, umur lebih dari 1 tahun, jumlah gigi dipilih yang lengkap dan berdasarkan buku catatan, domba yang dipilih yang lahir kembar atau kelahiran tunggal yang berasal dari induk muda dan mempunyai pertumbuhan yang baik.

Syarat calon pejantan yang baik adalah ukuran badan normal, tubuh panjang, dan besar, bentuk perut normal, dada dalam dan lebar, kakinya kokoh, lurus, kuat dan terlihat tonjolan tulang yang besar pada kaki serta mata tidak rabun atau buta.


(20)

Pertumbuhanya relative cepat, gerakanya lincah dan terlihat ganas, alat kelaminya normal dan simetris serta sering terlihat ereksi, tidak pernah mengalami penyakit yang serius, umurnya antara 15 bulan hingga 5 tahun dan calon pejantan berasal dari kelahiran kembar dan berasal dari induk dengan jumlah anak lahir lebih dari dua. Bila berasal dari kelahiran tunggal, pilih pejantan yang berasal dari induk dengan jumlah anak satu (Mulyono, 2005). Pemilihan bibit harus memperhatikan usia ternak yang masih muda dan tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan (Duldjaman dan Rahayu, 1996). Menurut Dinas Peternakan (1997), bibit ternak yang baik juga harus berbulu bersih dan mengkilat serta mempunyai daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.

Usaha Penggemukan Domba

Penggemukan domba adalah pemeliharaan domba yang bertujuan untuk menghasilkan jumlah dan kualitas daging yang baik sebagai mana dikehendaki konsumen (Sugeng, 2007). Hasil penelitian Hadiningrum (2006) mengatakan bahwa bakalan yang digemukkan adalah domba ekor tipis dan domba garut. Pertambahan bobot badan domba Tawakkal selama periode penggemukan dapat mencapai 9-10 kg per ekor atau sekitar 110 gram ekor per hari. Cara penggemukan di usaha ternak domba Tawakkal menggunakan sistem dry lot fattening.

Sugeng (2007) mengatakan bahwa dry lot fattening merupakan salah satu cara penggemukan dimana domba-dombayang digemukkan tinggal di dalam kandang terus-menerus. Domba-domba tersebut tidak digembalakan karena semua kebutuhan pakan telah terpenuhi dan disediakan dalam kandang oleh kepala kandang. Keuntungan sistem ini adalah domba cepat menjadi gemuk karena banyak mendapat unsure protein, karbohidrat, dan lemak. Usaha penggemukan domba ekor tipis akhir-akhir ini cukup diminati oleh masyarakat sebagai usaha ternak komersial karena usaha ini dinilai lebih ekonomis, relative lebih cepat, rendah modal serta lebih praktis (Yamin, 2001).

Strategi Pengembangan Usaha

Strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan perusahaan dengan tantangan lingkungan, dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi (Jauch dan Glueck, 1995). Menurut Rangkuti


(21)

(1997), strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Strategi menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditentukan sebelumnya. Ada beberapa strategi pengembangan penting yang perlu mendapat perhatian. Termasuk didalamnya tujuan yang jelas dari pemeliharaan, pengembangan kesempatan berproduksi yang berkelanjutan, penelitian berkelanjutan dan pengabsahan hasil-hasil penelitian (Mastika et al., 1993).

Rangkuti (1997) mengatakan bahwa suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategis. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal.

Rangkuti (1997) menyatakan bahwa pada perinsipnya strategi dapat dikelompokkan bersadarkan tiga tipe strategi yaitu, strategi manajemen, strategi investasi dan strategi bisnis. Strategi manajemen meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh manajemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro misalnya, strategi pengembangan produk, strategi penerapan harga, strategi akuisisi, strategi pengembangan pasar, strategi mengenai keuangan dan sebagainya. Strategi investasi adalah kegiatan yang berorientasi pada investasi. Misalnya, apakah perusahaan ingin melakukan strategi pertumbuhan yang agresif atau berusaha mengadakan penetrasi pasar, strategi bertahan, strategi pembangunan kembali suatu divisi baru atau strategi divestasi, dan sebagainya. Strategi bisnis ini berorientasi pada fungsi-fungsi kegiatan manajemen, misalnya strategi pemasaran, strategi produksi atau operasional, strategi distribusi, strategi organisasi, dan strategi-strategi yang berhubungan dengan keuangan.

Analisis Lingkungan Internal

Lingkungan internal merupakan lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung dan khusus pada perusahaan. Pearce dan Robinson (1997) mengungkapkan bahwa lingkungan internal meliputi faktor- faktor internal perusahaan yang teridentifikasi sebagai kekuatan (strengths) atau kelemahan (weaknesses) yang digunakan untuk mengembangkan


(22)

serangkaian langkah strategik bagi perusahaan. Tujuan analisis lingkungan internal adalah untuk dapat menilai kekuatan dan kelemahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Identifikasi faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan adalah dalam upaya untuk memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. David (2009) membagi bidang fungsional bisnis menjadi beberapa variabel dalam analisis lingkungan internal, yaitu :

1. Manajemen

Manajemen merupakan suatu tingkatan sastem pengaturan organisasi yang mencakup sistem produksi, distribusi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan keuangan. Fungsi manajemen terdiri atas lima aktivitas besar yaitu perencanaan (planing), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), pengarahan (leading), serta pengontrolan (controling).

2. Pemasaran

Pemasaran dapat diuraikan sebagai proses menetapkan, menciptaka, dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk. Ada tujuh fungsi dasar pemasaran yaitu (a). analisis pelanggan, (b). menjual produk, (c). merencanakan produk dan jasa, (d). menetapkan harga, (e). distribusi, (f). riset pemasaran, dan (g). analisis peluang.

3. Keuangan

Kondisi keuangan sering dianggap ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing perusahaan dan daya tarik bagi investor. Menetapkan kekuatan dan kelemahan keuangan amat penting utnuk merumuskan strategi secara efektif.

4. Produksi dan Operasi

Fungsi produksi terdiri dari aktivitas mengubah masukan (input) menjadi barang atau jasa (output). Manajemen produksi dan operasi menangani masukan, pengubahan, dan keluaran yang bervariasi antar industri dan pasar..

5. Penelitian dan Pengembangan

Istilah penelitian dan pengembangan digunakan untuk menggambarkan beragam kegiatan. Dalam beberapa institusi, para ilmuwan melakukan penelitian dan pengembangan dasar di laboratorium dan berkonsentrasi pada masalah teoritis,


(23)

sementara di perusahaan para ahli melakukan pengembangan prodik dengan berkonsentrasi pada peningkatan kualitas produk.

6. Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia merupakan aset utama bagi perusahaan. Strategi yang terbaik sekalipun tidak akan menjadi berarti apabila sumber daya manusianya tidak memiliki kemampuan yang memadai untuk menjalankan tugas-tugas tersebut. Kualitas SDM sangat berpengaruh terhadap kinerja, kepuasan karyawan, maupun keberlangsungan hidup perusahaan.

7. Sistem Informasi Manajemen

Sistem infomasi manajemen bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara meningkatkan kulitas keputusan manajerial. Sistem informasi manajemen yang efektif berusaha mengumpulkan, memebri kode, menyimpan, mensintesa emudian baru menyjikan informasi yang bernama database.

Dengan adanya database perusahaan dapat melaksanakan kegiatan operasional dan menyusun strategi secara akurat.

Analisis Lingkungan Eksternal

David (2009) menjelaskan bahwa analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan sehingga manajemen perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan pada evaluasi terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan. Tujuan dari analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar terbatas peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang dihindari. Lingkungan eksternal perusahaan merupakan lingkungan yang terdiri dari faktor-faktor yang dapat menjadi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berada di luar pengawasan dan kontrol pihak manajemen perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). Pearce dan Robinson (1997) membagi lingkungan eksternal menjadi tiga sub kategori faktor yang saling berkaitan yakni faktor-faktor dalam lingkungan jauh (remote), faktor- faktor dalam lingkungan industri, dan faktor-faktor dalam lingkungan operasional. Faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:


(24)

Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor- faktor yang pada dasarnya di luar dan terlepas dari perusahaan. Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan jauh adalah faktor- faktor yang bersumber dari luar, dan biasanya tidak berhubungan dengan situasi operasional suatu perusahaan tertentu. Faktor- faktor tersebut meliputi faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi (PEST).

Faktor politik adalah peraturan-peraturan, undang-undang dan kebijaksanaan pemerintah baik pada tingkat nasional, propinsi maupun daerah yang menentukan beroperasinya suatu perusaha an. Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Oleh karena itu, faktor- faktor politik, pemerintah, dan hukum dapat mencerminkan peluang atau ancaman kunci untuk organisasi kecil dan besar (David, 2009).

Faktor ekonomi berkaitan dengans sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi (Pearce dan Robinson, 1997). Beberapa faktor kunci yang perlu diperhatikan dalam menganalisis faktor ekonomi adalah siklus bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan jasa, produktivitas dan tenaga kerja (Umar, 2003).

Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang di lingkungan ekstern perusahaan. Faktor-faktor tersebut biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologis, demografis, religius, pendidikan dan etnis.

Faktor teknologi perlu diperhatikan untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi karena dapat mempengaruhi industri. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurna produk yang sudah ada, atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran.

2. Lingkungan Industri

Struktur industri mempunyai pengaruh yang kuat dalam menentukan aturan persaingan dan strategi yang secara potensial tersedia bagi perusahaan. Analisis struktur industri merupakan penunjang fundamental untuk menentukan posisi relatif perusahaan yang kemudian dapat digunakan untuk merumuskan strategi keunggulan bersaing. Lingkungan industri terdiri dari hambatan masuk, kekuatan pemasok, kekuatan pembeli, ketersediaan substitusi dan persaingan antar perusahaan.


(25)

3. Lingkungan Operasional

Strategi dan tujuan perusahaan dipengaruhi oleh daya tarik industri dimana mereka memilih untuk menjalankan bisnis dan posisi daya saingnya dalam industri tersebut. Lingkungan operasional terdiri dari pesaing, pelanggan, kreditor, tenaga kerja, dan pemasok.

Analisis SWOT

Rangkuti (1997) mengatakan bahwa analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats ) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness).

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah matrix SWOT. Matrix ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrix ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. 1) Strategi S-O, strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya; 2) Strategi W-O, strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada; 3) Strategi S-T, strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman; dan 4) Strategi W-T, strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman.

Analisis ini dilakukan untuk melihat kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman dalam merencanakan pengembangan usaha pembibitan domba di Peternakan Tawakkal Farm. Beberapa faktor yang dianalisis adalah internal yang meliputi kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness), serta faktor eksternal yaitu


(26)

peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Dengan analisis SWOT dapat diidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan suatu strategi pengembangan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang tapi secara bersamaan juga bisa meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun matriks SWOT adalah sebagai berikut :

1. Menentukan faktor-faktor peluang eksternal perusahaan 2. Menentukan faktor-faktor ancaman eksternal perusahaan 3. Menentukan faktor-faktor kekuatan internal perusahaan 4. Menetukan faktor-faktor kelemahan internal perusahaan

5. Menyesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi S-O

6. Menyesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk mendapatkan strategi W-O

7. Menyesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk

8.

mendapatkan strategi S-T

Menyesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk mendapatkan strategi W-T

Pada dasarnya analisis SWOT haruslah membandingkan kondisi sama yang dihadapi oleh pesaingnya berdasarkan kriteria subjektif ataupun objektif (skala industri), sebab dengan membandingkan maka perusahaan yang berkepentingan dapat menentukan rencana strategis untuk menghadapi persaingan tersebut. Akan tetapi bila perusahaan yang dimaksud hingga pada saat dilakukan kajian situasi ternyata tidak memiliki data tentang pesaing atau pesaingnya belum terpetakan baik dalam skala industri (kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sama) maupun gari inteligen perusahaan, sedangkan perusahaan mendesak sekali untuk mempersiapkan rencana usaha strategis terutama dari segi pemasaran dan manajemen organisasi, maka dengan menggunakan analisis SWOT yang dimodifikasi sedemikian hingga menjadikan ia dapat digunakan oleh perusahaan tanpa harus mengetahui skala industri atau data inteligen mengenai pesaingnya (Putong, 2003).


(27)

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba Tawakkal yang terletak di Jl. Raya Sukabumi Dusun Cimande Hilir No. 32 Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan Oktober-November 2011.

Materi

Materi yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara, dan menggunakan kuisioner. Data sekunder adalah data pelengkap dari data primer yang diperoleh dari literatur perpustakaan, buku, jurnal, skripsi maupun data lainnya. Peralatan yang digunakan adalah pulpen, pita ukur, kertas kuisioner, dan kamera.

Prosedur

Prosedur penelitian yang dilakukan adalah tahap pertama pengumpulan data. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara menggunakan kuisioner. Responden terdiri dari pemilik usaha peternakan domba Tawakkal, kepala kandang, pekerja, dan masyarakat yang berada di peternakan Tawakkal Farm yang berjumlah empat orang untuk pengisian bobot dan rating faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor yang diamati pada usaha pembibitan domba terdiri dari faktor internal dan eksternal.

Faktor internal meliputi karakteristik bibit, lokasi peternakan, jumlah pekerja, keterampilan pekerja, dan faktor internal lainnya yang ditemukan saat penelitian. Faktor eksternal meliputi permintaan bibit domba, penerimaan masyarakat terhadap usaha pembibitan domba, penyebaran penyakit, dukungan pemerintah, tingkat kepercayaan konsumen, persaingan, dan faktor eksternal lainnya.

Data sekunder adalah data pelengkap dari data primer yang diperoleh dari literatur perpustakaan, buku, jurnal, skripsi maupun data lainnya. Faktor-faktor tersebut selanjutnya disusun dan dibuat kuisioner untuk melihat apakah faktor tersebut masuk ke dalam kekuatan atau kelemahan untuk faktor internal sedangkan faktor eksternal apakah termasuk ke dalam peluang atau ancaman. Setiap faktor


(28)

diberi bobot dan rating. Tahap kedua yaitu tahap analisis. Tahap analisis ini menggunakan model matriks SWOT. Tahap ketiga yaitu tahap penyusunan strategi pengembangan yang dapat diterapkan di Peternakan Domba Tawakkal.

Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan metode studi kasus. Tujuan studi kasus ini adalah memperoleh gambaran yang luas dan lengkap serta mengetahui keadaaan atau kondisi di lokasi penelitian yaitu usaha pembibitan domba di Peternakan Domba Tawakkal.

Rancangan dan Analisis Data

Data primer berasal dari kuisioner dan wawancara kepada pemilik peternakan, pekerja dan masyarakat yang berjumlah empat orang untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal pada usaha pembibitan di Peternakan Domba Tawakkal. Putong (2003) menyatakan bahwa setiap faktor diberi bobot mulai dari skala 4 (sangat penting), 3 (penting), 2 (kurang penting) dan 1 (tidak penting). Setiap faktor diberi peringkat atau rating mulai dari skala 4 (sangat tinggi), 3 (tinggi), 2 (sedang), dan 1 (rendah). Fakor-faktor yang telah didapatkan yang diperolah dari hasil kuisioner dan wawancara kepada narasumber kemudian dikelompokkan menjadi faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan, sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Bobot pada tabel IFE

(Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) untuk setiap faktornya merupakan hasil dari bobot tiap faktor dibagi dengan jumlah total bobot setiap tabel IFE dan EFE sedangkan rating pada tabel IFE dan EFE untuk setiap faktor dengan meratakan-ratakan rating yang diperoleh jumlah rating yang didapatkan (Tabel 2 dan Tabel 3). Skor pembobotan diperoleh dengan cara mengalikan bobot dengan rating sehingga diperoleh hasil kombinasi antara beberapa situasi pada matriks SWOT yang terdiri atas empat kuadran (Rangkuti, 1997), seperti yang ditunjukkan Gambar 1.


(29)

Tabel 2. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor internal Bobot (A)

Peringkat (B)

Bobot x Peringkat Kekuatan :

Kelemahan :

Total

Tabel 3. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Faktor Strategis Eksternal Bobot

(A)

Rating (B)

Bobot x Peringkat Peluang :

Ancaman :

Total

Analisis Matriks Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threaths (SWOT)

Matriks SWOT merupakan salah satu tahap dalam teknik perumusan strategi. Hasil yang diperoleh dari matriks SWOT adalah berupa alternatif strategi yang layak dipakai dalam strategi usaha. Matriks ini dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu S-O (Strengths-Opportunities), strategi W-O (Weaknesses- Opportunities), strategi W-T (Weaknesses-Threaths), dan strategi S-T (Strengths- Threaths) (Rangkuti, 1997).


(30)

Internal eksternal

Strengths (S) *kelemahan internal

Weaknesses (W) *kekuatan internal Opportunies (O)

*Peluang eksternal

Strategi SO

Ciptakan strategi uang menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan

peluang

Strategi WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Treaths (T)

*Ancaman eksternal

Strategi ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Gambar 1. Matriks Analisis SWOT


(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Usaha

Kondisi Umum Usaha Pembibitan Domba Tawakkal

Peternakan domba Tawakkal terletak di Jl. Raya Sukabumi Dusun Cimande Hilir No.32 Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Usaha ternak yang berjarak sekitar 2 m dari pemukiman penduduk menempati lahan 5100 m2 yangberbatasan langsung dengan Dusun Lemah Duhur di sebelah Barat, Desa Ciderum di sebelah Timur serta Desa Caringin di sebelah Utara dan Selatan. Di sekitar lokasi peternakan terdapat pepohonan yang rindang dan ditanami dengan tanaman pertanian seperti singkong, kacang panjang, kol. Keadaaan fisik jalan masih jalan tanah (setapak) dan harus menempuh jarak 150 m untuk mencapai jalan aspal. Keadaan topografi daerah cukup datar, dengan ketinggian 400-700 m diatas permukaan laut. Temperatur lingkungan berkisar antara 28°C (17-30°C) dengan kelembaban udara 70-80% dan curah hujan antara 3000-3400 mm per tahun.

Status Usaha Pembibitan Domba

Usaha pembibitan domba Tawakkal didirikan oleh H. Bunyamin pada tahun 2010. Usaha pembibitan domba Tawakkal adalah salah satu bentuk usaha home industry. Usaha ini merupakan milik pribadi H. Bunyamin yang memiliki 4 orang pekerja yang terdiri dari 1 kepala kandang dan 3 orang pekerja. Peternakan Tawakkal memiliki 1 kandang pembibitan.

Kandang

Kandang yang digunakan berbentuk panggung. Posisi kandang membentang dari utara ke selatan dan dinding kandang menghadap timur dan barat sehingga sinar matahari pagi dapat masuk ke kandang. Sinar matahari penting bagi domba serta menjaga agar kandang tidak lembab. Atap kandang terbuat dari asbes, karena harganya relatif lebih murah serta melindungi domba dari panas dan hujan dan menajaga kehangatan kandang di waktu malam. Dinding kandang setinggi 200 cm terbuat dari bilah-bilah bambu di bagian atas dan papan kayu setinggi 100 cm pada dinding bagian bawah.

Luas kandang pembibitan adalah 30 m x 7 m. Bangunan kandang mampu menampung ±300 ekor, yang terdiri dari 10 kandang kawin dengan ukuran panjang 3


(32)

m, lebar 1,5 m, 40 kandang yang meliputi kandang melahirkan, kandang induk, kandang anak lepas sapih yang berukuran panjang 1,2 m dan lebar 1,5 m dan 3 kandang yang berukuran panjang 219 cm, lebar 177 cm yang digunakan untuk kandang lepas sapih dan induk. Luas kandang pejantan yaitu panjang 127 cm, lebar 112 cm, tinggi 115 cm. Tempat pakan pejantan memiliki panjang 93 cm, lebar 52 cm, tinggi 37 cm. Kandang pejantan dibuat individu sedangkan kandang betina merupakan kandang koloni. Lantai kandang terbuat dari bambu dengan jarak 1,5 cm sehingga kotoran dan air kencing mudah jatuh ke tempat penampungan. Kandang panggung mempunyai ketinggian antara satu sampai satu setengah meter dari tanah. Kolong kandang tidak disemen dan kotoran yang jatuh ke bawah kandang.

Pakan

Pakan merupakan faktor penting yang mutlak dipenuhi peternak. Pakan yang bermutu tinggi, murah dan tersedia sepanjang tahun merupakan kriteria yang digunakan usaha ternak dalam pemilihan jenis pakan. Jenis pakan yang diberikan pada ternak terdiri dari rumput lapang, premix, vitamin, mineral, dan ampas tahu. Tenaga Kerja

Usaha pembibitan domba hanya di pegang oleh 4 orang yaitu 1 kepala kandang dan 3 orang pekerja. Kriteria khusus dalam memilih pekerja pada usaha pembibitan tidak ada asalkan tekun, bertenaga, dan mau bekerja keras dapat menjadi pekerja. Kepala kandang dipilih berdasarkan keterampilan lebih yang dimilikinya seperti mampu mencukur bulu, menggunting kuku domba, memandikan dan keterampilan lainnya karena kepala kandang selalu berada di kandang dari pagi sampai sore sedangkan 3 orang pekerja lainnya mencari rumput dan membantu tugas kepala kandang. Tenaga kerja berasal dari daerah di sekitar peternakan. Umur pekerja yang digunakan pada usaha pembibitan domba ini berkisar antara 25 tahun – 45 tahun.

Pencegahan dan Perawatan Kesehatan Ternak

Perawatan kesehatan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari usaha. Jenis perawatan yang dilakukan antara lain memandikan, mencukur bulu, dan memotong kuku. Pencukuran bulu domba dilakukan agar bulu domba tersebut dapat tumbuh yang baru dan bagus. Pencukuran bulu domba ini biasanya dilakukan saat


(33)

domba datang dari perjalanan jauh. Pencukuran domba bisanya diikuti dengan pemotongan kuku. Domba dimandikan ± 1 minggu sekali.

Jenis obat-obatan yang digunakan pada usaha pembibitan domba ini hampir sama dengan obat yang digunakan pada usaha penggemukan. Obat yang digunakan seperti obat mencret, obat cacing, obat untuk sakit mata, mata merah, penambah nafsu makan, obat luka atau borok.

Bibit

Bangsa domba yang digunakan dalam usaha pembibitan adalah domba ekor tipis dan domba garut. Jumlah populasi di kandang pembibitan ini adalah 356 ekor yang terdiri dari 150 induk dan 206 anak sedangkan terdapat 10 pejantan yang digunakan namun ditempatkan di kandang yang berbeda.

Sistem Perkawinan Domba

Domba betina yang akan dikawinkan dipilih yang memiliki postur tubuh yang baik, tinggi, panjang, sehat dan berumur 1 tahun-1,5 tahun. Pejantan yang digunakan untuk perkawinan dipilih yang sehat, postur tubuh proporsional dan berumur >1,5 tahun. Perkawinan dilakukan secara alami tanpa menggunakan inseminasi buatan. Pembibitan ini tidak melakukan persilangan antara domba ekor tipis dan garut. Domba betina dimasukkan ke kandang kawin secara bertahap, lima ekor domba betina dimasukkan dan kemudian ditambah terus dengan melihat kemampuan dari pejantan. Domba mau menerima pejantan atau bisa dikawinkan hanya pada saat-saat birahi. Domba yang tidak birahi tidak bisa dipaksakan kawin sehingga lamanya pejantan dikandang kawin yaitu 2x siklus birahi atau sekitar 35 hari.

Domba yang sedang birahi biasanya menunjukkan tanda-tanda selalu mengembik-embik, selalu berusaha mendekati atau mencari domba jantan, kalau dinaiki domba jantan tak akan mengelak, tetapi justru diam saja dan vulva bengkak, merah, hangat, dan kadang-kadang berlendir. Lama birahi ternak domba berlangsung 1-2 hari dan peristiwa ini akan terulang kembali setiap 15-20 hari sekali atau rata-rata 17 hari. Sesudah terjadi kebuntingan, maka siklus birahi yang terjadi setiap kurang lebih 17 hari sekali itu menjadi terhenti.

Domba-domba betina yang mulai bunting akan mengalami perubahan tingkah laku seperti domba menjadi lebih tenang, tak suka mendekat kepada pejantan lagi apabila dinaiki pejantan atau sesama betina pun mereka tak mau, birahi berikutnya


(34)

tidak timbul lagi dan nafsu makan meningkat. Betina yang bunting segera dipisahkan. Sesudah sampai waktunya 5 bulan, maka anak yang dikandung akan lahir. Betina yang akan melahirkan dipindahkan ke kandang beranak. Anak akan disapih setelah berumur 3 bulan. Anak jantan akan dipindahkan ke kandang penggemukan untuk digemukkan sedangan anak betina akan dipelihara untuk calon induk maupun dijual. Kira-kira 60 hari sesudah induk beranak, peternak memperhatikan induk tersebut untuk dikawinkan kembali sehingga dalam 2 tahun, domba akan beranak 3 kali. Siklus reproduksi domba dapat dilihat pada Gambar 2.

Cara-cara seleksi yang paling menyakinkan untuk tujuan produksi, bisa diperoleh dengan melakukan pencatatan (recording). Sistem recording yang dilakukan masih belum lengkap baru dalam hal tanggal lahir, jumlah anak dan jenis anak yang dilahirkan. Beberapa pencatatan penting yang dapat dicantumkan pada

recording ternak agar lebih lengkap yaitu tetua (induk dan pejantan), kelahiran (tanggal, bobot sapih, panjang badan, jumlah anak), perkawinan (tanggal kawin dan pejantan), tanggal beranak kembali, penyakit, temperamen, produksi susu, dan bangsa atau tipe domba.

Produktivitas Bibit

Usaha pembibitan domba tidak terlepas dari produktivitas induk dan pejantan yang digunakan. Produktivitas usaha pembibitan domba Tawakkal dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Data Koefisien Teknis dan Reproduksi Usaha Pembibitan domba Tawakkal

Uraian Data koefisien teknis

Litter Size (ekor) 1,5

Mortalitas Domba (%) 1

Lamb Crop (%) 150

Sex Ratio Pejantan : Induk 1:5

Masa Bunting (bulan) 5

Calving Internal (bulan) 7

Masa Sapih (bulan) 3

Sex Ratio Anak Jantan : Betina 50:50


(35)

2

2

kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Domba dikawinkan Domba bunting Domba beranak Laktasi Domba dikawinkan kembali

penyapihan

Domba bunting Domba beranak Laktasi Domba dikawinkan kembali

Penyapihan

Domba bunting Domba beranak laktasi


(36)

Analisis Keuntungan

Pengeluaran usaha pembibitan ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu sedangkan biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya tetap usaha pembibitan domba Tawakkal yaitu biaya penyusutan kandang dan peralatan sedangkan biaya variabelnya terdiri dari biaya pakan, obat-obatan, upah pekerja, transportasi, listrik dan air. Biaya ini dikeluarkan untuk 240 hari (8 bulan) masa produksi pembibitan.

Penerimaan usaha pembibitan domba Tawakkal terdiri atas penjualan anak betina, anak jantan dan kotoran ternak domba. Semakin banyak sumber penerimaan yang diperoleh akan semakin meningkat jumlah penerimaan yang didapatkan. Besarnya keuntungan yang diperoleh, berasal dari penerimaan dikurangi pengeluaran. Analisis keuntungan usaha pembibitan domba Tawakkal untuk satu kali siklus reproduksi (8 bulan) dapat dilihat pada tabel Tabel 5.

Tabel 5. Analisis Keuntungan Usaha Pembibitan Domba Tawakkal

Uraian Harga (Rp)

Pengeluaran 1. Biaya tetap

Penyusutan kandang 150.000

Penyusutan peralatan 150.000

2. Biaya variabel

Pakan (160 ekor x 240 hari x Rp 1000) 38.400.000

Obat-obatan 500.000

Upah pekerja (4 orang x 8 bulan x Rp 1.000.000) 32.000.000

Transportasi (240 hari x Rp 9000) 2.160.000

Listrik dan air (8 bulan x Rp 80.000) 640.000

Total pengeluaran 74.000.000

Penerimaan

1. Penjualan anak betina (103 ekor x Rp 450.000) 46.350.000 2. Penjualan anak jantan (103 ekor x Rp 600.000) 61.800.000 3. Penjualan kotoran (0,75 kg/ekor/hari x 160 ekor x 240 14.400.000

hari x Rp 500

Total Penerimaan 122.550.000


(37)

Analisis Lingkungan Internal Usaha Pembibitan Domba

Lingkungan internal merupakan lingkungan organisasi yang berada di dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung dan khusus pada perusahaan. Pearce dan Robinson (1997) mengungkapkan bahwa lingkungan internal meliputi faktor- faktor internal perusahaan yang teridentifikasi sebagai kekuatan (strengths) atau kelemahan (weaknesses) yang digunakan untuk mengembangkan serangkaian langkah strategik bagi perusahaan. Analisis lingkungan internal sangat perlu dilakukan oleh suatu usaha dalam menilai kondisi lingkungan yang dimilki oleh usaha tersebut. Kondisi lingkungan internal usaha pembibitan domba pada peternakan Tawakkal dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu manajemen sumberdaya manusia, manajemen pembibitan domba dan pemasaran.

Manajemen Sumberdaya Manusia

Karakteristik sumberdaya manusia di usaha pembibitan domba Tawakkal dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Karakteristik Sumberdaya Manusia di Usaha Pembibitan Tawakkal

No. Karakteristik Pekerja Uraian

1. Jumlah pekerja 4 orang yang terdiri dari 1 orang kepala kandang dan 3 orang pekerja

2. Umur pekerja 25-35 tahun dan 35-45 tahun

3. Jam kerja 06.00-16.00 setiap hari

4. Tugas kepala kandang Membersihkan kandang, mencukur bulu, menggunting kuku domba, memandikan dan berada di kandang dari pagi sampai sore untuk memantau keadaan ternak

5. Tugas pekerja Mencari rumput dan membantu kepala kandang Keterangan : Data primer berdasarkan hasil wawancara

Peternakan Domba Tawakkal dimiliki oleh Bapak Bunyamin yang memiliki latar belakang sarjana dan bekerja di dinas kesehatan. Usaha pembibitan domba hanya di pegang oleh 4 orang yaitu 1 kepala kandang dan 3 orang pekerja. Kriteria khusus dalam memilih pekerja pada usaha pembibitan domba tidak ada asalkan tekun, bertenaga, dan mau bekerja keras dapat menjadi pekerja. Kepala kandang


(38)

dipilih berdasarkan keterampilan lebih yang dimilikinya seperti mampu mencukur bulu, menggunting kuku domba, memandikan dan keterampilan lainnya karena kepala kandang selalu berada di kandang dari pagi sampai sore sedangkan 3 orang pekerja lainnya mencari rumput dan membantu tugas kepala kandang.

Para pekerja bekerja setiap hari pada pukul 06.00-16.00. Pekerja yang mencari rumput harus tiba di kandang pada pukul 14.00. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pembagian kerja yang jelas antar pekerja sehingga pekerjaan yang dilakukan setiap hari menjadi optimal. Pembagian kerja yang jelas menjadi salah satu kekuatan dalam mengembangkan usaha. Keterampilan dan pengetahuan peternak dalam bekerja tidak lepas dari campur tangan pemilik ternak sendiri, pemiliki peternakan selalu mengawasi dan memantau setiap pekerjaan dan sering kali memberikan ilmu, pelatihan, pengarahan dan turun langsung dalam usaha ini. Pemilik usaha pun melakukan penilaian prestasi kerja baik pengawasan secara langsung yang dilakukan setiap satu minggu sekali dan evaluasi akhir tahun usaha.

Umur pekerja yang ada di peternakan domba Tawakkal <45 tahun. Tenaga kerja berasal dari daerah lingkungan peternakan. Pemilik ternak dan pekerja memiliki komitmen yang tinggi terhadap usaha pembibitan. Hal ini terlihat dari adanya hubungan yang baik antara pemilik, pekerja dan masyarakat sekitar sehingga usaha ini masih berjalan dengan baik. Hubungan yang terjalin antara pemilik dan pekerja pun tidak hanya sebatas pekerjaan saja namun hubungan pribadi yang baik dan hangat yang terlihat dari kedekatan antara keluarga peternak dan pemilik dan tidak adanya jarak atau sungkan terhadap pemilk. Pemilik yang ramah terhadap pekerja namun tegas dan membuat peternak mersa nyaman dan merasa dihargai sehingga peternak pun tidak merasa canggung dan sungkan kepada pemilik dan apabila ada kesulitan dan masalah mereka selalu terbuka, tidak menutup-nutupi kesalahan yang ada. Hubungan yang baik ini pun tidak terlepas dari perhatian pemilik usaha kepada pekerja dalam hal kesejahteraan pekerjanya.

Setiap pekerja mendapat upah, bonus dan fasilitas yang disediakan di peternakan domba. Sistem pembayaran upah pekerja dilakukan setiap minggu. Pemiliki usaha menetapkan upah yang diberikan berdasarkan jenis pekerjaan pekerja. Pemiliki usaha pembibitan ini tidak pernah lupa memberikan bonus pada saat hari raya maupun bonus akhir tahun. Bonus tahunan yang diberikan pemiliki usaha


(39)

kepada pekerja dilihat dari prestasi yang diperoleh dari setiap kandang. Prestasi ini dilihat dari keuntungan yang diperoleh setiap kandang dan pemilik akan memberikan 10% keuntungan dari setiap kandang. Keuntungan tersebut akan diberikan kepada kepala kandang karena kepala kandang memiliki tugas yang berat yaitu mengatur dan bertanggung jawab terhadap kinerja setiap kandang dan seluruh kegiatan produksi. Pemberian bonus ini selalu dijadikan motivasi bagi kepala kandang untuk bekerja lebih baik. Semakin baik kinerja tenaga kerja maka bonus yang diterima akan semakin tinggi. Fasilitas yang memadai di peternakan pun disediakan bagi pekerja untuk mempermudah kerja dan meningkatkan kenyamana berada di peternakan yang meliputi mess pekerja berukuraan 3 m x 2,5 m, mushola, kantor, kamar mandi, saung, instalasi listrik, instalasi air.

Pemilik usaha bersifat ramah, tidak sombong, dan sangat baik kepada pekerja serta masyarakat di sekitar peternakan. Pemilik usaha pembibitan rutin mengeluarkan zakat baik berupa uang, sembako, dan peralatan ibadah untuk membantu masyarakat sekitar. Pelayanan yang dilakukan pada usaha pembibitan adalah penyambutan dengan tangan terbuka kepada siapa saja yang datang dan berkunjung baik untuk membeli domba, bertukar ilmu maupun hanya sekedar ingin melihat usaha pembibitan, dan menjaga silahturahmi.

Manajemen Pembibitan Domba

Pemberian pakan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00 (rumput) dan sore pada pukul 15.00 (rumput, ampas tahu dan mineral). Rumput yang digunakan berasal dari rumput liar yang diambil setiap hari di sekitar peternakan maupun kawasan lain yang terdapat rumput liar seperti daerah Cihideung. Pemberian pakan sebesar 10% dari bobot badan, tapi pada kenyataanya pakan tidak ditimbang hanya dilakukan berdasarkan perkiraan pekerja yang sudah berpengalaman yaitu kepala kandang. Setiap karung berisi 14 kg rumput dan jumlah kebutuhan rumput pada usaha pembibitan ini sekitar 50 karung per hari sehingga pemberian rumput lapang antara 2-2,5 kg per ekor. Rumput yang digunakan sebagai pakan adalah rumput lapang yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua.

Ampas tahu yang digunakan harus masih segar karena memiliki palatabilitas yang tinggi, berwarna putih dan berbau khas ampas tahu. Setiap karung berisi 30 kg ampas tahu sehingga kebutuhan usaha ternak domba Tawakkal sekitar 80 karung per


(40)

hari. Ampas tahu untuk 10 ekor domba, membutuhkan 1 karung ampas tahu sehingga pemberian pakan ampas tahu untuk 1 ekor domba sekitar 3 kg. Selain rumput lapang dan ampas tahu, pemberian mineral dilakukan untuk meningkatkan palatabilitas. Pemebrian mineral ini biasanya dengan menaburkannya pada rumput lapang. Induk yang bunting akan diberikan pakan lebih banyak dari pemberian pakan biasanya. Setelah induk melahirkan, pemberian pakan ampas tahu pun akan ditambah dari biasanya untuk meningkatkan produksi susu. Pemberian ampas tahu tersebut sekitar 3,5 kg. Pemberian ampas tahu diletakkan dalam tempat pakan plastik dan terdapat sekitar 100 tempat pakan plastik untuk ampas tahu.

Berdasarkan Tabel 7, maka konsumsi protein kasar untuk setiap domba pada usaha pembibitan tersebut sekitar 132,3 gram. Pulungan et al (1985) menyatakan bahwa ampas tahu merupakan sumber energi dengan protein kasar melebihi kebutuhan hidup pokok dan produksi domba. Menurut NRC (1985), domba dengan bobot tubuh 10-20 kg, dengan pertambahan bobot tubuh 200-250 gram per hari mengonsumsi protein kasar 127-167 gram per hari. Hal ini menandakan bahwa domba di peternakan Tawakkal akan tumbuh dengan baik dan bobot badan domba tersebut akan bertambah dengan cepat.

Tabel 7. Komposisi Ampas tahu berdasarkan Bahan Kering

Nutrisi %

Bahan Kering 15,00

Abu 4,96

Protein Kasar 29,40

Lemak 10,20

Serat Kasar 22,70

BETN 32,70

TDN 72,00

Sumber : Irawan, 2002

Induk dan pejantan yang digunakan adalah domba ekor tipis dan domba garut. Domba betina yang akan dikawinkan dipilih yang memiliki postur tubuh yang baik, tinggi, panjang, sehat dan berumur 1 tahun-1,5 tahun. Pejantan yang digunakan


(41)

untuk perwakinan dipilih yang sehat, postur tubuh proporsional dan berumur >1,5 tahun. Umur kawin ternak domba penting untuk diperhatikan kerena menyangkut produktifitas ternak selanjutnya. Ternak domba yang dikawinkan terlalu muda biasanya mempunyai bobot hidup relatif masih rendah, akibatnya anak domba yang dihasilkan mempunyai bobot lahir yang rendah dan pertumbuhan yang lambat.

Peternakan domba ini memiliki pejantan unggul sebanyak 10 ekor yang diletakkan di kandang yang berbeda dengan kandang induk. Jumlah induk yang dimiliki oleh usaha pembibitan domba Tawakkal sebanyak 150 induk dan saat ini telah menghasilkan 206 anak domba. Hal ini menandakan bahwa persentase produktivitas usaha pembibitan ini cukup baik yaitu 73%. Data produktivitas bibit dapat dilihat pada Tabel 4. Manajemen pembibitan yang dilakukan adalah perkawinan secara alami tanpa menggunakan inseminasi buatan karena sudah pernah mencobanya namun gagal dan harganya pun sangat mahal. Pembibitan ini tidak melakukan persilangan antara domba ekor tipis dan garut. Rasio yang digunakan adalah 1:5 (pejantan : betina). Betina yang telah diilih dimasukkan kedalam kandang kawin yang terdapat 1 pejantan. Lamanya pejantan dikandang kawin yaitu 2x siklus birahi atau sekitar 35 hari. Betina yang bunting dan akan melahirkan segera dipindahkan ke kandang beranak. Anak akan disapih setelah berumur 3 bulan. Setelah 60 hari melahirkan, induk akan dikawinkan kembali. Penyapihan anak dapat dilakukan setelah tiga bulan melahirkan dan dapat dikawinkan saat birahi sebelum penyapihan. Pengaturan selang kelahiran yang baik akan meningkatkan jumlah kelahiran anak menjadi tiga kali dalam dua tahun (Mulyono, 2005).

Anak jantan akan dipindahkan ke kandang penggemukan untuk digemukkan sedangan anak betina akan dipelihara untuk calon induk maupun dijual. Induk dan pejantan yang digunakan untuk perkawinan tidak ditimbang dan hanya dilihat dari sifat fisik saja begitu juga anak hasil perkawinan pun tidak ditimbang dan hanya melihat dari sifat fisik domba tersebut, dengan alasan karena akan ditimbang saat penggemukan domba untuk anak jantan.

Domba yang baru datang dari daerah Jawa dimasukkan ke dalam 1 kandang namun masih dalam 1 bangunan kandang karena tidak ada kandang karantina. Hal ini dapat menyebabkan tertularnya penyakit dari domba yang baru tiba dari perjalanan jauh dengan domba yang sudah ada di kandang, seperti penyakit mata (mata merah)


(42)

pada domba dari perjalanan jauh, pekerja memberikan obat tetes mata agar tidak menular ke domba yang sehat. Domba yang baru datang akan diberikan dengan obat cacing karena pemilik ternak mempunyai anggapan bahwa seluruh domba yang baru datang dari pasar sebagian besar berpenyakit cacingan. Penyakit yang banyak menyerang ternak domba di peternakan rakyat adalah penyakit yang menyerang pencernaan seperti cacingan (Wicaksono, 2002). Domba yang baru datang dari perjalanan jauh akan dilakukan pencukuran bulu domba agar bulu domba tersebut dapat tumbuh yang baru dan bagus serta pemotongan kuku. Domba dimandikan ± 1 minggu sekali.

Pada usaha ternak domba, kandang merupakan salah satu faktor penting dalam memelihara domba. Kandang digunakan untuk melindungi ternak domba dari angin, hujan, serangan penyakit, parasit dan juga untuk efisiensi produksi. Luas kandang kawin yang digunakan pada usaha pembibitan ini ukuran panjang 3 m dan lebar 1,5 m telah sangat memadai untuk dijadikan kandang kawin. Rata-rata untuk ukuran kandang kawin, induk yang hendak dikawinkan dimasukkan ke dalam satu kandang yang cukup luas, dengan kapasitas 1-1,5 meter persegi/ekor. Dengan kapasitas ini, setiap satu kandang bisa diisi kurang lebih 10 ekor induk. Lantai kandang terbuat dari bambu dengan jarak 1,5 cm agar kotoran dan urin bisa langsung jatuh ke kolong kandang dan tidak menumpuk dilantai kandang untuk menjaga kebersihan dari kandang tersebut. Kolong kandang tidak disemen dan kotoran yang jatuh ke bawah kandang diambil 4 hari sekali. Zona termonetral domba berkisar antara suhu 28°C sampai 30°C sedangkan rata-rata suhu di peternakan Tawakkal berkisar 28°C dan ditambah lagi keadaaan di sekitar kandang yang teduh karena terdapatnya pohon yang rindang sehingga akan membuat domba tidak kepanasan dan terhindar dari cekaman panas. Manajemen usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal dapat dilihat pada Tabel 8.


(43)

Tabel 8. Kegiatan Manajemen Pembibitan Domba di Peternakan Tawakkal

No. Kegiatan Manajemen Uraian

1. Bibit

a. Seleksi pejantan sehat, postur tubuh proporsional, berumur >1,5 tahun, tubuh panjang, alat kelaminya normal dan simetris

b. Seleksi induk sehat, tidak terlalu gemuk, bentuk tubuh kompak, garis punggung dan pinggang lurus, bulu bersih dan mengkilap, umur 1-1,5 tahun c. Seleksi anak jantan akan digemukkan dan betina sebagai

calon induk atau dijual. 2. Pakan

a. Waktu pemberian pukul 06.00 (rumput) dan sore pada pukul 15.00 (rumput, ampas tahu dan mineral)

b. Jenis pakan rumput lapang, premix, vitamin, mineral, dan ampas tahu

c. Jumlah pemberian 3 kg ampas tahu dan 2-2,5 kg rumput lapang 3. Kandang

a. Luas kandang kawin 45 m²

b. Jumlah kandang 10 kandang kawin, 43 kandang yg meliputi kandang melahirkan, kandang induk, kandang anak lepas sapih

c. Jenis kandang kandang panggung

4. Reproduksi

a. Perkawinan domba Perkawinan alami tanpa inseminasi buatan b. Lama penjantan di

kandang kawin c. Pengaturan

kelahiran d. Pengaturan

perkawinan Keterangan : Data primer

2x siklus birahi (35 hari)

Domba yang bunting dipindahkan ke kandang melahirkan

Domba dikawinkan lagi, 60 hari setelah beranak


(44)

Pemasaran

Usaha pembibitan domba ini menghasilkan ternak berupa bakalan domba untuk digemukkan dan induk yang dapat dijual. Bakalan untuk digemukkan yaitu bibit anak yang jantan, yang digemukkan sendiri oleh pemilik maupun dijual kepada peternak lain. Domba-domba tersebut dijual baik kepada peternak maupun pihak pemerintah dalam skala kecil maupun besar seperti ke daerah Jawa Barat maupun luar Jawa Barat. Penentuan harga untuk domba yang dijual dalam usaha pembibitan ini tidak dilihat dari bobot badan tapi ditentukan berdasarkan penampilan fisik dari domba tersebut. Harga yang ditentukan pun berdasarkan kesepakatan diantara kedua belah pihak dengan melihat kualitas dari ternak itu sendiri. Misal dengan harga Rp 700.000 domba yang dijual harus bibit yang baik karena peternakan ini menganut sistem kejujuran kepada setiap konsumennya. Harga jual untuk bakalan jantan yaitu Rp 650.000 sedangkan betina Rp 400.000.

Sistem pemasaran yang dilakukan masih sangat sederhana yaitu dengan mulut ke mulut, kerabat maupun dari konsumen yang datang langsung ke peternakan. Usaha pembibitan ini belum menggunakan media cetak maupun elektronik dan internet untuk memasarkan ternaknya. Pembeli dapat langsung ke peternakan untuk memilih domba yang akan dibeli maupun memberikan kepercayaan kepada pemilik untuk mengirimkan domba yang akan dipesan.

Usaha pembibitan ini dapat mengarahakan salah satu pekerjanya untuk menjadi penanggung jawab dalam pemasaran maupun mengurus sistem online ini tanpa harus mengganggu kegiatan dan tugas utama pekerja. Peluang yang cukup tinggi dalam segi permintaan bibit domba, persaingan usaha pembibitan yang masih sedikit dan kepercayaan pelanggan yang tinggi dapat dijadikan alasan untuk melakukan sistem pemasaran ini. Hasil penelitian Sasongko (2006) mengatakan bahwa penggunaan jaringan komputer dan internet telah banyak dilakukan oleh para pelaku bisnis dalam melakukan negosiasi, transaksi, dan pemasaran produknya kepada setiap relasi. Pemanfaatan teknologi internet ini bisa meningkatkan jumlah permintaan domba dan informasi terkait keberadaan usaha pembibitan Tawakkal sehingga akan menyebar dan diketahui tidak hanya di pulau Jawa saja namun Indonesia bahkan mancanegara sehingga dengan menggunakan strategi ini diharapakan usaha pembibitan ini dapat dipromosikan lebih luas lagi baik untuk


(45)

penjualan, informasi dan kegiatan lain yang mendukung berkembangnya usaha pembibitan.

Pelayanan ini akan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan bagi usaha pembibitan maupun pelanggan dimana pelanggan tidak merasa dirugikan sedangkan disisi lain usaha pembibitan akan memperoleh kepercayaan. Hal ini merupakan salah satu cara untuk menjaga kepercayaan, pelayanan dan kepuasaan pembeli. Usaha penggemukan domba yang telah dikenal masyarakat pun mengakibatkan usaha pembibitan ini dapat dengan cepat diketahui oleh masyarakat dan pelanggan. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai maupun bertahap sampai domba yang dikirim datang ke daerah yang dituju.

Kerjasama yang terjalin antara peternakan Tawakkal dengan peternakan di daerah Jawa dalam segi pengiriman indukan tidak melakukan kontrak kerjasama yang jelas dan hanya mengandalkan kepercayaan dan kejujuran. Hal ini karena pemilik peternakan Tawakkal sudah mengenal pihak pemasok induk dari Jawa dan sering berkunjung ke peternakannya. Perjanjian kerjasama yang tidak kuat antara dua belah pihak dapat menimbulkan ancaman untuk peternakan karena tidak adanya kontrak yang jelas dan secara tiba-tiba dapat memutuskan pengiriman domba karena beberapa faktor yang tidak dapat diduga sebelumnya. Tidak adanya pembukuan yang jelas mengenai penjualan dan pembelian domba menjadi salah satu kesulitan dalam penelitian ini karena tidak adanya informasi yang jelas terkait dana dan jumlah domba yang dibeli dan dijual.

Berdasarkan analisis lingkungan internal tersebut maka faktor-faktor lingkungan internal yang meliputi kekuatan dan kelemahan yang terdapat di dalam usaha pembibitan ini yaitu :

1. Bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik 2. Induk dan pejantan yang digunakan dipilih yang bagus 3. Lokasi peternakan yang strategis

4. Jumlah pekerja yang memadai

5. Pekerja yang digunakan terampil, ramah dan mau belajar 6. Adanya mess, mushola, saung dan fasilitas lainya di peternakan 7. Adanya pembagian kerja yang jelas


(46)

9. Lokasi peternakan yang aman dari pencurian

Adapun kelemahan yang dimilki usaha pembibitan domba ini adalah 1. Sistem recording yang tidak teratur

2. Keterbatasan modal

3. Teknologi pembibitan tidak digunakan 4. Jumlah kandang masih terbatas

5. Lahan yang masih terbatas

Analisis Lingkungan Eksternal Usaha Pembibitan Domba

David (2009) menjelaskan bahwa analisis terhadap lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi suatu perusahaan sehingga manajemen perusahaan memiliki kemampuan untuk dapat merumuskan suatu strategi. Analisis lingkungan eksternal menekankan pada evaluasi terhadap peristiwa di luar kendali sebuah perusahaan. Tujuan dari analisis lingkungan eksternal adalah untuk mengembangkan daftar terbatas peluang yang dapat dimanfaatkan perusahaan dan ancaman yang dihindari. Lingkungan eksternal perusahaan merupakan lingkungan yang terdiri dari faktor-faktor yang dapat menjadi peluang (opportunities) dan ancaman (threats) yang berada di luar pengawasan dan kontrol pihak manajemen perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). Lingkungan eksternal pada usaha pembibitan domba di peternakan Tawakkal dapat dilihat dari beberapa aspek berikut :

Potensi Pasar

Populasi domba di Indonesia tahun 2011 adalah 11.372.000 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan, 2012). Jumlah populasi manusia Indonesia tahun 2010 adalah 237.641.326 jiwa (Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, 2012). Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kementan, konsumsi daging nasional pada 2010 sebesar 1,27 kg per kapita per tahun. Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi manusia maka akan meningkatkan kebutuhan daging sebagai sumber pangan yang salah satunya berasal dari daging domba. Pencapaian konsumsi protein hewani masyarakat Kabupaten Bogor belum dapat mencapai target nasonal yang ditetapkan yaitu konsumsi protein hewani secara normal sebesar 6 g/kapita/hari (Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2006).


(1)

58 Lampiran 2. Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE)

Faktor Strategis Eksternal Bobot

(A)

Rating (B)

Bobot x Peringkat Peluang :

1. Permintaan bibit domba yang tinggi 4 4 16

2. Persaingan usaha pembibitan masih sedikit 4 4 16 3. Tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi 4 4 16

4. Adanya dukungan masyarakat sekitar 3,5 3 10,5

5. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan 2 2 4 konsumsi daging (gizi)

6. Instansi pemerintah maupun swasta banyak 3,5 3 10,5 yang mengajak kerjasama

7. Budaya masyarakat mejelang Idul Adha 3 3 9

Ancaman :

1. Penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa

4 4 16

2. Kenaikan biaya transportasi 3,5 3 10,5

3. Dukungan pemerintah kabupaten yang rendah dalam segi modal dan administrasi 4. Perjanjian kerjasama yang tidak kuat dan

terikat dari pemasok indukan dari Jawa Total

4 4 39,5

3 12


(2)

59

Faktor internal Bobot

(A)

Peringkat (B)

Bobot x Peringkat Kekuatan :

1. Bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik

2. Induk dan pejantan yang digunakan dipilih yang bagus

4 4 16

4 4 16

3. Lokasi peternakan yang strategis 3 3,75 11,25

4. Jumlah pekerja yang memadai

5. Pekerja yang digunakan terampil, ramah, dan mau belajar

6. Adanya mess, mushola, saung dan fasilitas lainya di peternakan

7. Adanya pembagian kerja yang jelas 8. Kandang dan lokasi peternakan yang

bersih dan tidak bau

9. Lokasi peternakan yang aman dari pencurian

Kelemahan :

3,5 3,5 3 3,5

4 3

3 3 3,75

3,5 4 3

10,5 10,5 11,25 12,25 16

9

1. Sistem recording yang tidak teratur 4 4 16

2. Keterbatasan modal 4 3,25 13

3. Teknologi pembibitan tidak digunakan

2 2 4

4. Jumlah kandang masih terbatas 5. Lahan yang masih terbatas

3 3

3.5 3

9 10.5


(3)

60

Lampiran 3. Kata Kunci Pertanyaan Terbuka dalam Indentifikasi Internal di Usaha Pembibitan oleh Kepala Kandang

Faktor- faktor internal Kekuatan Kelemahan Alasan

1. Karakteristik bibit 2. Lokasi peternakan 3. Fasilitas kandang

4.

pembibitan Jumlah pekerja 5. Pengalaman pekerja 6. Pembagian kerja 7. Teknologi pembibitan 8. Strategi pemasaran

9. ……….

10. ……….


(4)

61

Lampiran 4. Kata Kunci Pertanyaan Terbuka dalam Indentifikasi Faktor Eksternal di Usaha Pembibitan oleh Kepala Kandang

Faktor- faktor eksternal Peluang Ancaman Alasan

1. Permintaan bibit domba 2. Penerimaan masyarakat

terhadap usaha pembibitan domba

3. Tingkat persaingan antar peternak

4. Budaya masyarakat 5. Tingkat kepercayaan

pelanggan

6. Dukungan pemerintah terhadap pengembangan usahaternak

7. Kesadaran masyarakat akan gizi

8. Penyebaran penyakit

9. ………

10. ………..


(5)

62

Lampiran 5. Rekapan Pembobotan dan Peringkat pada Faktor Internal

Bobot Peringkat

Bobot Bobot Rata- Peringkat Peringkat rata-rata

Faktor internal total rata

(A)

Total (B)

Kekuatan 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Bibit yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 16 4

2. Induk dan pejantan yang digunakan dipilih yang bagus 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 16 4

3. Lokasi peternakan yang strategis 4 3 3 2 12 3 4 4 4 3 15 3,75

4. Jumlah pekerja yang memadai 4 3 4 3 14 3,5 3 3 3 3 12 3

5. Pekerja yang digunakan terampil, ramah dan mau belajar 4 4 3 3 14 3,5 3 3 3 3 12 3 6.

7.

Adanya mess, mushola, saung dan fasilitas lainnya di peternakan

Adanya pembagian kerja yang jelas

3 4 3 3 4 4 2 3 12 14 3 3,5 4 3 4 4 4 4 3 3 15 14 3,75 3,5 8. 9.

Kandang dan lokasi peternakan yang bersih dan tidak bau

Lokasi peternakan yang aman dari pencurian

4 4 4 3 4 3 4 2 16 12 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 16 12 4 3 Kelemahan

1. Sistem recording yang tidak teratur 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 16 4

2. Keterbatasan modal 4 4 4 4 16 4 4 3 3 3 13 3,25

3. Teknologi pembibitan tidak digunakan 2 2 2 2 8 2 2 2 2 2 8 2

4. Jumlah kandang yang terbatas 4 3 3 2 12 3 4 3 3 2 12 3

5. Lahan yang masih terbatas 4 4 3 3 14 3,5 4 3 3 2 12 3


(6)

63

Lampiran 6. Rekapan Pembobotan dan Peringkat pada Faktor Eksternal

Faktor Eksternal Bobot Bobot

total

Bobot Rata- rata (A)

Peringkat Peringkat Total

Peringkat rata-rata

(B)

Peluang 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Permintaan bibit domba yang tinggi 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 16 4

2. Persaingan usaha pembibitan masih sedikit 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 16 4

3. Tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 16 4

4. Adanya dukungan masyarakat sekitar 4 3 4 3 14 3,5 3 3 3 3 12 3

5. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan konsumsi 2 2 2 2 8 2 2 2 2 2 8 2

daging (gizi)

6. Instansi pemerintah maupun swasta banyak yang 3 4 3 4 14 3,5 4 3 3 2 12 3

mengajak kerjasama

7. Budaya masyarakat mejelang Idul Adha 3 3 3 3 12 3 3 3 3 3 12 3

Ancaman

1. Penyebaran penyakit dari induk yang dibeli dari Jawa 4 4 4 4 16 4 4 4 4 4 16 4

2. Kenaikan biaya transportasi 4 3 4 3 14 3,5 3 3 4 2 12 3

3. Dukungan pemerintah kabupaten yang rendah dalam 4 4 4 4 16 4 3 3 3 3 12 3

segi modal dan administrasi

4. Perjanjian kerjasama yang tidak kuat dan terikat dari 4 4 4 4 16 4 4 4 3 3 14 3,5 pemasok indukan dari Jawa