Pengaruh Pemakaian Slurry Water Dan Air Bersih Terhadap Kekuatan Kompresi Dan Perubahan Dimensi Gips Tipe III Pada Pembuatan Model Kerja Gigitiruan

(1)

PENGARUH PEMAKAIAN SLURRY WATER DAN AIR

BERSIH TERHADAP KEKUATAN KOMPRESI DAN

PERUBAHAN DIMENSI GIPS TIPE III PADA

PEMBUATAN MODEL KERJA GIGITIRUAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

LANGGENG SURYA DEWI NIM: 090600077

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2014

Langgeng Surya Dewi

Pengaruh Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih terhadap Kekuatan Kompresi dan Perubahan Dimensi Gips Tipe III pada Pembuatan Model Kerja Gigitiruan

xiii + 56 halaman

Gips tipe III merupakan bahan yang sering digunakan dalam proses pembuatan model kerja yang merupakan media pembuatan gigitiruan yang digunakan oleh dokter gigi atau laboran. Air bersih merupakan air yang umumnya digunakan dalam proses manipulasi model kerja dan pemakaian aselerator sering digunakan untuk mempersingkat proses pengerasan gips seperti kalsium sulfat dihidrat yang terdapat pada slurry water. Kandungan mineral yang terdapat didalam air dan bahan aselerator dapat mempengaruhi karakterisitik gips, yaitu kekuatan kompresi dan perubahan dimensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III pada pembuatan model kerja gigitiruan. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Sampel terbuat dari gips tipe III yang dibentuk menggunakan tabung silinder stainless steel dengan ukuran 20 mm x 40 mm untuk pengujian kekuatan kompresi sebanyak 30 sampel dan perangkat stainless steel bentuk silinder untuk pengukuran perubahan dimensi sebanyak 30 sampel. Pengujian kekuatan kompresi menggunakan alat uji tekan dan pengukuran perubahan dimensi menggunakan traveling microscope. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji statistik ANOVA satu arah untuk mengetahui pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III lalu dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui kelompok yang paling memberikan pengaruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi dengan p=0.000 (p<0.05) dan ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap perubahan dimensi dengan


(3)

p=0.000 (p<0.05). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pemakaian

aquadestilata (kelompok kontrol) menunjukkan nilai kekuatan kompresi yang paling

besar dan nilai perubahan dimensi yang paling kecil sehingga pemakaian aquadestilata lebih dianjurkan pada pembuatan model kerja dibandingkan dengan pemakaian slurry water dan air bersih jika waktu pembuatan model kerja tidak perlu dipersingkat.


(4)

PENGARUH PEMAKAIAN SLURRY WATER DAN AIR

BERSIH TERHADAP KEKUATAN KOMPRESI DAN

PERUBAHAN DIMENSI GIPS TIPE III PADA

PEMBUATAN MODEL KERJA GIGITIRUAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

LANGGENG SURYA DEWI NIM: 090600077

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 Januari 2014

Pembimbing: Tanda tangan

1. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K)


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 16 Januari 2014

TIM PENGUJI

KETUA : M. Zulkarnain, drg., M.Kes ANGGOTA : 1. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K)

2. Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros 3. Siti Wahyuni, drg


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Untung Agustono dan Ibunda Sri Lestari yang telah membesarkan serta memberikan kasih sayang, doa, semangat dan dukungan baik secara moral maupun materil kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini, begitu juga kepada saudara-saudara penulis yaitu Mba Tari, Anan, Ade Yonggo, Bunda, Mas Renggo, atas doa, cinta kasih dan dukungan, serta pengorbanan demi kebaikan dan kebahagiaan penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Aulia atas bantuan, motivasi serta kasih sayang yang selama ini diberikan kepada penulis.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat pengarahan, bimbingan, bantuan, dukungan serta doa dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Syafrinani, drg., Sp.Pros (K) selaku Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku pembimbing utama penulis dalam penulisan skripsi ini yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan serta dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.


(8)

3. Ika Andryas, drg., selaku pembimbing pendamping penulis yang telah rela meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan dorongan dan semangat kepada penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.

4. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp.Pros (K) selaku Koordinator skripsi Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan bantuan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

5. M. Zulkarnain, drg., M.Kes., selaku ketua tim penguji skripsi, Ricca Chairunnisa, drg., Sp.Pros. dan Siti Wahyuni, drg. selaku anggota tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Indri Lubis, drg., selaku penasehat akademik atas motivasi dan bantuan selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Seluruh staf pengajar serta karyawan di Departemen Prostodonsia FKG USU atas bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar.

8. Seluruh pimpinan dan karyawan Unit UJI Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel serta memberikan dukungan kepada penulis.

9. Prof. Dr. Drs. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil., selaku Kepala Laboratorium Pusat Penelitian FMIPA-USU dan Pak Sukirman selaku pegawai Laboratorium yang telah memberikan bantuan, izin dan bimbingan untuk pelaksanaan penelitian.

10. Ir. Sabar Situmorang, selaku Kepala Laboratorium Material PTKI Medan dan Ibu Fitri selaku pegawai Laboratorium yang telah memberikan bantuan, izin dan bimbingan untuk pelaksanaan penelitian.

11. Maya Fitria, SKM, M.Kes, staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas bantuannya kepada penulis dalam analisis statistik penelitian.

12. dr. Epita Pane, atas bantuannya kepada penulis sehingga skripsi ini berjalan dengan lancar.


(9)

13. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan skripsi di Departemen Prostodonsia yaitu Rachel, Sri Dewi, Sumarni, Steven Tiopan, Wildan Humairah, David, Olivia, Cindy Denhara Wijaya, Witta, Calvin, Juliana Pardede atas dukungan dan bantuannya selama penulis mengerjakan skripsi.

14. Sahabat-sahabat terbaik saya Wira, Wanda, Ika, Sarah, Sasa, Andi, Miki, Nadya, Sherly, Dimas, Sally, Tira, Icut, Edo, Lukman, Fadil dan seluruh teman-teman FKG USU angkatan 2009, junior-junior tersayang saya Vicky, Martini, Stefany, Afla, Nandra, Wanda, Ira, serta kakanda senior di FKG USU yang memberi dukungan dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan selama penulis melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu, masyarakat, dan bagi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Prostodonsia.

Medan, 16 Januari 2014 Penulis,

( Langgeng Surya Dewi ) 090600077


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian... 5

1.5.1 Manfaat Praktis ... 5

1.5.2 Manfaat Teoritis ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembuatan Model... 7

2.1.1 Model Studi ... 7

2.1.2 Model Kerja ... 8

2.2 Gips ... 9

2.2.1 Jenis-jenis Gips... 10

2.2.2 Karakteristik Gips ... 11

2.3 Kekuatan Kompresi ... 13


(11)

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Kompresi dan Perubahan

Dimensi Gips ... 14

2.5.1 Suhu Ruangan dan Suhu Air ... 14

2.5.2 Rasio W:P ... 14

2.5.3 Waktu dan Kecepatan Pengadukan ... 15

2.5.4 Aselerator ... 16

2.6 Slurry Water ... 16

2.7 Air Bersih ... 17

2.7.1 Syarat ... 17

2.7.2 Kandungan Kimia ... 18

2.7.2.1 Kalsium Karbonat (CaCO3) ... 19

2.7.3 Peran Air dalam Prosedur Pembuatan Model ... 19

2.8 Landasan Teori ... 20

2.9 Kerangka Konsep ... 21

2.10 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 23

3.2.1 Sampel Penelitian ... 23

3.2.2 Besar Sampel Penelitian ... 24

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 25

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel ... 29

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel ... 29

3.4.3 Waktu Penelitian ... 29

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 30

3.5.1 Alat Penelitian ... 30

3.5.2 Bahan Penelitian ... 32

3.6 Cara Penelitian ... 32

3.6.1 Pembuatan Slurry Water 2% ... 32

3.6.2 Pembuatan Sampel Kelompok A, B, dan C Untuk Mengukur Kekuatan Kompresi ... 32

3.6.3 Pembuatan Sampel Kelompok A, B, dan C Untuk Mengukur Perubahan Dimensi ... 33

3.6.4 Pengujian Kekuatan Kompresi ... 34

3.6.5 Pengukuran Perubahan Dimensi ... 35

3.7 Kerangka Operasional ... 37

3.8 Analisis Data ... 38

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Kekuatan Kompresi Gips Tipe III dengan Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih ... 39


(12)

4.2 Perubahan Dimensi Gips Tipe III dengan Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih ... 40

4.3 Pengaruh Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih terhadap

Kekuatan Kompresi Gips Tipe III ... 41 4.4 Pengaruh Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih terhadap

Perubahan Dimensi Gips Tipe III ... 42 BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian ... 44 5.2 Hasil Penelitian ... 44 5.2.1 Kekuatan Kompresi Gips Tipe III dengan Pemakaian

Slurry Water dan Air Bersih ... 44 5.2.2 Perubahan Dimensi Gips Tipe III dengan Pemakaian

Slurry Water dan Air Bersih ... 46 5.2.3 Pengaruh Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih terhadap

Kekuatan Kompresi Gips Tipe III ... 47 5.2.4 Pengaruh Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih terhadap

Perubahan Dimensi Gips Tipe III ... 48 5.3 Implikasi Klinis ... 50 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 52 6.2 Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1 Jenis-jenis gips ... 11

2 Kandungan kimia air bersih ... 18

3 Kekuatan kompresi gips tipe III dengan pemakaian slurry water, air bersih, dan aquadestilata dalam Mpa ... 39

4 Perubahan dimensi gips tipe III dengan pemakaian slurry water, air bersih, dan aquadestilata dalam persentase ... 40

5 Hasil uji Anova satu arah pada kekuatan kompresi ... 41

6 Uji LSD pada kekuatan kompresi ... 42

7 Hasil uji Anova satu arah pada perubahan dimensi ... 42


(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1 Ukuran mastermold untuk mengukur kekuatan kompresi ... 23

2 Ukuran mastermold untuk mengukur perubahan dimensi ... 24

3 Ruled block dan gypsum mold ... 30

4 Mastermold pengukuran kekuatan kompresi ... 30

5 Traveling microscope ... 31

6 Torsee’s Electronic Universal Testing Machine, Japan ... 31

7 Sampel kekuatan kompresi ... 33

8 Sampel perubahan dimensi ... 34

9 Pengujian kekuatan kompresi ... 35


(15)

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik

1 Rata-rata kekuatan kompresi gips dengan pemakaian slurry water,

air bersih, dan aquadestilata ... 45 2 Rata-rata perubahan dimensi gips dengan pemakaian slurry water,


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Analisis Statistik


(17)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Prostodonsia Tahun 2014

Langgeng Surya Dewi

Pengaruh Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih terhadap Kekuatan Kompresi dan Perubahan Dimensi Gips Tipe III pada Pembuatan Model Kerja Gigitiruan

xiii + 56 halaman

Gips tipe III merupakan bahan yang sering digunakan dalam proses pembuatan model kerja yang merupakan media pembuatan gigitiruan yang digunakan oleh dokter gigi atau laboran. Air bersih merupakan air yang umumnya digunakan dalam proses manipulasi model kerja dan pemakaian aselerator sering digunakan untuk mempersingkat proses pengerasan gips seperti kalsium sulfat dihidrat yang terdapat pada slurry water. Kandungan mineral yang terdapat didalam air dan bahan aselerator dapat mempengaruhi karakterisitik gips, yaitu kekuatan kompresi dan perubahan dimensi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III pada pembuatan model kerja gigitiruan. Rancangan penelitian ini adalah eksperimental laboratoris. Sampel terbuat dari gips tipe III yang dibentuk menggunakan tabung silinder stainless steel dengan ukuran 20 mm x 40 mm untuk pengujian kekuatan kompresi sebanyak 30 sampel dan perangkat stainless steel bentuk silinder untuk pengukuran perubahan dimensi sebanyak 30 sampel. Pengujian kekuatan kompresi menggunakan alat uji tekan dan pengukuran perubahan dimensi menggunakan traveling microscope. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji statistik ANOVA satu arah untuk mengetahui pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III lalu dilanjutkan dengan uji LSD untuk mengetahui kelompok yang paling memberikan pengaruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi dengan p=0.000 (p<0.05) dan ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap perubahan dimensi dengan


(18)

p=0.000 (p<0.05). Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah pemakaian

aquadestilata (kelompok kontrol) menunjukkan nilai kekuatan kompresi yang paling

besar dan nilai perubahan dimensi yang paling kecil sehingga pemakaian aquadestilata lebih dianjurkan pada pembuatan model kerja dibandingkan dengan pemakaian slurry water dan air bersih jika waktu pembuatan model kerja tidak perlu dipersingkat.


(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokter gigi sering merekomendasikan pembuatan gigitiruan sebagian lepasan, gigitiruan cekat, gigitiruan penuh, atau implan untuk kasus kehilangan gigi dalam perawatan prostodonti.1,2 Tahap awal dalam perawatan prostodonti adalah pencetakan rahang yang bertujuan untuk mendapatkan replika dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut, yang berguna untuk keperluan diagnosis dan perawatan. Replika tersebut yaitu model studi yang didapat dari pengisian cetakan anatomis dan model kerja yang didapat dari pengisian cetakan fisiologis. Model studi digunakan oleh dokter gigi untuk mempelajari keadaan rongga mulut pasien dan model kerja digunakan dokter gigi atau laboran sebagai media pembuatan gigitiruan. 3,4 Salah satu bahan pembuatan model adalah gips yang merupakan mineral yang ditemukan di alam dan telah digunakan sebagai bahan pembuatan model sejak tahun 1756.4 Menurut spesifikasi ADA (American Dental Association)No. 25, terdapat lima jenis gips, yang terdiri dari tipe I – V.5,6 Berdasarkan kekuatannya, gips tipe I memiliki nilai kekuatan yang paling kecil dan gips tipe V memiliki nilai kekuatan yang paling besar. Gips tipe III merupakan gips yang sering digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja karena memiliki kekuatan yang cukup untuk konstruksi gigitiruan lepasan atau gigitiruan yang berbasis akrilik.6-8

Salah satu karakteristik dari model kerja gips tipe III adalah kekuatan kompresi yang merupakan kemampuan material untuk menahan fraktur. Berdasarkan spesifikasi ADA, gips tipe III memiliki kekuatan kompresi minimal satu jam setelah pengerasan, yaitu sebesar 20,7 Mpa (3000 psi), tetapi tidak melebihi 34,5 Mpa (5000 psi).6 Kekuatan kompresi pada gips berkaitan dengan ukuran partikel dan porositas material gips, serta jumlah air yang digunakan dalam pembuatan model kerja.4

Model kerja digunakan sebagai media dokter gigi dan laboran untuk melakukan pembuatan gigitiruan. Untuk mencapai hasil perawatan yang sukses,


(20)

selain kekuatan model, keakuratan model kerja perlu diperhatikan.3 Pembuatan model kerja yang akurat merupakan salah satu tahap laboratoris yang penting karena model kerja yang tidak akurat dapat mempengaruhi hasil akhir dari pemasangan gigitiruan. Model kerja yang akurat, dapat mengurangi masalah yang timbul ataupun menghindari kegagalan dari perawatan prostodonti, seperti timbulnya karies yang disebabkan adanya marginal leakage pada pembuatan gigitiruan cekat.9 Salah satu variabel yang sangat mempengaruhi keakuratan model kerja yaitu perubahan dimensi. Perubahan dimensi merupakan hasil dari pertumbuhan kristal yang saling menindih dan mendorong selama proses pengerasan gips.9,10

Kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips dipengaruhi oleh suhu ruangan dan suhu air, rasio W:P, waktu dan kecepatan pengadukan, serta aselerator. Aselerator merupakan bahan kimia yang dapat mempersingkat pekerjaan dokter gigi dan laboran dalam pembuatan model kerja, dengan cara mempersingkat initial setting time dan final setting time hingga 50%.4 Menurut Brukl dkk (1984), slurry water merupakan aselerator yang umum digunakan oleh dokter gigi dan laboran saat setting time harus dipersingkat.11 Slurry water adalah air yang mengandung kalsium sulfat yang berperan menyediakan tempat untuk pembentukan kristal dihidrat yang baru.3,4,11 Menurut Bradley dkk (1982), konsentrasi slurry water sebesar 2% dapat mempersingkat initial setting time menjadi 2 menit dan final setting time menjadi 4 menit.12

Air memiliki peran yang penting pada tahap pembuatan model kerja. Umumnya, dokter gigi dan laboran menggunakan air bersih sebagai campuran gips dalam pembuatan model kerja.13 Penelitian yang dilakukan oleh Brukl dkk (1984) pada gips tipe III, menunjukkan bahwa kelompok gips dengan pemakaian air bersih memiliki nilai perubahan dimensi yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok gips dengan pemakaian slurry water.11

Pada penelitian ini, peneliti membandingkan pemakaian slurry water dan air bersih sebagai air yang dicampur dengan gips tipe III untuk pembuatan model kerja.

Slurry water merupakan salah satu aselerator yang diperoleh dengan cara merendam


(21)

bersih merupakan air yang umumnya digunakan oleh dokter gigi dan laboran untuk pembuatan model kerja dan memiliki kandungan mineral, seperti kalsium karbonat yang dapat mempengaruhi kekuatan kompresi dan perubahan dimensi dari gips, sehingga pada penelitian ini aquadestilata digunakan sebagai kontrol karena aquadestilata merupakan air hasil penyulingan yang tidak memiliki kandungan mineral.13,16

1.2 Permasalahan

Gigitiruan yang baik merupakan gigitiruan yang dapat beradaptasi pada rongga mulut pasien. Keberhasilan pembuatan gigitiruan dapat diperoleh dengan memperhatikan setiap prosedur pembuatannya, salah satunya yaitu pembuatan model kerja yang dihasilkan dari tahap pencetakan fisiologis. Model kerja harus memiliki kekuatan dan keakuratan yang tinggi. Dokter gigi dan laboran, umumnya menggunakan aselerator untuk mempersingkat waktu pembuatan model kerja dan hal tersebut dapat mempengaruhi kekuatan dan perubahan dimensi gips.

Slurry water merupakan aselerator karena memiliki kandungan kalsium sulfat

yang berperan sebagai katalis yang menyebabkan kalsium sulfat dihidrat menjadi lebih tipis dan lebih pendek dari normalnya sehingga menginduksi setting time menjadi lebih singkat.13 Penelitian Abdullah (2006) mengenai perendaman gips dengan slurry water menunjukkan bahwa gips tersebut memiliki nilai perubahan dimensi yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok lain.15 Penelitian yang dilakukan Kumar dkk (2011) menunjukkan peningkatan perubahan dimensi yang siginifikan pada gips tipe III yang direndam dengan 0.525% sodium hipoklorit dan 2% glutaraldehid dibandingkan dengan kelompok kontrol yang direndam dengan slurry water.14 Kedua penelitian menunjukkan bahwa perendaman gips dengan slurry water memberikan nilai perubahan dimensi yang paling kecil dibandingkan dengan kelompok lain. Penelitian yang dilakukan oleh Brukl dkk (1984), menunjukkan bahwa sampel gips dengan campuran air bersih memiliki nilai perubahan dimensi yang lebih kecil dibandingkan dengan sampel gips yang dicampur dengan slurry water.11


(22)

Penelitian yang dilakukan oleh Muusa L dkk (2010), menunjukkan bahwa gips dengan campuran aquadestilata memiliki nilai kekuatan kompresi yang paling besar dibandingkan dengan kelompok lain, yaitu gips dengan campuran beberapa jenis air bersih.17 Kekerasan permukaan gips akan berkurang jika terdapat kandungan mineral dalam air sebagai campuran gips dan hal tersebut berkaitan dengan kekuatan gips yang akan menyebabkan kekuatan gips menurun.13 Sabooni dkk (2007) menganjurkan pemakaian aquadestilata dalam pembuatan model kerja, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pemakaian aquadestilata memiliki nilai kekerasan model yang paling besar dibandingkan dengan pemakaian air bersih dan slurry

water.13 Namun, Kumar dkk (2011), menunjukkan bahwa gips yang direndam dengan

slurry water memiliki nilai kekerasan paling besar dibandingkan dengan kelompok lain.14

Terdapat beberapa perbedaan metode yang sebelumnya telah dilakukan untuk meningkatkan kekuatan kompresi dan mendapatkan keakuratan yang tepat dalam pembuatan model kerja. Dari uraian di atas, maka diperoleh permasalahan apakah ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III pada pembuatan model kerja gigitiruan.

1.3 Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Berapa kekuatan kompresi gips tipe III dengan pemakaian slurry water dan air bersih?

2. Berapa perubahan dimensi gips tipe III dengan pemakaian slurry water dan air bersih?

3. Apakah ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi gips tipe III?

4. Apakah ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap perubahan dimensi gips tipe III?


(23)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kekuatan kompresi gips tipe III dengan pemakaian slurry water dan air bersih.

2. Untuk mengetahui perubahan dimensi gips tipe III dengan pemakaian slurry water dan air bersih.

3. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi gips tipe III.

4. Untuk mengetahui pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap perubahan dimensi gips tipe III.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dokter gigi dan bahan pertimbangan dalam pemakaian slurry water dan air bersih sebagai campuran gips tipe III.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dokter gigi dan bahan pertimbangan dalam pemakaian slurry water sebagai aselerator untuk mempersingkat waktu pembuatan model kerja.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi laboran dalam tahap konstruksi gigitiruan.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam menghasilkan model kerja yang kuat dan akurat sehingga menghasilkan gigitiruan yang dapat beradaptasi dengan baik.


(24)

1.5.2 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat bagi akademisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun menjadi bahan ajar yang berguna bagi Departemen Prostodonsia.

2. Manfaat bagi peneliti/peneliti lain

Penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menulis, memberikan informasi dan data untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembuatan Model

Salah satu tahap dalam pembuatan gigitiruan yaitu pembuatan model gigitiruan yang terbagi menjadi model studi dan model kerja. Pencetakan anatomis dilakukan untuk mendapatkan model yang sesuai dengan bentuk dan ukuran jaringan rongga mulut dengan menggunakan bahan cetak alginate dan sendok cetak pabrikan. Hasil dari pencetakan anatomis yaitu model studi yang akan digunakan untuk pembuatan sendok cetak fisiologis.18 Model studi yang dihasilkan dari pencetakan anatomis harus sesuai dengan keadaan rongga mulut pasien karena akan digunakan untuk pembuatan sendok cetak fisiologis.18 Sendok cetak fisiologis dapat dibuat dari bahan resin akrilik swapolimerisasi, resin sinar tampak maupun resin akrilik polimerisasi panas. Sendok cetak fisiologis digunakan untuk pencetakan fisiologis karena lengkung rahang setiap pasien memiliki ukuran yang berbeda dan kurang tepat jika menggunakan sendok cetak pabrikan. Hasil pengisian dari pencetakan fisiologis yaitu model kerja, yang digunakan sebagai media untuk penentuan desain dan pembuatan gigitiruan.18

Model gigitiruan merupakan replika jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut pasien yang digunakan sebagai media untuk menentukan diagnosis, menjelaskan rencana perawatan dan proses perawatan kepada pasien, serta media pembuatan gigitiruan sehingga model gigitiruan merupakan media yang menghubungkan prosedur klinis yang dilakukan dokter gigi dan prosedur laboratoris yang dilakukan oleh dokter gigi atau laboran.4

2.1.1 Model Studi

Terdapat dua jenis model gigitiruan, yaitu model studi dan model kerja. Model studi umumnya terbuat dari dental plaster atau gips tipe II.4 Model studi


(26)

merupakan replika jaringan rongga mulut pasien yang harus mencakup beberapa hal penting, yaitu:3,4,19

a. Lokasi gigi, kontur, dan hubungan dataran oklusal b. Kontur, ukuran, dan konsistensi linggir yang tersisa.

c. Anatomi rongga mulut yang berguna untuk perluasan basis gigitiruan (vestibulum, trigonum retromolar, pterigomaxillary notch, palatum keras dan palatum lunak, dasar mulut, dan frenulum).

Kegunaan model studi yaitu:4,19

a. Memberikan gambaran keadaan jaringan keras dan lunak rongga mulut pasien dalam bentuk tiga dimensi.

b. Media untuk mempelajari hubungan oklusal dari lengkung rahang pasien. c. Media untuk mempelajari ukuran gigi, posisi gigi, bentuk gigi, dan hubungan rahang pasien.

d. Media untuk mempelajari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut pasien dari pandangan lingual saat gigi oklusi.

e. Media untuk membandingkan keadaan rongga mulut pasien sebelum dilakukan perawatan dan setelah dilakukan perawatan.

f. Media untuk menjelaskan keadaan pasien.

g. Rekam medis legal mengenai keadaan lengkung rahang pasien untuk keperluan asuransi, gugatan hukum, dan forensik.

2.1.2Model Kerja

Model kerja umumnya terbuat dari dental stone atau gips tipe III yang memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan selama prosedur laboratoris karena digunakan sebagai media pembuatan gigitiruan lepasan atau gigitiruan yang berbasis akrilik.4,8


(27)

2.2 Gips

Gips merupakan mineral yang terdapat di alam yang digunakan sebagai bahan cetak sejak tahun 1844 dan sebagai bahan model gigitiruan sejak tahun 1756.4,17 Alasan utama penggunaan gips pada bidang kedokteran gigi yaitu karena gips merupakan bahan yang mudah dimodifikasi secara kemis atau fisis untuk tujuan yang berbeda. Berdasarkan sifat kimianya, senyawa dasar gips yaitu kalsium sulfat dihidrat (CaSO42H2O), kemudian dipanaskan pada temperatur 110o-120oC (230o-250oF)

untuk mengeluarkan air dari kristalisasi sehingga menghasilkan kalsium sulfat hemihidrat (CaSO4½H2O) dalam bentuk bubuk, dan saat bubuk gips (kalsium sulfat

hemihidrat) dicampur dengan air, terjadi reaksi balik secara kimia yaitu kalsium sulfat hemihidrat berubah kembali menjadi kalsium sulfat dihidrat.4,6,10

110o-120oC

CaSO4.2H2O CaSO4.½H2O

(Kalsium sulfat dihidrat) (Kalsium sulfat hemihidrat) CaSO4.½H2O + 1½ H2O CaSO4.2H2O + panas

(Kalsium sulfat hemihidrat) (Kalsium sulfat dihidrat)

Terdapat dua metode pengapuran gips, yaitu untuk menghasilkan α

-hemihidrat dan β-hemihidrat. Pengapuran gips pada temperatur 125oC akan menghasilkan kristal yang padat, kurang berporus, dan kristal dengan bentuk

prismatik, yang disebut dengan α-kalsium sulfat hemihidrat yang digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja.3,4,6 Pengapuran gips pada temperatur 115oC akan menghasilkan hemihidrat yang berporus, relatif kecil, dan kristal yang tidak teratur,

disebut dengan β-kalsium sulfat hemihidrat yang digunakan sebagai bahan pembuatan model studi.3,4,6

Gips diproduksi menjadi beberapa jenis, yaitu plaster, stone, high-strength stone, dan bahan tanam berdasarkan sifat fisiknya. Perbedaan utama pada sifat fisik gips yaitu tergantung pada variasi ukuran, bentuk, dan porositas bubuk gips yang dihasilkan dari proses pengapuran yang berbeda.4


(28)

2.2.1 Jenis-jenis Gips

Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25 terdapat 5 jenis gips, yaitu:4,6 1. Impression Plaster (Tipe I)

Plaster cetak jarang digunakan lagi sebagai bahan cetak dalam kedokteran gigi karena telah digantikan oleh bahan yang kurang kaku seperti hidrokoloid dan elastomer.4,6

2. Model Plaster (Tipe II)

Gips tipe II umumnya digunakan sebagai bahan membuat model studi dan bahan untuk mengisi kuvet dalam pembuatan gigitiruan.4,6 Gips tipe II dihasilkan dari gips yang dipanaskan pada suhu 110oC-120oC sehingga menghasilkan senyawa

β-hemihidrat yang porus, mempunyai bentuk yang tidak teratur dan jarak antar partikel yang besar yang menyebabkan reaksi pengerasan memerlukan banyak air.6

3. Dental Stone (Tipe III)

Gips tipe III merupakan hasil dari gips yang dipanaskan pada temperatur 125oC di bawah tekanan atmosfer sehingga mengalami dehidrasi dan kandungan

airnya akan berkurang, senyawa yang dihasilkan dari proses tersebut yaitu α -hemihidrat yang terdiri dari kristal yang padat, bentuknya teratur, kurang berporus,

dan kristal dengan bentuk prismatik. Karakteristik yang dimiliki oleh α-hemihidrat menyebabkan gips ini membutuhkan jumlah air yang lebih sedikit dan memiliki kekuatan lebih besar dibandingkan dengan gips tipe II, sehingga gips tipe III sering digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja.3,4,6

Kekuatan kompresi minimal 1 jam pada gips tipe III yaitu sebesar 20,7 MPa, tetapi tidak melebihi 34,5 MPa.6 Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25, setting expansion gips tipe III setalah 2 jam pengerasan yaitu sebesar 0.00% - 0.20% dan besar rasio W:P yaitu sebesar 28 ml – 30 ml air : 100 gram gips.4,6

4. Dental Stone, High Strength (Tipe IV)

Gips tipe IV terdiri dari partikel α-hemihidrat jenis ‘Densite’ yang berbentuk kuboidal serta daerah permukaan yang lebih kecil dibandingkan gips tipe III. Gips tipe IV digunakan sebagai bahan pembuatan die stones karena gips ini memiliki


(29)

kekuatan dan kekerasan yang cukup untuk tahan terhadap daya abrasi saat penggunaan instrumen yang tajam, serta memiliki setting expansion yang minimal.4,6

5. Dental Stone, High Strength, High Expansion (Tipe V)

Kekuatan kompresi yang dimiliki gips tipe V lebih besar dibandingkan kekuatan kompresi gips tipe IV karena penurunan rasio W:P pada gips tipe V. Setting expansion pada gips tipe V juga ditingkatkan karena logam campur yang baru, seperti basis logam, memiliki pengerutan pengecoran yang lebih besar dibandingkan logam campur mulia konvensional sehingga dibutuhkan ekspansi yang lebih besar pada stone yang digunakan untuk die untuk mengimbangi pengerutan pemadatan logam campur.4,6

Tabel 1. JENIS-JENIS GIPS5,6 Jenis gips Rasio W:P Setting

time (min)

2-Hr setting expansion (%)

1-Hr compressive strength Min Max (MPa) (psi) I. Plaster,

impression

0.40 – 0.75 4±1 0.00 0.15 4.0 580

II. Plaster, model 0.45 – 0.50 12±4 0.00 0.30 3.0 1300

III. Dental stone 0.28 – 0.30 12±4 0.00 0.20 20.7 3000 IV. Dental stone,

high strengths

0.22 – 0.24 12±4 0.00 0.10 34.5 5000 V. Dental stone,

high strength, high expansion

0.18 – 0.22 12±4 0.10 0.30 48.3 7000

2.2.2 Karakteristik Gips

Karakteristik gips meliputi: a. Setting time

Waktu pengerasan gips dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu initial setting time dan final setting time. Initial setting time merupakan interval antara waktu pencampuran gips dan waktu ketika adonan tidak dapat lagi dituangkan ke dalam master mold sehingga initial setting time identik dengan waktu kerja dari gips. Secara klinis, initial setting time dapat diamati saat adonan sudah kehilangan kilapnya, hal ini terjadi karena reaksi kimia dari hemihidrat yang bergabung dengan air


(30)

menyebabkan partikel hemihidrat menarik permukaan air. Initial setting time berkisar diantara 8 – 16 menit dari waktu pencampuran air dan bubuk gips sesuai dengan spesifikasi ADA No. 25. Final setting time dapat didefinisikan sebagai waktu konversi hemihidrat menjadi dihidrat secara sempurna atau secara klinis produk gips dapat dikeluarkan dari master mold dan dapat dimanipulasi tanpa terjadi distorsi atau fraktur.3,4

b. Kekuatan kompresi

Kekuatan gips umumnya dinyatakan dengan istilah kekuatan kompresi, yang diartikan sebagai kemampuan gips untuk menahan fraktur.6 Kekuatan gips dipengaruhi oleh bentuk kristal, porositas kristal, dan rasio W:P.4 Peningkatan porositas pada partikel mengakibatkan penggunaan air menjadi lebih banyak untuk mengubah hemihidrat menjadi dihidrat sehingga produk gips yang dihasilkan akan semakin lemah kekuatannya.4,6

c. Perubahan dimensi

Perubahan dimensi pada gips merupakan hasil dari setting expansion, yang disebabkan oleh hasil dari pertumbuhan kristal gips yang saling menimpa dan saling mendorong keluar.9,10

d. Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi

Kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi gips dapat mempengaruhi keakuratan model yang digunakan untuk mempelajari oklusi pasien dan pembuatan gigitiruan.3 Kedua karakteristik tersebut berkaitan dengan kekuatan kompresi, jika kekuatan kompresi meningkat, kekerasan permukaan dan ketahanan terhadap abrasi juga akan meningkat.3

e. Detail reproduksi

Gips harus mampu memproduksi detail bahan cetak yang baik agar dapat menghasilkan model kerja yang akurat. Berdasarkan spesifikasi ADA No. 25, gips tipe I dan II dapat menghasilkan celah dengan lebar 75µm dan gips tipe III, IV dan V dapat menghasilkan celah dengan lebar 50 µm.20


(31)

2.3 Kekuatan Kompresi

Kekuatan gips umumnya dinyatakan dalam istilah kekuatan kompresi yang diukur dengan cara menekan sampel dengan alat uji tekan hingga pecah. Terdapat dua macam kekuatan gips berdasarkan teori pengerasan, yaitu kekuatan basah dan kekuatan kering.6 Kekuatan basah merupakan kekuatan yang diperoleh bila masih terdapat kelebihan air selama proses pengerasan gips. Kekuatan kering merupakan kekuatan yang diperoleh setelah gips dikeringkan selama 24 jam. Hasan RH dan Mohammad KA (2005) menyatakan bahwa proses pengeringan untuk mencapai kekuatan kering yaitu selama tujuh hari, namun tidak ada perbedaan kekuatan kompresi setelah pengeringan selama 24 jam dan tujuh hari.7

Pengujian sampel menggunakan alat uji tekan. Pengujian dilakukan dengan menekan sampel hingga pecah, kemudian besar beban dicatat dari alat uji tekan dalam satuan kilogram force (kgf). Hasil pengujian kekuatan dihitung dan dicatat dalam satuan Mega Pascal (Mpa).

2.4 Perubahan Dimensi

Dimensi adalah parameter atau pengukuran yang dibutuhkan untuk mendefinisikan sifat-sifat suatu objek, yaitu ukuran seperti panjang, lebar, dan tinggi, serta bentuk. Perubahan dimensi dapat diukur secara volumetrik dan linear yang biasanya dinyatakan dalam persentase panjang atau volume akhir dibandingkan dengan panjang atau volume-volume dari suatu objek. Perubahan dimensi linear lebih mudah dan sederhana untuk diukur dibandingkan dengan perubahan dimensi volumetrik.3

Perubahan dimensi gips merupakan perubahan ukuran pada gips selama proses pengerasan.3 Kristal gips yang terbentuk selama proses pengerasan yaitu berbentuk sperulitik, kristal ini saling menimpa satu sama lain dan mencoba untuk mendorong kristal yang lain agar terpisah sehingga terjadi ekspansi selama proses pengerasan sehingga menyebabkan perubahan dimensi pada gips.10

Pengukuran perubahan dimensi menggunakan traveling microscope. Setiap sampel dilakukan tiga pengukuran, yaitu pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis


(32)

A, pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis B, dan pengukuran panjang garis cd

-c’d’ pada garis C. Hasil pengukuran dijumlahkan kemudian didapatkan rata-ratanya. Hasil rata-rata dari setiap sampel dimasukkan ke dalam rumus, yaitu:3

l1– l0 x 100 = %

l0

dimana:

l1 = rata-rata panjang garis pada setiap sampel (mm)

l0 = panjang garis pada stainless steel die (mm)

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Kompresi dan Perubahan

Dimensi Gips

2.5.1 Suhu Ruangan dan Suhu Air

Perubahan suhu ruangan dan suhu air dapat memberikan pengaruh pada gips selama proses pengerasan. Peningkatan suhu ruangan dan suhu air dapat menyebabkan pergerakan ion kalsium dan ion sulfat meningkat sehingga setting time menjadi lebih singkat. Peningkatan suhu ruangan yang berawal 20oC menjadi 37oC dapat meningkatkan kecepatan reaksi pengerasan sehingga setting time menjadi lebih singkat dan setting expansion menjadi lebih besar, tetapi suhu yang meningkat diatas 37oC dapat menurunkan kecepatan reaksi pengerasan dan setting time menjadi lebih lama, serta setting expansion menjadi lebih kecil. Peningkatan suhu air (tidak melebihi 37.5oC) yang digunakan sebagai campuran gips dapat mempersingkat setting time, tetapi jika suhu air diatas 37.5oC dapat memberikan efek retarder pada pengerasan gips. Tetapi secara umum peningkatan dan penurunan suhu ruangan dan suhu air yang digunakan tidak memberikan pengaruh yang bermakna pada kekuatan gips.3,4,6,20

2.5.2 Rasio W:P

Rasio W:P merupakan faktor penting dalam mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia dari produk akhir gips, misalnya semakin besar rasio W:P maka semakin


(33)

lama waktu pengerasan dan semakin lemah produk gips karena semakin banyak air yang digunakan sebagai campuran adonan gips maka dapat menimbulkan porus atau lubang yang lebih besar sehingga kekuatan gips akan menurun, serta setting expansion menjadi lebih kecil karena semakin meningkat rasio W:P maka semakin sedikit nukleus kristalisasi per unit volume yang ada dan karena dapat dianggap bahwa ruangan antar-nukleus lebih besar pada keadaan tersebut, maka pertumbuhan interaksi kristal-kristal dihidrat akan semakin sedikit, demikian juga dorongan keluar.4,6 Sebaliknya, penurunan rasio W:P dapat menyebabkan peningkatan kekuatan kompresi dan setting expansion menjadi lebih besar karena kandungan air menjadi lebih sedikit sehingga jarak antar kristal menjadi lebih dekat, dan hal tersebut menyebabkan dorongan antar kristal menjadi lebih desar.4-6 Oleh karena itu rasio air dan bubuk perlu diperhatikan sesuai dengan aturan pabrik, contohnya rasio W:P untuk gips tipe III yaitu 28 ml air – 30 ml air : 100 gram gips.6

2.5.3 Waktu dan Kecepatan Pengadukan

Metode pengadukan yang tepat adalah dengan menambahkan air yang sudah diukur terlebih dahulu kemudian diikuti dengan penambahan bubuk yang telah ditimbang secara bertahap. Adonan gips diaduk selama kurang lebih 15 detik dengan kecepatan pengadukan 120 rpm menggunakan spatula dan diikuti dengan pengadukan mekanik selama 20-30 detik dengan kecepatan 450 rpm menggunakan mixer.5,6,21 Pengadukan adonan gips yang tidak adekuat sering dilakukan oleh dokter gigi dan laboran karena takut adonan akan mengeras sebelum dituang ke dalam cetakan alginate atau bahan elastomer sehingga memberi pengaruh pada kekuatan gips.4 Bila pengadukan adonan gips hanya menggunakan spatula, sebaiknya dilanjutkan dengan menggunakan vibrator untuk mencegah terbentuknya porus-porus yang dapat mengakibatkan produk gips menjadi lemah dan tidak akurat.

Peningkatan waktu dan kecepatan pengadukan akan mengakibatkan waktu pengerasan menjadi lebih singkat, peningkatan kekuatan kompresi, dan setting expansion menjadi lebih besar.4 Namun bila waktu pengadukan melebihi 1 menit akan menyebabkan pecahnya kristal-kristal gips yang telah terbentuk sehingga lebih


(34)

sedikit jalinan kristal yang terbentuk pada hasil akhir dan kekuatan kompresi gips akan menurun.6

2.5.4 Aselerator

Aselerator merupakan bahan kimia yang dapat mempercepat reaksi pengerasan. Penambahan aselerator membuat dihidrat kurang larut dibandingkan hemihidrat yang menyebabkan reaksi pengerasan bergerak menuju dihidrat sehingga reaksi pengerasan menjadi lebih cepat.3 Beberapa contoh aselerator yaitu natrium klorit 2%, natrium sulfat 3,4%, kalium sulfat dengan konsentrasi di atas 2%, dan kalsium sulfat yang diperoleh dari pemakaian slurry water (air yang mengandung partikel kalsium sulfat).3,4,6 Penambahan bahan aselerator dapat mengurangi kekuatan dari gips karena senyawa tersebut dapat mempengaruhi kemurnian serta mengurangi kohesi antar-kristal dan secara umum dapat mengurangi ekspansi selama proses pengerasan.6

2.6 Slurry Water

Slurry water merupakan salah satu aselerator yang memiliki kandungan kalsium sulfat dihidrat yang diperoleh dengan cara melarutkan potongan gips dengan aquadestilata.3,4,13 CaSO4.2H2O (kalsium sulfat dihidrat) yang dilarutkan dengan

aquadestilata akan menguraikan ion Ca2+ dan ion (SO4)2-, serta pelepasan molekul air dengan reaksi kimia sebagai berikut:22

CaSO4.2H2O → Ca2+ + (SO4)2– + 2H2O

Menurut Bradley dkk (1982), konsentrasi slurry water yang digunakan sebagai aselerator gips yaitu sebesar 2% untuk mempersingkat initial setting time menjadi 2 menit 15 detik ± 15 detik dan final setting time menjadi 4 menit 15 detik ± 15 detik.12 Kalsium sulfat yang diperoleh dari hasil uraian kalsium sulfat dihidrat jika ditambahkan pada gips berperan sebagai katalis yang menyebabkan partikel kalsium sulfat dihidrat terbentuk lebih cepat, lebih tipis, lebih pendek sehingga dapat


(35)

mempersingkat setting time dan pembuatan model kerja menjadi lebih cepat.4,13 Kalsium sulfat yang terkandung di dalam slurry water dapat menyebabkan peningkatan nukleus kristalisasi (kalsium sulfat dihidrat) sehingga terjadi peningkatan ikatan kristal dengan air yang menyebabkan penurunan kadar air dan terjadi peningkatan kekuatan kompresi.3,23 Selain itu, kalsium sulfat berperan sebagai katalis inti kristalisasi yang menyebabkan kristal dihidrat menjadi lebih tipis dan pendek sehingga ruang antar kristal menjadi lebih besar, maka pertumbuhan interaksi antar kristal menjadi berkurang, demikian juga dorongan antar kristal, hal ini menyebabkan penurunan ekspansi selama proses pengerasan.6,13

2.7 Air Bersih

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia, sehingga jika kebutuhan air tersebut baik dalam segi kuantitas maupun kualitas belum tercukupi, dapat memberikan dampak yang besar terhadap kesehatan maupun sosial. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 416, air bersih merupakan yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.16

2.7.1 Syarat

Syarat kesehatan air bersih meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif, dan fisik.16

a. Bakteriologis

Kadar maksimum mikrobiologik pada air bersih yaitu sebesar 10 per 100 ml. b. Kimia

Air minum mengandung bahan-bahan kimia yang sudah ditentukan, seperti kimia organik, detergen, dan pestisida.

c. Radioaktifitas

Air bersih mengandung bahan radioaktif, yaitu gross alpha activity (0,1 bq/liter) dan gross beta activity (1 bq/liter).


(36)

d. Fisik

Syarat fisik air bersih yaitu tidak berbau, tidak berasa, kadar warna yaitu 50 dengan skala TCU, temperatur sebesar ± 3oC, kadar maksimum kekeruhan yaitu 25 NTU, dan kadar maksimum jumlah zat padat terlarut yaitu sebesar 1500 mg/L.

2.7.2 Kandungan Kimia

Tabel 2. KANDUNGAN KIMIA AIR BERSIH16

Parameter Satuan Kadar maksimum yang

diperbolehkan

Air raksa mg/liter 0,001

Besi mg/liter 1,0

Fluorida mg/liter 1,5

Kadnium mg/liter 0,005

Kalsium karbonat (CaCO3) mg/liter 500

Klorida mg/liter 600

Kromium, valensi 6 mg/liter 0,05

Mangan mg/liter 0,5

Nitrat, sebagai N mg/liter 10

Nitrit, sebagai N mg/liter 1,0

Ph - 6,5-9,0

Selenium mg/liter 0,01

Seng mg/liter 15

Sianida mg/liter 0,1

Sulfat mg/liter 400


(37)

2.7.2.1Kalsium Karbonat (CaCO3)

Kalsium dalam air mempunyai kemungkinan bersenyawa dengan bikarbonat, sulfat, khlorida, dan nitrat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990, nilai ambang batas kalsium karbonat (CaCO3) pada air

bersih yaitu maksimal sebesar 500 mg/liter.16

Kalsium karbonat yang terkandung di dalam air bersih memiliki sifat kelarutan yang tinggi di dalam air yang artinya kalsium karbonat membuat air mudah terdispensasi diantara kristal gips (untuk menyediakan tempat nukleasi bagi dihidrat yang baru dibentuk) sehingga menurunkan kadar air pada adonan gips dan meningkatkan kekuatan kompresi gips.23 Kalsium karbonat juga berperan sebagai katalis inti kristalisasi yang menyebabkan kristal dihidrat menjadi lebih tipis dan pendek sehingga ruang antar kristal menjadi lebih besar, maka pertumbuhan interaksi antar kristal menjadi berkurang, demikian juga dorongan antar kristal, hal ini menyebabkan penurunan ekspansi selama proses pengerasan.6,13

2.7.3 Peran Air dalam Prosedur Pembuatan Model

Air merupakan bahan yang sering digunakan dalam prosedur pembuatan model, seperti pada tahap pembuatan model studi, pembuatan model kerja, dan proses trimming. Pemilihan pemakaian air harus diperhatikan karena dapat mempengaruhi kualitas akhir model kerja dan dokter gigi atau laboran umumnya menggunakan air bersih sebagai campuran gips pada tahap pembuatan model kerja.13 Berdasarkan penelitian Sabooni dkk, pemakaian air bersih tidak dianjurkan sebagai campuran gips pada pembuatan model kerja karena dapat mempengaruhi kualitas akhir dari model kerja.11 Sabooni dkk menganjurkan pemakaian aquadestilata sebagai campuran gips untuk meningkatkan kekerasan permukaan model kerja.13


(38)

2.8 Landasan Teori

Pembuatan Model

Model Studi

Bahan

Gips Air

Gips Tipe IV

Sifat-sifat

Sifat Kemis

Karakteristik

Sifat Fisis Setting Time

Kekuatan Kompresi

Perubahan Dimensi

Faktor Yang Mempengaruhi

Suhu Ruangan dan Suhu Air

Rasio W:P Waktu dan Kecepatan Pengadukan

Aselerator

Natrium Klorit 2% Kalium Sulfat Natrium Sulfat Kalsium Sulfat Slurry Water

Sulfat Kalsium Karbonat

(CaCO3) Air Bersih

Syarat Kandungan Peran

Uji Kompresi Uji Perubahan Dimensi Model Kerja

Gips Tipe I Gips Tipe II Gips Tipe III Gips Tipe V

Detail reproduksi Kekerasan permukaan dan


(39)

2.9 Kerangka Konsep

Kalsium sulfat

Air bersih

Kalsium karbonat Slurry water

Taqa AA et al, Al-Rafidain Dent J 2012:

Peningkatan nukleus kristalisasi (kalsium sulfat

dihidrat)

Sabooni MR et al, J. Med Sci 2007: Sebagai katalis inti

kristalisasi

Taqa AA et al, Al-Rafidain Dent J 2012:

Air lebih mudah dikeluarkan dari ikatan antar partikel gips

Peningkatan ikatan kristal (kalsium sulfat

dihidrat) dengan air

Peningkatan kekuatan kompresi

gips

Penurunan kadar air

Kristal dihidrat menjadi lebih tipis dan pendek

Text book Anusavice KJ 2007: Ruang antar kristal

menjadi lebih besar

Interaksi antar kristal menjadi berkurang Dorongan antar kristal berkurang Ekspansi tidak terlalu besar Peningkatan kekuatan kompresi gips

Penurunan kadar air Menyediakan tempat untuk nukleasi dihidrat


(40)

2.10 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan di atas maka dapat dapat disusun hipotesis penelitian bahwa:

1. Ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi gips tipe III.

2. Ada pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap perubahan dimensi gips tipe III.


(41)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratoris.

3.2 Sampel dan Besar Sampel Penelitian

3.2.1 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah campuran gips tipe III yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. Gips tipe III dengan slurry water (kelompok A). 2. Gips tipe III dengan air bersih (kelompok B).

3. Gips tipe III dengan aquadestilata sebagai kontrol (kelompok C).

Setiap sampel dibentuk menggunakan mastermold, yaitu:

1. Master mold untuk pengujian kekuatan kompresi merupakan tabung

silinder stainless steel dengan ukuran diameter 20 mm x tinggi 40 mm. (Spesifikasi ADA No. 25).5,15

Gambar 1. Ukuran mastermold untuk mengukur kekuatan kompresi

20


(42)

( t - 1 )( r –1 ) ≥ 15

2. Master mold untuk pengujian perubahan dimensi merupakan perangkat stainless steel berbentuk silinder, terdiri dari ruled block dan gypsum mold. (Spesifikasi ADA No. 19).15,24

Gambar 2. Ukuran master mold untuk mengukur perubahan dimensi

3.2.2 Besar Sampel Penelitian

Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi berdasarkan rumus sebagai berikut:

Ruled block Gypsum mold

25 38

2.5

5.0 30.0

29.970 41.0

3.0

3.0 38.0 3 31.0

20.0

Keterangan gambar: - Seluruh dimensi dalam satuan millimeter

- Kedalaman garis A,B, dan C:

Garis A = 50 μm

Garis B = 20 μm Garis C = 75 μm ABC


(43)

Keterangan:

t : Jumlah perlakuan r : Jumlah ulangan

Dalam penelitian ini akan digunakan t = 3 karena jumlah perlakuan sebanyak tiga perlakuan yaitu gips tipe III dengan pemakaian slurry water, air bersih, dan aquadestilata (kontrol). Jumlah (r) tiap kelompok sampel dapat ditentukan sebagai berikut:

( t – 1 )( r – 1 ) ≥ 15 ( 3 – 1 )( r – 1 ) ≥ 15 2( r – 1 ) ≥ 15 r –1 ≥ 7,5 r ≥ 8,5

Jumlah sampel minimal untuk masing-masing kelompok adalah 10 maka total sampel yang digunakan adalah 60 sampel dengan rincian sebagai berikut:

Perlakuan

Pengujian

Slurry water

Air bersih Aquadestilata

(kontrol)

TOTAL

Kekuatan kompresi

10 10 10 30

Perubahan dimensi

10 10 10 30

TOTAL 20 20 20 n = 60

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel yang diteliti terdiri atas:

1. Variabel bebas : gips tipe III yang dicampur dengan slurry water (kelompok A) dan gips tipe III yang dicampur dengan air bersih(kelompok B).


(44)

2. Variabel terikat : kekuatan kompresi gips tipe III dan perubahan dimensi gips tipe III.

3. Variabel terkendali : jenis gips, rasio W:P gips tipe III, konsentrasi slurry water, waktu pengadukan, kecepatan pengadukan, ukuran sampel, teknik pengujian kekuatan kompresi, dan teknik pengukuran perubahan dimensi.

4. Variabel tidak terkendali : suhu ruangan dan kelembaban relatif

Definisi operasional pada penelitian ini terdiri atas:

Variabel Bebas Definisi Operasional Skala

Ukur

Alat Ukur

Gips tipe III yang dicampur dengan slurry

water (kelompok A)

Campuran gips tipe III (Moldano®) dengan slurry water yang diaduk menggunakan spatula. Slurry water adalah air yang mengandung kalsium sulfat yang diperoleh dengan cara merendam potongan-potongan gips tipe III selama 48 jam dengan aquadestilata.14,15

- -

Gips tipe III yang dicampur dengan air bersih (kelompok B)

Campuran gips tipe III (Moldano®) dengan air bersih yang diaduk menggunakan spatula. Air bersih merupakan air keran di Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU dan memiliki kandungan kalsium karbonat.


(45)

Variabel Terikat Definisi Operasional Skala Ukur

Alat Ukur

Kekuatan kompresi Kekuatan yang diukur dengan cara menekan sampel hingga pecah dengan alat uji tekan.

Kekuatan kompresi

dikalkulasikan dari kegagalan sampel menahan beban yang dibagi dengan cross-sectional

area beban dan hasilnya

dinyatakan dalam satuan

megapascals (Mpa).

Skala ratio

Alat uji tekan

Perubahan dimensi Perubahan ukuran secara linier yang terjadi selama pengerasan gips.

Skala ratio

Traveling microscope

Variabel Terkendali Definisi Operasional Skala

Ukur

Alat Ukur

Jenis gips Gips tipe III dengan merk Moldano®.

- -

Rasio W:P gips tipe III Perbandingan jumlah air kelompok A, B, dan C dengan gips tipe III, yaitu 30 ml air : 100 gram gips pada temperatur 23.0 ± 2.0oC.5,6

- Timbangan digital dan


(46)

Konsentrasi slurry water Konsentrasi slurry water 2% dengan perbandingan potongan gips tipe III dan air, yaitu 2 gram potongan gips : 100 ml air.12

- Timbangan digital dan

wadah

Waktu pengadukan Waktu yang dibutuhkan untuk mengaduk gips hingga homogen yaitu 60 detik dengan menggunakan spatula.5,21

- Stopwatch

Kecepatan pengadukan Kecepatan untuk mengaduk gips tipe III yaitu berkisar 120 rpm dengan menggunakan spatula.5,21

- -

Ukuran sampel pengujian kekuatan kompresi

Ukuran model gips tipe III yang dibentuk sesuai dengan master mold spesifikasi ADA No. 25 dengan ukuran diameter 20 mm x tinggi 40 mm.5

- -

Ukuran sampel pengujian perubahan dimensi

Ukuran model gips tipe III yang dibentuk sesuai dengan master mold spesifikasi ADA No. 19.15,24

- -

Teknik pengujian kekuatan kompresi

Pengujian sampel

menggunakan alat uji tekan (Torsee’s Electronic Universal

Testing Machine, Japan)

dengan cara menekan sampel hingga sampel pecah.


(47)

Teknik pengukuran perubahan dimensi

Pengukuran panjang garis

cd-c’d’ pada garis A, B, dan C

pada setiap sampel dengan menggunakan traveling

microscope, kemudian

didapatkan nilai rata-ratanya.

- -

Variabel Tidak Terkendali

Definisi Operasional Skala

Ukur

Alat Ukur

Suhu ruangan dan kelembaban relatif

Suhu ruangan dan kelembaban relatif laboratorium tempat pembuatan dan pengujian sampel.

- -

3.4 Tempat dan Waktu Penelitian

3.4.1 Tempat Pembuatan Sampel

1. Unit UJI Laboratorium Dental FKG USU

3.4.2 Tempat Pengujian Sampel

1. Laboratorium Penelitian FMIPA USU 2. Laboratorium Material PTKI Medan

3.4.3 Waktu Penelitian


(48)

3.5 Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1 Alat Penelitian

1. Ruled block

2. Gypsum mold

Gambar 3. Ruled block dan gypsum mold

3. Silinder stainless steel dengan ukuran diameter 20 mm x tinggi 40 mm sebagai mold cetakan sampel kekuatan kompresi.

Gambar 4. MasterMold pengukuran kekuatan kompresi 4. Rubber bowl dan spatula

5. Glass slab

6. Lecron mass (Smic,China)


(49)

Gambar 5. Traveling microscope

8. Thermometer 9. Stopwatch

10. Timbangan digital (Sartorius)

11. Gelas ukur (Pyrex®, Amerika Serikat) 12. Vibrator (Fili Manfredi Pulsar-2, Italy)

13. Alat uji tekan (Torsee’s Electronic Universal Testing Machine, Japan)

Gambar 6. Torsee’s ElectronicUniversal Testing Machine, Japan


(50)

3.5.2 Bahan Penelitian

1. Gips tipe III (Moldano®) 2. Air bersih / air keran 3. Slurry water

4. Vaselin

5. Aquadestilata (Kimia Farma, Indonesia)

3.6 Cara Penelitian

3.6.1 Pembuatan Slurry Water 2%

a. Campur 100 gram gips tipe III dengan 44 ml air, diamkan selama 2 hari.12 b. Gips yang telah mengering, dihancurkan hingga terbentuk potongan-potongan.

c. Jumlah potongan-potongan gips tipe III yang digunakan yaitu sebanyak 2 gram untuk direndam dengan 100 ml aquadestilata di dalam wadah yang bersih selama 48 jam.12,14,15

d. Larutan yang dihasilkan, disimpan pada temperatur 20oC±2oC.12

3.6.2 Pembuatan Sampel Kelompok A, B, dan C Untuk Mengukur

Kekuatan Kompresi

a. Olesi master mold dengan vaselin.

b. Masukkan slurry water yang telah diukur ke dalam wadah, kemudian tambahkan bubuk gips tipe III yang telah ditimbang ke dalam wadah secara perlahan-lahan dan aduk selama 60 detik dengan menggunakan spatula (waktu diukur dengan menggunakan stopwatch) hingga homogen.5,21

c. Tuang adonan ke dalam silinder stainless steel dengan ukuran diameter 20 mm x tinggi 40 mm yang beralaskan glass slab dengan bantuan spatula sambil digetarkan dengan vibrator selama beberapa detik.5

d. Adonan yang berlebih diratakan dengan glass slab yang diletakkan diatas master mold dan ditekan kuat hingga menyentuh permukaan atas master mold.5


(51)

e. Keluarkan gips dari master mold setelah 1,5 jam dari waktu awal pengadukan dan biarkan sampel gips mengeras sepenuhnya selama 24 jam setelah pengadukan sebelum dilakukan pengujian sampel.5

f. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok B (dengan campuran air bersih) dan kelompok C (dengan campuran aquadestilata) sama dengan prosedur pembuatan sampel untuk kelompok A.

Gambar 7. Sampel kekuatan kompresi

3.6.3 Pembuatan Sampel Kelompok A, B, dan C Untuk Mengukur

Perubahan Dimensi

a. Sediakan ruled block dan gypsum mold.

b. Letakkan gypsum mold di atas ruled block dan diputar agar tidak ada celah. c. Olesi ruled block dan gypsum mold dengan vaselin.

d. Masukkan slurry water yang telah diukur ke dalam wadah, kemudian tambahkan bubuk gips tipe III yang telah ditimbang ke dalam wadah secara perlahan-lahan dan aduk selama 60 detik dengan menggunakan spatula (waktu diukur dengan menggunakan stopwatch) hingga homogen.5,21

e. Tuang adonan ke dalam ruled block dan gypsum mold dengan bantuan spatula sambil digetarkan dengan vibrator selama beberapa detik.24


(52)

g. Kelebihan adonan diratakan menggunakan glass slab. h. Keluarkan gips dari master mold setelah 1 jam pengadukan. i. Pengeringan sampel gips selama 24 jam.

j. Prosedur pembuatan sampel untuk kelompok B (dengan campuran air bersih) dan kelompok C (dengan campuran aquadestilata) sama dengan prosedur pembuatan sampel untuk kelompok A.

Gambar 8. Sampel perubahan dimensi

3.6.4 Pengujian Kekuatan Kompresi

a. Sampel dikeringkan selama 24 jam.

b. Sampel yang telah sepenuhnya mengeras diuji dengan menggunakan Torsee’s Universal Testing Machine, Japan. Sampel ditekan hingga pecah.

c. Besar beban dicatat dari alat uji tekan (Torsee’s Universal Testing Machine, Japan) dalam satuan kilogramforce (kgf). Hasil pengujian kekuatan dihitung dan dicatat dalam satuan Mega Pascal (MPa).

Adapun rumus yang dipakai untuk menghitung kekuatan kompresi (compressive strength = CS) dari penelitian adalah:25,26

CS = P x 9,807 πr2


(53)

dimana:

CS = Compressive Strength (MPa) P = beban saat sampel hancur (kgf)

Π = konstanta (3,14) r = jari-jari sampel (mm)

Gambar 9. Pengujian kekuatan kompresi

3.6.5 Pengukuran Perubahan Dimensi

a. Sampel dikeringkan selama 24 jam untuk dilakukan pengukuran perubahan dimensi.

b. Pengukuran dilakukan oleh operator menggunakan traveling microscope. c. Setiap sampel dilakukan tiga pengukuran, yaitu pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis A, pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis B, dan pengukuran panjang garis cd-c’d’ pada garis C.


(54)

A B C

cd

c’d’

Gambar 10. Garis pada sampel perubahan dimensi

d. Hasil pengukuran dijumlahkan kemudian didapatkan rata-ratanya. Hasil rata-rata dari setiap sampel dimasukkan ke dalam rumus.

Adapun rumus yang dipakai untuk menghitung perubahan dimensi pada penelitian adalah:3

l1– l0 x 100 = %

l0

dimana:

l1 = rata-rata panjang garis pada setiap sampel (mm)


(55)

3.7 Kerangka Operasional

Pembuatan master mold

Mastermold untuk mengukur

kekuatan kompresi

Mastermold untuk mengukur

perubahan dimensi

Larutan kelompok A (slurry water)

Aquadestilata (kontrol)

Larutan kelompok B (air bersih)

Pembuatan sampel penelitian (gips tipe III dicampur ke dalam larutan)

Uji perubahan dimensi

menggunakan traveling microscope Uji kekuatan kompresi

menggunakan alat uji tekan

Analisis Data


(56)

3.8 Pengolahan dan Analisa Data

Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan:

1. Analisis Univarian untuk mengetahui nilai rata-rata dan standar deviasi masing-masing kelompok.

2. Uji Levene untuk pengujian kesamaan varians

3. Uji ANOVA satu arah untuk melihat pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III.


(57)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Kekuatan Kompresi Gips Tipe III dengan Pemakaian Slurry Water

dan Air Bersih

Pengujian kekuatan kompresi dilakukan dengan cara memberi beban tekan pada sampel hingga pecah dengan menggunakan alat uji tekan Torsee’s Universal Testing Machine, yang dinyatakan dalam satuan kgf, kemudian data dikonversikan dalam satuan Mpa. Nilai kekuatan kompresi yang terkecil pada kelompok kontrol, yaitu gips tipe III dengan pemakaian aquadestilata adalah 24.31 Mpa, yang terbesar adalah 30.69 Mpa dengan rerata±SD adalah 28.65±2.12 Mpa. Nilai kekuatan kompresi yang terkecil pada gips tipe III dengan pemakaian slurry water (kelompok A) adalah 20.29 Mpa, yang terbesar adalah 25.41 Mpa dengan rerata±SD adalah 23.08±1.61 Mpa. Nilai kekuatan kompresi yang terkecil pada gips tipe III dengan pemakaian air bersih (kelompok B) adalah 22.30 Mpa, yang terbesar adalah 29.29 Mpa dengan rerata±SD adalah 25.25±2.22 Mpa.

Tabel 3. KEKUATAN KOMPRESI GIPS TIPE III DENGAN PEMAKAIAN

SLURRY WATER, AIR BERSIH, DAN AQUADESTILATA DALAM MPA

Sampel Mpa

Slurry water Air bersih Aquadestilata

I 20.29** 24.78 28.87

II 23.56 26.13 27.15

III 24.32 27.35 30.59

IV 23.97 22.41 24.31**

V 22.73 25.67 29.93

VI 22.67 29.29* 28.78

VII 20.60 22.30** 30.44

VIII 23.17 24.83 26.23

IX 24.15 26.52 30.69*

X 25.41* 23.26 29.51

X±SD 23.08±1.61 25.25±2.22 28.65±2.12


(58)

4.2Perubahan Dimensi Gips Tipe III dengan Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih

Pengukuran perubahan dimensi dilakukan dengan cara mengukur panjang garis cd-c’d’ pada garis A, B, dan C, yang kemudian diambil nilai rata-ratanya, dengan menggunakan traveling microscope. Nilai yang diperoleh pada setiap sampel dinyatakan dalam bentuk persentase. Persentase perubahan dimensi yang terkecil pada kelompok kontrol, yaitu gips tipe III dengan pemakaian aquadestilata adalah 0.000%, yang terbesar adalah 0.020% dengan rerata±SD adalah 0.008%±0.007. Persentase perubahan dimensi yang terkecil pada gips tipe III dengan pemakaian slurry water (kelompok A) adalah 0.032%, yang terbesar adalah 0.072% dengan rerata±SD adalah 0.055%±0.012. Persentase perubahan dimensi yang terkecil pada gips tipe III dengan pemakaian air bersih (kelompok B) adalah 0.012%, yag terbesar adalah 0.044% dengan rerata±SD adalah 0.028%±0.010.

Tabel 4. PERUBAHAN DIMENSI GIPS TIPE III DENGAN PEMAKAIAN

SLURRY WATER, AIR BERSIH, DAN AQUADESTILATA DALAM

PERSENTASE

Sampel %

Slurry water Air bersih Aquadestilata

I 0.072* 0.044* 0.008

II 0.060 0.040 0.020*

III 0.048 0.012 0.000**

IV 0.068 0.024 0.016

V 0.044 0.032 0.000**

VI 0.052 0.036 0.012

VII 0.068 0.028 0.004

VIII 0.056 0.020 0.016

IX 0.056 0.032 0.000**

X 0.032** 0.012** 0.004

X±SD 0.055±0.012 0.028±0.010 0.008±.007 * Nilai Terbesar ** Nilai Terkecil


(59)

4.3Pengaruh Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih terhadap Kekuatan Kompresi Gips Tipe III

Pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi gips tipe III dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Sebelum pengujian ANOVA, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 0.596 dengan nilai signifikansi p=0.558 (p>0.05). Hal ini berarti data yang diperoleh homogen. Pada tabel 5 dari hasil uji ANOVA diperoleh signifikansi p=0.000 (p<0.05) hal ini berarti terdapat pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap kekuatan kompresi gips tipe III.

Tabel 5. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH PADA KEKUATAN KOMPRESI

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 157.252 2 78.626 19.602 .000

Within Groups 108.302 27 4.011

Total 365.554 29

Uji LSD (Least Significant Different) dilakukan untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang memberikan pengaruh paling bermakna antar kelompok yang diberi perlakuan. Pada tabel 6 hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok gips dengan pemakaian slurry water dan gips dengan pemakaian air bersih p=0.023 (p<0.05), kelompok gips dengan pemakaian slurry water dan gips dengan pemakaian aquadestilata p=0.000 (p<0.05), serta kelompok gips dengan pemakain air bersih dan gips dengan pemakaian aquadestilata p=0.001 (p<0.05).


(60)

Tabel 6.UJI LSD PADA KEKUATAN KOMPRESI Slurry water X=23.08 SD=1.61 Air bersih X=25.25 SD=2.22 Aquadestilata X=29.27 SD=2.6

Kelompok A - P=0.023* P=0.000*

Kelompok B P=0.023* - P=0.001*

Kelompok C P=0.000* P=0.001* -

* Signifikan

4.4 Pengaruh Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih terhadap

Perubahan Dimensi Gips Tipe III

Pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap perubahan dimensi gips tipe III dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA satu arah. Sebelum pengujian ANOVA, dilakukan uji homogenitas data dengan menggunakan uji Levene untuk mengetahui bahwa data benar-benar homogen. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai 0.704 dengan nilai signifikansi p=0.504 (p>0.05). Hal ini berarti data yang diperoleh homogen. Pada tabel 7 dari hasil uji ANOVA diperoleh signifikansi p=0.000 (p<0.05) hal ini berarti terdapat pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih terhadap perubahan dimensi gips tipe III.

Tabel 7. HASIL UJI ANOVA SATU ARAH PADA PERUBAHAN DIMENSI

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 0.011 2 0.006 52.136 .000

Within Groups 0.003 27 0.000

Total 0.014 29

Uji LSD (Least Significant Different) dilakukan untuk mengetahui pasangan perlakuan mana yang memberikan pengaruh paling bermakna antar kelompok yang diberi perlakuan. Pada tabel 8 hasil uji LSD menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok gips dengan pemakaian slurry water dan gips dengan pemakaian air bersih p=0.000 (p<0.05), kelompok gips dengan pemakaian slurry water dan gips dengan pemakaian aquadestilata p=0.000 (p<0.05), serta kelompok


(61)

gips dengan pemakaian air bersih dan gips dengan pemakaian aquadestilata p=0.000 (p<0.05).

Tabel 8.UJI LSD PADA PERUBAHAN DIMENSI Slurry water

X= 0.055 SD= 0.012

Air bersih X= 0.028 SD= 0.010

Aquadestilata X= 0.008 SD= 0.007

Kelompok A - P=0.000* P=0.000*

Kelompok B P=0.000* - P=0.000*

Kelompok C P=0.000* P=0.000* -


(62)

BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Metodologi Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yang bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi gips tipe III yang timbul akibat adanya pemakaian slurry water dan air bersih. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyelidiki adanya pengaruh pemakaian slurry water dan air bersih pada gips tipe III terhadap kekuatan kompresi dan perubahan dimensi dengan cara memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok eksperimen, kemudian hasil dari kelompok yang diberi perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Kekuatan kompresi Gips Tipe III dengan Pemakaian Slurry Water

dan Air Bersih

Pada penelitian ini diperoleh rerata±SD pada kelompok gips tipe III dengan pemakaian slurry water adalah 23.08±1.61 MPa, kelompok gips tipe III dengan pemakaian air bersih adalah 25.25±2.22 MPa, dan kelompok gips tipe III dengan pemakaian aquadestilata adalah 28.65±2.12 MPa. Hal ini menunjukkan kekuatan kompresi gips tipe III dengan pemakaian aquadestilata lebih besar dibandingkan dengan gips tipe III dengan pemakaian air bersih dan slurry water, berarti kekuatan kompresi terbesar terdapat pada kelompok C. Hasil penelitian pada kelompok air bersih dan aquadestilata sama dengan hasil yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan oleh Muusa L dkk (2010) yaitu kekuatan kompresi gips tipe III dengan pemakaian air bersih (26.3 MPa) lebih kecil dibandingkan pemakaian aquadestilata (31.7 MPa).17


(63)

Grafik 1. Rata-rata kekuatan kompresi gips dengan pemakaian slurry water, air bersih, dan aquadestilata

Penelitian yang dilakukan oleh Abdelaziz KM dkk (2002) menunjukkan bahwa kelompok gips yang ditambahkan dengan bahan aditif memiliki kekuatan kompresi yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol (tanpa penambahan bahan aditif). Menurut Abdelaziz KM, terjadi peningkatan ukuran kristal dihidrat dan porositas pada kelompok gips yang ditambahkan dengan bahan aditif berdasarkan hasil penglihatan dari SEM photomicrographs.27 Hasil penelitian Hasan RH, dkk (2005), menunjukkan bahwa kekuatan kompresi maksimum gips diperoleh setelah pengeringan udara selama 24 jam dan pengeringan gips dengan metode pengeringan udara secara signifikan memiliki kekuatan kompresi lebih besar dibandingkan dengan metode pengeringan dengan microwave dan metode pengeringan dengan oven.7 Penelitian yang dilakukan Abdullah MA dkk (2006), menunjukkan gips yang direndam sebanyak 7 kali dengan slurry water dan 0.525% sodium hypochlorite, memiliki hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu gips yang direndam dengan slurry water.15 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Vyas R dkk (2008) menunjukkan bahwa, umumnya, kelompok gips yang ditambahkan bahan aditif yang mengandung sulfat memiliki resistensi yang lebih rendah terhadap kekuatan tekan yang diberikan dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tidak ditambahkan dengan bahan aditif.28


(64)

5.2.2 Perubahan Dimensi Gips Tipe III dengan Pemakaian Slurry Water dan Air Bersih

Pada penelitian ini diperoleh rerata±SD pada kelompok gips tipe III dengan pemakaian slurry water adalah 0.055%±0.012, kelompok gips tipe III dengan pemakaian air bersih adalah 0.028%±0.010, dan kelompok gips tipe III dengan pemakaian aquadestilata adalah 0.008%±0.007. Hal ini menunjukkan perubahan dimensi gips tipe III dengan pemakaian aquadestilata lebih kecil dibandingkan dengan gips tipe III dengan pemakaian air bersih dan slurry water, berarti perubahan dimensi paling kecil terdapat pada kelompok C. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasi penelitian yang dilakukan oleh Brukl CE dkk (1984), yang menunjukkan bahwa kelompok gips tipe III dengan campuran slurry water memiliki nilai perubahan dimensi paling besar dibandingkan dengan kelompok lain.

Grafik 2. Rata-rata perubahan dimensi gips dengan pemakaian slurry water, air bersih, dan aquadestilata

Hasil penelitian Brukl (1984) menunjukkan bahwa kelompok gips dengan pemakaian slurry water memiliki nilai perubahan dimensi sebesar 0.532%, kelompok gips dengan pemakaian air bersih memiliki nilai perubahan dimensi sebesar 0.425%, dan kelompok gips dengan pemakaian aquadestilata memiliki nilai perubahan dimensi sebesar 0.423%.11 Penelitian yang dilakukan Abdullah MA dkk (2006) menunjukkan bahwa kelompok gips yang direndam dengan slurry water memiliki


(1)

22.Anonymous. Chapter 2: Aqueous Geochemistry. http://cmsu2.ucmo.edu/public/classes/Panneer/GEOCHEMISTRY/Ch2%20mi ineral%20solubility.pdf. (28 Oktober 2013)

23.Taqa AA, Mohammed NZ, Alomari AW. The effect of different water types on the water powder ratio of dental gypsum products. Al-Rafidain Dent J 2012; 12: 142-6.

24.American National Standards Institute. Revised american dental association specification no.19 far non-aqueous, elastomeric dental impression materials. 25.Bresciani E, Barata TJE, Fagundes TC, Adachi A, Terrin MM, Navarro MFL.

Compressive and diametral tensile strength of glass ionomer cements. J Appl Oral Sci 2004; 12: 344.

26.Ramashanker, Singh RD, Chand P, Jurel SK, Tripathi S. Evaluation of adhesive and compressive strength of glass ionomer cements. J Indian Prosthodont Soc 2011; 11: 212.

27.Abdelaziz KM, Combe EC, Hodges JS. The effect of disinfectants on the properties of dental gypsum: 1. Mechanical properties. J Prosthet Dent 2002; 11(3): 161-7.

28.Vyas R, Issaid MA, Idris BA, Elgetlawi MH. Compressive strength of gypsum product with various sulfates. Cairo Dental Journal 2008; 24(2): 200-2.

29.Abass SM, Mahmood MA, Khalaf BS. Effect of microwave irradiation on disinfection, dimensional accuracy, and surface porosity of dental casts. Mustansiria Dental Journal 2011; 8(2): 179-81.

30.Michalakis KX, Stratos A, Hirayama H, Pissiotis AL, Touloumi F. Delayed setting and hygroscopic linear expansionof three gypsum products used for cast articulation. J Prosthet Dent 2009; 102: 313-8.


(2)

Lampiran 1

Analisis Statistik

No Beban tekan (kgf)

Slurry water Air bersih Aquadestilata

1 649.6 793.4 924.4

2 754.3 836.6 869.3

3 778.7 875.7 979.4

4 767.5 717.5 778.4

5 727.8 822.0 957.3

6 725.8 937.8 921.5

7 659.6 714.0 974.6

8 741.8 795.0 839.8

9 773.2 849.1 982.6

10 813.6 744.7 944.8

No Rata-rata panjang garis pada sampel (mm)

Slurry water Air bersih Aquadestilata

1 25.018 25.011 25.002

2 25.015 25.010 25.005

3 25.012 25.003 25.000

4 25.017 25.006 25.004

5 25.011 25.008 25.000

6 25.013 25.009 25.003

7 25.017 25.007 25.001

8 25.014 25.005 25.004


(3)

1. Kekuatan kompresi

Oneway

Descriptives Kekuatan Kompresi

10 23.0870 1.61130 .50954 21.9343 24.2397 20.29 25.41

10 25.2540 2.22163 .70254 23.6647 26.8433 22.30 29.29

10 28.6500 2.12170 .67094 27.1322 30.1678 24.31 30.69

30 25.6637 3.02606 .55248 24.5337 26.7936 20.29 30.69

slurry water air bersih aquadestilata Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances Kekuatan Kompresi

.596 2 27 .558

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA Kekuatan Kompresi

157.252 2 78.626 19.602 .000

108.302 27 4.011

265.554 29

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(4)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: Kekuatan Kompresi

LSD

-2.16700* .89568 .023 -4.0048 -.3292

-5.56300* .89568 .000 -7.4008 -3.7252

2.16700* .89568 .023 .3292 4.0048

-3.39600* .89568 .001 -5.2338 -1.5582

5.56300* .89568 .000 3.7252 7.4008

3.39600* .89568 .001 1.5582 5.2338

(J) Sampel air bersih aquadestilata slurry water aquadestilata slurry water air bersih (I) Sampel

slurry water

air bersih

aquadestilata

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.


(5)

2. Perubahan dimensi

Oneway

Descriptives PerubahanDimensi

10 .05560 .012285 .003885 .04681 .06439 .032 .072

10 .02800 .010995 .003477 .02013 .03587 .012 .044

10 .00800 .007542 .002385 .00260 .01340 .000 .020

30 .03053 .022271 .004066 .02222 .03885 .000 .072

slurry water air bersih aquadestilata Total

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances PerubahanDimensi

.704 2 27 .504

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA PerubahanDimensi

.011 2 .006 52.136 .000

.003 27 .000

.014 29

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(6)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons Dependent Variable: PerubahanDimensi

LSD

.027600* .004681 .000 .01799 .03721

.047600* .004681 .000 .03799 .05721

-.027600* .004681 .000 -.03721 -.01799

.020000* .004681 .000 .01039 .02961

-.047600* .004681 .000 -.05721 -.03799

-.020000* .004681 .000 -.02961 -.01039

(J) Sampel air bersih aquadestilata slurry water aquadestilata slurry water air bersih (I) Sampel

slurry water air bersih aquadestilata

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound

95% Confidence Interval

The mean difference is significant at the .05 level. *.