Televisi memiliki beberapa karakteristik Ardianto, 2004: 128, sebagai berikut:
1. Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dilihat audiovisual.
2. Berpikir dalam gambar
Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus
berpikir dalam gambar think in picture. Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi, yakni
menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Tahap kedua adalah penggambaran picturization, yakni
kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga mengandung makna tertentu.
3. Pengoperasian lebih kompleks
Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara
siaran berita saja dapat melibatkan 10 orang lebih. Peralatan yang digunakan juga lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus
dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Itulah sebabnya, televisi menjadi lebih mahal daripada media lain, seperti surat kabar, majalah
dan radio siaran.
2.1.9. Pemberitaan
2.1.9.1. Pengertian Pemberitaan
Dalam buku Here’s The News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer Olii, 2007: 27, berita didefinisikan sebagai informasi baru tentang kejadian yang
baru, penting dan bermakna significant, yang berpengaruh pada para pendengarnya serta relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Walter Lippman
McQuail, 1996: 190 memfokuskan hakikat berita pada proses pengumpulan berita, yang dipandang sebagai upaya menemukan “isyarat jelas yang objektif
yang memberartikan suatu peristiwa.”
Defenisi lain dari berita, menurut James A. Wollert Sumadiria, 2005: 64 adalah berita merupakan apa saja yang ingin dan perlu diketahui oleh orang atau
lebih luas lagi oleh masyarakat. Dengan melaporkan berita, media massa memberikan informasi kepada masyarakat mengenai apa saja yang mereka
butuhkan. Sedangkan menurut Assegaf Mondry, 2008: 83 berita merupakan informasi yang menarik perhatian masyarakat yang disusun sedemikian rupa dan
disebarluaskan secepatnya, sesuai periodisasi media. Dalam kerja media, peristiwa tidak dapat langsung disebut sebagai berita,
tetapi dia harus dinilai terlebih dahulu apakah peristiwa tersebut mempunyai nilai berita. Nilai berita tersebut menyediakan standar dan ukuran bagi wartawan
sebagai pedoman kerja dari praktik jurnalistik. Sebuah berita yang mempunyai unsur nilai berita paling tinggi memungkinkan untuk ditempatkan dalam headline,
sedangkan berita yang tidak mempunyai unsur nilai berita atau setidaknya tidak berdampak besar akan dibuang. Penentuan nilai berita ini merupakan prosedur
pertama bagaimana peristiwa dikonstruksi Eriyanto, 2003: 104.
2.1.9.2. Unsur-unsur Pemberitaan
Terdapat beberapa unsur berita yang terkait dengan nilai berita Mondry, 2008: 141 :
1. Akurat
Suatu berita harus ditulis dengan cermat, baik data seperti angka dan nama maupun pernyataan.
2. Lengkap
Penulisan berita harus lengkap dan utuh sehingga pihak lain tahu informasinya dengan benar, tetapi bukan berarti menulis berita harus
dipanjang-panjangkan karena itu tidak efisien. 3.
Kronologis Berita sebaiknya ditulis berdasarkan waktu peristiwa agar urutannya jelas dan
lancar, tidak membingungkan pembaca. 4.
Magnitude daya tarik Berita harus ditulis dengan mempertimbangkan daya tariknya. Bila daya tarik
informasi yang diperoleh tidak ada, informasi itu tidak layak dijadikan berita. 5.
Balance berimbang
Penulisan berita harus balance. Artinya, dalam menulis berita tidak boleh ada pemihakan bila terdapat pihak yang berbeda.
2.1.9.3. Penilaian Terhadap Kualitas Pemberitaan