I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan tinggi pertanian Indonesia sejak tahun 1940 telah berperan dalam pengembangan sumber daya manusia SDM serta telah memberikan
sumbangan nyata dalam mendukung perkembangan pertanian dan perkembangan masyarakat Indonesia pada umumnya. Sejarah telah menunjukkan adanya
keterkaitan yang erat antara penyelenggara pendidikan tinggi pertanian dan perkembangan kegiatan pertanian IPB, 2008.
Institut Pertanian Bogor IPB yang didirikan pada tahun 1963 berdasarkan Keputusan Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan PTIP Nomor 91
tahun 1963 yang selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 279 tahun 1965.memiliki peran dalam menghasilkan SDM,
pengembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni IPTEKS serta diberi mandat sebagai pelopor pembangunan pertanian dalam arti luas Sejalan dengan
perkembangan tantangan pembangunan pertanian yang semakin kompleks, IPB memperluas mandatnya ke dalam pengertian dalam arti luas, yaitu sistem
pengelolaan sumber daya hayati dan lingkungannya secara berkelanjutan untuk kesejahteraan manusia. Pertanian dalam pengertian ini merupakan keseluruhan
proses kegiatan agribisnis, tidak hanya subsistem on-farm, namun subsistem dari hulu hingga hilir dan subsistem pendukung IPB, 2008.
Dalam kaitan hal di atas, tujuan pendidikan sebagai tujuan pendidikan institusional IPB diderivasi mengikuti tantangan dan merencanakan kegiatan
akademik yang lebih antisipatif dari kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat Tridarma PT. Selain itu, perubahan status IPB
menjadi PT Badan Hukum Milik Negara BHMN memberikan mandat tambahan, yaitu melaksanakan kegiatan pembangkitan pendapatan dalam rangka
meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan tridarma perguruan tinggi. Perubahan status Perguruan Tinggi Negeri PTN menjadi BHMN dimaksudkan
agar lembaga pendidikan tinggi mendapatkan otonomi yang lebih luas memungkinkan pengelolaan dan pendayagunaan aset sumber daya secara efisien
dan efektif sesuai kondisi dan potensi masing-masing PT guna mendukung
penguatan dan percepatan pencapaian keunggulan akademik academic excellent IPB, 2008.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat LPPM IPB sebagai bagian Institut Pertanian Bogor merupakan gabungan dari Lembaga Pengabdian
Masyarakat LPM dan Lembaga Penelitian LP. Sebelumnya pada tahun 1979 telah dibentuk LPM dan LP, serta pada tanggal 6 Nopember 2003 kedua lembaga
tersebut digabung menjadi Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Kemudian pada tanggal 6 Maret 2008 melalui SK Rektor IPB No.
02013OT2008 berganti nama menjadi LPPM IPB. Dalam rangka memberikan arah dan fokus terhadap program-program
pelaksanaan program-program penelitian dan pengabdian masyarakat, LPPM telah menyusun payung penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Posisi
payung ini menaungi program-program PPM yang dikerjakan oleh pusat, departemen dan kelompok dosen IPB dengan budaya penelitian sebagai tangkai
dari payung tersebut. Tujuan dari payung PPM LPPM, 2008 adalah : 1. Mendukung IPB menuju universitas berbasis riset
2. Meningkatkan fokus penelitian dalam rangka mencapai visi IPB sebagai perguruan tinggi bertaraf Internasional dalam pengembangan SDM dan
IPTEKS dengan kompetensi utama di bidang pertanian tropika 3. Terselenggaranya kegiatan penelitian yang lebih terarah, terpadu efisien dan
bermutu guna pengembangan IPTEKS yang bermanfaat dalam peningkatan mutu pendidikan dan pemberdayaan masyarakat menuju terwujudnya
masyarakat adil dan makmur. LPPM-IPB memiliki mitra kerjasama cukup berpotensi dan terbentuk
sebagai hasil interaksi dan kerjasama yang terus-menerus. Mitra kerjasama ini sangat beragam, baik dengan institusi penyandang dana penelitian maupun dengan
pengguna hasil penelitian, mulai dari instansi pemerintah, BUMN maupun perusahaan swasta nasional dan asing, serta lembaga-lembaga penelitian dari luar
negeri, diantaranya PT. Bio Life Medilab, PT. Metropolitan Sinar Indah, PT. Inanta Timbun, PT. Sang Hyang Seri Persesro Sukamandi, Departemen
Pendidikan Nasional, Departemen Keuangan, Departemen Sosial, Departemen
Pertanaian, Badan Perencana Pembangunan Nasional Bappenas, UNICEF, JICA, Worl Bank, Bappeda DKI dan Bappeda Jabar Kab DT II Bogor.
Salah satu program yang sedang dijalankan oleh LPPM IPB adalah program Pos Pemberdayaan Keluarga Posdaya. Posdaya adalah forum silaturahmi,
advokasi, komunikasi, informasi, edukasi dan sekaligus dapat dikembangkan menjadi wadah koordinasi kegiatan penguatan fungsi-fungsi keluarga secara
terpadu. Program ini dalam hal-hal tertentu menjadi wadah pelayanan keluarga secara berkelanjutan dalam berbagai bidang, terutama bidang agama, pendidikan,
kesehatan, wirausaha dan lingkungan hidup, sehingga secara harmonis dapat tumbuh mandiri desanya Suyono dan Haryanto, 2009. Pada pelaksanaan
fungsinya, Posdaya merancang kegiatan sesuai dengan kemampuan masyarakat dan anggotanya, sehingga pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan oleh, dari dan
untuk keluarga, serta masyarakat setempat. Dengan kata lain, kegiatan tersebut dilaksanakan atas kemampuan dan swadaya masyarakat sebagai upaya
memberdayakan keluarga sejahtera dan membangun kesejahteraan rakyat secara luas.
Perumusan Masalah
Posdaya merupakan gagasan baru guna menyambut anjuran pemerintah untuk membangun SDM melalui partisipasi keluarga secara aktif. Proses
pemberdayaan diprioritaskan pada peningkatan kemampuan keluarga untuk bekerja keras mengentaskan kebodohan, kemalasan dan kemiskinan dalam arti
yang luas. Posdaya dikembangkan sebagai forum untuk merangsang dan mengembangkan silaturahim, forum pemberdayaan keluarga dan penggalangan
kebersamaan dengan mengubah sikap dan tingkah laku, agar pro kebersamaan dan pembangunan dengan kerja keras dan mandiri.
Salah satu upaya merealisasikan Posdaya kapada masyarakat adalah terjun langsung untuk mensosialisasikan program-program Posdaya. Efektivitas peran
komunikasi sangat tergantung sampai sejauhmana mendapat dukungan melalui sikap dari masyarakat. Tingkat efektivitas komunikasi sangat ditentukan
sejauhmana penilaian masyarakat lokal, pemerintah lokal, pengusaha lokal dan
organisasi masyarakat, khususnya yang terkait langsung dalam program yang sedang dijalankan.
Posdaya merupakan salah satu program yang sedang dijalankan IPB melalui LPPM sebagai salah satu dari fungsi Tridarma PT, yaitu pengabdian kepada
masyarakat PKM. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana keragaan faktor-faktor internal peserta sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB ?
2. Bagaimana keragaan faktor-faktor eksternal peserta sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB ?
3. Bagaimana proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB ? 4. Bagaimana efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program
Posdaya di desa binaan IPB ? 5. Bagaimana hubungan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap proses
sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB ? 6. Bagaimana hubungan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap efektivitas
komunikasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB ? 7. Bagaimana hubungan proses sosialisasi dengan efektivitas komunikasi
kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan :
1. Mengkaji keragaan faktor-faktor internal peserta sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.
2. Mengkaji keragaan faktor-faktor eksternal peserta sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.
3. Mengkaji proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB. 4. Mengkaji efektivitas komunikasi dalam sosialisasi kegiatan program Posdaya
di desa binaan IPB. 5. Menganalisis hubungan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap proses
sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.
6. Menganalisis hubungan faktor-faktor internal dan eksternal terhadap efektivitas komunikasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.
7. Menganalisis hubungan proses sosialisasi dengan efektivitas komunikasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.
Kegunaan Penelitian
Hasil yang diperoleh diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh pihak terkait dalam
merumuskan kebijakan maupun pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Melalui pemahaman dan penerapan efektivitas komunikasi diharapkan dalam setiap program pembangunan, terjadi perubahan positif dalam masyarakat.
3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswapeneliti yang melakukan penelitian berkaitan dengan efektivitas komunikasi dalam program Posdaya.
TINJAUAN PUSTAKA Efektivitas Komunikasi
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang
terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan Stewart 1988 mengenai komunikasi manusia yaitu: Human
communication is the process through which individuals–in relationships, groups, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the
environment and one another. Komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan
masyarakat yang merespons dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Komunikasi merupakan proses dimana dua orang atau lebih melakukan suatu pertukaran informasi yang pada gilirannya terjadi kesepakatan dan
hubungan yang mendalam Prodjosaputro, 1978. Ini menjelaskan hakekat hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi pesan, setelah itu
diharapkan perubahan sikap, tingkah laku dan kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian diantara orang-orang yang ikut pada proses komunikasi
Wursanto, 1987. Wenburg dan Wilmot dalam Mulyana 2007 mengkategorikan definisi-
definisi tentang komunikasi dalam tiga konseptual, yaitu : 1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang atau lembaga kepada seseorang sekelompok orang lainnya, baik
secara langsung tatap muka ataupun melalui media, seperti surat selebaran, surat kabar, majalah, radio atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai
proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan pada komunikasi tatap muka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada komunikasi publik
pidato yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini
mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons
orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan
komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.
2. Komunikasi sebagai interaksi. Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat
atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi
jawaban verbal atau nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respons atau umpan-balik dari orang kedua dan begitu seterusnya.
Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shannon dan Weaver dalam Wiryanto 2005, komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling
mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan,
seni dan teknologi. 3. Komunikasi sebagai transaksi.
Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang secara sinambungan mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Berdasarkan
pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat
mereka bertukar pesan verbal dan atau pesan nonverbal.
Effendy 2000 menyatakan komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan. Komunikasi dilakukan oleh seseorang
kepada orang lain, dengan tujuan agar orang lain tersebut mengetahui dan mempunyai makna yang sama tentang hal yang dikomunikasikan, sehingga orang
tersebut dapat menerima dan melaksanakan pesan yang disampaikan. Untuk itu, diantara orang-orang yang berkomunikasi harus tercapai kesamaan pengertian.
Apabila kesamaan pengertian tidak tercapai, maka dapat dikatakan komunikasi tidak terjadi Effendy, 2000
Proses penyampaian pesan melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi dan sebagainya.
Penyampaian pesan efektif memerlukan tidak hanya transmisi data, tetapi cara
seseorang mengirim dan menerima berita sangat tergantung pada keterampilan tertentu membaca, menulis, berbicara, dan lain-lain.
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti tercapainya yang telah ditetapkan. Effendy 2001 menyatakan bahwa komunikasi dapat dikatakan
efektif, jika dapat menimbulkan dampak seperti 1 kognitif, yaitu meningkatnya pengetahuan komunikan; 2 afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan
komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi; dan 3 konatif, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah
kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap;
sedangkan efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu Jahi, 1988.
Suatu komunikasi dikatakan efektif, apabila komunikator berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya kepada komunikan penerima.
Komunikasi dinilai efektif bila stimuli yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim pesan berkaitan erat identik dengan stimuli yang ditangkap dan
dipahami oleh penerima pesan. Apabila S melambangkan sumber atau pengirim pesan dan R adalah
penerima pesan, komunikasi dinyatakan mulus apabila keinginan S identik dengan respons yang diberikan R Goyer, 1970. Penerimaan pesan yang sempurna
sebagaimana yang dimaksudkan pengirim pesan kenyataannya sangat sulit tercapai bahkan tidak pernah terjadi, paling-paling hanya dapat dihampiri saja
Goyer, 1970. Persamaannya digambarkan sebagai berikut : 1
dim tan
= =
pengirim aksud
yang makna
penerima gkap
di yang
di yang
makna s
r
Semakin besar kaitan antara respons yang diberikan oleh penerima dengan pesan yang disampaikan oleh pengirim berarti semakin efektif komunikasi yang
dilakukan. Nilai RS = 0 terjadi apabila respons yang diterima dari penerima tidak ada kaitannya dengan pesan yang disampaikan oleh pengirim. Komunikasi
dikatakan efektif apabila pesan yang dimaksud oleh pengirim berkaitan erat dengan pesan yang diterima oleh penerima.
Menurut Tubb dan Moss 2000 ada lima 5 hal yang menjadikan ukuran bagi komunikasi efektif, yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap,
hubungan yang makin baik dan tindakan. 1. Pemahaman
Arti pokok pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan stimuli seperti yang dimaksud oleh pengirim pesan komunikator dan dikatakan
efektif, bila penerima komunikan memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan.
2. Kesenangan Komunikasi tidak semua ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu,
karena adakalanya berkomunikasi hanya sekedar untuk bertegur sapa dan menimbulkan kebahagiaan bersama.
3. Mempengaruhi sikap Tindakan mempengaruhi orang lain dan berusaha agar orang lain memahami
ucapan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Pada waktu menentukan tingkat keberhasilan berkomunikasi ternyata kegagalan dalam mengubah sikap
orang lain belum tentu karena orang lain tersebut tidak memahami apa yang dimaksud. Dalam hal ini kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang
jangan disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman, karena memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan.
4. Memperbaiki hubungan Komunikasi yang dilakukan dalam suasana psikologis yang positif dan penuh
kepercayaan akan sangat membantu terciptanya komunikasi yang efektif. Apabila hubungan manusia dibayang-bayangi oleh ketidakpercayaan, maka
pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten dapat mengubah makna.
5. Tindakan Mendorong orang lain untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang
diinginkan, merupakan hasil yang paling sulit dicapai dalam berkomunikasi.
Lebih mudah mengusahakan agar pesan dapat dipahami orang lain daripada mengusahakan agar pesan tersebut disetujui sebagai tindakan “feedback” dari
komunikasi paling tinggi yang diharapkan oleh pemberi pesan. Schramm dan Kincaid 1977 menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil
terdapat kesamaan makna apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan frame of reference, yakni paduan pengalaman dan
pengertian collection of experiences and meanings yang diperoleh oleh komunikan. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang
pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, apabila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman
komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Effendy 2000 mengatakan supaya terjadi komunikasi yang efektif,
komponen-komponen komunikasi perlu diperhatikan, mulai dari komunikator, pesan, saluran dan komunikan sebagai sasaran komunikasi. Rincian unsur-unsur
tersebut sebagai berikut : 1. Komunikator
Faktor penting pada diri komunikator dalam melancarkan komunikasi adalah daya tarik dan kredibilitas. Seorang komunikator akan mampu mengubah
sikap, opini dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik. Apabila komunikan merasa ada kesamaan dengan komunikator, maka komunikan
bersedia taat pada isi pesan yang dilancarkan oleh komunikator. Adapun kredibilitas berhubungan dengan profesi atau keahlian yang dimiliki seorang
komunikator. Dengan kata lain, seorang komunikator akan mendapat kepercayaan, apabila membahas suatu persoalan sesuai dengan profesi atau
keahliannya. Faktor heteropily dapat menyebabkan komunikasi menjurus ke komunikasi yang tidak efektif.
2. Pesan Pesan komunikasi terdiri dari isi pesan dan lambang. Isi pesan komunikasi
dapat satu, tetapi lambang yang digunakan dapat bermacam-macam, lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Oleh karena
itu, komunikasi bahasa memegang peranan sangat penting. Tanpa penguasaan
bahasa, hasil pemikiran yang bagaimanapun baiknya tidak akan dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat.
3. Saluran Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan untuk sampai kepada
komunikan sasaran. Media komunikasi banyak macamnya dalam mencapai sasaran komunikasi, yaitu dengan cara memilih salah satu atau gabungan dari
beberapa media. Pemilihan media tergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan digunakan. Masing-masing
media komunikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan. 4. Komunikan
Pengenalan komunikan merupakan ketentuan utama yang harus dilaksanakan oleh komunikator dalam komunikasi. Ditinjau dari komponen komunikan,
seseorang dapat dan akan menerima pesan kalau terdapat empat kondisi secara simultan berikut :
a. Komunikan benar-benar dapat mengerti pesan komunikasi. b. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya
sesuai dengan tujuan. c. Pada saat mengambil keputusan, komunikan sadar bahwa keputusannya itu
bersangkutan dengan kepentingan pribadinya. d. Komunikan mampu untuk menepatinya, baik secara mental maupun secara
fisik. Metode komunikasi adalah cara penyampaian informasi secara timbal balik
yang digolongkan ke dalam komunikasi antar individu interpersonal dan komunikasi kelompok. DeVito 1997 mengelompokkan komunikasi ke dalam
tujuh bentuk komunikasi, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Intrapersonal komunikasi atau komunikasi dengan diri sendiri. Beberapa
tujuan yang lazim dalam komunikasi intrapersonal adalah berpikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung. Dalam komunikasi intrapersonal
tersebut dikembangkan teori-teori tentang konsep diri. Konsep komunikasi intrapersonal yang berhubungan dengan keterampilan, antara lain memperkuat
diri, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan kemampuan memecahkan
masalah dan menganalisis masalah, meningkatkan pengendalian diri, mengurangi stress, mengatasi konflik, dan lain-lain.
2. Interpersonal komunikasi atau komunikasi antar pribadi. Tujuannya untuk mengenal, berhubungan, membantu, dan lain-lain. Beberapa teori yang
diaplikasikan dalam konsep komunikasi ini antara lain mengapa orang mengembangkan hubungan ? Apa yang menyatukan sahabat, kerabat, keluarga
dan apa yang memisahkannya ? Bagaimana hubungan dapat diperbaiki. Aplikasi keterampilan dari konsep komunikasi ini adalah meningkatkan
efektivitas komunikasi satu lawan satu, mengembangkan dan memelihara hubungan yang efektif, meningkatkan kemampuan penyelesaian konflik.
3. Komunikasi kelompok kecil. Bertujuan berbagi informasi, mengembangkan gagasan, memecahkan masalah, membantu. Teori yang dapat diaplikasikan
adalah apa yang membuat seseorang menjadi pemimpin ? Tipe kepemimpinan mana yang paling berhasil? Apa peran anggota kelompok ? Apa yang berhasil
dikerjakan kelompok ? dan Apa yang gagal dilakukan kelompok ? Bagaimana kelompok dapat dibuat lebih efektif ? Keterampilan yang diperlukan dalam
komunikasi kelompok kecil adalah meningkatkan efektivitas sebagai anggota kelompok, meningkatkan kemampuan sebagai pemimpin, dan lain-lain.
4. Komunikasi organisasi atau komunikasi dalam suatu organisasi formal. Tujuannya meningkatkan produktivitas, meningkatkan semangat kerja,
memberi informasi dan meyakinkan. Hal yang menyangkut teori adalah apa yang membuat organisasi efektif, apa kebutuhan yang harus dipenuhi
organisasi, bagaimana komunikasi organisasi dapat ditingkatkan. Sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan keterampilan adalah meningkatkan efesiensi
komunikasi ke atas dan ke bawah, serta lateral, menggunakan komunikasi untuk meningkatkan semangat kerja, dan lain-lain.
5. Komunikasi dengan publik atau khalayak. Tujuannya memberi informasi, mempengaruhi dan menghibur. Hal yang menyangkut teori adalah bagaimana
khalayak dapat dianalisis dan diadaptasi secara efektif. Keterampilan yang diperlukan adalah mengkomunikasikan informasi secara lebih efektif,
meningkatkan kemampuan persuasif, mengembangkan, mengorganisasikan, dan lain-lain.
6. Komunikasi antar budaya atau komunikasi antar orang dari budaya yang berbeda. Tujuannya mengenal, berhubungan, mempengaruhi, bermain dan
membantu. Teori yang dikembangkan adalah bagaimana budaya yang berbeda memandang komunikasi, apa yang menghambat komunikasi bermakna diantara
orang-orang yang budayanya berlainan. Dalam hal ini diperlukan kemampuan menghindari hambatan-hambatan utama dalam komunikasi antar budaya.
7. Komunikasi massa atau komunikasi yang diarahkan kepada khalayak yang sangat luas. Tujuannya untuk menghibur, meyakinkan, mengukuhkan status,
mengubah, mengaktifkan, memberi informasi dan menciptakan rasa persatuan. Teori yang dikembangkan adalah apa fungsi yang dijalankan media dan
bagaimana media mempengaruhi kita, bagaimana kita dapat mempengaruhi media, dengan cara apa informasi disensor oleh media. Hal-hal yang
berhubungan dengan keterampilan komunikasi bermedia massa adalah meningkatkan kemampuan menggunakan media agar lebih efektif.
Dibandingkan dengan bentuk-bentuk komunikasi lainnya, komunikasi interpersonal dinilai lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan,
opini, dan perilaku komunikan. Alasannya komunikasi interpersonal berlangsung secara tatap-muka face to face, sehingga terjadi kontak pribadi dan umpan balik
berlangsung seketika. Komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan komunikan terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi interpersonal
seringkali dipergunakan untuk melancarkan komunikasi persuasif, yaitu agar orang lain komunikan bersedia menerima suatu paham atau keyakinan
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan.
Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan pada hakekatnya mencakup dua aspek, yaitu “to give authority to and to give ability to or enable.” Dalam pengertian pertama,
pemberdayaan memiliki makna memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan dan mendelegasikan otoritas ke pihak lain. Dalam pengertian kedua, pemberdayaan
diartikan sebagai upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan Friedman, 1992.
Friedman 1992 selanjutnya mengungkapkan bahwa pemberdayaan dimaknai sebagai mendapatkan kekuatan power dan mengaitkannya dengan
kemampuan golongan miskin untuk mendapatkan akses ke sumber daya-sumber daya yang menjadi dasar dari kekuasaan dalam suatu sistem organisasi. Akses
tersebut digunakan untuk mencapai kemandirian dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian golongan miskin dapat mengorganisasikan kemampuan dan
potensi yang dimiliki untuk menentukan, merencanakan dan melaksanakan apa yang menjadi keputusan kolektifnya.
Shardlow 1998 melihat bahwa pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginannya. Pemberdayaan selain dilihat dari bidangnya, dapat pula
dilihat dari sisi keberadaannya sebagai suatu program ataupun sebagai suatu proses. Sebagai suatu program, pemberdayaan dilihat tahapan-tahapan kegiatan
guna mencapai tujuan yang sudah ditentukan jangka waktunya. Konsekuensinya apabila program selesai, maka dianggap pemberdayaan sudah selesai dilakukan.
Hal seperti ini banyak terjadi dengan sistem pembangunan berdasarkan proyek yang banyak dikembangkan oleh lembaga-lembaga pemerintah, dimana proyek
yang satu dengan yang lainnya kadangkala tidak berhubungan, bahkan tidak saling mengetahui apa yang sedang dikerjakan oleh bagian yang lain, meskipun
itu dalam satu lembaga yang sama Adi, 2002. Pemberdayaan sebagai suatu program harus tetap direncanakan secara serius
dan lebih memfokuskan pada upaya-upaya yang membuat masyarakat agar lebih pandai, mampu mengembangkan komunikasi di antaranya, sehingga pada
akhirnya dapat berdiskusi secara konstruktif dan mengatasi permasalahan yang ada. Sebagai proses, pemberdayaan merupakan proses berkesinambungan
sepanjang hidup seseorang. Hogan dalam Adi 2002 menggambarkan proses pemberdayaan yang berkesinambungan sebagai siklus yang terdiri dari lima 5
tahapan, yaitu : 1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak
memberdayakan recall depoweringempowering experiences.
2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidakberdayaan discuss reasons for empowermentdepowerment.
3. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek identity one problem or project.
4. Mengidentifikasi basis daya yang bermakna identity usefull power bases. 5. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikannya develop
and implement action plans. Konteks kesejahteraan sosial, upaya pemberdayaan terkait dengan upaya
peningkatan taraf hidup masyarakat dari suatu tingkatan menuju ke tingkatan yang lebih baik. Tentunya dengan mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan suatu
komunitas menjadi kurang berdaya depowerment. Pemberdayaan masyarakat empowerment of society merupakan bagian dari pemberdayaan SDM
empowerment of human resources. Konsep pemberdayaan dalam pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja
dan keadilan. Pemberdayaan diletakan pada kekuatan tingkat individu dan sosial. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif diberdayakan melalui
kemandiriannya, bahkan merupakan keharusan untuk lebih diberdayakan melalui usahanya sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan, serta sumber lainnya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan satu proses yang berkaitan dengan hakikat dari kemampuan, serta hubungan antar individu atau lapisan sosial yang
lain. Pada dasarnya setiap individu dan kelompok memiliki daya, akan tetapi kadar daya itu berbeda satu dengan yang lainnya. Pemberdayaan merupakan
kemampuan dan daya flow of power dari pemberi kuasa, atas kebebasan, dan pengakuan dari subyek ke obyek dengan memberinya kesempatan untuk
meningkatkan hidupnya dengan memakai sumber yang ada merupakan salah satu manifestasi dari mengenali daya tersebut. Pada akhirnya, kemampuan individu
untuk dapat mewujudkan harapannya dengan diberi pengakuan oleh subjek merupakan bukti bahwa individu dan kelompok tersebut memiliki daya.
Community development comdev merupakan salah satu strategi dalam pembangunan sosial. Menurut Carry dalam Hasim dan Remiswal 2009, bahwa
comdev pada hakekatnya adalah usaha yang dilakukan dengan sengaja oleh warga
komunitas untuk bekerjasama yang diarahkan pada masa depan komunitas itu sendiri. Unsur-unsur penting yang terkandung dalam pengertian comdev adalah :
1. Komunitas sebagai suatu unit kegiatan. Pemahaman komunitas mengacu pada orang-orang yang hidup bersama dalam suatu tempat, berhubungan satu sama
lainnya, saling berbagi minat, kepentingan dan nilai-nilai. 2. Adanya inisiatif komunitas setempat dan unsur kepemimpinan sebagai sumber.
Pemimpin pelaksana suatu proses comdev harus berasal dari dalam komunitas itu sendiri. Apabila tidak ada maka diambil dari luar dan diberi latihan
kepemimpinan, agar pelaksanaan comdev dapat berhasil. 3. Menggunakan sumber-sumber internal dan eksternal. Dalam unsur ini yang
perlu diperhatikan adanya kemungkinan bahwa sumber-sumber yang perlu diperhatikan komunitas berada di luar komunitas itu sendiri. Untuk itu,
diperlukan berbagai bentuk bantuan yang akan mempermudah komunitas dalam menjangkau sumber eksternal tersebut.
4. Adanya partisipasi menyeluruh, ditandai dengan adanya pemberian kesempatan kepada seluruh golongan dan kelompok komunitas untuk mengambil peran
dalam pembangunan. 5. Adanya pendekatan yang terorganisasi dan komprehensif sebagai usaha untuk
melibatkan seluruh komunitas. 6. Adanya penyelesaian atau pelaksanaan tugas yang demokratis dan rasional.
Comdev dapat dipahami secara luas maupun sempit. Menurut Taliziduhu dalam Hasim dan Remiswal 2009, pengertian luas comdev merupakan
perubahan sosial berencana, dimana sasarannya adalah perbaikan dan peningkatan bidang ekonomi, teknologi dan bahkan sosial dan politik. Pengertian yang sempit,
comdev diartikan sebagai perubahan berencana di lokalisasi tertentu, seperti kampung, desa dan kota. Comdev dikaitkan dengan berbagai kegiatan atau
program yang langsung berhubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan dan pengurusan kepentingan lokalisasi atau komunitas setempat sepanjang mampu
dikelola oleh komunitas itu sendiri. Comdev merupakan salah satu metode pekerjaan sosial yang bekerja dengan
komunitas dan melibatkan partisipasi aktif dari komunitas, terutama komunitas lokal dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia di dalamnya. Sejalan dengan itu comdev juga merupakan strategi untuk mencapai keadaan, dimana
terjadi peningkatan keberdayaan dan mutu kehidupan Suharto dalam Hasim dan Remiswal, 2009.
Strategi comdev menurut Suharto dalam Hasim dan Remiswal 2009 mampu menjalankan lima 5 fungsi pemberdayaan berikut :
1. Pemungkin enabling, adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan segenap potensi komunitas berkembang secara optimal.
Proses comdevt harus mampu membebaskan penduduk dari sekat-sekat struktural dan struktural yang menghambat.
2. Pemberdayaan empowering, adalah memperkuat pengetahuan dan kemampuan komunitas dalam memecahkan masalah, serta memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya. 3. Perlindungan protecting, adalah melindungi komunitas dari ketertindasan
dan persaingan yang tidak sehat. Artinya pemberdayan yang dilakukan diarahkan pada penghapusan diskriminasi dan dominasi yang merugikan
komunitas. 4. Penyokong supporting, adalah upaya memberikan bimbingan dan bantuan
agar komunitas mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya. Comdev sebagai upaya pemberdayaan harus mampu menyokong komunitas
agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
5. Pemeliharaan fostering, adalah memelihara kondisi kondusif agar terjadi keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
komunitas. Dalam hal ini, usaha yang dilakukan harus mampu menjamin keserasian, keharmonisan dan keseimbangan yang memungkinkan segenap
komunitas memperoleh kesempatan yang sama.
Faktor Internal dan Eksternal yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi
Faktor internal yang mempengaruhi efektivitas komunikasi adalah karakteristik personal atau karakteristik individu, karakteristik demografi dan
karakteristik psikografi. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi
efektivitas komunikasi adalah gangguan komunikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Gibson dan Ivancevich 1997 terdapat sejumlah hambatan komunikasi yang
menyebabkan komunikasi tidak efektif, diantaranya perbedaan frame of references dan frame of experiences di antara komunikator dan komunikan,
informasi yang terlalu banyak overload information, stereotype, perbedaan status, bahasa kelompok, gangguan, perbedaan persepsi dan faktor bahasa.
Lionberger dan Gwin 1982 mengungkapkan bahwa peubah-peubah yang penting dalam mengkaji masyarakat lokal diantaranya adalah peubah
karakteristik individu. Dijelaskan bahwa karakteristik anggota masyarakat, kelompok pada dasarnya merupakan karakteristik individu. Karakteristik individu
meliputi; umur, tingkat pendidikan dan ciri psikologis. Anwar 1982 dalam disertasinya menyatakan bahwa karakteristik
individu yang patut diperhatikan adalah : umur, pendidikan formal, luas garapan, sikap terhadap inovasi, dan tingkat pengetahuan. Kotler 1980 menyebutkan
karakteristik demografi, meliputi umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, pendidikan, agama, ras, tingkat sosial dan kebangsaan. Penelitian Ichwanudin
1998 mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi, seperti umur, Pendidikan formal, pendidikan non formal dan tingkat pendapatan berhubungan erat dengan
perilaku komunikasi. Soekartawi 2005, kecepatan adopsi inovasi ditentukan oleh faktor internal petani dan faktor eksternal yang terkait dengan kegiatan usaha tani,
dimana teknologi tersebut digunakan. Karakteristik individu petani adalah, ciri- ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang ditampilkan melalui pola
pikir, sikap dan tindakan terhadap lingkungan hidupnya berdasarkan karakteristik internal petani sebagai adopter.
KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran
Posdaya merupakan salah satu upaya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan dan peningkatan mutu SDM. Program Posdaya adalah salah satu
bentuk pengabdian IPB terhadap masyarakat sekitar yang tertuang dalam Tridarma PT. Untuk itu Pusat Pemberdayaan Sumber daya Manusia P2SDM
LPPM bekerjasama dengan Yayasan Damandiri membangun dan mengembangkan Posdaya di wilayah-wilayah yang memiliki tingkat kemiskinan,
baik di tingkat desa, dusun, atau RW. Posdaya merupakan forum informasi, pendidikan dan pemberdayaan, serta penyegaran partisipasi masyarakat secara
mandiri. Posdaya merupakan program-program yang mendukung penyegaran hidup gotong royong, mampu memberikan tambahan bekal ilmu pengetahuan dan
keterampilanserta mendorong dalam pemantapan fungsi-fungsi keluarga. Fungsi- fungsi keluarga tersebut adalah fungsi agama, fungsi cinta kasih, fungsi
perlindungan, fungsi reproduksi dan kesehatan, fungsi pendidikan, fungsi sosial budaya, fungsi ekonomi atau wirausaha dan fungsi lingkungan Suyono dan
Haryanto, 2009. Sasaran akhir Posdaya adalah membentuk manusia-manusia yang bermutu
dan sejahtera. Posdaya menggunakan keluarga sebagai ujung tombak untuk memperbaiki pendidikan, kesehatan dan ekonomi masyarakat dengan pilar
keswadayaan dan kemandirian sebagai semangat kerjanya. Posdaya mewadahi kegiatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan inti
kegiatan di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Komunikasi merupakan alat yang digunakan dalam penyampaian program-
program yang diselenggarakan khususnya Posdaya. Peran komunikasi sangat penting, hal ini dapat dilihat dari efektivitas komunikasinya dimana kemampuan
SDM sebagai pelaksana dan penerima program-program, serta metode komunikasi yang digunakan. Posdaya diterapkan dengan dilakukan sosialisasi
terlebih dahulu pada masyarakat. Komunikasi merupakan alat utama untuk menyampaikan kegiatan-kegiatan dalam Posdaya. Komunikasi dikatakan efektif
apabila pesan yang dimaksud oleh pengirim sumber menghasilkan kesamaan
makna yang ditangkap oleh penerima. Keefektivan komunikasi dapat melihat sejauhmana tingkat keberdayaan masyarakat pada program Posdaya.
Komunikator yang efektif dalam menyampaikan suatu program harus mempertimbangkan tiga hal, pertama pengurus harus mempunyai pengetahuan
yang memadai, baik tentang metode Posdaya sebagai pesan maupun masyarakat sebagai penerima pesan sasaran, kedua pengurus Posdaya harus mampu
mengembangkan sikap positif terhadap dirinya sendiri, metode Posdaya, dan masyarakat, terakhir pengurus Posdaya perlu memiliki berbagai keterampilan
berkomunikasi, seperti berbicara antar personal, berbicara di depan publik, menulis, memperagakan, maupun keterampilan lainnya.
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka peubah-peubah diteliti untuk menjelaskan efektivitas komunikasi pada program Posdaya adalah metode
komunikasi, media yang digunakan, kredibilitas SDM, kesesuaian materi, dan sarana prasarana. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang dimaksud
oleh pengirim sumber menghasilkan kesamaan makna dengan yang ditangkap oleh penerima. Efektivitas komunikasi dalam penelitian ini diukur dengan
indikator tingkat kemandirian masyarakat dari segi kognitif, afektif dan konatif. Kerangka alur pikir mengenai penelitian efektivitas komunikasi dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian Faktor Internal X1
• Umur • Pendidikan
formal • Pendidikan
nonformal • Usaha
pekerjaan • Pendapatan
keluarga • Kosmopolitan
Proses Sosialisasi Y1 • Metode komunikasi
• Media yang digunakan
• Kredibilitas SDM
• Kesesuaian materi pemberdayaan
• Sarana dan prasarana Efektivitas
Komunikasi Y2 • Kognitif
• Afektif • Konatif
Faktor Eksternal X2
• Bidang kesehatan • Bidang Pendidikan
• Bidang ekonomi
Hipotesis
Berdasarkan kerangka penelitian di atas, dibuat hipotesis berikut: H
1
H : Terdapat hubungan nyata antara faktor internal dengan proses sosialisasi
kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.
2
H : Terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal dengan proses sosialisasi
kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB.
3
: Terdapat hubungan nyata antara proses sosialisasi kegiatan program Posdaya di desa binaan IPB dengan efektivitas komunikasi.
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Pasirmulya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor, karena desa ini merupakan
binaan Yayasan Damandiri yang paling aktif
dalam menjalankan program Posdaya secara konsisten. Penelitian dilakukan selama empat bulan, mulai Bulan Februari sampai dengan Mei 2010.
Desain Penelitian
Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat explanatory research yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengevaluasi dengan
menjelaskan hubungan antar peubah-peubah melalui pengujian hipotesa Singarimbun dan Effendi 1989. Penelitian ini berisikan uraian suatu pokok atas
berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungannya antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Metode penelitian survei merupakan metode pelaksanaan penelitian suatu informasi yang dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari unit-unit analisis yang memiliki ciri-ciri yang akan diduga.
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang aktif dalam Posdaya di desa binaan Desa Pasirmulya RW 02
yang secara keseluruhan jumlah kepala keluarga KK adalah 205 KK. Contoh adalah sebagian dari populasi yang diambil secara representatif
untuk mewakili populasi yang ada. Penentuan contoh dilakukan secara sample random sampling acak sederhana. Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak
68 KK. Penetapan jumlah responden, menurut Slovin dalam Sevilla et al., 1993 adalah;
Keterangan : n = jumlah contoh
N = jumlah populasi d
2
= presisi
Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data sekunder dan primer. Data sekunder diperoleh dari P2SDM, kantor desa dan kantor kelurahan.
Data primer diperoleh melalui wawancara dengan masyarakat yang dipandu dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian ini. Daftar pertanyaan yang
dituangkan ke dalam kuesioner Lampiran 1 disusun berdasarkan peubah-peubah yang diteliti. Data primer dikelompokkan ke dalam empat kelompok pertanyaan
meliputi 1 faktor internal responden, 2 faktor eksternal, 3 sosialisasi Posdaya, dan 4 efektivitas komunikasi.
Definisi Operasional
Untuk memudahkan pengumpulan dan pengolahan maka dibuat definisi operasional. Definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam
mengukur suatu peubah atau memanipulasinya Kerlinger, 2004. Menurut Kerlinger, definisi operasional meletakkan arti dalam suatu konstruk atau peubah
dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur konstruk itu.
Beberapa peubah yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi dengan menggunakan definisi berupa :
1. Faktor internal meliputi karakteristik responden berikut :
a. Umur adalah usia responden sampai dengan dilakukan penelitian ini yang diukur dalam satuan tahun dengan pembulatan keulang tahun terdekat
dengan kategori muda, dewasa dan tua. b. Pendidikan formal, yaitu tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah
dicapai responden yang dikategorikan Sekolah Dasar SD, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP, Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
SLTA, Diploma, Sarjana dan Pascasarjana. c. Pendidikan non formal adalah pendidikan melalui pelatihanpenataran
yang pernah diikuti responden yang dihitung dalam hari, yang diukur dari akumulasi frekuensi.
d. Usaha adalah jenis pekerjaan responden yang dikategorikan petani, peternak, buruh, pedagang, karyawan, wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil
PNS dan pensiunan. e. Pendapatan keluarga adalah banyaknya nilai rupiah yang dikeluarkan
oleh keluarga responden selama satu 1 bulan terakhir. f. Tingkat kekosmopolitan adalah aktivitas anggota dalam mencari
informasi program Posdaya ke luar sistem sosialnya. 2.
Faktor eksternal adalah kemudahan dalam mendapatkan pelayanan pada bidang-bidang program Posdaya, meliputi :
a. Bidang kesehatan adalah media yang dijadikan sebagai pusat kegiatan kesehatan Posdaya.
b. Bidang pendidikan adalah media yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pendidikan Posdaya.
c. Bidang ekonomi adalah media yang dijadikan sarana kegiatan ekonomi Posdaya.
3. Sosialisasi Posdaya meliputi :
a. Metode komunikasi, yaitu cara komunikator melakukan pendekatan kepada komunikan apakah secara langsung atau tidak langsung. Metode
komunikasi secara langsung ini dilakukan dengan berbagai macam teknik komunikasi, apakah menggunakan teknik ceramah, simulasi,
menggunakan media massa cetak atau elektronik, menggunakan mediaalat OHT overhead transparancy dan LCD liquid crystal
display. b. Media yang digunakan adalah perilaku komunikasi responden dalam
meningkatkan pengetahuannya terhadap program Posdaya dengan menggunakan media massa cetak dan media massa elektronik.
c. Kredibilitas SDM pelaksana, yaitu kemampuan fasilitator dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat menyosialisasikan Posdaya,
yang dilihat dari kemampuan berkomunikasi dan kemampuan menggunakan media, serta frekuensi bertemu dengan masyarakat.
d. Kesesuaian materi pemberdayaan, yaitu materi pelatihan yang diperlukan yang dibutuhkan dalam program-program Posdaya.
e. Sarana dan prasarana yaitu segala sesuatu yang mendukung dalam mensosialisasikan dan dalam menjalankan program Posdaya.
4. Tingkat efektivitas komunikasi adalah perubahan yang terjadi pada diri
responden setelah menjadi anggota Posdaya, yang merupakan tingkat kemandirian individu yang mencakup perubahan kognitif, afektif dan
konatif
Validitas dan Reliabilitas Instrumentasi
Sebelum digunakan dalam penelitian, dilakukan uji coba kuesioner terhadap anggota Posdaya yaitu yang memiliki ciri-ciri relatif sama dengan anggota yang
jadi responden penelitian. Dalam uji coba tersebut digunakan 10 responden. Uji validitas dilakukan terhadap validitas isi, mengingat isi yang
dituangkan dalam bentuk pertanyaan dan pertanyaan harus memiliki kesetaraan. Kuesioner diupayakan validitasnya dengan pendekatan rasional, yaitu
mempertimbangkan kondisi lapang dan obyek penelitian, serta ditunjang dengan pengalaman empiris sebelumnya. Sedangkan uji reliabilitas dilakukan terhadap
total skor pertanyaan. Data hasil penelitian diolah dengan statistik deskriptif dan selanjutnya
dianalisis dengan analisis statistic inferensial, berupa teknik korelasi menggunakan prosedur Tau Kendall untuk melihat hubungan antara variabel X1
faktor internal, X2 faktor eksternal, Y1 proses sosialisasi dan Y2 efektivitas komunikasi. Rumus uji Tau Kendall menurut Agresti dan Finaly 1999 :
Keterangan :
= nilai korelasi
K = konkordan D = diskordan
n = banyaknya pasangan data Tx= banyaknya pasangan seri pada peubah X
Ty= banyaknya pasangan seri pada peubah Y
Validitas atau ketepatan adalah tingkat kepercayaan kemampuan instrumen penelitian untuk mengungkapkan data sesuai dengan masalah yang
hendak diungkap. Pengukuran adalah kemampuan instrumen penelitian untuk mengukur apa yang hendak diukur secara tepat dan benar.
Salah satu ukuran validitas untuk sebuah kuesioner adalah apa yang disebut sebagai validitas konstruk construct validity. Berdasarkan definisi
validitas ini, sebuah kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan untuk mengukur suatu hal, dikatakan valid jika setiap butir pertanyaan yang menyusun kuesioner
tersebut memiliki keterkaitan yang tinggi. Ukuran keterkaitan antar butir pertanyaan ini umumnya dicerminkan oleh
korelasi jawaban antar pertanyaan. Pertanyaan yang memiliki korelasi rendah dengan butir pertanyaan yang lain, dinyatakan sebagai pertanyaan yang tidak
valid. Metode yang sering digunakan untuk memberikan penilaian terhadap validitas kuesioner adalah korelasi produk momen moment product correlation,
Pearson antara skor setiap butir pertanyaan dengan skor total, sehingga sering disebut sebagai inter item-total correlation. Formula yang digunakan adalah :
Dengan: r
i
x = korelasi antara butir pertanyaan ke-i dengan total skor
ij
x = skor responden ke-j pada butir pertanyaan i
i
t = rata-rata skor butir pertanyaan i
j
t = rata-rata total skor = total skor seluruh pertanyaan untuk responden ke-j
Analisis korelasi juga digunakan untuk membandingkan dua kelompok skor tersebut. Koefisien korelasi ini menunjukkan koefisien konsistensi internal
coeficient of internal consistency dari alat ukur. Koefisien korelasi yang tinggi menunjukkan konsistensi internal item-item di alat ukur. Ukuran koefisien
konsistensi internal ini salah satunya dapat diukur dengan menggunakan koefisien alpha Cronbach. Formula untuk menghitung koefisien alpha dari Cronbach
adalah :
Dengan: Α = koefisien alpha dari Cronbach
k = banyaknya butir pertanyaan S
i 2
S = ragam skor butir pertanyaan ke-i
T 2
= ragam skor total
Instrumen yang digunakan di dalam pengambilan data ini, dilakukan uji validitas dan realibilitas terlebih dahulu dengan melakukan uji coba di lokasi
penelitaian yang sama. Uji ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa instrumen kuesioner ini terandal reliable dan layak digunakan pada penelitian ini.
Berdasarkan hasil uji coba terhadap instrumen yang digunakan dengan menggunakan SPSS 16, diperoleh hasil bahwa sebagian besar item instrument
valid karena memiliki nilai total corrected item lebih besar dari r
tabel
0,632. Nilai total corrected item untuk semua item pertanyaan selengkapnya pada lampiran 2.
Instrumen yang memiliki nilai validitas yang rendah dilakukan perbaikan terhadap redaksional dan isi dari instrumen tersebut. Uji reliabilitas terhadap intsrument
yang digunakan menunjukkan bahwa semua item instrumen memiliki koefisien alpha dari Cronbach yang tinggi. Dari hasil analisis terhadap instrumen ini, dapat
dikatakan bahwa kuesioner ini reliable atau layak untuk digunakan dalam penelitian. Hasil analisis selengkapnya tersaji pada Tabel 1.
Tabel 1 Koefisien Cronbach alpha hasil uji coba kuesioner Peubah Penelitian
Koefisien Cronbach alpha
Faktor Eksternal Bidang kesehatan 0,912
Faktor Eksternal Bidang ekonomi 0,983
Faktor Eksternal Bidang Pendidikan 0,900
Metode komunikasi 0,757
Media yang digunakan 0,952
Kredibilitas SDM 0,939
Kesesuaian materi pemberdayaan 0,870
Sarana dan prasarana 0,806
Kognitif 0,857
Afektif 0,859
Konatif 0,851
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Geografis Kelurahan Pasir Mulya
Kelurahan Pasir Mulya berada di Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Wilayah ini berbatasan dengan sebelah Utara dengan
Kelurahan Pasir Jaya, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ciomas Rahayu, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Gunung Batu, dan sebelah
Timur berbatasan dengan Kelurahan Pasir Kuda. Kelurahan Pasir Mulya letaknya sangat strategik, sehingga aksesbilitas baik transportasi dan komunikasi sangat
mendukung. Secara geografis Kelurahan Pasir Mulya terletak enam 6 kilometer dari
Ibu Kota Bogor dengan ditempuh sekitar 30 menit. Berdasarkan data monografi Kelurahan 2008, Kelurahan Pasir Mulya memiliki topografi berupa dataran
rendah, curah hujan berkisar antara 4.000 mm – 4.500 mmtahun dan suhu udara rataan 28
o
-31 . Tingkat kemiringan tanahnya adalah 18 dengan struktur tanah hitam. Luas wilayah kelurahan Pasir Mulya secara keseluruhan adalah 235,04 ha
yang terbagi dalam beberapa fungsi. Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan di Kelurahan Pasirmulya No
Penggunaan Lahan Luas ha
Persentase 1
2 3
4 5
6 7
8 Pemukiman
Jalan Kuburan
Jalur hijau Perkantoran
Bangunan umum Pertokoan
Tanah wakaf 39,00
194,00 0,34
0,60 0,07
0,29 0,40
0,34 16,60
82,54 0,14
0,26 0,03
0,12 0,17
0,14
Total 235,04
100,00 Sumber : BPS Kota Bogor, 2009
Penggunaan lahan sebagian besar untuk penggunaan jalan, yaitu 82,5. Hal ini untuk membantu akses transportasi masyarakat, sehingga memudahkan
dalam kegiatan ekonomi. Penduduk Kelurahan Pasir Mulya menurut data monografi kelurahan pada tahun 2009 tercatat berjumlah 4.766 jiwa, terdiri dari
2.433 jiwa laki-laki dan 2.333 jiwa perempuan dan terdiri dari 1.226 KK,
sedangkan jumlah penduduk RW 02 terdiri dari tiga RT. Jumlah penduduk RW 02 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah penduduk dan kepala keluarga RW 02 Kelurahan Pasir Mulya Tahun 2009
No RT
Jumlah Penduduk Kepala
Keluarga KK
Laki-laki Perempuan
Jumlah Orang
Orang Orang
1 2
3 01
02 03
79 160
194 18,2
37,0 44,8
70 144
196 17,1
35,1 47,8
149 304
390 17,7
36,0 46,3
37 68
100 Total
433 100
410 100
843 100
205 Sumber : BPS Kota Bogor, 2009
Banyaknya jumlah penduduk merupakan salah satu ciri perkotaan. Berdasarkan Tabel 2, jumlah penduduk RW 02 yang merupakan bagian dari
Kelurahan Pasir Mulya berjumlah 843 jiwa yang teridri dari 51,4 jiwa laki-laki dan 48,6 jiwa perempuan dan terdiri dari 205 KK.
Berdasarkan tipologi wilayah, masyarakat Kelurahan Pasir Mulya adalah masyarakat perkotaan yang umumnya ditandai dengan mulai memudarnya nilai-
nilai kebersamaan di antara warga masyarakat, terutama apabila struktur daerah asal para warga adalah masyarakat pendatang. Namun demikian, masyarakat
Kelurahan Pasir Mulya masih memiliki potensi untuk berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan pembangunan, terutama program pembangunan yang langsung
menyentuh pada persoalan hidup, yaitu program-program yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan.
Profil Posdaya Bina Sejahtera
Pembentukkan Posdaya di Kelurahan Pasir Mulya diawali dengan serangkaian penelitian untuk menjajagi potensi, peluang dan kendala
pembentukkan Posdaya dari berbagai sumber data, yaitu aparat desa, tokoh masyarakat baik formal maupun nonformal, kepala sekolah, komite sekolah
sebagai focal point pengembangan Posdaya. Dari penelitian ini didapatkan hasil berikut :