Pelaku Usaha Pemerintah Pihak

23 Yang dimaksud konsumen akhir adalah konsumen akhir memperoleh barang atau jasa bukan untuk dijual kembali, melainkan untuk digunakan, baik bagi kepentingan dirinya sendiri, keluarga, orang lain dan makhluk hidup lain. 8

2. Pelaku Usaha

Menurut Undang - Undang Perlindungan Konsumen, Bab 1, Pasal 1 ayat 3, Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama – sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Pelaku Usaha atau Pengusaha adalah tiap – tiap orang atau badan usaha yang menjalankan usaha memproduksi, menawarkan, menyampaikan atau mendistribusikan suatu produk kepada masyarakat luas selaku konsumen. Pengusaha memiliki arti yang luas, tidak semata- mata membicarakan produsen, tetapi juga pedagang perantara atau pengusaha. 9 8 Tatik suryani, Perilaku Konsumen,Yogyakarta: Graha Ilmu 2003 h. 12 9 Mariam Darus, Perlindungan Konsumen dilihat dari perjanjian baku standar Kertas Kerja pada simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen, Jakarta:1980 h. 57 24 Terdapat tiga kelompok pengusaha pelaku usaha, baik privat maupun publik. Tiga kelompok pelaku usaha tersebut terdiri dari: 10 a. Investor, yaitu pelaku usaha penyedia dana untuk membiayai berbagai kepentingan usaha. Seperti perbankan, penyediaan dana dan lain sebagainya. b. Produsen, yaitu pelaku usaha yang membuat, memproduksi barang danatau jasa dari barang danatau jasa-jasa lain bahan baku, bahan tambahan atau bahan-bahan lainnya. Seperti badan usahaperorangan yang berkaitan dengan pangan, sandang, obat-obatan dan lain sebagainya. c. Distributor, yaitu pelaku usaha yang mendistribusikan atau memperdagangkan barang danatau jasa tersebut kepada masyarakat, seperti pedagang retail, toko, supermarket, pedagang kaki lima dan lain sebagainya.

3. Pemerintah

Pemerintah berperan penting dalam hal ekonomi di suatu Negara terutama berkaitan dengan konsumen, sebagai penggunapemakaiyang memanfaatkan barang danjasa yang dihasilkan oleh pelaku usaha. Melalui undang – undang maupun peraturan – peraturan, kebijakan – kebijakannya, pemerintah menjembatani antara konsumen dan pelaku 10 Mariam Darus, Perlindungan Konsumen dilihat dari perjanjian baku standar Kertas Kerja pada simposium Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen h. 59 25 usaha agar konsumen dan pelaku usaha sama – sama bisa mendapatkan hak-haknya serta memenuhi segala kewajibannya masing-masing. Di satu sisi, konsumen dapat memperolehmenggunakanmenimati barang danatau jasa yang sesuai kebutuhannya agar tidak dirugikan oleh pelaku pelaku usaha dengan cara melakukan pemberdayaan melalui pendidikan dan pembinaan. Dalam Pasal 29 Undang – Undang Perlindungan Konsumen disebutkan bahwa pemerintah adalah pihak yang paling berperan dan bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen. Selengkapnya dalam pasal 29 tersebut : Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha. Pembinaan oleh pemerintah atas penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan oleh Menteri danatau menteri teknis terkait. Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat 2 melakukan koordinasi atas penyelenggaraan perlindungan konsumen. Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat 2 meliputi upaya untuk : terciptanya iklim usaha dan 26 tumbuhnya hubungan yang sehat antara pelaku usaha dan konsumen; berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat; meningkatnya kualitas sumberdaya manusia serta meningkatnya kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen. Selain pembinaan, peranan pemerintah yang cukup penting adalah pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen. Dalam Pasal 30 UUPK disebutkan bahwa pemerintah, bersama masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat adalah pihak-pihak yang diberi tugas untuk melakukan pengawasan. Pengawasan oleh pemerintah dilakukan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya. Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat dan lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, selain atas penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya, juga dilakukan atas barang dan atau jasa yang beredar di pasar. Bentuk pengawasan dilakukan dengan cara penelitian, pengujian dan atau survey. Aspek yang diawasi meliputi pemuatan informasi tentang resiko penggunaan barang, pemasangan dan kelengkapan info pada label kemasan, pengiklanan dan lain-lain, sebagaimana yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan dan praktek perdagangan. Hasil pengawasan yang diselenggarakan masyarakat dan lembaga 27 perlindungan konsumen swadaya masyarakat dapat disebarluaskan kepada masyarakat dan dapat disampaikan kepada Menteri dan menteri teknis. Dalam ketentuan Pasal 30 tersebut di atas juga disebutkan, apabila dalam pengawasan ditemukan penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan, pemerintah harus mengambil tindakan administratif dan atau tindakan hukum, sebagaimana sanksi yang diancam oleh Undang – Undang Perlindungan Konsumen. Tindakan tegas ini akan meningkatkan kepercayaan konsumen kepada sistem hukum perlindungan konsumen yang dibangun pemerintah, meningkatkan partisipasi pengawasan masyarakat dan lembaga konsumen, serta mendorong pelaku usaha untuk berproduksi secara berkualitas dan menciptakan iklim berusaha yang lebih baik.

C. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha