Strategi Bisnis pada Peternakan Domba Tawakkal Farm Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor

(1)

STRATEGI BISNIS PADA PETERNAKAN DOMBA

TAWAKKAL FARM DESA CIMANDE HILIR

KECAMATAN CARINGIN BOGOR

SKRIPSI

MEILINA FITRIANI H34062894

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR


(2)

RINGKASAN

MEILINA FITRIANI. Strategi Bisnis pada Peternakan Domba Tawakkal

Farm Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HARIANTO).

Sektor pertanian merupakan sektor unggulan yang memegang peranan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 15,8 persen pada semester I tahun 2009. Pembangunan subsektor peternakan merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam pembangunan pertanian. Kontribusi terbesar subsektor peternakan berasal dari daging, telur, dan susu. Sebagai salah satu produk utama asal ternak, daging merupakan sumber protein hewani yang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan daging cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, konsumsi daging masyarakat Indonesia berkisar di atas 2.281.659,4 ton, sementara tingkat produksi daging hanya mencapai 2.181.186 ton. Sebagai salah satu komoditas peternakan, domba sangat berpeluang untuk dikembangkan dalam pemenuhan kebutuhan daging.

Tawakkal Farm (TF) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di sektor peternakan domba dengan kapasitas terbesar di Kabupaten Bogor. Penjualan ternak domba TF dengan segmen pasarnya yaitu pasar harian dan pasar tahunan cenderung meningkat setiap tahunnya. Namun pada tahun 2009 lalu, penjualan ternak domba TF terutama untuk pasar tahunan (kebutuhan kurban) mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 20 persen. Angka penjualan ini tidak sesuai dengan target perusahaan yang seharusnya dapat mencapai 1500

ekor. Adanya kesenjangan yang terjadi antara target dengan kenyataan

dikarenakan semakin banyaknya pesaing kompetitif baik peternakan kecil maupun besar yang berkecimpung di dalamnya sehingga penjualan TF mengalami penurunan. Selain itu, kurangnya kegiatan promosi yang dijalankan juga turut mempengaruhi tingkat penjualan TF, disamping perencanaan usaha TF yang belum terstruktur dengan baik sehingga perusahaan harus mampu bekerja pada kondisi yang efektif dan efisien ditunjang strategi yang tepat untuk dapat berkompetisi di pasar.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi dan menganalisis jenis domba yang prospektif yang dimiliki perusahaan untuk dikembangkan dan segmen pasar potensial bagi produk prospektif TF, (2) mengidentifikasi dan menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha perusahaan TF, serta (3) memformulasikan strategi bisnis dan menentukan prioritas strategi bisnis yang paling tepat diterapkan oleh perusahaan TF. Penelitian dilaksanakan di peternakan Tawakkal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Penelitian dan pengumpulan data berlangsung pada bulan April – Juni 2010. Data yang digunakan di dalam penelitian mencakup data primer dan data sekunder. Metode perumusan dan pemilihan strategi dilakukan berdasarkan analisis deskriptif, analisis produk prospektif dan segmen pasar potensial, analisis lingkungan internal dan eksternal, matriks IE, SWOT, dan QSPM.


(3)

Beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan produk prospektif TF, diantaranya adalah: (1) nilai ekonomis, (2) permintaan, (3) kuantitas produksi, (4) penjualan, (5) kualitas, dan (6) kontinuitas. Kontinuitas merupakan kriteria tertinggi dalam menentukan produk prospektif TF dengan bobot kriteria 0,233. Hasil analisis dengan menggunakan MPE berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya menunjukkan bahwa domba lokal merupakan produk yang paling prospektif untuk dikembangkan oleh TF dengan rating nilai 7,472. Selain itu, terdapat empat kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan segmen pasar potensial bagi produk prospektif TF, antara lain: (1) profit, (2) penjualan, (3) peluang pasar, dan (4) risiko. Kriteria penjualan merupakan kriteria yang mempunyai bobot kriteria akhir tertinggi. Berdasarkan hasil analisis MPE, dihasilkan segmen aqiqah dan kurban sebagai segmen pasar yang paling potensial bagi TF dengan bobot akhir sebesar 5,573.

Faktor strategis internal yang mempengaruhi TF terdiri dari kekuatan dan kelemahan internal. Dari hasil analisis terhadap faktor strategi internal, didapat bahwa performa ternak bagus dan berkualitas merupakan kekuatan utama yang dimiliki oleh produk TF, sedangkan kelemahan utama adalah kurangnya promosi produk. Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor strategis eksternal, diperoleh peluang dan ancaman yang terkait, dimana pertumbuhan penduduk merupakan peluang utama bagi TF untuk meningkatkan penjualan, sementara persaingan antara perusahaan sejenis menjadi ancaman perusahaan karena mempengaruhi terhadap ketidakstabilan penjualan. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE, didapat total skor sebesar 2,6647 dimana TF berada pada kondisi rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan internal perusahaan

terkait kegiatan pemasaran produknya. Matriks EFE sebesar 2,5926

memperlihatkan bahwa respon yang diberikan oleh perusahaan terhadap lingkungan eksternal tergolong sedang. Berdasarkan pemetaan total skor matriks IFE dan EFE pada matriks IE, maka posisi perusahaan saat ini berada pada sel V, yaitu strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain).

Dari hasil analisis SWOT diperoleh enam alternatif strategi yang dapat dijalankan TF, yaitu: (1) meningkatkan penjualan dengan mempertahankan atau meningkatkan kualitas produk, (2) memperbaiki perencanaan perusahaan dengan menyusun target, rencana pemasaran, dan kontrak jual beli, (3) memanfaatkan teknologi informasi khususnya media internet untuk menggencarkan promosi produk, (4) membangun dan memperkuat jaringan usaha dengan lembaga kurban dan aqiqah, (5) meningkatkan citra produk kepada masyarakat dan memperkuat

corporate image, serta (6) promosi secara agresif dengan adanya pemahaman positif tentang manfaat produk. Proses pengambilan keputusan dalam penentuan alternatif strategi terbaik dilakukan melalui analisis QSPM. Hasil analisis matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi prioritas adalah membangun dan memperkuat jaringan usaha dengan lembaga kurban dan aqiqah.


(4)

STRATEGI BISNIS PADA PETERNAKAN DOMBA

TAWAKKAL FARM DESA CIMANDE HILIR

KECAMATAN CARINGIN BOGOR

MEILINA FITRIANI H34062894

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2010


(5)

Judul Skripsi : Strategi Bisnis pada Peternakan Domba Tawakkal Farm Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor

Nama : Meilina Fitriani

NIM : H34062894

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Harianto, MS

NIP. 19581021 98501 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS

NIP. 19580908 198403 1 002


(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan sebenar-benarnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Strategi Bisnis pada Peternakan Domba Tawakkal Farm Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor” merupakan gagasan atau hasil penelitian saya sendiri, dengan arahan dosen pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukan rujukannya. Skripsi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar atau capaian akademik lainnya pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2010

Meilina Fitriani H34062894


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi, Lampung Utara, pada tanggal 25 Mei 1988 dan merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Marbawi dan Ibu Sutirah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 3 Gapura Kotabumi pada tahun 2000, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTPN 7 Kotabumi. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 3 Kotabumi. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis merupakan mahasiswa angkatan kedua yang diterima IPB dengan program baru IPB, yaitu program kurikulum mayor-minor. Pada tahun kedua, penulis baru diterima sebagai mahasiswa Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan organisasi dan kepanitiaan. Penulis tercatat sebagai Presidium UKM Seni Paduan Suara Mahasiswa IPB Agria Swara periode tahun 2008-2009 dan Koordinator Divisi Hubungan Masyarakat periode tahun 2009-2010. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan, yaitu koordinator acara Young Entrepreneur Seminar, koordinator acara Agrination 2008, koordinator dana usaha dan humas pada kegiatan konser tahunan PSM Agria Swara bertajuk Eulogy to the Joy of Singing.

Pada tahun 2009, penulis memperkuat Tim Kebudayaan IPB dan Indonesia dalam meraih Golden Diplome untuk Mixed Choir serta Grand Champion pada”The 3rd


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Bisnis pada Peternakan Domba Tawakkal Farm Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor”.

Penelitian mengenai strategi bisnis ini merupakan bagian dari proses belajar dalam memahami potensi dan permasalahan yang dihadapi dunia Agribisnis khususnya usaha ternak penggemukan domba. Sebagai mahasiswa Agribisnis yang sedang menyelesaikan tugas akhir, penelitian ini sangat dirasakan manfaatnya oleh penulis. Namun demikian, dengan segala keterbatasan yang ada, melalui skripsi ini kiranya dapat memberikan masukan yang bermanfaat berupa informasi dan bahan pertimbangan bagi perusahaan peternakan domba Tawakkal Farm dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya.

Segala saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan pada skripsi ini sangat diharapkan, baik dari segi format penulisan, isi kajian, ketepatan informasi maupun kedalaman kajian sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2010


(9)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak luput dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Ibu dan Ayah tercinta serta kakak adikku (Eka, Yolan, dan Risa) untuk setiap dukungan, doa, perhatian, serta cinta kasih yang tiada pernah putus. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan yang terbaik.

2. Dr. Ir. Harianto, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, ilmu

pengetahuan, dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama ini. 3. Eva Yolynda A, SP, MM selaku dosen penguji utama atas segala masukan

dan saran kepada penulis demi perbaikan skripsi ini.

4. Ir. Joko Purwono, MS selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikanatas segala masukan dan saran kepada penulis terkait penulisan skripsi ini.

5. Drs. H. Bunyamin selaku pemilik Peternakan Tawakkal Farm atas waktu, kesediaan, informasi, serta bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Dr. Ir. Muhammad Yamin, M.Agr.Sc dan Dorisfadian Gafar atas kesediaan

dan bantuannya dalam pengumpulan data selama penelitian skripsi ini.

7. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan selama penulis melakukan perkuliahan.

8. Subadri, atas segala bantuan, dukungan, masukan, dan waktu yang telah diberikan selama menemani penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman seperjuangan Ridy, dan teman-teman Agribisnis 43, atas semangat, kebersamaan, dan sharing selama kuliah hingga penulisan skripsi.

10. Teman-teman Jasminerz (Muteb, Fuji, Tami, Mbak Arrin, Imel, Iyud, Tri, Ari, Tika, Anjar, Arini, Saidah.) atas segala kebersamaannya selama ini. 11. Keluarga besar PSM IPB Agria Swara atas segala dukungan, bantuan, dan

kebersamaan, dan masukannya kepada penulis selama ini.

12. Seluruh pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam

penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.


(10)

Meilina Fitriani

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan ... 10

1.4 Manfaat ... 10

1.5 Ruang Lingkup ... 10

II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Usaha ternak Domba ... 11

2.1.1 Sejarah dan Jenis Ternak Domba ... 12

2.1.2 Pemeliharaan Ternak Domba ... 14

2.2 Manajemen Peternakan ... 16

2.3 Penelitian Terdahulu ... 17

2.3.1 Penelitian Tentang Domba ... 17

2.3.2 Penelitian Tentang Strategi Pemasaran & MPE 19 2.3.3 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu ... 21

III KERANGKA PEMIKIRAN ... 22

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 22

3.1.1 Konsep Manajemen ... 22

3.1.2 Konsep Strategi ... 22

3.1.3 Formulasi Strategi ... 25

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 40

IV METODE PENELITIAN ... 41

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

4.2 Metode Penentuan Responden ... 41

4.3 Data dan Instrumentasi ... 41

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 42

4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 42

4.5.1 Analisis Deskriptif ... 42

4.5.2 Analisis Tiga Tahap Perumusan Strategi ... 43

4.5.2.1 Tahap Input ... 43

4.5.2.2 Tahap Pencocokan ... 50

4.5.2.3 Tahap Keputusan ... 53

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 55

5.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 55

5.2 Lokasi Perusahaan ... 56

5.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 57


(11)

5.5 Fasilitas dan Peralatan Penunjang Usaha ... 60

5.6 Sumberdaya Produksi dan Operasi ... 60

5.6.1 Pengadaan Bahan Baku ... 60

5.6.2 Teknik Produksi ... 63

5.6.3 Output Produksi ... 65

5.7 Strategi Bisnis Tawakkal Farm ... 65

VI HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69

6.1 Visi dan Misi Perusahaan ... 69

6.2 Pemilihan Produk Prospektif dan Segmen Pasar Potensial ... 69

6.2.1 Pemilihan Produk Prospektif ... 69

6.2.2 Pemilihan Segmen Pasar Potensial ... 73

6.3 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal ... 76

6.3.1 Analisis Lingkungan Internal ... 76

6.3.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 82

6.4 Evaluasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal ... 90

6.4.1 Evaluasi Faktor Internal ... 90

6.4.2 Evaluasi Faktor Eksternal ... 92

6.5 Matriks Internal Eksternal ... 94

6.6 Analisis Matriks SWOT ... 95

6.7 Analisis QSPM ... 102

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

7.1 Kesimpulan ... 104

7.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor Peternakan terhadap Pertanian dan Nasional Tahun 2004 – 2008

(Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000) ... 2

2. Standar Harga Penjualan Daging Ternak di Indonesia Tahun 2008 ... 4

3. Permintaan dan Produksi Daging Domba Jawa Barat Tahun 2005 – 2009 ... 5

4. Perkembangan Populasi Ternak Kecil di Kabupaten Bogor Tahun 2008 ... 6

5. Data Penjualan Domba Perusahaan Peternakan Tawakkal Farm Tahun 2005 – 2009 ... 7

6. Usaha Peternakan Domba di Wilayah Bogor Tahun 2008 ... 8

7. Luas Kandang Minimum untuk Ternak Domba Jantan dan Betina ... 15

8. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Ternak Kambing dan Domba Tahun 2004 – 2009 ... 18

9. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Strategi Pemasaran dan Metode Perbandingan Eksponensial Tahun 2002 – 2009 ... 21

10. Tabel Kriteria Keputusan dengan Menggunakan MPE ... 45

11. Analisis Lingkungan Internal ... 46

12. Analisis Lingkungan Eksternal ... 47

13. Penilaian Bobot Faktor Strategi Internal Perusahaan ... 48

14. Penilaian Bobot Faktor Strategi Eksternal Perusahaan ... 48

15. Matriks IFE ( Internal Factor Evaluation) ... 49

16. Matriks EFE ( External Factor Evaluation) ... 50

17. Matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) ... 53

18. Peralatan dan Fasilitas Penunjang Perusahaan Peternakan Domba Tawakkal Farm Tahun 2010 ... 60

19. Jenis Obat-Obatan dan Vitamin yang Digunakan Perusahaan Peternakan Domba Tawakkal Farm Tahun 2010 ... 63

20. Jadwal Pemberian Pakan pada Perusahaan Peternakan Domba Tawakkal Farm Tahun 2010 ... 63 21. Bobot Kriteria Akhir Pemilihan Produk Prospektif Tawakkal


(13)

Farm ... 72

22. Pemilihan Produk Prospektif Tawakkal Farm Menggunakan MPE ... 73

23. Bobot Kriteria Akhir Pemilihan Segmen Pasar Potensial Tawakkal Farm ... 75

24. Pemilihan Segmen Pasar Potensial Tawakkal Farm Menggunakan MPE ... 75

25. Jumlah Penduduk Indonesia Berdasarkan Usia (2006-2010) .. 83

26. Perbandingan Nilai Gizi Daging Domba, Ayam, dan Sapi (per 3 oz. cooked) Tahun 2001 ... 90

27. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) ... 91

28. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) ... 93


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Model Komprehensif Manajemen Strategi ... 23

2. Kerangka Kerja Analisis Perumusan Strategi ... 24

3. Model Lima Kekuatan Porter ... 31

4. Kerangka Pemikiran Operasional ... 40

5 Matriks Internal-Eksternal ... 51

6 Ilustrasi Matriks SWOT ... 52

7. Struktur Organisasi Perusahaan Peternakan Domba Tawakkal Farm ... 58

8. Saluran Distribusi Peternakan Domba Tawakkal Farm ... 68

9. Matriks IE Produk Prospektif Perusahaan Tawakkal Farm ... 95


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Populasi Domba Tahun 2005-2009 (per Propinsi) ... 109 2. Kuesioner-kuesioner yang digunakan dalam penelitian ... 110

3. Persentase Pengeluaran Rata-Rata per Kapita Sebulan

Menurut Kelompok Barang Tahun 2002-2009 ... 123

4. Perhitungan Pemilihan Produk Prospektif Perusahaan

Peternakan Domba TF ... 124

5. Perhitungan Pemilihan Segmen Pasar Potensial Peternakan

Domba TF ... 125 6. Evaluasi Faktor Internal ... 127 7. Evaluasi Faktor Eksternal ... 128

8. Hasil Perhitungan QSPM untuk Menentukan Prioritas

Strategi ... 129

9. Dokumentasi Perusahaan Peternakan Domba Tawakkal


(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor unggulan yang memegang peranan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional, yaitu sebagai : (a) pemasok bahan baku kebutuhan pangan dan industri, (b) pengendali stabilitas harga, (c) penyedia lapangan kerja, dan (d) sumber devisa (Solahuddin, 2009). Dalam rangka melaksanakan peran strategis tersebut, sektor pertanian terus berupaya memperbaiki kinerja pembangunannya. Pembangunan pertanian diartikan sebagai serangkaian berbagai upaya untuk mengembangkan kapasitas masyarakat pertanian, khususnya memberdayakan petani, peternak, dan nelayan, agar mampu melaksanakan kegiatan usaha ekonomi produktif secara mandiri dan selanjutnya mampu memperbaiki kehidupannya sendiri.

Dalam beberapa tahun terakhir, sektor pertanian masih menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan. Setiap tahunnya, kontribusi sektor pertanian cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data BPS (2009)1

, kontribusi pertanian terhadap PDB menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku dari tahun 2006 hingga semester I tahun 2009 adalah sebesar 13 persen, 13,7 persen, 14,4 persen, dan 15,8 persen.

Pembangunan subsektor peternakan merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam pembangunan pertanian. Potensi pengembangan komoditas peternakan yang masih cukup besar merupakan alasan utama menjadikan subsektor peternakan sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi bagi sektor pertanian saat ini. Beberapa peranan subsektor peternakan tersebut diantaranya: menyediakan sumber protein hewani dari produk pangan asal ternak untuk melengkapi hasil-hasil pertanian yang tidak dapat digantikan oleh protein nabati, memberdayakan sumberdaya manusia (SDM) agar menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi, menciptakan lapangan kerja di bidang agribisnis peternakan, serta melestarikan dan memanfaatkan sumberdaya alam pendukung peternakan. Dengan melihat peranan yang cukup potensial ini, selayaknya peternakan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

1

[BPS] Biro Pusat Statistik. 2009. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005– 2009 pada Semester I (persen). http://www.datastatistik-indonesia.com. [11 Februari 2010]


(17)

Dibandingkan subsektor lainnya, tidak sedikit kontribusi PDB yang telah diberikan subsektor peternakan terhadap sektor pertanian. Berdasarkan Ditjen Peternakan (2009), kontribusi PDB subsektor peternakan terhadap sektor pertanian pada tahun 2008 berdasarkan harga konstan tahun 2000 adalah 12,5 persen, merupakan urutan keempat terbesar setelah subsektor tanaman pangan (49,9 persen), perikanan (16,1 persen), dan perkebunan (15,8 persen). Kontribusi terbesar subsektor peternakan ini berasal dari daging, telur, dan susu yang merupakan produk utama asal ternak (Ditjen Peternakan, 2009). Besarnya kontribusi PDB subsektor peternakan terhadap sektor pertanian dan nasional tahun 2004 – 2008 atas dasar harga konstan tahun 2000 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 2,93 persen per tahun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Subsektor Peternakan terhadap Sektor Pertanian dan Nasional Tahun 2004 – 2008 (Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2000)

Tahun Nilai

(Rp. Milyar)

Kontribusi terhadap Sektor Pertanian (%)

Kontribusi terhadap PDB Nasional (%)

2004 31.672,500 12,244 1,912

2005 32.346,500 12,741 1,848

2006 33.430,200 12,740 1,810

2007 *) 34.220,700 12,609 1,743

2008 **) 35.552,800 12,504 1,708

Sumber : Ditjen Peternakan (2009) diolah *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Sebagai salah satu produk utama asal ternak, daging merupakan sumber protein hewani yang mempunyai arti sangat penting bagi kehidupan manusia karena daging mengandung kalori yang dibutuhkan untuk kesehatan. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan daging cenderung mengalami peningkatan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kenaikan permintaan terhadap daging tersebut adalah adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Walaupun Indonesia turut terkena imbas dari dampak krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008, namun secara perlahan pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali pulih. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada tingkat 4,4 persen dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2010 menjadi 4,8 persen(TWB, 2009). Pertumbuhan ekonomi ini berimplikasi pada meningkatnya


(18)

tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Hal ini pada akhirnya berdampak pada peningkatan konsumsi masyarakat terhadap daging.

Selain itu, tingginya permintaan terhadap daging juga dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk di Indonesia. Berdasarkan Datastatistik-indonesia (2009), jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai angka lebih dari 230 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sekitar 1,41 persen tiap tahunnya sejak tahun 2000. Ini berarti kebutuhan masyarakat akan daging juga akan terus meningkat.

Dilain pihak, walaupun terjadi peningkatan terhadap permintaan daging, tetapi hal ini tidak diimbangi oleh produksi daging itu sendiri. Ditjen Peternakan (2009) menyatakan bahwa konsumsi daging masyarakat Indonesia pada tahun 2009 berkisar di atas sebesar 2.281.659,4 ton, sementara tingkat produksi daging sendiri hanya mencapai angka sebesar 2.181.186 ton. Kebijakan impor daging merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengatasi permasalahan adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran dalam negeri tersebut. Untuk menutupi tingginya permintaan terhadap daging, Indonesia harus mengimpor daging dari negara-negara tetangga yang mencapai lebih dari 100.000 ton dengan pertumbuhan rata-rata impor daging tiap tahunnya sebesar 19 persen(BPS, 2009)2. Melihat kenyataan di atas, hal ini merupakan peluang bagi

Indonesia untuk terus mengembangkan peternakannya terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan daging nasional.

Sebagai salah satu komoditas peternakan, domba sangat berpeluang untuk dikembangkan dalam pemenuhan kebutuhan daging. Daging domba memiliki kandungan zat gizi berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral yang sempurna karena kandungan zat gizi tersebut berada dalam perbandingan yang optimal, mudah dicerna, dan tidak ada sisa yang terbuang. Sebagai sumber penghasil daging, domba memiliki beberapa kelebihan dibandingkan hewan ternak penghasil daging lainnya. Domba memiliki sifat mudah beradaptasi dengan lingkungan, mudah dalam perawatan, dan modal yang diperlukan untuk membuka usaha peternakan domba relatif kecil (Sudarmono dan Sugeng, 2005).

2

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2009. Perkembangan Volume Impor Ternak dan Hasil Ternak Tahun 2004 – 2009. http://www.bps.go.id [17 Maret 2010]


(19)

Berdasarkan data Ditjen Peternakan (2009), jumlah populasi ternak domba yang berada di tiap-tiap propinsi di Indonesia cenderung berfluktuasi. Namun, secara keseluruhan, sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 jumlah total populasi ternak domba yang ada di Indonesia cenderung mengalami peningkatan tiap tahunnya, dimana peningkatan terbesar terjadi antara tahun 2008-2009 yaitu sebesar sembilan persen atau sebesar 866.652 ekor, sebagaimana ditunjukkan pada Lampiran 1. Adanya peningkatan jumlah total populasi ternak domba yang ada di Indonesia ini seiring dengan meningkatnya permintaan nasional terhadap domba yang sekaligus mengindikasikan bahwa potensi daging domba dalam rangka pemenuhan kebutuhan daging masih sangat terbuka lebar.

Adanya potensi daging domba dalam memenuhi kebutuhan daging juga dapat dilihat dari kebutuhan pasar domestik terhadap daging hewan ternak ini yang pada tiap tahunnya kurang lebih sekitar 5,6 juta ekor untuk kebutuhan ibadah kurban saja, dan belum termasuk kebutuhan pasokan untuk aqiqah, industri restoran sampai dengan warung sate kaki lima yang membutuhkan 2-3 ekor tiap harinya (Kodar, 2009)3. Selain itu, jika dilihat dari sisi harga maka penjualan

daging domba cukup kompetitif dibandingkan dengan daging sapi dan daging ayam ras (Tabel 2). Terdapat margin yang relatif tinggi pada daging domba dan kambing sebesar 25,96 persen dibandingkan dengan sapi dan kerbau (8,7 persen). Sedangkan pada ayam ras, margin yang didapat pedagang sebesar 20,93 persen. Dapat dikatakan bahwa beternak domba dan jika melakukan penjualan hingga konsumen akhir, maka keuntungannya relatif tinggi.

Tabel 2. StandarHarga Penjualan Daging Ternak di Indonesia Tahun 2008

No Jenis ternak Harga jual

Tingkat Produsen (Rp/Kg) Tingkat Konsumen (Rp/Kg)

1 Sapi Potong (murni) 47.417 51.563

2 Kerbau 47.417 51.563

3 Kambing 31.771 40.021

4 Domba 31.771 40.021

5 Ayam Ras 17.766 21.485

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2009)

3


(20)

Jawa Barat tercatat sebagai penyumbang daging domba terbesar di Indonesia dimana pada tahun 2009 populasi ternak di Provinsi Jawa Barat diperkirakan sebanyak 5.524.209 ekor atau mencapai 52,75 persen dari populasi domba nasional (Ditjen Peternakan, 2009). Hal ini dikarenakan usaha pemeliharaan ternak domba merupakan usaha yang memasyarakat di Jawa Barat. Di berbagai pelosok pedesaan, sudah menjadi hal yang biasa memelihara satu atau dua ekor domba hingga dapat berkembang menjadi dua atau empat ekor per tahun (Kodar, 2009)4. Meski demikian, tingginya permintaan daging domba di Jawa

Barat masih belum dapat terpenuhi oleh wilayah Jawa Barat sendiri. Hal ini terlihat pada Tabel 3 yang menunjukkan bahwa peningkatan permintaan terhadap daging domba belum dapat diimbangi oleh tingkat produksinya. Tingkat produksi rata-rata daging domba di Jawa Barat baru dapat memenuhi sekitar 73 persen dari total permintaan masyarakat terhadap daging domba tiap tahunnya, dimana tingkat produksi terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 61 persen dari total permintaan yang ada pada tahun yang sama.

Tabel 3. Permintaan dan Produksi Daging Domba Jawa Barat Tahun 2005 – 2009

Tahun Permintaan Daging (kg) Produksi Daging (kg)

2005 39.227.150 27.425.000

2006 47.375.000 44.328.963

2007 48.356.879 34.065.000

2008 51.755.372 37.043.000

2009 *) 63.559.229 38.524.020

Sumber : Ditjen Peternakan (2009) diolah *) Angka Sementara

Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra produksi peternakan domba terbesar di Jawa Barat. Walaupun demikian, populasi domba yang berada di Kabupaten Bogor hampir mengalami penurunan setiap tahunnya sejak tahun 2006. Hal ini dikarenakan pada tahun 2006 perhatian pemerintah daerah

terkonsentrasi pada pengembangan komoditas kambing PE sehingga

menyebabkan trade off pada anggaran pemerintah daerah Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan pemerintah memutuskan bahwa komoditas kambing PE dinilai lebih prospektif untuk dikembangkan dengan beberapa pertimbangan pada saat ini dibandingkan komoditas domba.

4


(21)

Berdasarkan data perkembangan populasi ternak kecil (Tabel 4) terlihat bahwa populasi ternak kecil semakin lama semakin menurun. Penurunan terbesar dialami oleh populasi kambing pada tahun 2008 sebesar 9,03 persen. Hal tersebut juga dialami oleh ternak domba yang mengalami penurunan populasi sebesar 0,94 persen, lebih kecil daripada kambing pada tahun yang sama. Namun dilihat dari sisi rata-rata pertumbuhan, populasi domba mengalami peningkatan walau tidak terlalu signifikan yaitu sebesar 0,5 persen, dibandingkan kambing pedaging yang selalu menurun tiap tahunnya yaitu sebesar 11,30 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha peternakan domba prospektif untuk dikembangkan.

Tabel 4. Perkembangan Populasi Ternak Kecil di Kabupaten Bogor Tahun 2008

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2008)

Salah satu perusahaan yang bergerak di sektor peternakan domba dengan kapasitas terbesar di Kabupaten Bogor adalah Tawakkal Farm (TF) yang terletak di Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Bogor. TF berupaya memanfaatkan peluang untuk dapat memenuhi permintaan daging khususnya daging domba, dimana sejak tahun 1991 perusahaan ini telah mencoba memasuki pasar penjualan domba dengan memanfaatkan momen Idul Adha.

1.2 Perumusan Masalah

Tawakkal Farm (TF) merupakan salah satu usaha peternakan domba terbesar di Kabupaten Bogor dan telah terdaftar di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Peternakan ini diresmikan pada tahun 1993 sebagai usaha peternakan yang bergerak di bidang penggemukan domba. Sejak TF didirikan, penjualan domba yang dilakukan oleh usaha peternakan ini cenderung meningkat setiap tahunnya. Penjualan domba diutamakan untuk persiapan menjelang hari raya Idul Adha dengan angka penjualan rata-rata per tahun sebesar 1400 ekor. Hingga saat ini, wilayah pemasaran domba TF telah menjangkau wilayah Bogor, Tangerang, dan Jakarta dengan jenis domba yang dipasarkan adalah domba ekor tipis (lokal) dan domba garut. Selain memenuhi kebutuhan kurban, saat ini, TF juga melayani permintaan pasar harian seperti pasar daging,

Jenis ternak

Tahun Peningkatan rata-rata

per tahun (%)

2005 2006 2007 2008

Kambing pedaging 120.255 122.064 117.386 106.787 (11,30)


(22)

aqiqah, dan restoran-warung sate, baik dalam bentuk hidup maupun siap masak (daging). Selain itu, permintaan juga datang dari para peternak atau pehobi domba tangkas, Dalam jangka panjang, perusahaan mempunyai tujuan menjadi supplier

domba untuk wilayah jabotabek, nasional, bahkan internasional.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, penjualan domba yang dilakukan oleh TF cukup baik. Hal ini terlihat dari nilai penjualan domba TF untuk kebutuhan harian yang cukup stabil, yaitu 2-3 ekor per hari. Selain itu, penjualan domba juga ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kurban pada saat menjelang Idul Adha, dimana penjualan domba yang dilakukan oleh perusahaan TF mencapai angka di atas 1400 ekor atau hampir menyamai jumlah kapasitas kandang perusahaan (Tabel 5). Namun pada tahun 2009 lalu, penjualan TF terutama untuk kebutuhan kurban mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 20 persen. Perusahaan hanya mampu menjual dombanya untuk kebutuhan Idul Adha selama satu tahun berjalan sebesar 1200 ekor. Angka penjualan ini tidak sesuai dengan target perusahaan yang seharusnya dapat mencapai 1500 ekor, sehingga banyaknya jumlah domba yang tidak terjual tersebut mengakibatkan penurunan pada keuntungan dan arus kas perusahaan yang dapat mengakibatkan kerugian semakin besar apabila tidak segera ditangani5.

Tabel 5. Data Penjualan Domba Perusahaan Peternakan Tawakkal Farm Tahun 2005 – 2009

Tahun Target

Penjualan

Jumlah

Penjualan Omzet Penjualan Laba

2005 1400 1385 831.000.000 443.200.000

2006 1500 1480 1.110.000.000 695.600.000

2007 1500 1490 1.117.500.000 700.300.000

2008 1500 1500 1.350.000.000 810.000.000

2009 1500 1200 1.080.000.000 648.000.000

Sumber : Data Primer Perusahaan (2010)

Salah satu penyebab terjadinya penurunan penjualan domba pada perusahaan TF dikarenakan semakin banyaknya usaha peternakan domba di wilayah Bogor yang menjadi pesaing kompetitif. Semakin banyaknya peternak domba baik skala kecil maupun skala besar yang berpengalaman dan sudah sejak lama berkecimpung di usaha peternakan domba, khususnya di Kabupaten Bogor turut mempengaruhi tingkat penjualan TF. Usaha peternakan domba yang saat ini menjadi pesaing utama TF adalah peternakan ANDI Farm. Hal ini didasarkan


(23)

pada populasi ternak domba yang dimiliki peternakan ini hampir sama besar dengan populasi yang dimiliki oleh peternakan domba TF serta performa ternak yang dimiliki juga hampir menyamai performa ternak perusahaan TF. Walau demikian, ANDI Farm masih tergolong pemain baru dalam industri peternakan domba dengan segmen pasarnya baru memenuhi kebutuhan persiapan Idul Adha saja. Namun adanya persamaan segmen pasar yang dimasuki tersebut turut mempengaruhi tingkat penjualan yang dilakukan oleh TF. Disamping peternakan ANDI Farm, MT Farm juga merupakan salah satu pesaing utama TF. Hal ini dikarenakan selain kapasitas yang dimiliki perusahaan ini cukup besar, segmen pasar yang dimasuki MT Farm juga tidak jauh berbeda dengan segmen pasar TF yaitu mencakup pasar tahunan dan pasar harian. Berikut Tabel 6 yang menunjukkan beberapa usaha peternakan domba yang berada di wilayah Bogor yang merupakan pesaing bagi perusahaan TF.

Tabel 6. Usaha Peternakan Domba di Wilayah Bogor Tahun 2008

No. Jenis Peternakan Lokasi Populasi Ternak (ekor)

1 Peternakan Tawakkal Farm Cimande Hilir 1500

2 Penggemukan Domba ANDI Farm Cimande Hilir 1000

3 Peternakan MT Farm Ciampea 750

4 Pembibitan Domba Garut Cisalopa, Cinagara 600

5 DUAFA (Domba Sehat) Pasir Buncir 500

6 PT. CAPRITO A.P Cariu 350

7 Pembibitan Domba Garut “Lesang” Pagelaran 300 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2008) diolah

Adanya kesenjangan antara target dan kenyataan yang terjadi pada penjualan TF juga diduga karena kurangnya kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan. Hingga saat ini, upaya promosi yang dilakukan TF dalam meningkatkan penjualan sekadar promosi word of mouth dan menjalin hubungan baik dengan mitranya. Selain itu, perencanaan dan strategi bisnis yang dilakukan TF selama ini belum terstruktur dengan baik. Hingga saat ini TF belum membuat perencanaan dan perumusan strategi bisnisnya secara mendetail guna meningkatkan penjualan dan mengungguli pesaing. TF kurang jeli dalam memanfaatkan kekuatan dan mengatasi kelemahan internal serta menangkap peluang dan ancaman eksternal yang dapat mempengaruhi usahanya, mengingat besarnya potensi pasar dan semakin berkembangnya usaha peternakan.


(24)

Sebagai salah satu perusahaan peternakan domba dengan kapasitas terbesar di Kabupaten Bogor, seharusnya TF dapat memanfaatkan peluang besarnya potensi pasar domba. Namun, karena perencanaan dan perumusan strategi bisnis yang dilakukan perusahaan belum efektif mengakibatkan TF belum mampu memenuhi target penjualan perusahaan, serta menghadapi tingginya permintaan masyarakat dan tingkat persaingan sesama perusahaan sejenis. Akibatnya, TF harus mampu bekerja pada kondisi yang efektif dan efisien ditunjang oleh strategi yang tepat untuk dapat berkompetisi di pasar. Untuk itu, guna menghadapi persaingan yang ada, dibutuhkan strategi khusus agar mampu bertahan dan terus berkembang. Hal ini menjadi tantangan besar bagi perusahaan TF yang tidak hanya harus bersaing dari segi kuantitas dan kualitas, tetapi juga harus dapat bertahan dalam situasi lingkungan internal dan eksternal dalam hal mempertahankan pelanggan dan merebut konsumen potensialnya.

Melihat dari kenyataan yang ada, perusahaan TF harus dapat merumuskan dan memformulasikan beberapa alternatif strategi bisnis agar usahanya dapat terus berjalan. Di sisi lain, perusahaan harus dapat mengevaluasi faktor-faktor internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan) serta mengidentifikasi peluang dan ancaman yang mungkin terjadi dari lingkungan eksternal perusahaan. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, diharapkan perusahaan dapat membuat sejumlah strategi alternatif untuk perusahaan dan memilih strategi tertentu untuk digunakan. Akan tetapi, adanya rentang produk yang dimiliki oleh peternakan domba TF, mengakibatkan perusahaan harus mampu mengidentifikasi dan menganalisis produk yang paling prospektif yang dimiliki TF untuk dikembangkan karena memiliki keunggulan kompetitif relatif dibandingkan produk lainnya serta segmen pasar yang potensial untuk produk prospektif tersebut. Dengan adanya penentuan produk prospektif dan segmen pasar yang potensial bagi TF, maka strategi bisnis yang akan dijalankan akan lebih fokus dan terarah.

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Jenis domba TF apakah yang prospektif untuk dikembangkan dan segmen pasar potensial manakah yang dipilih oleh TF untuk memasarkan produknya?


(25)

2. Bagaimana kondisi lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha perusahaan TF?

3. Bagaimanakah formulasi strategi yang tepat untuk diterapkan dan

rekomendasi prioritas strategi bisnisnya?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis jenis domba yang prospektif yang dimiliki perusahaan untuk dikembangkan dan segmen pasar potensial bagi produk prospektif TF.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha perusahaan TF.

3. Memformulasikan strategi bisnis dan menentukan prioritas strategi bisnis yang paling tepat diterapkan oleh perusahaan TF.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan acuan utama dan sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam perencanaan, penetapan strategi, dan kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan usahanya. Bagi penulis, akan diperoleh pengetahuan ilmiah dan pengalaman praktis dalam menentukan strategi bisnis suatu perusahaan. Penelitian ini diharapkan juga dapat bermanfaat bagi peneliti-peneliti lainnya sebagai bahan pustaka atau acuan dalam mendukung penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dibatasi pada tahap pemberian alternatif strategi bisnis bagi perusahaan TF agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan, sedangkan implementasi dari hasil perumusan strategi diserahkan sepenuhnya kepada pihak pemilik/manajer perusahaan.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha ternak Domba

Peternakan merupakan salah satu bagian dari sektor pertanian. Umumnya peternakan domba di Indonesia berbentuk peternakan rakyat (small holders) dimana usaha ternak hanya merupakan usaha sambilan di samping usaha pertanian. Ternak domba merupakan salah satu ternak potensial untuk dikembangkan karena relatif tidak memerlukan banyak lahan maupun modal serta mudah ditangani. Menurut Sugeng (2000), domba merupakan salah satu jenis ternak potong kecil yang memberikan beberapa keuntungan, antara lain : (a) mudah beradaptasi dengan lingkungan, (b) domba memiliki sifat hidup berkelompok, (c) cepat berkembang biak, dan (d) modal yang dibutuhkan untuk usaha ternak relatif kecil.

Usaha ternak domba yang akan dijalankan pada umumnya dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu usaha pembibitan dan usaha penggemukan. Tiap jenis usaha memiliki tujuan masing-masing yang berbeda. Pembibitan didefinisikan sebagai upaya peningkatan produktivitas melalui seleksi, persilangan atau kombinasinya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembibitan adalah adanya pencatatan, baik catatan tertua (induk dan pejantan) maupun catatan anak. Sementara istilah penggemukan berasal dari kata

fattening yang berarti pembentukan lemak (Parakkasi, 1999). Penggemukan saat ini telah banyak dilakukan oleh peternak maupun pedagang dengan prinsip memberikan perlakuan selama pertumbuhan untuk memperoleh nilai tambah yang lebih besar dalam bentuk pertambahan bobot. Tujuan penggemukan adalah untuk memperbaiki kualitas karkas dengan cara mendeposit lemak seperlunya saja.

Pemeliharaan ternak domba secara intensif dapat memberikan berat rataan 50-150 gram per hari (Sudarmono dan Sugeng, 2005). Bila ternak belum dewasa, maka program tersebut sifatnya adalah membesarkan sambil menggemukkan atau memperbaiki kualitas karkas. Soeparno (2005) menjelaskan bahwa karkas adalah berat semua bagian tubuh dari ternak setelah pemotongan dikurangi dari carpus

dan tartus sampai ke bawah kulit. karkas domba dapat dibedakan berdasarkan berat, umur domba, jenis kelamin, dan tingkat perlemakan. Bobot karkas berbeda-beda tergantung dari umur dan jenis kelamin ternak. Pada umur sembilan bulan,


(27)

bobot karkas domba ekor tipis jantan seberat 11,03 kilogram dan presentase karkasnya 43,63 persen. Untuk domba ekor tipis jantan pada umur dua tahun, bobot karkasnya 12,53 kilogram dan presentase karkasnya 44,18 persen, dan ternak betina memiliki bobot karkas 11,7 kilogram dimana presentase karkasnya sebesar 43,01 persen.

2.1.1 Sejarah dan Jenis Ternak Domba

Menurut Williamson dan Payne (1993) domba merupakan hewan ruminansia kecil yang masih tergolong kerabat kambing, sapi, dan kerbau. Berdasarkan sejarah perkembangannya, domba berasal dari Asia. Dikenal sebanyak tujuh jenis domba liar yang dibagi menjadi 40 varietas (jenis). Diantara jenis yang masih liar, diperkirakan yang mempunyai andil pada ternak domba dewasa ini adalah Argali (Ovis ammon) dari Asia Tengah, Urial (Ovis vignei) juga dari Asia dan Mouflon (Ovis muimon) yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia Kecil. Pusat asal terjadinya domestikasi tampaknya di padang rumput Arlo-Caspian, termasuk wilayah yang diduduki oleh Iran dan Irak dewasa ini. Dari Asia, domba menyebar ke arah barat menuju Eropa dan Afrika dan ke arah timur ke daerah Sub-continent India, Asia Tenggara, dan Oceania.

Menurut Mulyono (2003) terdapat berbagai macam jenis domba yang diternakan di Indonesia, diantaranya:

1) Domba ekor tipis (domba lokal), merupakan domba asli Indonesia. Sekitar 80 persen populasinya berada di Jawa Barat dan Jawa Tengah (Mulyono, 2003). Domba ini mampu hidup di daerah gersang dan bertubuh kecil sehingga disebut domba kacang atau domba jawa. Ciri lain dari domba ini antara lain: ekor relatif kecil dan tipis, bulu badan berwarna putih (terkadang ada warna lain seperti belang-belang hitam di sekitar mata, hidung, atau bagian lainnya), domba jantan bertanduk kecil dan melingkar sementara domba betina umumnya tidak bertanduk, berat badan domba jantan dewasa berkisar 30-40 kg, dan berat badan domba betina dewasa sekitar 15-20 kg. Tubuh domba ini tidak berlemak sehingga daging yang dihasilkan pun sedikit.

2) Domba priangan (domba garut), merupakan hasil perkawinan silang antara domba jawa asli Indonesia, domba merino dari Australia, dan domba kaapstad dari Afrika. Domba ini lebih populer dengan nama domba garut (Natasasmita et


(28)

al., 1986). Domba garut merupakan rumpun domba tersendiri yang pada mulanya hanya terdapat di Jawa Barat, namun sekarang telah menyebar ke propinsi lain. Domba ini banyak digunakan sebagai domba adu. Dalam perkembangannya, domba priangan terbagi dalam dua tipe, yaitu tipe adu (tangkas) dan tipe pedaging. Ciri dari domba priangan ini antara lain: berat domba jantan hidup dapat mencapai 60-80 kg dan berat domba betina sekitar 30-40 kg, domba betina tidak bertanduk sementara domba jantan memiliki tanduk yang cukup besar melengkung kearah belakang dan ujungnya mengarah kedepan sehingga berbentuk seperti spiral, pangkal tanduk kanan dan kiri hampir bersatu, ekornya pendek dan pangkalnya agak besar (gemuk), bentuk telinganya ada yang panjang, pendek dan sedang yang terletak dibelakang pangkal tanduk, serta bulunya lebih panjang dan halus jika dibandingkan dengan domba asli, berwarna putih, hitam, cokelat, atau kombinasi dari ketiga warna tersebut. Domba ini baik untuk penghasil daging.

3) Domba ekor gemuk (DEG), domba ini banyak ditemui di daerah Jawa Timur, Madura, Sulawesi dan Lombok. Ciri khas dari domba ini adalah bentuk ekor yang panjang, lebar, besar dan semakin ke ujung semakin kecil. Ciri lain dari DEG adalah: domba jantan dan betina tidak mempunyai tanduk, sebagian besar domba berwarna putih, tetapi ada beberapa pada anaknya yang berwarna hitam atau kecoklatan, domba jantan mampu mencapai berat sekitar 50 -70 kg, sedangkan berat domba betina sekitar 25-40 kg.

4) Domba Suffolk, domba ini berasal dari Inggris dan terkenal dengan bobot badan yang tinggi. Di Inggris, berat domba jantan dapat mencapai 135-200 kg dan domba betina 100-150 kg, tetapi di Indonesia beratnya hanya 60-80 kg. Domba ini memiliki keunggulan karena presentase dagingnya yang tinggi yaitu 55-65% dari bobot badan.

5) Domba merino, berasal dari daerah Asia kecil. Domba ini berkembang baik di Spanyol, Inggris, dan Australia. Domba merino terkenal sebagai penghasil wol terbaik dengan panjang bulu mancapai sepuluh sentimeter. Pada saat itu, produksi wol dapat mencapai 10 kilogram wol/ekor.

6) Domba dorset, domba ini merupakan tipe pedaging yang bagus dan tipe wol yang sedang. Di negara asalnya Inggris, bobot domba jantan 100-125 kg dan


(29)

betina sekitar 70-90 kg. Persentase dagingnya 50-65% dari berat badan hidup. Secara umum, domba dorset jantan dan betina mempunyai tanduk yang melingkar. Persilangan antara domba dorset dan merino disebut domba dormer.

2.1.2 Pemeliharaan Ternak Domba

Dalam melakukan pemeliharaan ternak domba, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan seperti pemilihan bibit, pemberian pakan, pengaturan kandang, dan pengendalian terhadap penyakit ternak. Hal-hal tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut :

1) Pemilihan Bibit Unggul

Bibit merupakan faktor penting dalam mendukung keberhasilan usaha pengembangbiakan ternak domba secara komersial. Pemilihan bibit ternak merupakan langkah penting setelah penentuan lokasi yang bertujuan untuk memperoleh bibit yang akan memberikan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) tinggi pada rentang waktu pemeliharaan, sehingga keuntungan yang diperoleh maksimal. Dalam usaha penggemukan domba, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit adalah jenis domba, jenis kelamin, dan penampilan fisik. Selain itu, pemilihan bibit harus memperhatikan usia ternak yang masih muda dan tidak pernah terserang penyakit yang membahayakan (Duldjaman dan Rahayu, 1996).

2) Pemberian Pakan Ternak

Pemberian pakan ternak domba tergantung pada tujuan pemeliharaannya. Menurut Mulyono (2003). Pakan sangat diperlukan untuk pertumbuhan ternak karena mengandung zat gizi sehingga pakan harus tersedia secara kontinu. Terdapat dua cara pemberian pakan pada ternak, yaitu dengan digembalakan dan dijatah dalam kandang. Ternak yang diberi pakan dengan cara dijatah diberikan 2-3 kali sehari. Suharno dan Nazaruddin (1994) menambahkan, pakan domba dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu pakan hijauan sebagai makanan utama dan konsentrat sebagai makanan tambahan.

3) Pengaturan Kandang Ternak

Menurut Mulyono (2003) dalam hal pemeliharaan domba, perkandangan perlu diperhatikan juga selain bibit genetiknya. Perkandangan ini penting karena tidak sekedar membangun kandang yang memenuhi syarat teknis, tetapi juga


(30)

terkait dengan aspek lainnya seperti sumber air, peralatan pemeliharaan, letak lokasi terhadap perumahan dan jalan, serta ketersediaan kendaraan, tempat sampah dan penanganannya.

Mulyono (2003) membagi kandang domba menjadi tiga jenis yang disesuaikan dengan tujuan pemeliharaan domba. Jenis-jenis kandang tersebut antara lain (1) Kandang koloni yang tidak ada penyekat atau bila disekat ukuran kandang relatif luas karena untuk memelihara beberapa ekor domba sekaligus, (2) Kandang individual (battery) yang disekat-sekat sehingga hanya cukup untuk satu ekor domba, dan (3) Kandang beranak dan menyusui yang dikhususkan untuk induk yang baru melahirkan dan kemudian menyusui anaknya.

Menurut Sudarmono dan Sugeng (2005), ukuran kandang disesuaikan dengan keadaan atau kebutuhan ternak (Tabel 7).

Tabel 7. Luas Kandang Minimum untuk Ternak Domba Jantan dan Betina

Umur Ukuran Kandang (M²)

> 12 bulan 1 – 1,5

7 – 12 bulan 0,75

< 7 bulan 0,5

Induk menyusui dan anaknya 1 + 0,5

Sumber : Sudarmono dan Sugeng (2005)

4) Pemeliharaan dan Perawatan Ternak

Mulyono (2003) menjelaskan bahwa ternak juga membutuhkan perawatan agar dapat tumbuh dengan baik sehingga dapat berproduksi dengan maksimal. Selain pemberian pakan, perawatan lain yang juga diperlukan antara lain:

a) Memandikan ternak. Tujuan memandikan domba untuk menciptakan suasana segar, menjaga kesehatan, memelihara kebersihan bulu, dan meningkatkan daya tarik pembeli pada saat domba akan dijual. Khusus untuk pejantan, dalam memandikan dan memberi kesempatan bergerak setelah dimandikan dapat meningkatkan kekuatan dan produktivitas sperma yang dihasilkan.

b) Mencukur bulu domba. Hal ini diperlukan karena bulu domba tumbuh lebih lebat dibanding ternak kecil lain. Dari segi ekonomis, bulu domba yang pendek dan bersih akan menunjukkan gemuk tidaknya domba sehingga mempengaruhi harga jualnya. Pencukuran bulu sebaiknya dilakukan setelah domba berumur


(31)

lebih dari enam bulan. Umumnya pencukuran dilakukan dua kali dalam setahun.

c) Memotong kuku. Kuku akan memanjang dan dapat berakibat kurang baik seperti mengganggu saat berjalan, mengganggu saat mengawini betina (untuk pejantan), kuku yang patah dapat mengakibatkan luka dan mudah terinfeksi karena selalu menginjak kotoran, dan mudah terjangkit penyakit. Oleh karena itu, pemotongan kuku ini dilakukan setiap 3-6 bulan sekali.

5) Pengendalian Penyakit Ternak

Dalam usaha peternakan domba, kesehatan merupakan hal yang sangat penting karena berhubungan dengan produksi (Mulyono, 2003). Tindakan pertama yang dianjurkan pada usaha pemeliharaan domba adalah melakukan pencegahan terjadinya penyakit. Adapun penyakit yang menyerang domba dapat disebabkan beberapa faktor seperti penyakit parasit, penyakit bakterial, dan faktor penyebab lainnya.

2.2 Manajemen Peternakan

Istilah “peternakan”dan “ternak” mengandung makna tertentu yang bersifat timbal balik antara dua sistem (Rasyaf, 1999). Kegiatan mengelola ternak disebut peternakan. Peternakan merupakan suatu kegiatan usaha yang menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada aspek teknis beternak yang selaras berlandaskan ilmu peternakan yang benar agar tujuan usaha dapat tercapai. Manajemen peternakan tidak dapat dipisahkan dengan peternakan. Sehingga bila prinsip-prinsip peternakan tidak diterapkan, kegiatan itu bukanlah peternakan yang komersial. Rasyaf (1999) membagi kegiatan peternakan menjadi tiga proses yaitu kegiatan awal produksi, kegiatan produksi, dan kegiatan pascaproduksi.

1) Kegiatan awal produksi

Dalam kegiatan awal produksi, setiap peternakan membutuhkan tanah sebagai lokasi bernaungnya ternak. Menurut Gumbira dan Intan (2001), perusahaan peternakan yang dikelola dengan modal investasi yang cukup besar, maka pemilihan lokasi akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan dan kesinambungan usaha. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi adalah ketersediaan tenaga kerja, sarana dan prasarana fisik penunjang, lokasi pemasaran, serta insentif wilayah. Bila ditinjau dari pengelolaan hasil


(32)

peternakan, maka yang sangat menentukan adalah lokasi. Walaupun demikian, faktor bibit, pemeliharaan, dan makanan tidak dapat dikesampingkan.

2) Kegiatan Produksi

Gumbira dan Intan (2001) menyatakan bahwa kegiatan produksi merupakan proses transformasi masukan menjadi suatu keluaran. Proses produksi dalam usaha peternakan menjadi suatu kegiatan yang sangat menentukan keberhasilan usaha dengan penyerapan biaya yang paling besar. Untuk itu, kegiatan produksi harus dilakukan secara efektif dan efisien untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Untuk memberikan hasil yang baik sesuai selera konsumen, semua aspek teknis produksi harus dipadukan dengan sumberdaya produksi agar target dapat tercapai. Dalam hal ini, peternak perlu mengatur segala sumber daya yang digunakan agar aktivitas internal sesuai rencana semula sehingga aktivitas eksternal dapat dilakukan (Rasyaf, 1999).

3) Kegiatan Pascaproduksi

Kegiatan pascaproduksi dimulai sejak hasil produksi dikeluarkan dari tubuh ternak atau sejak ternak siap dijual. Tujuan pascaproduksi adalah mengelola hasil produksi agar diperoleh kualitas terbaik. Aktivitas pascaproduksi melibatkan manusia dan sasaran usaha. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini terlibat manajemen dan pengetahuan tentang pemasaran hasil produksi ternak (Rasyaf, 1999).

2.3 Penelitian Terdahulu

2.3.1 Penelitian Tentang Domba

Dari hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penelitian yang berkaitan dengan komoditi ternak domba telah banyak dilakukan. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dalam ruang lingkup sosial ekonomi ditunjukkan oleh Tabel 8.


(33)

Tabel 8. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Ternak Kambing dan Domba Tahun 2004 - 2009

No. Penulis Judul Tahun

1.

2.

3.

4.

Ria Ulfa Maria Triaji Heri

Sasongko Muhammad

Ihsan

Fitrial

Analisis Harga Jual Ternak Domba di Pasar Hewan Kabupaten Bogor

Analisis Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Kambing dan Domba pada MT Farm, Ciampea, Bogor Strategi Pengembangan Usaha Peternakan Domba Agrifarm Desa Cihideung Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

Analisis Tingkat Kelayakan Finansial Penggemukan Kambing dan Domba pada Mitra Tani (MT) Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor Jawa Barat.

2004

2006

2009

2009

Sumber : Beberapa Skripsi dari Program Studi Agribisnis, Manajemen Agribisnis, dan Sosial Ekonomi Peternakan (2004-2009)

Berdasarkan hasil penelitian Maria (2004), disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi harga jual domba di pasar hewan Kabupaten Bogor adalah besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh penjual dan karakteristik domba itu sendiri seperti besarnya lingkar dada dan jenis kelamin. Dari hasil analisis regresi didapatkan bahwa peubah yang berpengaruh nyata terhadap harga jual domba adalah biaya pemeliharaan, lingkar dada, dan jenis kelamin ternak domba.

Sasongko (2006) meneliti tentang analisis strategi pengembangan usaha peternakan kambing dan domba pada MT Farm, Ciampea, Bogor. Dari hasil analisis dengan menggunakan matriks IFE dan EFE yang selanjutnya dipetakan ke dalam matriks IE, diperoleh kesimpulan bahwa saat ini perusahaan berada pada sel IV yaitu pada kondisi grow and build. Strategi yang paling tepat dilakukan adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, atau pengembangan produk) dan strategi integratif (integrasi ke belakang, ke depan, atau horizontal). Selanjutnya ditentukan prioritas strategi yang diperoleh dari tujuh alternatif strategi pada matriks SWOT, yang akan diterapkan oleh MT Farm melalui AHP.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Ihsan (2009) mengenai strategi pengembangan usaha peternakan domba Agrifarm di Desa Cihideung Ciampea Bogor. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan yang


(34)

dimiliki perusahaan. Penelitian menggunakan analisis IFE, EFE, dan matrik IE dan SWOT serta menggunakan matrik QSP dalam menentukan keputusan alternatif strategi. Dari hasil penggabungan matriks IFE EFE pada matriks IE menempatkan Agrifarm pada posisi sel V (hold and maintain) dengan strategi yang cocok digunakan adalah pengembangan produk dan penetrasi pasar. Sementara berdasarkan hasil analisis matriks QSP, strategi utama yang harus dilakukan adalah menjalin kontrak kerjasama dengan pengusaha jasa aqiqah, restoran, maupun penjual sate dengan skor daya tarik (TAS) 7,2965.

Fitrial (2009) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Tingkat Kelayakan Finansial Penggemukan Kambing dan Domba pada Mitra Tani (MT) Farm, Ciampea, Bogor. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa NPV pada peternakan MT Farm adalah sebesar Rp 359.346.744, IRR 11,7 persen dengan

discount rate sebesar 8,5 persen, perolehan nilai Net B/C dan Gross B/C masing-masing sebesar 2,53 serta PP diperoleh selama 1,5 tahun. Dari hasil analisis sensitivitas, variabel-variabel yang diubah dalam analisis sensitivitas adalah kenaikan harga input yang dapat ditolerir sampai 5,34 persen dan penurunan kuantitas penjualan output yang masih dapat ditolerir hingga sebesar 4,79 persen. Dapat disimpulkan bahwa secara finansial peternakan ini layak untuk dijalankan.

2.3.2 Penelitian Tentang Strategi Pemasaran dan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE)

Manalu (2004) melakukan penelitian yang menganalisis tentang strategi pemasaran produk susu segar kambing farm P4S Citarasa di Desa Ciherang Pondok Bogor. Analisis faktor internal-eksternal menggunakan matriks IFE EFE mengidentifikasikan bahwa pada matriks IE, farm P4S Citarasa berada pada kuadran V (posisi sedang) yaitu hold and maintain, berupa strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dari analisis SWOT dihasilkan lima pilihan strategi, yaitu : 1) Strategi mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk, 2) Strategi diversifikasi produk, 3) Strategi mempertahankan harga jual susu, 4) Strategi peningkatan penjualan atau pemasaran, 5) Strategi peningkatan kualitas manajemen. Analisis QSPM lalu menghasilkan prioritas strategi yang akan dijalankan dengan prioritas utama yaitu diversifikasi produk untuk memenuhi keinginan konsumen sesuai dengan modal yang ada.


(35)

Yuliawati (2008) menganalisis Strategi Pemasaran Obat Herbal Biomunos Pada PT Biofarmaka Indonesia. Dari hasil identifikasi dan analisis terhadap lingkungan eksternal-internal, dapat diketahui bahwa peluang utama perusahaan adalah jumlah penduduk usia dewasa yang besar, ancaman utama bagi perusahaan adalah pesaing mempunyai jalur distribusi luas, kekuatan utama perusahaan yaitu memiliki tenaga ahli dengan tingkat pendidikan yang tinggi, dan kelemahan utama yaitu kurang memanfaatkan sarana promosi dan belum mempunyai distributor khusus. Analisis matriks IE menempatkan PT Biofarindo dalam kuadran II (tumbuh dan kembangkan). Berdasarkan analisis SWOT, terdapat tujuh alternatif strategi yang dapat dijalankan perusahaan, dengan prioritas strategi yang direkomendasikan yaitu strategi harga dengan mempertahankan harga jual produk yang lebih murah dari pesaing dan membuat variasi kemasan produk.

Penelitian tesis yang dilakukan oleh Nopiyeni (2002) mengenai strategi pengembangan agribisnis komoditas unggulan peternakan di Kota Bengkulu. Tujuan dari penelitian ini antara lain menentukan komoditas unggulan agribisnis subsektor peternakan di Kota Bengkulu, mengidentifikasi dan mengevalusi faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan agribisnis komoditas unggulan peternakan di Kota Bengkulu, serta menentukan alternatif strategi dan prioritas strategi pengembangannya. Dari MPE dihasilkan bahwa komoditas unggulan yang utama untuk dikembangkan di Kota Bengkulu adalah ayam ras pedaging dengan nilai rating 11,39 kemudian disusul ayam ras petelur, ayam buras, sapi potong, dan kambing. Dari hasil matriks SWOT yang menghasilkan sembilan alternatif strategi, didapat bahwa pengembangan pola kemitraan antara peternak dan pemilik modal dan menciptakan kondisi yang mendukung untuk menarik investor dari luar daerah menempati prioritas pertama untuk diimplementasikan dengan Total Attractiveness Score (TAS) sebesar 6,439.

Pinem (2009) melakukan penelitian tesisnya mengenai formulasi strategi pemasaran produk sayuran organik Permata Hati Organic Farm (PHOF) Cisarua. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sayuran yang memiliki prospek untuk dikembangkan dan segmen pasar potensial yang akan dipilih oleh (PHOF) serta merumuskan alternatif strategi pemasarannya. Dari 51 produk yang dihasilkan, brokoli merupakan produk yang paling prospektif untuk dikembangkan dengan


(36)

rating nilai 7.583 dan bermitra dengan pengumpul merupakan segmen pasar potensial bagi perusahaan dengan bobot akhir sebesar 5.728. Analisis strategi pemasaran yang dilakukan pada matriks IE menempatkan (PHOF) pada kuadran II yaitu build and growth. Analisis matriks SWOT menghasilkan sepuluh alternatif strategi dengan prioritas strategi utama yang disarankan untuk diimplementasikan melalui QSPM adalah memanfaatkan pinjaman melalui pemerintah dan lembaga-lembaga keuangan.

Tabel 9. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Strategi Pemasaran dan Metode Perbandingan Eksponensial Tahun 2002 - 2009

No. Penulis Judul Tahun

1.

2.

3.

4.

Manalu

Yuliawati

Nopiyeni

Laura Pinem

Strategi Pemasaran Produk Susu Segar Kambing Farm P4S Citarasa di Desa Ciherang Pondok Kecamatan Caringin Bogor

Analisis Strategi Pemasaran Obat Herbal Biomunos Pada PT Biofarmaka Indonesia

Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan Peternakan di Kota Bengkulu

Formulasi Strategi Pemasaran Produk Sayuran Organik Permata Hati Organic Farm Cisarua

2004

2008

2002

2009

Sumber : Beberapa Skripsi dan Tesis dari Program Studi Manajemen Agribisnis, dan Sosial Ekonomi Peternakan (2002-2009)

2.3.3 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian-penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa penelitian yang berkaitan dengan komoditi ternak domba serta strategi pemasaran dan metode perbandingan eksponensial (MPE) telah banyak dilakukan. Namun, penggunaan MPE tersebut masih belum diterapkan dalam menentukan produk prospektif dan segmen pasar potensial dalam strategi pemasaran usaha peternakan terutama ternak domba. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada penetapan produk prospektif dan segmen pasar potensial usaha peternakan domba dengan menggunakan metode perbandingan eksponensial. Kemudian prioritas alternatif strategi pemasaran yang disarankan untuk diimplementasikan oleh perusahaan ditentukan dengan menggunakan analisis IFE, EFE, IE, SWOT, serta QSPM.


(37)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Manajemen

Manajemen mengacu pada proses dalam menyelesaikan suatu aktivitas secara efisien dengan dan melalui orang lain (Robbin, 1991). Menurut Handoko (2000), manajemen didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterpretasikan, serta mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan

pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian

(organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dan kepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling). Sedangkan menurut Stoner6, manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumberdaya-sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

3.1.2 Konsep Strategi

Menurut Glueck dan Jauch (1991), strategi adalah rencana yang disatukan, luas, dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang direncanakan untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan itu dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Sedangkan menurut Hamel dan Prahald dalam Tinambunan (2005) menyatakan bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental

(senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang telah terjadi. Strategi adalah program luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi, respon organisasi pada lingkungan sepanjang waktu. Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas alokasi sumberdaya (Chandler dalam

Tinambunan, 2005).

6

Situs BPK Penabur. http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/200006/artikel3.htm. [28 Maret 2010]


(38)

1) Manajemen Strategi

Manajemen strategi merupakan seni atau ilmu untuk memformulasi, mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya (David, 2006). Yang dimaksud fungsional yaitu fungsi-fungsi yang terdapat dalam sebuah organisasi seperti : manajemen, pemasaran, produksi/operasi, keuangan/akuntansi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen.

Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan. Manajemen strategis merupakan upaya dalam mencari cara untuk mengelola semua sumberdaya guna mengembangkan keunggulan kompetitif dan menciptakan kesuksesan dimasa mendatang.

2) Tahap Proses Manajemen Strategi

Proses manajemen strategi merupakan hal yang dinamis dan berkelanjutan. Menurut David (2006), proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi (Gambar 1).

Gambar 1. Model Komprehensif Manajemen Strategi

Sumber : David (2006) Mengem-bangkan pernyataan visi dan misi Melakukan audit eksternal Melakukan audit internal Menetapkan tujuan jangka panjang Membuat, mengevalua-si, dan memilih strategi Implementa si strategi pemasaran, keuangan, Litbang, SIB Implementasi strategi manajemen Menguk ur dan mengeva luasi kinerja Perumusan strategi Evaluasi strategi Implementasi strategi


(39)

a) Formulasi Strategi

Formulasi strategi termasuk mengembangkan visi dan misi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal, menetapkan tujuan jangka panjang, merumuskan alternatif strategi, dan memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.

Dalam perumusan strategi, terdapat tiga tahap kerangka kerja perumusan strategi yang komprehensif untuk membantu dalam pengambilan keputusan (Gambar 2).

Tahap 1: TAHAP INPUT

Matriks Evaluasi Faktor Matriks Profil Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Kompetitif (CPM) Eksternal (EFE)

Tahap 2: TAHAP PENCOCOKAN

Matriks Matriks Matriks Matriks Matriks SWOT SPACE BCG IE Grand Strategy

Tahap 3: TAHAP KEPUTUSAN Matriks Perencanaan Strategi Kualitatif

Qualitative Strategic Planning Matrix-QSPM

Gambar 2. Kerangka Kerja Analisis Perumusan Strategi

Sumber: David (2006)

i. Tahapan Input, yaitu tahapan yang meringkas informasi dasar yang

dibutuhkan untuk merumuskan strategi. Informasi dasar tersebut diperoleh dari analisis terhadap faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal organisasi melalui matriks IFE dan EFE. Selama tahap awal dari proses perumusan strategi, alat input membutuhkan penyusunan strategi untuk mengkuantifikasikan secara subjektif. Setiap keputusan kecil dalam matriks

input berhubungan dengan tingkat kepentingan relatif dari faktor internal dan eksternal yang memungkinkan penyusun strategi untuk menghasilkan dan mengevaluasi alternatif strategi dengan lebih efektif.

ii. Tahap Pencocokan, terdiri dari lima teknik yang dapat digunakan, yaitu Matriks SWOT, Matriks SPACE, Matriks BCG, Matriks IE, dan Matriks

Grand Strategy. Seluruh alat ini bergantung pada informasi yang diturunkan dari tahap input untuk mencocokkan kekuatan dan kelemahan internal dengan peluang dan ancaman eksternal. Mencocokkan faktor-faktor keberhasilan


(40)

internal dan eksternal adalah kunci untuk menghasilkan alternatif strategi yang layak dan efektif.

iii. Tahap Keputusan, melibatkan strategi tunggal yaitu Matriks Perencanaan Strategis Kualitatif (Qualitative Strategic Planning Matrix-QSPM). QPSM menggunakan masukan dari tahap input untuk mengevaluasi secara objektif alternatif-alternatif strategi yang layak dan dengan demikian memberikan dasar tujuan untuk memilih strategi yang spesifik.

b) Implementasi Strategi

Mensyaratkan perusahaan untuk menetapkan tujuan tahunan, membuat kebijakan, memotivasi karyawan, dan mengalokasikan sumberdaya sehingga strategi yang telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif, dan mengerahkan usaha pemasaran, menyiapkan anggaran, mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi dan menghubungkan kinerja karyawan dengan kinerja organisasi.

Implementasi strategi biasanya disebut juga dengan tahap pelaksanaan dalam manajemen strategis. Melaksanakan strategi berarti memobilisasi karyawan dan manajer untuk menempatkan strategi yang telah diformulasikan menjadi tindakan. Suksesnya implementasi strategi terletak pada kemampuan manajer untuk memotivasi karyawan agar mampu melaksanakan strategi yang telah dirumuskan.

c) Evaluasi Strategi

Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategi. Evaluasi strategi dilakukan untuk mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Ada tiga macam aktivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi, yaitu: (1) meninjau ulang faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar strategi, (2) mengukur kinerja, dan (3) mengambil tindakan korektif.

3.1.3 Formulasi Strategi

Tahap formulasi strategi terdiri dari: (1) pernyataan visi dan misi, (2) analisis lingkungan perusahaan, dan (3) menetapkan tujuan jangka panjang, (4) merumuskan alternatif strategi, dan (5) memilih strategi tertentu yang akan dilaksanakan.


(41)

1) Pernyataan Visi dan Misi

Setiap organisasi memiliki tujuan yang unik dan alasan keberadaan yang tercermin dalam pernyataan visi dan misi. Pernyataan visi dan misi merupakan tahap pertama dalam manajemen strategis yang memberikan arah bagi semua aktivitas perencanaan. Pernyataan visi dan misi yang didesain dengan baik adalah penting untuk formulasi, implementasi, dan evaluasi strategi.

Pernyataan visi seharusnya menjawab pertanyaan mendasar, “Apa yang ingin kita capai?”. Visi yang jelas memberikan dasar untuk mengembangkan misi yang komprehensif. Sedangkan pernyataan misi adalah deklarasi mengenai alasan keberadaan sebuah organisasi yang menjawab pertanyaan seputar “Apa bisnis kita?”. Pernyataan misi merupakan pernyataan jangka panjang tentang tujuan yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi serupa. Pernyataan misi yang jelas menggambarkan nilai dan prioritas dari suatu organisasi yang penting untuk perumusan tujuan dan formulasi strategi yang efektif (David, 2006).

2) Analisis Lingkungan Perusahaan

a) Penentuan Produk Prospektif dan Segmen Pasar Potensial dengan Metode

Perbandingan Eksponensial (MPE)

Sebelum melakukan analisis terhadap faktor-faktor strategis internal perusahaan yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan, dilakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap produk prospektif dan segmen pasar yang potensial bagi bisnis yang dijalankan oleh perusahaan. Analisis produk prospektif yang akan dipilih perusahaan untuk dikembangkan serta segmen pasar yang potensial tersebut dilakukan agar strategi bisnis yang dihasilkan pada tahap formulasi strategi menjadi lebih fokus dan terarah. Penentuan produk prospektif dan segmen pasar yang potensial dilakukan dengan menggunakan MPE. Marimin (2004) menjelaskan MPE merupakan salah satu metode untuk menentukan prioritas alternatif keputusan dengan kriteria jamak. MPE digunakan untuk pengambilan keputusan yang dilakukan dengan cara melakukan pengkuantitasan data kualitatif yang didapat dari pendapat seseorang atau lebih dalam skala tertentu. Teknik ini digunakan sebagai pembantu bagi individu pengambil keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah terdefinisi dengan baik pada tahapan proses.


(42)

Penggunaan MPE dalam pengambilan keputusan akan menggambarkan urutan prioritas dengan skor yang besar karena merupakan fungsi eksponensial sehingga urutan prioritas alternatif lebih nyata (Maning, 1984).

MPE mempunyai keuntungan dalam mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial) dan mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata. Penentuan tingkat kepentingan kriteria dilakukan dengan cara wawancara dengan pakar atau melalui kesepakatan curah pendapat. Sedangkan penentuan skor alternatif pada kriteria tertentu dilakukan dengan memberi nilai setiap alternatif berdasarkan nilai kriterianya. Semakin besar nilai alternatif, semakin besar pula skor alternatif tersebut. Total skor masing-masing alternatif keputusan akan berbeda secara nyata karena adanya fungsi eksponensial.

b) Analisis Faktor-Faktor Strategis Internal Perusahaan

Analisis faktor-faktor strategis internal merupakan tahap pengkajian faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan. Kekuatan merupakan suatu kelebihan khusus yang memberikan keunggulan komparatif di dalam suatu industri yang berasal dari organisasi. Sedangkan kelemahan merupakan keterbatasan dan kekurangan dalam hal sumber daya, keahlian, dan kemampuan yang secara nyata dapat menghambat aktivitas keragaan organisasi.

Analisis lingkungan internal dapat dilakukan dengan pendekatan fungsional, yaitu analisis yang didasarkan pada fungsi-fungsi manajemen, produksi/operasi, pemasaran, keuangan, penelitian & pengembangan, dan sistem informasi manajemen. Faktor-faktor yang dapat diidentifikasi dalam lingkungan internal perusahaan (David 2006), yaitu:

i. Manajemen, adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpin, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Menurut David (2006), fungsi manajemen terdiri dari lima aktivitas dasar: perencanaan, pengorganisasian, pemberian motivasi, pengelolaan staf, dan pengendalian.


(1)

Lampiran 7. Evaluasi Faktor Eksternal Hasil Rata-Rata Bobot EFE

FAKTOR R1 R2 R3 TOTAL R.BOBOT R.RATING SKOR

A 0,09722 0,11111 0,125 0,33333 0,11111 3,333333 0,370367

B 0,18056 0,09722 0,06944 0,34722 0,11574 3 0,34722

C 0,18056 0,09722 0,05556 0,33334 0,111113 3 0,33334

D 0,01389 0,09722 0,13889 0,25 0,083333 3 0,25

E 0,01389 0,11111 0,15278 0,27778 0,092593 3,333333 0,308644

F 0,09722 0,09722 0,04167 0,23611 0,078703 2,666667 0,209876

G 0,15278 0,06944 0,04167 0,26389 0,087963 2 0,175927

H 0,19444 0,20833 0,22222 0,62499 0,20833 2,333333 0,486103

I 0,06944 0,11111 0,15278 0,33333 0,11111 1 0,11111

JUMLAH 1 1 1 3 1 23,66667 2,592587

Hasil Rata-Rata Rating EFE

FAKTOR R1 R2 R3 TOTAL R.RATING

A 3 4 4 11 3,666667

B 3 3 3 9 3

C 3 3 3 9 3

D 2 3 4 9 3

E 2 4 3 9 3

F 2 3 3 8 2,666667

G 2 2 2 6 2


(2)

Lampiran 8. Hasil Perhitungan QSPM untuk Menentukan Prioritas Strategi Hasil Rata-Rata Nilai QSPM Prioritas Strategi

S1 S2 S3 S4 S5 S6

Responden 1 6,548269 6,37565 6,013877 6,737419 6,692445 7,192445

Responden 2 6,083323 6,388877 6,078693 6,827368 6,56943 6,117049

Responden 3 6,280415 6,814144 6,867052 6,755939 6,820096 6,457001

R.TAS 6,304002 6,526223 6,319874 6,773575 6,69399 6,588832


(3)

Lampiran 9. Dokumentasi Perusahaan Peternakan Domba Tawakkal Farm Domba Garut


(4)

Domba Ekor Tipis (Domba Lokal)


(5)

RINGKASAN

MEILINA FITRIANI. Strategi Bisnis pada Peternakan Domba Tawakkal Farm Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan HARIANTO).

Sektor pertanian merupakan sektor unggulan yang memegang peranan strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 15,8 persen pada semester I tahun 2009. Pembangunan subsektor peternakan merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam pembangunan pertanian. Kontribusi terbesar subsektor peternakan berasal dari daging, telur, dan susu. Sebagai salah satu produk utama asal ternak, daging merupakan sumber protein hewani yang mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia. Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan daging cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, konsumsi daging masyarakat Indonesia berkisar di atas 2.281.659,4 ton, sementara tingkat produksi daging hanya mencapai 2.181.186 ton. Sebagai salah satu komoditas peternakan, domba sangat berpeluang untuk dikembangkan dalam pemenuhan kebutuhan daging.

Tawakkal Farm (TF) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di sektor peternakan domba dengan kapasitas terbesar di Kabupaten Bogor. Penjualan ternak domba TF dengan segmen pasarnya yaitu pasar harian dan pasar tahunan cenderung meningkat setiap tahunnya. Namun pada tahun 2009 lalu, penjualan ternak domba TF terutama untuk pasar tahunan (kebutuhan kurban) mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 20 persen. Angka penjualan ini tidak sesuai dengan target perusahaan yang seharusnya dapat mencapai 1500 ekor. Adanya kesenjangan yang terjadi antara target dengan kenyataan dikarenakan semakin banyaknya pesaing kompetitif baik peternakan kecil maupun besar yang berkecimpung di dalamnya sehingga penjualan TF mengalami penurunan. Selain itu, kurangnya kegiatan promosi yang dijalankan juga turut mempengaruhi tingkat penjualan TF, disamping perencanaan usaha TF yang belum terstruktur dengan baik sehingga perusahaan harus mampu bekerja pada kondisi yang efektif dan efisien ditunjang strategi yang tepat untuk dapat berkompetisi di pasar.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi dan menganalisis jenis domba yang prospektif yang dimiliki perusahaan untuk dikembangkan dan segmen pasar potensial bagi produk prospektif TF, (2) mengidentifikasi dan menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha perusahaan TF, serta (3) memformulasikan strategi bisnis dan menentukan prioritas strategi bisnis yang paling tepat diterapkan oleh perusahaan TF. Penelitian dilaksanakan di peternakan Tawakkal Farm, Desa Cimande Hilir, Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor. Penelitian dan pengumpulan data berlangsung pada bulan April – Juni 2010. Data yang digunakan di dalam penelitian mencakup data primer dan data sekunder. Metode perumusan dan pemilihan strategi dilakukan berdasarkan analisis deskriptif, analisis produk prospektif dan segmen pasar potensial, analisis lingkungan internal dan eksternal,


(6)

Beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan produk prospektif TF, diantaranya adalah: (1) nilai ekonomis, (2) permintaan, (3) kuantitas produksi, (4) penjualan, (5) kualitas, dan (6) kontinuitas. Kontinuitas merupakan kriteria tertinggi dalam menentukan produk prospektif TF dengan bobot kriteria 0,233. Hasil analisis dengan menggunakan MPE berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya menunjukkan bahwa domba lokal merupakan produk yang paling prospektif untuk dikembangkan oleh TF dengan rating nilai 7,472. Selain itu, terdapat empat kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan segmen pasar potensial bagi produk prospektif TF, antara lain: (1) profit, (2) penjualan, (3) peluang pasar, dan (4) risiko. Kriteria penjualan merupakan kriteria yang mempunyai bobot kriteria akhir tertinggi. Berdasarkan hasil analisis MPE, dihasilkan segmen aqiqah dan kurban sebagai segmen pasar yang paling potensial bagi TF dengan bobot akhir sebesar 5,573.

Faktor strategis internal yang mempengaruhi TF terdiri dari kekuatan dan kelemahan internal. Dari hasil analisis terhadap faktor strategi internal, didapat bahwa performa ternak bagus dan berkualitas merupakan kekuatan utama yang dimiliki oleh produk TF, sedangkan kelemahan utama adalah kurangnya promosi produk. Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor strategis eksternal, diperoleh peluang dan ancaman yang terkait, dimana pertumbuhan penduduk merupakan peluang utama bagi TF untuk meningkatkan penjualan, sementara persaingan antara perusahaan sejenis menjadi ancaman perusahaan karena mempengaruhi terhadap ketidakstabilan penjualan. Berdasarkan hasil analisis matriks IFE, didapat total skor sebesar 2,6647 dimana TF berada pada kondisi rata-rata dalam memanfaatkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan internal perusahaan terkait kegiatan pemasaran produknya. Matriks EFE sebesar 2,5926

memperlihatkan bahwa respon yang diberikan oleh perusahaan terhadap lingkungan eksternal tergolong sedang. Berdasarkan pemetaan total skor matriks IFE dan EFE pada matriks IE, maka posisi perusahaan saat ini berada pada sel V, yaitu strategi pertahankan dan pelihara (hold and maintain).

Dari hasil analisis SWOT diperoleh enam alternatif strategi yang dapat dijalankan TF, yaitu: (1) meningkatkan penjualan dengan mempertahankan atau meningkatkan kualitas produk, (2) memperbaiki perencanaan perusahaan dengan menyusun target, rencana pemasaran, dan kontrak jual beli, (3) memanfaatkan teknologi informasi khususnya media internet untuk menggencarkan promosi produk, (4) membangun dan memperkuat jaringan usaha dengan lembaga kurban dan aqiqah, (5) meningkatkan citra produk kepada masyarakat dan memperkuat

corporate image, serta (6) promosi secara agresif dengan adanya pemahaman

positif tentang manfaat produk. Proses pengambilan keputusan dalam penentuan alternatif strategi terbaik dilakukan melalui analisis QSPM. Hasil analisis matriks QSPM menunjukkan bahwa strategi prioritas adalah membangun dan memperkuat jaringan usaha dengan lembaga kurban dan aqiqah.