Efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB

(1)

ERNA ERNAWATI

I352080041

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Efektivitas Komunikasi dalam Sosialisasi Kegiatan Program Posdaya di Desa Binaan IPB adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2011

Erna Ernawati


(3)

of family empowerment program in IPB guided villages. Under academic supervision of H. MUSA HUBEIS and SUTISNA RIYANTO.

One of the programs which is implemented by LPPM IPB is program of Family Empowerment Post (Posdaya). The objectives of this research were 1) Learning the impacts of internal factors of communication effectiveness in socialization of Posdaya program activities, 2) Learning the impact of external factors of communication effectiveness in socialization of Posdaya program activities, 3) Learning the socialization process of Posdaya program activities, 4) Learning the communication effectiveness in socialization of Posdaya program activities, 5) Analyzing the relation between internal and external factors and socialization process of Posdaya program activities, 6) Analyzing the relation between internal and external factors and communication effectiveness in Posdaya program activities, 7) Analyzing the relation between socialization process and communication effectiveness in Posdaya program activities. This research was designed as survey research. Sample collection was conducted with random sampling, and the data were processed with descriptive statistics and analyzed with correlation technique of Tau Kendal. This research results showed among other things that most participants of Posdaya were old aged people, with primary and Junior High School education and had never followed training; the participants were fairly easy to access services in

Posdaya program; Posdaya socialization process ocured in fairly efficient manner; and in general, communication in the process of Posdaya socialization process had been effective. Internal and external factors which are related with socialization process in health program were age, formal education and level of cosmopolitan features, whereas those in education program were aspects of formal education and level of cosmopolitan features. In economy program, such factors were aspects of age, formal education, non formal education, business, level of cosmopolitan features and facilities and infrastructure. Internal factors and external factors which are related with communication effectiveness existed only in health program, namely in the aspects of age. Socialization processes which were related with communication effectiveness in health program were communication media, credibility of human resources, and materials and facilities/infrastructure; whereas that in education program was education; and those in economy program were the aspects of method and communication media.


(4)

Posdaya di di Desa Binaan IPB bimbingan oleh H. MUSA HUBEIS dan SUTISNA RIYANTO.

Salah satu program yang sedang dijalankan oleh LPPM IPB adalah program Pos Pemberdayaan Keluaraga (Posdaya). Tujuan dari penelitian ini adalah: 1)Mengkaji dampak faktor-faktor internal efektifitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program Posdaya, 2) Mengkaji dampak faktor-faktor eksternal efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program Posdaya, 3) Mengkaji proses sosialisasi kegiatan program Posdaya, 4) Mengkaji efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program Posdaya, 5)Menganalisis hubungan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap proses sosialisasi kegiatan program Posdaya, 6) Menganalisis hubungan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap efektivitas komunikasi kegiatan program Posdaya, 7) Menganalisis hubungan proses sosialisasi dengan efektivitas komunikasi kegiatan program Posdaya. Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei. Pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling dan data diolah dengan statistik deskriptif serta dianalisis dengan teknik korelasi Tau Kendal. Hasil penelitian ini adalah peserta Posdaya sebagian besar berusia tua, pendidikan SD-SMP dan tidak pernah mengikuti pelatihan; peserta cukup mudah mengakses pelayanan pada program Posdaya; proses sosialisasi Posdaya berlangsung cukup efisien; komunikasi pada proses sosialisasi Posdaya secara umum sudah efektif; faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan proses sosialisasi pada program kesehatan pada umur, pendidikan formal dan tingkat kosmopolitan, pada program pendidikan aspek pendidikan formal dan tingkat kosmopolitan, adapun pada program ekonomi aspek umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, usaha, tingkat kosmopolitan dan sarana prasarana; faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan efektifitas komunikasi hanya pada program kesehatan yaitu pada aspek umur; proses sosialisasi yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi pada program kesehatan yaitu media komunikasi, kredibilitas SDM, materi dan sarana prasarana, metode komunikasi pada program pendidikan, pada program ekonomi pada aspek metode dan media komunikasi.


(5)

(6)

Posdaya di di Desa Binaan IPB bimbingan oleh H. MUSA HUBEIS dan SUTISNA RIYANTO.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam rangka memberikan arah dan fokus terhadap program-program pelaksanaan program pengabdian masyarakat, LPPM telah menyusun payung penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Salah satu program yang sedang dijalankan oleh LPPM IPB adalah program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Salah satu upaya merealisasikan Posdaya kepada masyarakat adalah terjun langsung untuk menyosialisasikan program-program Posdaya. Efektivitas komunikasi sangat tergantung sampai sejauhmana mendapat dukungan melalui sikap dari masyarakat. Oleh karena itu yang menjadi tujuan penelitian ini adalah (1) Mengkaji dampak faktor-faktor internal efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB, (2)

Mengkaji dampak faktor-faktor eksternal efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB, (3) Mengkaji proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB, (4) Mengkaji efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB, (5)

Mengkaji hubungan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB, (6) Mengkaji hubungan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap efektifitas komunikasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB, serta (7) Mengkaji hubungan proses sosialisasi dengan efektivitas komunikasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.

Penelitian dilaksanakan di Desa Pasirmulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor dengan data meliputi data primer dan sekunder. Penetapan jumlah responden berdasarkan teknik Slovin yang diikuti dengan penarikan contoh acak sederhana. Data diolah dengan statistik deskriptif dan dianalisis dengan teknik korelasi Tau Kendall. Hasil penelitian menunjukkan umur responden peserta Posdaya Bina Sejahtera sebagian besar berada pada kategori tua, berpendidikan formal rendah, yaitu sekolah dasar (SD) sampai dengan sekolah menengah pertama (SMP). Sebagian besar responden tidak pernah mengikuti pelatihan sebagai pendidikan non formal. Jenis usaha peserta Posdaya yang dominan adalah ibu rumah tangga (55,9%). Jumlah pendapatan responden secara umum berada pada kategori sedang (Rp. 650.000,00-1.500.000,00). Responden merasa cukup mudah mengakses atau memperoleh pelayanan pada program Posdaya. Proses sosialisasi Posdaya sudah berlangsung cukup efisien, yang ditunjukkan oleh masyarakat. Komunikasi pada proses sosialisasi Posdaya sudah efektif dalam meningkatkan pengetahuan atau pemahaman, serta mengarahkan sikap dan tindakan masyarakat peserta Posdaya. Faktor internal dan eksternal pada program kesehatan berhubungan nyata dengan proses sosialisasi pada umur, pendidikan formal dan tingkat kekosmopolitan; sedangkan pada program pendidikan berhubungan nyata dengan aspek pendidikan formal dan tingkat kekosmopolitan; serta pada program ekonomi aspek umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, usaha, tingkat kekosmopolitan dan sarana prasarana. Faktor internal dan eksternal yang berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi pada program kesehatan terdapat pada aspek umur dan pada dua program lainnya tidak


(7)

kesehatan; aspek metode komunikasi pada program pendidikan; aspek metode dan media komunikasi pada program ekonomi.


(8)

©Hak Cipta milik IPB 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip Hak Cipta sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan masalah

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


(9)

ERNA ERNAWATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Mayor Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(10)

(11)

NRP : I352080041

Program Studi : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl, Ing, DEA

Ketua Anggota

Ir. Sutisna Riyanto, MS

Diketahui

Koordinator Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS

Tanggal ujian : 20 Juni 2011 Tanggal lulus :


(12)

karunia-Nya sehingga tesis dengan judul Efektivitas Komunikasi dalam Sosialisasi Kegiatan Program Posdaya di di Desa Binaan IPB dapat terselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir .H. Musa Hubeis, MS, Dipl,Ing,DEA selaku ketua komisi pembimbing dan Ir. Sutisna Riyanto, MS selaku anggota komisi pembimbing atas saran dan bimbingannya dalam penyusunan tesis ini, serta para penguji Dr. Ir. Amiruddin Saleh dan Dr. Ir. Basita Ginting, MA. Para staf pengajar dan staf administrasi di lingkungan Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian Pedesaan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Kedua orangtua, suami, anak-anakku Hanun dan Zildan serta adik-adikku atas semua doa, spirit dan kasih sayangnya.

2. Rekan-rekan KMP 2008 Ikhsan, Yulia, Neka, Ali, P Nandang, Bu Ati, Bu

Dian, Yusron, Restiawan, Rosihan, Yudi, Budi, Camay atas kerjasama dan kekeluargaan selama masa perkuliahan dan penyusunan tesis, rekan-rekan staf pengajar di Diploma IPB terutama Alex, Tiza dan Amel..

3. Seluruh warga di lingkungan Kelurahan Pasir Mulya RW 02 Kecamatan

Bogor Barat Kota Bogor atas informasi dan bantuannya. 4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Bogor, Juli 2011


(13)

anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Toto Djuada Said dan E. Sumarni. Lulus SD Negeri Cibalagung II Bogor pada tahun 1982, dan melanjutkan ke SMP Negeri 9 Bogor serta SMA Negeri 5 Tasikmalaya. Pada tahun 1995 melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Peternakan, Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan dan lulus pada tahun 2000.

Tahun 2000 mulai menjadi asisten dosen di Diploma Komunikasi Pembangunan Peternakan (KPP) Fapet IPB dan pada tahun 2005 menjadi dosen luar biasa di Jurusan Komunikasi Diploma IPB hingga sekarang.


(14)

Halaman

ABSTRAK .. ………... i

RINGKASAN………... ii

RIWAYAT HIDUP ... iv

PRAKATA .. ………... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 7

Efektivitas Komunikasi ... 7

Pemberdayaan Masyarakat ... 14

Faktor Internal dan Eksternal yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi ... 18

KERANGKA PEMIKIRAN ... 21

Kerangka Pemikiran ... 21

Hipotesis ... 24

METODOLOGI PENELITIAN ... 25

Lokasi dan Tempat Penelitian ... 25

Desain Penelitian ... 25

Populasi dan Sampel Penelitian ... 25

Data dan Instrumentasi ... 26

Definisi Operasional ... 26

Validitas dan Reliabilitas ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

Keadaan Geografis Kelurahan Pasir Mulya ... 33

Profil Posdaya Bina Sejahtera ... 34

Faktor Internal Peserta Posdaya ... 39

Faktor Eksternal Peserta Posdaya ... 43

Proses Sosialisasi Kegiatan Program Posdaya Bina Sejahtera..………… 46

Efektivitas Komunikasi Posdaya Bina Sejahtera ……… . 49

Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Individu dengan Proses Sosialisasi Posdaya Bina Sejahtera ... 52


(15)

B. Program Pendidikan ... 54

C. Program Ekonomi... 55

Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Individu dengan Efektivitas Komunikasi Posdaya Bina Sejahtera ... 57

A. Program Kesehatan ... 57

B. Program Pendidikan ... 58

C. Program Ekonomi... 59

Hubungan Proses Sosialisasi dengan Efektivitas Komunikasi Posdaya Bina Sejahtera ... 59

A. Program Kesehatan ... 60

B. Program Pendidikan ... 61

C. Program Ekonomi... 62

KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

Kesimpulan………. ... 65

Saran... ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 67


(16)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan Kelurahan Pasir Mulya 33 2. Jumlah penduduk dan kepala keluarga Rw 02 Kelurahan Pasir Mulya 34

3. Deskripsi faktor internal peserta Posdaya ... 40

4. Deskripsi faktor eksternal peserta Posdaya ... 44

5. Deskripsi proses sosialisasi Posdaya Bina Sejahtera ... 47

6. Deskripsi efektivitas komunikasi Posdaya Bina Sejahtera ... 50

7. Hubungan faktor internal dan eksternal dengan proses sosialisasi program kesehatan…. ... 53

8. Hubungan faktor internal dan eksternal dengan proses sosialisasi program pendidikan ... 55

9. Hubungan faktor internal dan eksternal dengan proses sosialisasi program ekonomi ... 56

10.Hubungan faktor internal dan eksternal dengan efektivitas komunikasi program kesehatan ... 58

11.Hubungan faktor internal dan eksternal dengan efektivitas komunikasi program pendidikan ... 59

12.Hubungan faktor internal dan eksternal dengan efektivitas komunikasi program ekonomi ... 59

13.Hubungan proses sosialisasi dengan efektivitas komunikasi program kesehatan ... 60

14. Hubungan proses sosialisasi dengan efektivitas komunikasi program pendidikan ... 62

15. Hubungan proses sosialisasi dengan efektivitas komunikasi program ekonomi ... 62


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner penelitian ... 65 2. Uji validitas dan reliabilitas instrumen ... 73 3. Data perhitungan korelasi ... 78


(18)

Pendidikan tinggi pertanian Indonesia sejak tahun 1940 telah berperan dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) serta telah memberikan sumbangan nyata dalam mendukung perkembangan pertanian dan perkembangan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sejarah telah menunjukkan adanya keterkaitan yang erat antara penyelenggara pendidikan tinggi pertanian dan perkembangan kegiatan pertanian (IPB, 2008).

Institut Pertanian Bogor (IPB) yang didirikan pada tahun 1963 berdasarkan Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) Nomor 91 tahun 1963 yang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 279 tahun 1965.memiliki peran dalam menghasilkan SDM, pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni (IPTEKS) serta diberi mandat sebagai pelopor pembangunan pertanian dalam arti luas Sejalan dengan perkembangan tantangan pembangunan pertanian yang semakin kompleks, IPB memperluas mandatnya ke dalam pengertian dalam arti luas, yaitu sistem pengelolaan sumber daya hayati dan lingkungannya secara berkelanjutan untuk kesejahteraan manusia. Pertanian dalam pengertian ini merupakan keseluruhan proses kegiatan agribisnis, tidak hanya subsistem on-farm, namun subsistem dari hulu hingga hilir dan subsistem pendukung (IPB, 2008).

Dalam kaitan hal di atas, tujuan pendidikan sebagai tujuan pendidikan institusional IPB diderivasi mengikuti tantangan dan merencanakan kegiatan akademik yang lebih antisipatif dari kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (Tridarma PT). Selain itu, perubahan status IPB menjadi PT Badan Hukum Milik Negara (BHMN) memberikan mandat tambahan, yaitu melaksanakan kegiatan pembangkitan pendapatan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan tridarma perguruan tinggi. Perubahan status Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi BHMN dimaksudkan agar lembaga pendidikan tinggi mendapatkan otonomi yang lebih luas memungkinkan pengelolaan dan pendayagunaan aset sumber daya secara efisien dan efektif sesuai kondisi dan potensi masing-masing PT guna mendukung


(19)

penguatan dan percepatan pencapaian keunggulan akademik (academic excellent) (IPB, 2008).

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB sebagai bagian Institut Pertanian Bogor merupakan gabungan dari Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) dan Lembaga Penelitian (LP). Sebelumnya pada tahun 1979 telah dibentuk LPM dan LP, serta pada tanggal 6 Nopember 2003 kedua lembaga tersebut digabung menjadi Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Kemudian pada tanggal 6 Maret 2008 melalui SK Rektor IPB No. 020/13/OT/2008 berganti nama menjadi LPPM IPB.

Dalam rangka memberikan arah dan fokus terhadap program-program pelaksanaan program-program penelitian dan pengabdian masyarakat, LPPM telah menyusun payung penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Posisi payung ini menaungi program-program PPM yang dikerjakan oleh pusat, departemen dan kelompok dosen IPB dengan budaya penelitian sebagai tangkai dari payung tersebut. Tujuan dari payung PPM (LPPM, 2008) adalah :

1. Mendukung IPB menuju universitas berbasis riset

2. Meningkatkan fokus penelitian dalam rangka mencapai visi IPB sebagai

perguruan tinggi bertaraf Internasional dalam pengembangan SDM dan IPTEKS dengan kompetensi utama di bidang pertanian tropika

3. Terselenggaranya kegiatan penelitian yang lebih terarah, terpadu efisien dan bermutu guna pengembangan IPTEKS yang bermanfaat dalam peningkatan mutu pendidikan dan pemberdayaan masyarakat menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur.

LPPM-IPB memiliki mitra kerjasama cukup berpotensi dan terbentuk sebagai hasil interaksi dan kerjasama yang terus-menerus. Mitra kerjasama ini sangat beragam, baik dengan institusi penyandang dana penelitian maupun dengan pengguna hasil penelitian, mulai dari instansi pemerintah, BUMN maupun perusahaan swasta nasional dan asing, serta lembaga-lembaga penelitian dari luar negeri, diantaranya PT. Bio Life Medilab, PT. Metropolitan Sinar Indah, PT. Inanta Timbun, PT. Sang Hyang Seri (Persesro) Sukamandi, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Keuangan, Departemen Sosial, Departemen


(20)

Pertanaian, Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas), UNICEF, JICA, Worl Bank, Bappeda DKI dan Bappeda Jabar Kab DT II Bogor.

Salah satu program yang sedang dijalankan oleh LPPM IPB adalah program Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Posdaya adalah forum silaturahmi, advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus dapat dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara terpadu. Program ini dalam hal-hal tertentu menjadi wadah pelayanan keluarga secara berkelanjutan dalam berbagai bidang, terutama bidang agama, pendidikan, kesehatan, wirausaha dan lingkungan hidup, sehingga secara harmonis dapat tumbuh mandiri desanya (Suyono dan Haryanto, 2009). Pada pelaksanaan fungsinya, Posdaya merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan masyarakat dan anggotanya, sehingga pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan oleh, dari dan untuk keluarga, serta masyarakat setempat. Dengan kata lain, kegiatan tersebut dilaksanakan atas kemampuan dan swadaya masyarakat sebagai upaya memberdayakan keluarga sejahtera dan membangun kesejahteraan rakyat secara luas.

Perumusan Masalah

Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah untuk membangun SDM melalui partisipasi keluarga secara aktif. Proses pemberdayaan diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan dan kemiskinan dalam arti yang luas. Posdaya dikembangkan sebagai forum untuk merangsang dan mengembangkan silaturahim, forum pemberdayaan keluarga dan penggalangan kebersamaan dengan mengubah sikap dan tingkah laku, agar pro kebersamaan dan pembangunan dengan kerja keras dan mandiri.

Salah satu upaya merealisasikan Posdaya kapada masyarakat adalah terjun langsung untuk mensosialisasikan program-program Posdaya. Efektivitas peran komunikasi sangat tergantung sampai sejauhmana mendapat dukungan melalui sikap dari masyarakat. Tingkat efektivitas komunikasi sangat ditentukan sejauhmana penilaian masyarakat lokal, pemerintah lokal, pengusaha lokal dan


(21)

organisasi masyarakat, khususnya yang terkait langsung dalam program yang sedang dijalankan.

Posdaya merupakan salah satu program yang sedang dijalankan IPB melalui LPPM sebagai salah satu dari fungsi Tridarma PT, yaitu pengabdian kepada masyarakat (PKM). Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana keragaan faktor-faktor internal peserta sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB ?

2. Bagaimana keragaan faktor-faktor eksternal peserta sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB ?

3. Bagaimana proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB ? 4. Bagaimana efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program

Posdaya di desa binaan IPB ?

5. Bagaimana hubungan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB ?

6. Bagaimana hubungan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap efektivitas komunikasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB ?

7. Bagaimana hubungan proses sosialisasi dengan efektivitas komunikasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan :

1. Mengkaji keragaan faktor-faktor internal peserta sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.

2. Mengkaji keragaan faktor-faktor eksternal peserta sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.

3. Mengkaji proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB. 4. Mengkaji efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program Posdaya

di desa binaan IPB.

5. Menganalisis hubungan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.


(22)

6. Menganalisis hubungan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap efektivitas komunikasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.

7. Menganalisis hubungan proses sosialisasi dengan efektivitas komunikasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.

Kegunaan Penelitian

Hasil yang diperoleh diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh pihak terkait dalam merumuskan kebijakan maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Melalui pemahaman dan penerapan efektivitas komunikasi diharapkan dalam setiap program pembangunan, terjadi perubahan positif dalam masyarakat. 3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa/peneliti yang melakukan penelitian


(23)

Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian

Ruben dan Stewart (1988) mengenai komunikasi manusia yaitu: Human

communication is the process through which individuals–in relationships, groups, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the environment and one another. Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespons dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

Komunikasi merupakan proses dimana dua orang atau lebih melakukan suatu pertukaran informasi yang pada gilirannya terjadi kesepakatan dan hubungan yang mendalam (Prodjosaputro, 1978). Ini menjelaskan hakekat hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), setelah itu diharapkan perubahan sikap, tingkah laku dan kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian diantara orang-orang yang ikut pada proses komunikasi (Wursanto, 1987).

Wenburg dan Wilmot dalam Mulyana (2007) mengkategorikan

definisi-definisi tentang komunikasi dalam tiga konseptual, yaitu : 1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.

Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap muka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons


(24)

orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.

2. Komunikasi sebagai interaksi.

Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan-balik dari orang kedua dan begitu seterusnya. Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shannon dan Weaver dalam

Wiryanto (2005), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.

3. Komunikasi sebagai transaksi.

Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara sinambungan mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Berdasarkan pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan nonverbal.

Effendy (2000) menyatakan komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, dengan tujuan agar orang lain tersebut mengetahui dan mempunyai makna yang sama tentang hal yang dikomunikasikan, sehingga orang tersebut dapat menerima dan melaksanakan pesan yang disampaikan. Untuk itu, diantara orang-orang yang berkomunikasi harus tercapai kesamaan pengertian. Apabila kesamaan pengertian tidak tercapai, maka dapat dikatakan komunikasi tidak terjadi (Effendy, 2000)

Proses penyampaian pesan melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi dan sebagainya. Penyampaian pesan efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi cara


(25)

seseorang mengirim dan menerima berita sangat tergantung pada keterampilan tertentu (membaca, menulis, berbicara, dan lain-lain).

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapainya yang telah ditetapkan. Effendy (2001) menyatakan bahwa komunikasi dapat dikatakan efektif, jika dapat menimbulkan dampak seperti (1) kognitif, yaitu meningkatnya pengetahuan komunikan; (2) afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi; dan (3) konatif, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap; sedangkan efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu (Jahi, 1988).

Suatu komunikasi dikatakan efektif, apabila komunikator berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya kepada komunikan (penerima). Komunikasi dinilai efektif bila stimuli yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim pesan berkaitan erat (identik) dengan stimuli yang ditangkap dan dipahami oleh penerima pesan.

Apabila S melambangkan sumber atau pengirim pesan dan R adalah penerima pesan, komunikasi dinyatakan mulus apabila keinginan S identik dengan respons yang diberikan R (Goyer, 1970). Penerimaan pesan yang sempurna sebagaimana yang dimaksudkan pengirim pesan kenyataannya sangat sulit tercapai bahkan tidak pernah terjadi, paling-paling hanya dapat dihampiri saja (Goyer, 1970). Persamaannya digambarkan sebagai berikut :

1 dim tan = = pengirim aksud yang makna penerima gkap di yang di yang makna s r

Semakin besar kaitan antara respons yang diberikan oleh penerima dengan pesan yang disampaikan oleh pengirim berarti semakin efektif komunikasi yang dilakukan. Nilai R/S = 0 terjadi apabila respons yang diterima dari penerima tidak ada kaitannya dengan pesan yang disampaikan oleh pengirim. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang dimaksud oleh pengirim berkaitan erat dengan pesan yang diterima oleh penerima.


(26)

Menurut Tubb dan Moss (2000) ada lima (5) hal yang menjadikan ukuran bagi komunikasi efektif, yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan.

1. Pemahaman

Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan (komunikator) dan dikatakan efektif, bila penerima (komunikan) memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan.

2. Kesenangan

Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu, karena adakalanya berkomunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan kebahagiaan bersama.

3. Mempengaruhi sikap

Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dalam hal ini kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang jangan disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan.

4. Memperbaiki hubungan

Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif. Apabila hubungan manusia dibayang-bayangi oleh ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten dapat mengubah makna.

5. Tindakan

Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan, merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi.


(27)

Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui sebagai tindakan “feedback” dari komunikasi paling tinggi yang diharapkan oleh pemberi pesan.

Schramm dan Kincaid (1977) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni paduan pengalaman dan

pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh

komunikan. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, apabila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain.

Effendy (2000) mengatakan supaya terjadi komunikasi yang efektif, komponen-komponen komunikasi perlu diperhatikan, mulai dari komunikator, pesan, saluran dan komunikan sebagai sasaran komunikasi. Rincian unsur-unsur tersebut sebagai berikut :

1. Komunikator

Faktor penting pada diri komunikator dalam melancarkan komunikasi adalah daya tarik dan kredibilitas. Seorang komunikator akan mampu mengubah sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik. Apabila komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikator, maka komunikan bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Adapun kredibilitas berhubungan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang komunikator. Dengan kata lain, seorang komunikator akan mendapat kepercayaan, apabila membahas suatu persoalan sesuai dengan profesi atau keahliannya. Faktor heteropily dapat menyebabkan komunikasi menjurus ke komunikasi yang tidak efektif.

2. Pesan

Pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi dapat satu, tetapi lambang yang digunakan dapat bermacam-macam, lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Oleh karena itu, komunikasi bahasa memegang peranan sangat penting. Tanpa penguasaan


(28)

bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tidak akan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat.

3. Saluran

Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan untuk sampai kepada komunikan (sasaran). Media komunikasi banyak macamnya dalam mencapai sasaran komunikasi, yaitu dengan cara memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media. Pemilihan media tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan. Masing-masing media komunikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan.

4. Komunikan

Pengenalan komunikan merupakan ketentuan utama yang harus dilaksanakan oleh komunikator dalam komunikasi. Ditinjau dari komponen komunikan, seseorang dapat dan akan menerima pesan kalau terdapat empat kondisi secara simultan berikut :

a. Komunikan benar-benar dapat mengerti pesan komunikasi.

b. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya sesuai dengan tujuan.

c. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya.

d. Komunikan mampu untuk menepatinya, baik secara mental maupun secara fisik.

Metode komunikasi adalah cara penyampaian informasi secara timbal balik yang digolongkan ke dalam komunikasi antar individu (interpersonal) dan komunikasi kelompok. DeVito (1997) mengelompokkan komunikasi ke dalam tujuh bentuk komunikasi, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Intrapersonal komunikasi atau komunikasi dengan diri sendiri. Beberapa tujuan yang lazim dalam komunikasi intrapersonal adalah berpikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung. Dalam komunikasi intrapersonal tersebut dikembangkan teori-teori tentang konsep diri. Konsep komunikasi intrapersonal yang berhubungan dengan keterampilan, antara lain memperkuat diri, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kemampuan memecahkan


(29)

masalah dan menganalisis masalah, meningkatkan pengendalian diri, mengurangi stress, mengatasi konflik, dan lain-lain.

2. Interpersonal komunikasi atau komunikasi antar pribadi. Tujuannya untuk mengenal, berhubungan, membantu, dan lain-lain. Beberapa teori yang diaplikasikan dalam konsep komunikasi ini antara lain mengapa orang mengembangkan hubungan ? Apa yang menyatukan sahabat, kerabat, keluarga dan apa yang memisahkannya ? Bagaimana hubungan dapat diperbaiki. Aplikasi keterampilan dari konsep komunikasi ini adalah meningkatkan efektivitas komunikasi satu lawan satu, mengembangkan dan memelihara hubungan yang efektif, meningkatkan kemampuan penyelesaian konflik.

3. Komunikasi kelompok kecil. Bertujuan berbagi informasi, mengembangkan gagasan, memecahkan masalah, membantu. Teori yang dapat diaplikasikan adalah apa yang membuat seseorang menjadi pemimpin ? Tipe kepemimpinan mana yang paling berhasil? Apa peran anggota kelompok ? Apa yang berhasil dikerjakan kelompok ? dan Apa yang gagal dilakukan kelompok ? Bagaimana kelompok dapat dibuat lebih efektif ? Keterampilan yang diperlukan dalam komunikasi kelompok kecil adalah meningkatkan efektivitas sebagai anggota kelompok, meningkatkan kemampuan sebagai pemimpin, dan lain-lain.

4. Komunikasi organisasi atau komunikasi dalam suatu organisasi formal. Tujuannya meningkatkan produktivitas, meningkatkan semangat kerja, memberi informasi dan meyakinkan. Hal yang menyangkut teori adalah apa yang membuat organisasi efektif, apa kebutuhan yang harus dipenuhi organisasi, bagaimana komunikasi organisasi dapat ditingkatkan. Sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan adalah meningkatkan efesiensi komunikasi ke atas dan ke bawah, serta lateral, menggunakan komunikasi untuk meningkatkan semangat kerja, dan lain-lain.

5. Komunikasi dengan publik atau khalayak. Tujuannya memberi informasi, mempengaruhi dan menghibur. Hal yang menyangkut teori adalah bagaimana khalayak dapat dianalisis dan diadaptasi secara efektif. Keterampilan yang diperlukan adalah mengkomunikasikan informasi secara lebih efektif, meningkatkan kemampuan persuasif, mengembangkan, mengorganisasikan, dan lain-lain.


(30)

6. Komunikasi antar budaya atau komunikasi antar orang dari budaya yang berbeda. Tujuannya mengenal, berhubungan, mempengaruhi, bermain dan membantu. Teori yang dikembangkan adalah bagaimana budaya yang berbeda memandang komunikasi, apa yang menghambat komunikasi bermakna diantara orang-orang yang budayanya berlainan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan menghindari hambatan-hambatan utama dalam komunikasi antar budaya. 7. Komunikasi massa atau komunikasi yang diarahkan kepada khalayak yang

sangat luas. Tujuannya untuk menghibur, meyakinkan, mengukuhkan status, mengubah, mengaktifkan, memberi informasi dan menciptakan rasa persatuan. Teori yang dikembangkan adalah apa fungsi yang dijalankan media dan bagaimana media mempengaruhi kita, bagaimana kita dapat mempengaruhi media, dengan cara apa informasi disensor oleh media. Hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan komunikasi bermedia massa adalah meningkatkan kemampuan menggunakan media agar lebih efektif.

Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan perilaku komunikan. Alasannya komunikasi interpersonal berlangsung secara tatap-muka (face to face), sehingga terjadi kontak pribadi dan umpan balik berlangsung seketika. Komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi interpersonal seringkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif, yaitu agar orang lain (komunikan) bersedia menerima suatu paham atau keyakinan melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan pada hakekatnya mencakup dua aspek, yaitu “to give authority to and to give ability to or enable.” Dalam pengertian pertama, pemberdayaan memiliki makna memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Dalam pengertian kedua, pemberdayaan diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan (Friedman, 1992).


(31)

Friedman (1992) selanjutnya mengungkapkan bahwa pemberdayaan dimaknai sebagai mendapatkan kekuatan (power) dan mengaitkannya dengan kemampuan golongan miskin untuk mendapatkan akses ke sumber daya-sumber daya yang menjadi dasar dari kekuasaan dalam suatu sistem organisasi. Akses tersebut digunakan untuk mencapai kemandirian dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian golongan miskin dapat mengorganisasikan kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk menentukan, merencanakan dan melaksanakan apa yang menjadi keputusan kolektifnya.

Shardlow (1998) melihat bahwa pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginannya. Pemberdayaan selain dilihat dari bidangnya, dapat pula dilihat dari sisi keberadaannya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses. Sebagai suatu program, pemberdayaan dilihat tahapan-tahapan kegiatan guna mencapai tujuan yang sudah ditentukan jangka waktunya. Konsekuensinya apabila program selesai, maka dianggap pemberdayaan sudah selesai dilakukan. Hal seperti ini banyak terjadi dengan sistem pembangunan berdasarkan proyek yang banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah, dimana proyek yang satu dengan yang lainnya kadangkala tidak berhubungan, bahkan tidak saling mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh bagian yang lain, meskipun itu dalam satu lembaga yang sama (Adi, 2002).

Pemberdayaan sebagai suatu program harus tetap direncanakan secara serius dan lebih memfokuskan pada upaya-upaya yang membuat masyarakat agar lebih pandai, mampu mengembangkan komunikasi di antaranya, sehingga pada akhirnya dapat berdiskusi secara konstruktif dan mengatasi permasalahan yang ada. Sebagai proses, pemberdayaan merupakan proses berkesinambungan sepanjang hidup seseorang. Hogan dalam Adi (2002) menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai siklus yang terdiri dari lima (5) tahapan, yaitu :

1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak memberdayakan (recall depowering/empowering experiences).


(32)

2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidakberdayaan (discuss reasons for empowerment/depowerment).

3. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identity one problem or project).

4. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna (identity usefull power bases). 5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya (develop

and implement action plans).

Konteks kesejahteraan sosial, upaya pemberdayaan terkait dengan upaya peningkatan taraf hidup masyarakat dari suatu tingkatan menuju ke tingkatan yang lebih baik. Tentunya dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan suatu komunitas menjadi kurang berdaya (depowerment). Pemberdayaan masyarakat (empowerment of society) merupakan bagian dari pemberdayaan SDM (empowerment of human resources). Konsep pemberdayaan dalam pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pemberdayaan diletakan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usahanya sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan, serta sumber lainnya.

Pemberdayaan masyarakat merupakan satu proses yang berkaitan dengan hakikat dari kemampuan, serta hubungan antar individu atau lapisan sosial yang lain. Pada dasarnya setiap individu dan kelompok memiliki daya, akan tetapi kadar daya itu berbeda satu dengan yang lainnya. Pemberdayaan merupakan kemampuan dan daya (flow of power) dari pemberi kuasa, atas kebebasan, dan pengakuan dari subyek ke obyek dengan memberinya kesempatan untuk meningkatkan hidupnya dengan memakai sumber yang ada merupakan salah satu manifestasi dari mengenali daya tersebut. Pada akhirnya, kemampuan individu untuk dapat mewujudkan harapannya dengan diberi pengakuan oleh subjek merupakan bukti bahwa individu dan kelompok tersebut memiliki daya.

Community development (comdev) merupakan salah satu strategi dalam pembangunan sosial. Menurut Carry dalam Hasim dan Remiswal (2009), bahwa comdev pada hakekatnya adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh warga


(33)

komunitas untuk bekerjasama yang diarahkan pada masa depan komunitas itu sendiri. Unsur-unsur penting yang terkandung dalam pengertian comdev adalah : 1. Komunitas sebagai suatu unit kegiatan. Pemahaman komunitas mengacu pada

orang-orang yang hidup bersama dalam suatu tempat, berhubungan satu sama lainnya, saling berbagi minat, kepentingan dan nilai-nilai.

2. Adanya inisiatif komunitas setempat dan unsur kepemimpinan sebagai sumber. Pemimpin pelaksana suatu proses comdev harus berasal dari dalam komunitas itu sendiri. Apabila tidak ada maka diambil dari luar dan diberi latihan kepemimpinan, agar pelaksanaan comdev dapat berhasil.

3. Menggunakan sumber-sumber internal dan eksternal. Dalam unsur ini yang perlu diperhatikan adanya kemungkinan bahwa sumber-sumber yang perlu diperhatikan komunitas berada di luar komunitas itu sendiri. Untuk itu, diperlukan berbagai bentuk bantuan yang akan mempermudah komunitas dalam menjangkau sumber eksternal tersebut.

4. Adanya partisipasi menyeluruh, ditandai dengan adanya pemberian kesempatan kepada seluruh golongan dan kelompok komunitas untuk mengambil peran dalam pembangunan.

5. Adanya pendekatan yang terorganisasi dan komprehensif sebagai usaha untuk melibatkan seluruh komunitas.

6. Adanya penyelesaian atau pelaksanaan tugas yang demokratis dan rasional.

Comdev dapat dipahami secara luas maupun sempit. Menurut Taliziduhu dalam Hasim dan Remiswal (2009), pengertian luas comdev merupakan perubahan sosial berencana, dimana sasarannya adalah perbaikan dan peningkatan bidang ekonomi, teknologi dan bahkan sosial dan politik. Pengertian yang sempit, comdev diartikan sebagai perubahan berencana di lokalisasi tertentu, seperti kampung, desa dan kota. Comdev dikaitkan dengan berbagai kegiatan atau program yang langsung berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan dan pengurusan kepentingan lokalisasi atau komunitas setempat sepanjang mampu dikelola oleh komunitas itu sendiri.

Comdev merupakan salah satu metode pekerjaan sosial yang bekerja dengan komunitas dan melibatkan partisipasi aktif dari komunitas, terutama komunitas lokal dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah-masalah yang


(34)

dihadapi dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia di dalamnya. Sejalan dengan itu comdev juga merupakan strategi untuk mencapai keadaan, dimana terjadi peningkatan keberdayaan dan mutu kehidupan (Suharto dalam Hasim dan Remiswal, 2009).

Strategi comdev menurut Suharto dalam Hasim dan Remiswal (2009) mampu menjalankan lima (5) fungsi pemberdayaan berikut :

1. Pemungkin (enabling), adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan segenap potensi komunitas berkembang secara optimal. Proses comdevt harus mampu membebaskan penduduk dari sekat-sekat struktural dan struktural yang menghambat.

2. Pemberdayaan (empowering), adalah memperkuat pengetahuan dan kemampuan komunitas dalam memecahkan masalah, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

3. Perlindungan (protecting), adalah melindungi komunitas dari ketertindasan dan persaingan yang tidak sehat. Artinya pemberdayan yang dilakukan diarahkan pada penghapusan diskriminasi dan dominasi yang merugikan komunitas.

4. Penyokong (supporting), adalah upaya memberikan bimbingan dan bantuan agar komunitas mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Comdev sebagai upaya pemberdayaan harus mampu menyokong komunitas agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.

5. Pemeliharaan (fostering), adalah memelihara kondisi kondusif agar terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam komunitas. Dalam hal ini, usaha yang dilakukan harus mampu menjamin keserasian, keharmonisan dan keseimbangan yang memungkinkan segenap komunitas memperoleh kesempatan yang sama.

Faktor Internal dan Eksternal yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Faktor internal yang mempengaruhi efektivitas komunikasi adalah karakteristik personal atau karakteristik individu, karakteristik demografi dan karakteristik psikografi. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi


(35)

efektivitas komunikasi adalah gangguan komunikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Gibson dan Ivancevich (1997) terdapat sejumlah hambatan komunikasi yang menyebabkan komunikasi tidak efektif, diantaranya perbedaan frame of references dan frame of experiences di antara komunikator dan komunikan, informasi yang terlalu banyak (overload information), stereotype, perbedaan status, bahasa kelompok, gangguan, perbedaan persepsi dan faktor bahasa.

Lionberger dan Gwin (1982) mengungkapkan bahwa peubah-peubah yang penting dalam mengkaji masyarakat lokal diantaranya adalah peubah karakteristik individu. Dijelaskan bahwa karakteristik anggota masyarakat, kelompok pada dasarnya merupakan karakteristik individu. Karakteristik individu meliputi; umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologis.

Anwar (1982) dalam disertasinya menyatakan bahwa karakteristik individu yang patut diperhatikan adalah : umur, pendidikan formal, luas garapan, sikap terhadap inovasi, dan tingkat pengetahuan. Kotler (1980) menyebutkan karakteristik demografi, meliputi umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, pendidikan, agama, ras, tingkat sosial dan kebangsaan. Penelitian Ichwanudin (1998) mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi, seperti umur, Pendidikan formal, pendidikan non formal dan tingkat pendapatan berhubungan erat dengan perilaku komunikasi. Soekartawi (2005), kecepatan adopsi inovasi ditentukan oleh faktor internal petani dan faktor eksternal yang terkait dengan kegiatan usaha tani, dimana teknologi tersebut digunakan. Karakteristik individu petani adalah, ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, sikap dan tindakan terhadap lingkungan hidupnya berdasarkan karakteristik internal petani sebagai adopter.


(36)

Posdaya merupakan salah satu upaya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan dan peningkatan mutu SDM. Program Posdaya adalah salah satu bentuk pengabdian IPB terhadap masyarakat sekitar yang tertuang dalam Tridarma PT. Untuk itu Pusat Pemberdayaan Sumber daya Manusia (P2SDM) LPPM bekerjasama dengan Yayasan Damandiri membangun dan mengembangkan Posdaya di wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kemiskinan, baik di tingkat desa, dusun, atau RW. Posdaya merupakan forum informasi, pendidikan dan pemberdayaan, serta penyegaran partisipasi masyarakat secara mandiri. Posdaya merupakan program-program yang mendukung penyegaran hidup gotong royong, mampu memberikan tambahan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilanserta mendorong dalam pemantapan fungsi-fungsi keluarga. Fungsi-fungsi keluarga tersebut adalah Fungsi-fungsi agama, Fungsi-fungsi cinta kasih, Fungsi-fungsi perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan (Suyono dan Haryanto, 2009).

Sasaran akhir Posdaya adalah membentuk manusia-manusia yang bermutu dan sejahtera. Posdaya menggunakan keluarga sebagai ujung tombak untuk memperbaiki pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat dengan pilar keswadayaan dan kemandirian sebagai semangat kerjanya. Posdaya mewadahi kegiatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan inti kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi.

Komunikasi merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian program-program yang diselenggarakan khususnya Posdaya. Peran komunikasi sangat penting, hal ini dapat dilihat dari efektivitas komunikasinya dimana kemampuan SDM sebagai pelaksana dan penerima program-program, serta metode komunikasi yang digunakan. Posdaya diterapkan dengan dilakukan sosialisasi terlebih dahulu pada masyarakat. Komunikasi merupakan alat utama untuk menyampaikan kegiatan-kegiatan dalam Posdaya. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang dimaksud oleh pengirim (sumber) menghasilkan kesamaan


(37)

makna yang ditangkap oleh penerima. Keefektivan komunikasi dapat melihat sejauhmana tingkat keberdayaan masyarakat pada program Posdaya.

Komunikator yang efektif dalam menyampaikan suatu program harus mempertimbangkan tiga hal, pertama pengurus harus mempunyai pengetahuan yang memadai, baik tentang metode Posdaya sebagai pesan maupun masyarakat sebagai penerima pesan (sasaran), kedua pengurus Posdaya harus mampu mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri, metode Posdaya, dan masyarakat, terakhir pengurus Posdaya perlu memiliki berbagai keterampilan berkomunikasi, seperti berbicara antar personal, berbicara di depan publik, menulis, memperagakan, maupun keterampilan lainnya.

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka peubah-peubah diteliti untuk menjelaskan efektivitas komunikasi pada program Posdaya adalah metode komunikasi, media yang digunakan, kredibilitas SDM, kesesuaian materi, dan sarana prasarana. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang dimaksud oleh pengirim (sumber) menghasilkan kesamaan makna dengan yang ditangkap oleh penerima. Efektivitas komunikasi dalam penelitian ini diukur dengan indikator tingkat kemandirian masyarakat dari segi kognitif, afektif dan konatif. Kerangka alur pikir mengenai penelitian efektivitas komunikasi dapat dilihat pada Gambar 1.


(38)

Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian

Faktor Internal (X1)

• Umur

• Pendidikan formal

• Pendidikan nonformal

• Usaha/ pekerjaan

• Pendapatan keluarga

• Kosmopolitan

Proses Sosialisasi (Y1)

• Metode komunikasi

• Media yang digunakan

• Kredibilitas SDM

• Kesesuaian materi pemberdayaan

• Sarana dan prasarana

Efektivitas Komunikasi (Y2)

• Kognitif

• Afektif

• Konatif

Faktor Eksternal (X2)

• Bidang kesehatan

• Bidang Pendidikan


(39)

Hipotesis

Berdasarkan kerangka penelitian di atas, dibuat hipotesis berikut: H1

H

: Terdapat hubungan nyata antara faktor internal dengan proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.

2

H

: Terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal dengan proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.

3 : Terdapat hubungan nyata antara proses sosialisasi kegiatan program


(40)

METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Pasirmulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, karena desa ini merupakan binaan Yayasan Damandiri yang paling aktif dalam menjalankan program Posdaya secara konsisten. Penelitian dilakukan selama empat bulan, mulai Bulan Februari sampai dengan Mei 2010.

Desain Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat

explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi dengan menjelaskan hubungan antar peubah-peubah melalui pengujian hipotesa (Singarimbun dan Effendi 1989). Penelitian ini berisikan uraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungannya antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Metode penelitian survei merupakan metode pelaksanaan penelitian suatu informasi yang dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit-unit analisis yang memiliki ciri-ciri yang akan diduga. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang aktif dalam Posdaya di desa binaan Desa Pasirmulya RW 02 yang secara keseluruhan jumlah kepala keluarga (KK) adalah 205 KK.

Contoh adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representatif untuk mewakili populasi yang ada. Penentuan contoh dilakukan secara sample random sampling (acak sederhana). Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 68 KK.Penetapan jumlah responden, menurut Slovin dalam Sevilla et al., (1993) adalah;

Keterangan : n = jumlah contoh N = jumlah populasi d2 = presisi


(41)

Data dan Instrumentasi

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh dari P2SDM, kantor desa dan kantor kelurahan. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan masyarakat yang dipandu dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian ini. Daftar pertanyaan yang dituangkan ke dalam kuesioner (Lampiran 1) disusun berdasarkan peubah-peubah yang diteliti. Data primer dikelompokkan ke dalam empat kelompok pertanyaan meliputi (1) faktor internal responden, (2) faktor eksternal, (3) sosialisasi Posdaya, dan (4) efektivitas komunikasi.

Definisi Operasional

Untuk memudahkan pengumpulan dan pengolahan maka dibuat definisi operasional. Definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu peubah atau memanipulasinya (Kerlinger, 2004). Menurut Kerlinger, definisi operasional meletakkan arti dalam suatu konstruk atau peubah dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur konstruk itu.

Beberapa peubah yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan definisi berupa :

1. Faktor internal meliputi karakteristik responden berikut :

a. Umur adalah usia responden sampai dengan dilakukan penelitian ini yang diukur dalam satuan tahun dengan pembulatan keulang tahun terdekat dengan kategori muda, dewasa dan tua.

b. Pendidikan formal, yaitu tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai responden yang dikategorikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Diploma, Sarjana dan Pascasarjana.

c. Pendidikan non formal adalah pendidikan melalui pelatihan/penataran yang pernah diikuti responden yang dihitung dalam hari, yang diukur dari akumulasi frekuensi.


(42)

d. Usaha adalah jenis pekerjaan responden yang dikategorikan petani, peternak, buruh, pedagang, karyawan, wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan pensiunan.

e. Pendapatan keluarga adalah banyaknya nilai rupiah yang dikeluarkan oleh keluarga responden selama satu (1) bulan terakhir.

f. Tingkat kekosmopolitan adalah aktivitas anggota dalam mencari informasi program Posdaya ke luar sistem sosialnya.

2. Faktor eksternal adalah kemudahan dalam mendapatkan pelayanan pada bidang-bidang program Posdaya, meliputi :

a. Bidang kesehatan adalah media yang dijadikan sebagai pusat kegiatan kesehatan Posdaya.

b. Bidang pendidikan adalah media yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pendidikan Posdaya.

c. Bidang ekonomi adalah media yang dijadikan sarana kegiatan ekonomi Posdaya.

3. Sosialisasi Posdaya meliputi :

a. Metode komunikasi, yaitu cara komunikator melakukan pendekatan kepada komunikan apakah secara langsung atau tidak langsung. Metode komunikasi secara langsung ini dilakukan dengan berbagai macam teknik komunikasi, apakah menggunakan teknik ceramah, simulasi, menggunakan media massa (cetak atau elektronik), menggunakan media/alat OHT (overhead transparancy) dan LCD (liquid crystal display).

b. Media yang digunakan adalah perilaku komunikasi responden dalam meningkatkan pengetahuannya terhadap program Posdaya dengan menggunakan media massa cetak dan media massa elektronik.

c. Kredibilitas SDM pelaksana, yaitu kemampuan fasilitator dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat menyosialisasikan Posdaya, yang dilihat dari kemampuan berkomunikasi dan kemampuan menggunakan media, serta frekuensi bertemu dengan masyarakat.

d. Kesesuaian materi pemberdayaan, yaitu materi pelatihan yang diperlukan yang dibutuhkan dalam program-program Posdaya.


(43)

e. Sarana dan prasarana yaitu segala sesuatu yang mendukung dalam mensosialisasikan dan dalam menjalankan program Posdaya.

4. Tingkat efektivitas komunikasi adalah perubahan yang terjadi pada diri responden setelah menjadi anggota Posdaya, yang merupakan tingkat kemandirian individu yang mencakup perubahan kognitif, afektif dan konatif

Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi

Sebelum digunakan dalam penelitian, dilakukan uji coba kuesioner terhadap anggota Posdaya yaitu yang memiliki ciri-ciri relatif sama dengan anggota yang jadi responden penelitian. Dalam uji coba tersebut digunakan 10 responden.

Uji validitas dilakukan terhadap validitas isi, mengingat isi yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan dan pertanyaan harus memiliki kesetaraan. Kuesioner diupayakan validitasnya dengan pendekatan rasional, yaitu mempertimbangkan kondisi lapang dan obyek penelitian, serta ditunjang dengan pengalaman empiris sebelumnya. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan terhadap total skor pertanyaan.

Data hasil penelitian diolah dengan statistik deskriptif dan selanjutnya dianalisis dengan analisis statistic inferensial, berupa teknik korelasi menggunakan prosedur Tau Kendall untuk melihat hubungan antara variabel X1 (faktor internal), X2 (faktor eksternal), Y1 (proses sosialisasi) dan Y2 (efektivitas komunikasi). Rumus uji Tau Kendall menurut Agresti dan Finaly (1999) :

Keterangan :

= nilai korelasi K = konkordan D = diskordan

n = banyaknya pasangan data

Tx= banyaknya pasangan seri pada peubah X Ty= banyaknya pasangan seri pada peubah Y


(44)

Validitas atau ketepatan adalah tingkat kepercayaan kemampuan instrumen penelitian untuk mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang hendak diungkap. Pengukuran adalah kemampuan instrumen penelitian untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat dan benar.

Salah satu ukuran validitas untuk sebuah kuesioner adalah apa yang disebut sebagai validitas konstruk (construct validity). Berdasarkan definisi validitas ini, sebuah kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan untuk mengukur suatu hal, dikatakan valid jika setiap butir pertanyaan yang menyusun kuesioner tersebut memiliki keterkaitan yang tinggi.

Ukuran keterkaitan antar butir pertanyaan ini umumnya dicerminkan oleh korelasi jawaban antar pertanyaan. Pertanyaan yang memiliki korelasi rendah dengan butir pertanyaan yang lain, dinyatakan sebagai pertanyaan yang tidak

valid. Metode yang sering digunakan untuk memberikan penilaian terhadap validitas kuesioner adalah korelasi produk momen (moment product correlation, Pearson) antara skor setiap butir pertanyaan dengan skor total, sehingga sering disebut sebagai inter item-total correlation. Formula yang digunakan adalah :

Dengan: ri

x

= korelasi antara butir pertanyaan ke-i dengan total skor

ij

x

= skor responden ke-j pada butir pertanyaan i

i

t

= rata-rata skor butir pertanyaan i

j

t = rata-rata total skor

= total skor seluruh pertanyaan untuk responden ke-j

Analisis korelasi juga digunakan untuk membandingkan dua kelompok skor tersebut. Koefisien korelasi ini menunjukkan koefisien konsistensi internal (coeficient of internal consistency) dari alat ukur. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan konsistensi internal item-item di alat ukur. Ukuran koefisien konsistensi internal ini salah satunya dapat diukur dengan menggunakan koefisien

alpha Cronbach. Formula untuk menghitung koefisien alpha dari Cronbach adalah :


(45)

Dengan:

Α = koefisien alpha dari Cronbach k = banyaknya butir pertanyaan Si2

S

= ragam skor butir pertanyaan ke-i

T2 = ragam skor total

Instrumen yang digunakan di dalam pengambilan data ini, dilakukan uji validitas dan realibilitas terlebih dahulu dengan melakukan uji coba di lokasi penelitaian yang sama. Uji ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa instrumen (kuesioner) ini terandal (reliable) dan layak digunakan pada penelitian ini.

Berdasarkan hasil uji coba terhadap instrumen yang digunakan dengan menggunakan SPSS 16, diperoleh hasil bahwa sebagian besar item instrument

valid karena memiliki nilai total corrected item lebih besar dari rtabel (0,632). Nilai

total corrected item untuk semua item pertanyaan selengkapnya pada lampiran 2.

Instrumen yang memiliki nilai validitas yang rendah dilakukan perbaikan terhadap redaksional dan isi dari instrumen tersebut. Uji reliabilitas terhadap intsrument

yang digunakan menunjukkan bahwa semua item instrumen memiliki koefisien

alpha dari Cronbach yang tinggi. Dari hasil analisis terhadap instrumenini, dapat dikatakan bahwa kuesioner ini reliable atau layak untuk digunakan dalam penelitian. Hasil analisis selengkapnya tersaji pada Tabel 1.


(46)

Tabel 1 Koefisien Cronbach alpha hasil uji coba kuesioner

Peubah Penelitian Koefisien Cronbach

alpha

Faktor Eksternal Bidang kesehatan 0,912

Faktor Eksternal Bidang ekonomi 0,983

Faktor Eksternal Bidang Pendidikan 0,900

Metode komunikasi 0,757

Media yang digunakan 0,952

Kredibilitas SDM 0,939

Kesesuaian materi pemberdayaan 0,870

Sarana dan prasarana 0,806

Kognitif 0,857

Afektif 0,859


(47)

(48)

Kelurahan Pasir Mulya berada di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Wilayah ini berbatasan dengan sebelah Utara dengan Kelurahan Pasir Jaya, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ciomas Rahayu, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Gunung Batu, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Pasir Kuda. Kelurahan Pasir Mulya letaknya sangat strategik, sehingga aksesbilitas baik transportasi dan komunikasi sangat mendukung.

Secara geografis Kelurahan Pasir Mulya terletak enam (6) kilometer dari Ibu Kota Bogor dengan ditempuh sekitar 30 menit. Berdasarkan data monografi Kelurahan (2008), Kelurahan Pasir Mulya memiliki topografi berupa dataran rendah, curah hujan berkisar antara 4.000 mm – 4.500 mm/tahun dan suhu udara rataan 28o -31 . Tingkat kemiringan tanahnya adalah 18 dengan struktur tanah hitam. Luas wilayah kelurahan Pasir Mulya secara keseluruhan adalah 235,04 ha yang terbagi dalam beberapa fungsi. Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan di Kelurahan Pasirmulya

No Penggunaan Lahan Luas (ha) Persentase (%)

1 2 3 4 5 6 7 8 Pemukiman Jalan Kuburan Jalur hijau Perkantoran Bangunan umum Pertokoan Tanah wakaf 39,00 194,00 0,34 0,60 0,07 0,29 0,40 0,34 16,60 82,54 0,14 0,26 0,03 0,12 0,17 0,14

Total 235,04 100,00

Sumber : BPS Kota Bogor, 2009

Penggunaan lahan sebagian besar untuk penggunaan jalan, yaitu 82,5%. Hal ini untuk membantu akses transportasi masyarakat, sehingga memudahkan dalam kegiatan ekonomi. Penduduk Kelurahan Pasir Mulya menurut data monografi kelurahan pada tahun 2009 tercatat berjumlah 4.766 jiwa, terdiri dari 2.433 jiwa laki-laki dan 2.333 jiwa perempuan dan terdiri dari 1.226 KK,


(49)

sedangkan jumlah penduduk RW 02 terdiri dari tiga RT. Jumlah penduduk RW 02 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah penduduk dan kepala keluarga RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2009

No RT Jumlah Penduduk Kepala

Keluarga (KK)

Laki-laki Perempuan Jumlah

Orang % Orang % Orang %

1 2 3 01 02 03 79 160 194 18,2 37,0 44,8 70 144 196 17,1 35,1 47,8 149 304 390 17,7 36,0 46,3 37 68 100

Total 433 100 410 100 843 100 205

Sumber : BPS Kota Bogor, 2009

Banyaknya jumlah penduduk merupakan salah satu ciri perkotaan. Berdasarkan Tabel 2, jumlah penduduk RW 02 yang merupakan bagian dari Kelurahan Pasir Mulya berjumlah 843 jiwa yang teridri dari 51,4% jiwa laki-laki dan 48,6% jiwa perempuan dan terdiri dari 205 KK.

Berdasarkan tipologi wilayah, masyarakat Kelurahan Pasir Mulya adalah masyarakat perkotaan yang umumnya ditandai dengan mulai memudarnya nilai-nilai kebersamaan di antara warga masyarakat, terutama apabila struktur daerah asal para warga adalah masyarakat pendatang. Namun demikian, masyarakat Kelurahan Pasir Mulya masih memiliki potensi untuk berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pembangunan, terutama program pembangunan yang langsung menyentuh pada persoalan hidup, yaitu program-program yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan.

Profil Posdaya Bina Sejahtera

Pembentukkan Posdaya di Kelurahan Pasir Mulya diawali dengan serangkaian penelitian untuk menjajagi potensi, peluang dan kendala pembentukkan Posdaya dari berbagai sumber data, yaitu aparat desa, tokoh masyarakat baik formal maupun nonformal, kepala sekolah, komite sekolah sebagai focal point pengembangan Posdaya. Dari penelitian ini didapatkan hasil berikut :


(50)

1. Kelurahan Pasir Mulya sebagai tipologi kelurahan di perkotaan menilai kehadiran Posdaya sangat diperlukan meskipun, kelompok masyarakat miskin (GAKIN) sebagai sasaran utama Posdaya di kelurahan tersebut relatif sedikit.

2. Wadah utama Posdaya dapat memanfaatkan lembaga yang sudah ada,

misalnya Posyandu, karena Posyandu sudah lama dikenal masyarakat.

3. Pembentukan Posdaya dapat dibentuk, karena sejalan dengan misi

pembangunan Kelurahan Pasir Mulya, yaitu meningkatkan indeks pembangunan manusia (IPM).

4. Konsep keswadayaan yang menjadi ciri Posdaya sejalan dengan pola pikir Lurah Pasir Mulya yang lebih memilih kemandirian dan keswadayaan dalam menjalankan program-program pembangunan.

5. SMA Rimba Madya sangat mendukung keberadaan Posdaya di kelurahan

Pasir Mulya, karena Posdaya bisa menjembatani keterkaitan lembaga pendidikan SLTA dengan masyarakat. Posdaya dapat dijadikan laboratorium sosial untuk siswa untuk mempraktekkan ilmu sosiologi, demografi, kebudayaan masyarakat, kelembagaan sosial, ekonomi dan komunikasi.

Posdaya sebagai wadah kebersamaan masyarakat yang menggerakkan segenap potensi keswadayaan masyarakat dapat memberikan solusi persoalan masyarakat di Kelurahan Pasir Mulya. Kelurahan Pasir Mulya, khususnya RW 02 yang terpilih menjadi Posdaya binaan P2SDM-LPPM bersama Yayasan Damandiri pada Tanggal 1 Mei 2007. Posdaya di Kelurahan Pasir Mulya diprioritaskan dilaksanakan di RW 02 karena RW ini memiliki jumlah keluarga miskin yang lebih besar, jika dibandingkan dengan RW-RW lain. RW 02, belum memiliki bangunan permanen sebagai pusat kegiatan masyarakat, termasuk Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu).

Kriteria yang digunakan Posdaya dalam menyatakan kemiskinan adalah pendapatan yang diperoleh tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya sehari-hari, bekerja serabutan/kuli panggul, lantai rumah dari tanah, pekerjaan tidak tentu, luas rumah tidak layak/kebutuhan minimal (8 m2/kepala), tidak mempunyai aset ekonomis, tidak bisa menyekolahkan anaknya dan rumah semi permanen. Adapun kondisi warga RW 02 dengan melihat kriteria dari program Posdaya adalah kebanyakan bekerja di sektor informal, bahkan ada yang tidak


(51)

bekerja dan tidak mempunyai aset ekonomi. Akses pendidikan yang kurang dan luas rumah yang minimal (8 m2

1. Terpilihnya Kelurahan Pasir Mulya sebagai Posdaya percontohan binaan

P2SDM-LPPM IPB dengan Yayasan Damandiri. /kepala).

Selain kriteria kemiskinan yang digunakan Posdaya dalam menentukan wilayah melaksanakan program Posdaya, juga memiliki kriteria lain seperti masyarakat yang menjadi sasaran merespons dan menerima program tersebut. Pada tanggal 8 Mei 2007 P2SDM-LPPM IPB bersama Yayasan Damandiri menyelenggarakan lokakarya mini yang bertujuan untuk sosialisasi program kepada masyarakat luas. Lokakarya tersebut dihadiri para pejabat P2SDM-IPB dan Yayasan Damandiri, serta para masyarakat Kelurahan Pasir Mulya. Masyarakat yang datang mulai dari kepala Kelurahan Pasir Mulya, para tokoh masyarakat, tokoh agama, serta warga Kelurahan Pasir Mulya. Lokakarya menghasilkan dua keputusan, yaitu :

2. Terbentuknya tim kerja kepengurusan Posdaya dengan nama Posdaya Bina sejahtera.

Tanggal 27 Mei 2007 dikeluarkannya Surat Keputusan Kepala Kelurahan

Pasir Mulya dengan No. 147/08-PM dikukuhkan secara de facto sebagai

Kelurahan yang menyelenggarakan program Posdaya. Surat keputusan tersebut berisikan mengenai tim-tim kerja Posdaya Bina Sejahtera. Pada surat keputusan menetapkan Ketua Posdaya Bina Sejahtera dengan beberapa pengurus lainnya ditunjuk dari kelurahan setempat.

Pada awal penyelenggaraan Posdaya Bina Sejahtera, tim kerja sangat sulit menjalankan tugas-tugasnya, karena para pengurus Posdaya Bina Sejahtera adalah orang-orang yang berasal dari luar masyarakat setempat dan selain itu para pengurus sulit menentukan waktu untuk menjalankan tugasnya. Melihat kondisi seperti itu, maka ketua Posdaya melakukan perombakan dalam kepengurusan Posdaya. Perombakan tersebut mendapat persetujuan dari kelurahan, maka tanggal 1 Maret 2008 diselenggarakan rapat khusus pembentukkan kelompok kerja (pokja) untuk melaksanakan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam Posdaya Bina Sejahtera. Kepengurusan Posdaya Bina Sejahtera telah dibentuk dalam rapat tersebut dan berasal dari masyarakat setempat. Warga yang hadir


(52)

dalam rapat pembentukkan pengurus adalah para kader dan anggota penggerak Program Kesejahteraan Keluarga (PKK), tokoh masyarakat, serta beberapa tokoh pemuda.

Posdaya merupakan salah satu pemberdayaan keluarga dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat. Konsep bidang kegiatan pada program Posdaya yaitu menghidupkan kembali kegiatan-kegiatan program pemberdayaan yang sudah ada dalam masyarakat yang sudah ditinggalkan, menjalin kegiatan-kegiatan yang telah ada dengan meningkatkan mutu dan kuantitasnya, serta menumbuhkan kegiatan-kegiatan yang belum ada di masyarakat. Beberapa program yang dicanangkan pada Posadaya Bina Sejahtera adalah :

1. Bidang pendidikan. Kejar paket untuk yang Drop Out (DO), perpustakaan warga, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pengembangan Madrasah Ibtidaiyah (MI), Taman Pengajaran/pengajian Anak (TPA)/Taman Kanak-kanak (TK) dan pelatihan pengurusan jenasah.

2. Bidang kesehatan. Peningkatan pelayanan Posyandu dan Pos Bimbingan

Terpadu Lanjut Usia (Posbindu lansia), penyuluhan kesehatan reproduksi remaja dan narkoba.

3. Bidang ekonomi. Pengolahan limbah keluarga, Lembaga Keuangan Mikro

(LKM), pelatihan budidaya ikan hias, pelatihan budidaya tanaman hias, pengolahan makanan ringan, home industry (sepatu, sandal dan kerajinan tangan), budidaya pepaya arum IPB dan konveksi.

Kegiatan bidang kesehatan yang berjalan di Posdaya Bina Sejahtera adalah Posyandu dan Posbindu Lansia. Pelaksanaan pelayanan Balita diselenggarakan satu bulan sekali setiap tanggal lima awal bulan. Pelayanan Posyandu ditujukan untuk bayi berumur lima tahun ke bawah dan sampai saat ini Balita yang dapat dilayani setiap bulannya kurang lebih 54 Balita. Pelaksanaan pelayanan mendapat bimbingan dan pendampingan khusus dari Bidan Puskesmas Pasirmulya. Jenis pelayanan antara lain pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, vaksinasi, pemberian makanan tambahan dan pemeriksaan ibu hamil.

Pembentukan Posbindu lansia dilatarbelakangi belum adanya suatu kegiatan yang khusus menangani pemeriksaan kesehatan khususnya masyarakat yang berusia lanjut di RW 2 Kelurahan Pasir Mulya. Posbindu lansia dibentuk


(53)

dengan tujuan untuk membantu para lansia memeriksa kesehatan secara berkala tiap bulan. Pelayanan Posbindu lansia dilaksanakan secara rutin satu bulan sekali setiap hari Sabtu pada Minggu keempat. Sasaran Posbindu lansia adalah warga masyarakat yang berumur 45 tahun ke atas, namun tidak tertutup bagi warga yang berusia di bawah umur 45 tahun untuk memeriksakan kesehatannya. Pelaksanaan pemeriksaan kepada pasien, para kader dibimbing dan didampingi oleh Bidan dari Puskesmas Pasirmulya. Jumlah warga yang dapat dilayani setiap bulannya rataannya 40 orang. Pelayanan kesehatan kepada pasien dipungut biaya Rp 2.000,- sebagai penggantian biaya pengadaan obat dan kartu KMS. Jenis pelayanan yang dilakukan adalah penimbangan berat badan, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan tekanan dara, pemeriksaan asam urat dan pemberian obat.

Kegiatan bidang pendidikan PAUD Posdaya Bina Sejahtera diberi nama PAUD Bina Mentari. Pada awal pelaksanaannya PAUD diselenggarakan selama empat hari mulai hari Selasa sampai dengan Jum’at dan jam pelajaran dimulai sejak pukul 08.00- 10.00. Tempat belajar dan mengajar anak di ruangan Posyandu yang pada pelaksanaan kegiatannya bergiliran dengan kegiatan yang lain. PAUD Bina Mentari dapat dikatakan salah satu PAUD yang terbaik di Kota Bogor dan dijadikan contoh untuk PAUD lainnya karena pengelolaannya yang baik dan mempunyai jumlah murid yang cukup banyak. Pada awal penyelenggaraan PAUD, murud-murid tidak dipungut biaya sama sekali, sehingga dapat belajar secara gratis. Pendanaan kegiatan biasanya hanya dari infaq atau sumbangan dari orang tua murid.

Kegiatan pada bidang ekonomi meliputi lembaga keuangan mikro Posdaya (LKM-P) dan pemberdayaan lingkungan hidup Posdaya yang dilakukan melalui usahatani ramah lingkungan. LKM-P merupakan salah satu lembaga keuangan yang modalnya berasal dari warga RW 2, baik dari anggota masyarakat dan para tokoh masyarakat. Pada awal beroperasinya saldo LKM-P, Rp 91.000,-, selanjutnya ada bantuan dari Yayasan Damandiri melalui P2SDM IPB Rp 800.000,-, ditambah bantuan modal pengurus P2SDM IPB Rp 300.000,-. Bentuk-bentuk simpanan yang dikembangkan melalui LKM-P yaitu simpanan pokok minimal Rp 10.000,- /tahun dapat dicicil selama 10 bulan, simpanan wajib Rp 1.000,-/bulan bagi anggota, simpanan sukarela dan simpanan khusus. Simpanan


(1)

Lanjutan Lampiran 3.

5. Karakteristik individu vs efektifitas komunikasi program pendidikan. spv.Correlations

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kendall' s tau_b

1 Correlation

Coefficient 1.000 -.090 .512

*

. .347 -.097 .113 .132 .184 .116

Sig. (2-tailed) . .651 .013 . .083 .635 .561 .484 .351 .557

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

2 Correlation

Coefficient -.090 1.000 -.063 . .214 .092 .040 -.167 -.058 -.013

Sig. (2-tailed) .651 . .757 . .282 .651 .836 .375 .768 .948

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

3 Correlation

Coefficient .512

*

-.063 1.000 . .230 .111 -.237 .336 .083 .000

Sig. (2-tailed) .013 .757 . . .265 .598 .237 .084 .683 1.000

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

4 Correlation

Coefficient . . . .

Sig. (2-tailed) . . . .

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

5 Correlation

Coefficient .347 .214 .230 . 1.000 .050 -.044 .195 -.141 .078

Sig. (2-tailed) .083 .282 .265 . . .806 .822 .303 .477 .695

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

6 Correlation

Coefficient -.097 .092 .111 . .050 1.000 -.220 .266 .030 .197

Sig. (2-tailed) .635 .651 .598 . .806 . .271 .170 .881 .331

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

7 Correlation

Coefficient .113 .040 -.237 . -.044 -.220 1.000 -.092 .211 -.317

Sig. (2-tailed) .561 .836 .237 . .822 .271 . .620 .273 .100

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

8 Correlation

Coefficient .132 -.167 .336 . .195 .266 -.092 1.000 -.112 -.165

Sig. (2-tailed) .484 .375 .084 . .303 .170 .620 . .550 .379

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

9 Correlation

Coefficient .184 -.058 .083 . -.141 .030 .211 -.112 1.000 .140

Sig. (2-tailed) .351 .768 .683 . .477 .881 .273 .550 . .474

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

10 Correlation

Coefficient .116 -.013 .000 . .078 .197 -.317 -.165 .140 1.000

Sig. (2-tailed) .557 .948 1.000 . .695 .331 .100 .379 .474 .

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Keterangan : 1) umur, 2) pendidikan formal, 3) pendidikan in formal, 4) usaha, 5) pendapatan, 6) kosmopolitan, 7) bidang kesehatan, 8) kognitif, 9) afektif, 10) konatif, * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(2)

Lanjutan Lampiran 3.

5. Karakteristik individu vs efektifitas komunikasi program ekonomi. spv.Correlations

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kendall's tau_b

1 Correlation

Coefficient 1.000 .174 .099 -.492

*

.009 .142 .212 .000 .156 -.104

Sig.

(2-tailed) . .401 .644 .019 .964 .498 .297 1.000 .426 .604

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

2 Correlation

Coefficient .174 1.000 .374 -.682

**

.352 .597** -.145 -.068 -.096 .056

Sig.

(2-tailed) .401 . .076 .001 .085 .004 .469 .720 .619 .776

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

3 Correlation

Coefficient .099 .374 1.000 -.525

*

.659**

.535*

.272 -.058 .324 -.171 Sig.

(2-tailed) .644 .076 . .014 .002 .013 .190 .768 .105 .403

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

4 Correlation

Coefficient -.492 *

-.682** -.525* 1.000 -.307 -.746** -.156 -.028 .058 .039

Sig.

(2-tailed) .019 .001 .014 . .140 .000 .446 .885 .769 .844

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

5 Correlation

Coefficient .009 .352 .659

**

-.307 1.000 .591**

.231 -.115 .174 -.087 Sig.

(2-tailed) .964 .085 .002 .140 . .004 .252 .547 .369 .662

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

6 Correlation

Coefficient .142 .597

**

.535* -.746** .591** 1.000 .310 .183 .000 .008

Sig.

(2-tailed) .498 .004 .013 .000 .004 . .129 .344 1.000 .967

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

7 Correlation

Coefficient .212 -.145 .272 -.156 .231 .310 1.000 -.054 .248 -.211

Sig.

(2-tailed) .297 .469 .190 .446 .252 .129 . .773 .192 .278

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

8 Correlation

Coefficient .000 -.068 -.058 -.028 -.115 .183 -.054 1.000 .223 .281

Sig.

(2-tailed) 1.000 .720 .768 .885 .547 .344 .773 . .217 .128

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

9 Correlation

Coefficient .156 -.096 .324 .058 .174 .000 .248 .223 1.000 -.308

Sig.

(2-tailed) .426 .619 .105 .769 .369 1.000 .192 .217 . .099

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

10 Correlation

Coefficient -.104 .056 -.171 .039 -.087 .008 -.211 .281 -.308 1.000

Sig.

(2-tailed) .604 .776 .403 .844 .662 .967 .278 .128 .099 .

N 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22

Keterangan : 1) umur, 2) pendidikan formal, 3) pendidikan in formal, 4) usaha, 5) pendapatan, 6) kosmopolitan, 7) bidang kesehatan, 8) kognitif, 9) afektif, 10) konatif, * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(3)

Lanjutan Lampiran 3.

7.Proses sosialisasi vs efektifitas komunikasi program kesehatan.spv. Correlations

1 2 3 4 5 6 7 8

Kendall's tau_b

1 Correlation Coefficient 1.000 .399*

-.219 .162 -.021 .201 .267 .187

Sig. (2-tailed) . .025 .201 .360 .907 .245 .133 .282

N 24 24 24 24 24 24 24 24

2 Correlation Coefficient .399* 1.000 -.209 .225 -.191 .451* .252 .278

Sig. (2-tailed) .025 . .228 .209 .292 .010 .160 .113

N 24 24 24 24 24 24 24 24

3 Correlation Coefficient -.219 -.209 1.000 -.526** .509** -.518** -.614** -.527**

Sig. (2-tailed) .201 .228 . .002 .003 .002 .000 .002

N 24 24 24 24 24 24 24 24

4 Correlation Coefficient .162 .225 -.526** 1.000 -.350 .345* .645** .697**

Sig. (2-tailed) .360 .209 .002 . .051 .047 .000 .000

N 24 24 24 24 24 24 24 24

5 Correlation Coefficient -.021 -.191 .509** -.350 1.000 -.413* -.545** -.488**

Sig. (2-tailed) .907 .292 .003 .051 . .019 .002 .006

N 24 24 24 24 24 24 24 24

6 Correlation Coefficient .201 .451* -.518** .345* -.413* 1.000 .343* .494**

Sig. (2-tailed) .245 .010 .002 .047 .019 . .049 .004

N 24 24 24 24 24 24 24 24

7 Correlation Coefficient .267 .252 -.614** .645** -.545** .343* 1.000 .726**

Sig. (2-tailed) .133 .160 .000 .000 .002 .049 . .000

N 24 24 24 24 24 24 24 24

8 Correlation Coefficient .187 .278 -.527** .697** -.488** .494** .726** 1.000

Sig. (2-tailed) .282 .113 .002 .000 .006 .004 .000 .

N 24 24 24 24 24 24 24 24

Keterangan : 1) metoda, 2) media, 3) kredibilitas, 4) materi, 5) sarana, 6) kognitif, 7) afektif, 8) konatif.

* Correlation is significant at the 0.05 level (2- tailed). ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)


(4)

Lanjutan Lampiran 3.

8. Proses sosialisasi VS efektifitas komunikasi program pendidikan. spv. Correlations

1 2 3 4 5 6 7 8

Kendall's tau_b

1 Correlation Coefficient 1.000 .289 .057 -.093 .385 -.106 -.371 -.459*

Sig. (2-tailed) . .127 .775 .636 .051 .578 .063 .021

N 22 22 22 22 22 22 22 22

2 Correlation Coefficient .289 1.000 .470* -.321 -.136 -.097 .035 .023

Sig. (2-tailed) .127 . .011 .081 .461 .588 .852 .901

N 22 22 22 22 22 22 22 22

3 Correlation Coefficient .057 .470* 1.000 .007 -.123 -.210 .342 .094

Sig. (2-tailed) .775 .011 . .973 .524 .259 .079 .630

N 22 22 22 22 22 22 22 22

4 Correlation Coefficient -.093 -.321 .007 1.000 .122 -.325 -.164 .308

Sig. (2-tailed) .636 .081 .973 . .525 .079 .398 .111

N 22 22 22 22 22 22 22 22

5 Correlation Coefficient .385 -.136 -.123 .122 1.000 -.222 -.019 -.240

Sig. (2-tailed) .051 .461 .524 .525 . .231 .920 .215

N 22 22 22 22 22 22 22 22

6 Correlation Coefficient -.106 -.097 -.210 -.325 -.222 1.000 -.112 -.165

Sig. (2-tailed) .578 .588 .259 .079 .231 . .550 .379

N 22 22 22 22 22 22 22 22

7 Correlation Coefficient -.371 .035 .342 -.164 -.019 -.112 1.000 .140

Sig. (2-tailed) .063 .852 .079 .398 .920 .550 . .474

N 22 22 22 22 22 22 22 22

8 Correlation Coefficient -.459* .023 .094 .308 -.240 -.165 .140 1.000

Sig. (2-tailed) .021 .901 .630 .111 .215 .379 .474 .

N 22 22 22 22 22 22 22 22

Keterangan : 1) metoda, 2) media, 3) kredibilitas, 4) materi, 5) sarana, 6) kognitif, 7) afektif, 8) konatif


(5)

Lanjutan Lampiran 3.

9. Proses sosialisasi VS efektifitas komunikasi program ekonomi. spv. Correlations

1 2 3 4 5 6 7 8

Kendall' s tau_b

1 Correlation Coefficient 1.000 .590** -.132 .319 .190 .197 -.204 .408*

Sig. (2-tailed) . .001 .461 .081 .312 .276 .268 .030

N 22 22 22 22 22 22 22 22

2 Correlation Coefficient .590** 1.000 .194 .183 .072 .401* -.017 .254

Sig. (2-tailed) .001 . .274 .309 .699 .025 .925 .169

N 22 22 22 22 22 22 22 22

3 Correlation Coefficient -.132 .194 1.000 -.203 -.219 .090 -.060 .185

Sig. (2-tailed) .461 .274 . .253 .232 .610 .737 .310

N 22 22 22 22 22 22 22 22

4 Correlation Coefficient .319 .183 -.203 1.000 .357 .273 .203 -.012

Sig. (2-tailed) .081 .309 .253 . .056 .128 .265 .947

N 22 22 22 22 22 22 22 22

5 Correlation Coefficient .190 .072 -.219 .357 1.000 .047 -.061 .053

Sig. (2-tailed) .312 .699 .232 .056 . .799 .746 .781

N 22 22 22 22 22 22 22 22

6 Correlation Coefficient .197 .401* .090 .273 .047 1.000 .223 .281

Sig. (2-tailed) .276 .025 .610 .128 .799 . .217 .128

N 22 22 22 22 22 22 22 22

7 Correlation Coefficient -.204 -.017 -.060 .203 -.061 .223 1.000 -.308

Sig. (2-tailed) .268 .925 .737 .265 .746 .217 . .099

N 22 22 22 22 22 22 22 22

8 Correlation Coefficient .408*

.254 .185 -.012 .053 .281 -.308 1.000

Sig. (2-tailed) .030 .169 .310 .947 .781 .128 .099 .

N 22 22 22 22 22 22 22 22

Keterangan : 1) metoda, 2) media, 3) kredibilitas, 4) materi, 5) sarana, 6) kognitif, 7) afektif, 8) konatif.


(6)