Glaukoma kongenital Hubungan Hipertensi dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli

Universitas Sumatera Utara dengan kelainan pada gen optineurin di kromosom 10. Penelitian pada pasien glaukoma di negara lain menunjukkan adanya hubungan dengan vasospasme dan lebih sering dijumpai perdarahan diskus dan progresivitas penurunan lapangan pandang Salmon, 2008.

e. Glaukoma kongenital

Glaukoma kongenital adalah bentuk glaukoma yang jarang ditemukan. Glaukoma kongenital disebabkan oleh tidak berkembangnya strukur mata sehingga menghambat aliran keluar aqueous humor. Kelainan yang ada pada bentuk kongenital ini antara lain anomali perkembangan segmen anterior dan aniridia iris yang tidak berkembang Salmon, 2008.

f. Glaukoma Sekunder

Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang timbul akibat suatu manifestasi dari penyakit mata lain. Beberapa jenis glaukoma sekunder antara lain glaukoma pigmentasi, glaukoma pseudoeksfoliasi, glaukoma akibat kelainan lensa, glaukoma fakolitik, glaukoma akibat kelainan traktus uvealis, sindrom iridokornea endotel, glaukoma akibat trauma, glaukoma setelah tindakan bedah okular, glaukoma neovaskular, glaukoma akibat peningkatan tekanan vena episklera dan glaukoma akibat steroid Salmon, 2008.

2.3.5. Patofisiologi

Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion retina yang akan menyebabkan penipisan lapisan fiber dari nervus-nervus dan lapisan inti bagian dalam retina dan juga berkurangnya akson di nervus optikus. Akibatnya nervus optikus menjadi atrofik dan disertai pembesaran cawan optik. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular mencapai 60-80 mmHg yang akan menimbulkan kerusakan iskemik yang mendadak pada iris yang diikuti edema kornea dan kerusakan nervus optikus. Pada glaukoma sudut terbuka primer, tekanan intraokular biasanya tidak Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara meningkat lebih dari 30 mmHg dan biasanya kerusakan dari sel ganglion terjadi dalam jangka waktu yang lama Salmon, 2008 2.3.6. Diagnosis 2.3.6.1. Pemeriksaan Tonometri Pemeriksaan tekanan intraokular dapat digunakan dengan menggunakan tonometri. Alat tonometri yang paling banyak digunakan adalah tonometer aplanasi Goldmann yang dilekatkan ke slitlamp dan mengukur gaya yang diperlukan untuk meratakan daerah kornea tertentu. Batasan normal untuk tekanan intraokular adalah 10-21 mmHg tetapi pada orang tua rata-rata tekanan intraokularnya lebih tinggi di atas 24 mmHg. Pada glaukoma sudut terbuka primer, 32-50 individu dapat memperlihatkan tekanan intraokular yang normal sehingga untuk menegakkan diagnosis diperlukan bukti-bukti lain seperti keadaan diskus optikus ataupun kelainan lapangan pandang Salmon, 2008.

2.3.6.2. Pemeriksaan Gonioskopi

Gonioskopi digunakan untuk melihat struktur sudut bilik mata depan. Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik mata depan, menggunakan sebuah senter atau slitlamp. Apabila keseluruhan anyaman trabekular, taji sklera dan processus iris dapat terlihat, sudut dinyatakan terbuka. Apabila hanya garis Schwalbe atau sebagian kecil dari anyaman trabekular yang dapat terlihat, sudut dinyatakan sempit. Apabila garis Schwalbe tidak terlihat, sudut dinyatakan tertutup Salmon, 2008.

2.3.6.3. Penilaian Diskus Optikus

Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya yang ukurannya tergantung pada jumlah relatif serat penyusun nervus optikus terhadap ukuran lubang sklera yang harus dilewati oleh serat-serat tersebut. Atrofi optikus yang disebabkan oleh glaukoma mengakibatkan kelainan-kelainan diskus khas yang terutama ditandai oleh berkurangnya substansi diskus yang terdeteksi sebagai pembesaran cawan diskus disertai dengan pemucatan diskus di daerah Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara cawan. Pada glaukoma mungkin terdapat pembesaran konsentrik cawan optik atau pencekungan cupping superior dan inferior dan disertai pembentukan takik notching fokal di tepi diskus optikus yang kemudian akan menyebabkan lamina kribosa bergeser ke belakang dan pembuluh retina di diskus bergeser ke arah hidung. Hasil akhirnya adalah cekungan bean-pot yang tidak memperlihatkan jaringan saraf di bagian tepinya Salmon, 2008. Cara yang berguna untuk mencatat ukuran diskus optikus pada pasien glaukoma adalah rasio cawan-diskus yang merupakan perbandingan antara ukuran cawan optik terhadap diameter diskus. Apabila terdapat kehilangan lapangan pandang atau peningkatan tekanan intraokular, rasio cawan-diskus lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua mata sangat diindikasikan adanya atrofi glaukomatosa Salmon, 2008. Gambar 2.4 Pencekungan glaukomatosa pada diskus optikus Paul, 2008

2.6.3.4. Pemeriksaan Lapangan Pandang

Pemeriksaan lapangan pandang secara teratur berperan penting dalam diagnosis dan tindak lanjut glaukoma meskipun pemeriksaan akibat glaukoma tersebut dinyatakan kurang spesifik. Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30 derajat lapangan pandang bagian sentral. Perubahan paling dini adalah semakin nyatanya bintik buta. Perluasan yang terus menerus ke lapangan pandang daerah Bjerrum berkisar 15 derajat dari fiksasi dan membentuk skotoma Bjerrum dan kemudian skotoma arkuata. Daerah-daerah penurunan lapangan pandang yang lebih parah di dalam daerah Bjerrum dikenal Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara sebagai skotoma Seidel. Skotoma arkuata ganda di atas dan di bawah meridian horizontal sering disertai oleh nasal step Roenne karena perbedaan ukuran kedua defek arkuata tersebut. Pengecilan lapangan pandang perifer berasal di perifer nasal sebagai konstriksi isopter dan mungkin terdapat hubungan ke defek arkuata, menimbulkan breakthrough perifer. Lapangan pandang perifer temporal dan 5-10 derajat sentral baru terpengaruh pada stadium lanjut penyakit. Pada stadium akhir, ketajaman penglihatan sentral mungkin normal tetapi hanya 5 derajat lapangan pandang Salmon, 2008. Berbagai cara untuk memeriksa lapangan pandang pada glaukoma adalah automated perimeter , perimeter Goldmann, Friedman field analyzer dan layer tagent Salmon, 2008. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5 Kelainan lapangan pandang pada glaukoma Paul, 2008

2.4. Hipertensi

2.4.1. Definisi

Hipertensi adalah gangguan sistem peredaran darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah ≥ 14090 mmHg. Tekanan darah yang tinggi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan struktural dan fungsional pada organ-organ tertentu misalnya jantung, ginjal, otak dan mata Victor Kaplan, 2007. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

2.4.2. Diagnosis

Penegakkan diagnosis hipertensi harus berdasarkan pengukuran tekanan darah. Pengukuran tekanan darah harus dilakukan secara akurat pada praktek sehari-hari. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan sfigmomanometer aneroid, sfigmomanometer raksa, sfigmomanometer digital ataupun dengan memasukkan kateter pada lumen pembuluh darah untuk menghitung tekanan darah intraarterial. Baku emas pengukuran tekanan darah adalah dengan menggunakan sfigmomanometer merkuri sedangkan pengukuran tekanan darah intraarterial jarang dilakukan pada praktek sehari-hari dan biasanya dilakukan di Intensive Care Unit ICU. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan di praktek, rumah ataupun melalui ambulatory blood pressure monitoring Walsh, et al., 2008. Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa Klasifikasi TD TD sistolik mmHg TD diastolik mmHg Normal 120 80 Prehipertensi 120-139 80-89 Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99 Hipertensi tingkat 2 ≥ 160 ≥ 100 Sumber: Kotchen, 2008.

2.5. Hubungan Hipertensi dengan Peningkatan Tekanan Intraokuli

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Christina Magdalena 2006 di Rumah Sakit Umum DR. Soetomo Surabaya, menemukan bahwa penderita yang telah menderita hipertensi ≥ 5 tahun berisiko mengalami glaukoma sebesar empat kali lebih besar. Kondisi hipertensi bukan hanya meningkatkan risiko untuk terjadinya serangan jantung atau stroke tetapi juga dapat menyebabkan glaukoma Langman, et al., 2005. Dari hasil studi Baltimore menunjukkan hasil yang small-positive berkaitan dengan glaukoma dan tekanan darah sistolik-diastolik. Hubungan keduanya adalah non linear dan batasan sistolik untuk kasus ini adalah ≥130 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara mmHg dan juga sering terjadi pada pasien yang berusia di atas 70 tahun Fraser, et al., 1999. Kondisi hipertensi menyebabkan meningkatnya retensi natrium. Meningkatnya retensi natrium akan menyebabkan penumpukan cairan di mata yang juga menekan nervus optikus. Hal ini dapat memicu peningkatan tekanan intraokuli akibat menumpuknya cairan dan menyebabkan hilang atau gangguan penglihatan akibat penekanan pada nervus optikus Langman, et al., 2005. Kondisi hipertensi yang diakibatkan oleh perubahan epithelial sodium transport pada distal ginjal dan epitel bersilia yang akhirnya menyebabkan retensi natrium yang berlebihan. Meningkatnya ciliated epithelial sodium transport menyebabkan ekstrusi natrium menuju aqueous humor. Hal ini akan menyebabkan rintangan pada aliran aqueous humor sehingga terjadi penumpukan cairan yang akan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuli Langman, et al., 2005. Kondisi peningkatan tekanan darah akan meningkatkan aliran darah pada mata dengan asumsi bahwa penderita telah mengalami hipertensi dalam jangka waktu yang lama. Setelah peningkatkan tekanan darah berlangsung dalam jangka waktu yang lama, terjadilah kerusakan pembuluh darah kecil dan meningkatnya resistensi aliran dan pengurangan dari aliran darah pada mata disertai hilangnya sel-sel ganglion yang akan mengakibatkan penahanan aliran dan terjadi penumpukan cairan sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokuli Fraser, et al., 1999. Faktor terpenting untuk mengetahui perkembangan dari glaukoma adalah dengan mengukur tekanan perfusi diastolik pada jaringan okular. Tekanan perfusi diastolik pada mata dapat dihitung dengan cara: tekanan darah diastolik dikurangi dengan tekanan pada bola mata. Berdasarkan penelitian yang ada, tekanan perfusi diastolik yang rendah kurang dari 55 mmHg berhubungan dengan peningkatan progresifitas penyakit glaukoma Fraser, et al., 1999. Patofisiologi hubungan tekanan darah dengan tekanan intraokuli belum diketahui secara pasti. Dikatakan bahwa ada korelasi positif antara tekanan darah sistolik dan tekanan intraokuli yang berhubungan dengan peningkatan tekanan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara darah dan akan menyebabkan peningkatan ultrafiltrasi aqueous humor dan peningkatan tekanan arteri siliaris yang kemudian akan meningkatkan tekanan intraokuli Deokule dan Weinreb, 2008. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian merupakan kerangka yang menggambarkan dan mengarahkan asumsi mengenai elemen-elemen yang diteliti. Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 3.1 Skema Kerangka Konsep Penelitian.

3.2. Definisi Operasional

 Variabel independen: hipertensi. • Definisi operasional: hipertensi adalah pasien glaukoma yang mengidap hipertensi sesuai kriteria JNC VII dimana pengukuran tekanan darahnya dilakukan dalam posisi berbaring oleh tenaga medis Poliklinik Mata RSUP Haji Adam Malik, Medan serta tidak memiliki riwayat penyakit sistemik lainnya. • Cara ukur: wawancara. • Alat ukur: sfigmomanometer Nova. • Skala pengukuran: nominal. Hipertensi Tekanan Intraokuli pada Glaukoma Universitas Sumatera Utara