54
5. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah
Tangga Pasal 3 ayat 2
Pangan produksi IRTP yang SPP – IRT telah berakhir masa berlakunya
dilarang untuk diedarkan. Sebagaimana disebutkan oleh Drs. Abdul Rahim, Apt, M.Si Kepala Balai Besar POM Di Bandung bahwa Izin IRT yang
dimiliki oleh INDOSARI telah berakhir, jadi tidak selayaknya produk tersebut untuk diedarkan.
B. Tanggung Jawab Pelaku Usaha Saus Sambal Indosari
Berdasarkan ketentuan Pasal 19 ayat 1 UUPK, bahwa pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, atau
kerugian yang di derita konsumen akibat mengonsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.Berdasarkan ketentuan Pasal 19 ayat 2
UUPK dijelaskan bahwa ganti rugi bisa berupa pengembalian uang, penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh pelaku usaha Indosari yaitu Penarikan produk tersebut dari
perdaran di masyarakat. Produk tersebut dikhawatirkan dapat mempengaruhi kesehatan konsumen dikarenakan mengkonsumusinya.menurut
55
Ketentuan dalam Pasal 8 ayat 1 UUPK ini seharusnya dapat menjadi jaminan terlindunginya hak konsumen sekaligus memberikan rasa aman bagi
konsumen dalam memperoleh pangan yang tidak tercemar oleh zat-zat berbahaya akibat penggunaan zat yang tidak dianjur dan komposisi yang sesuai
dengan proses produksi sebagai bahan pembuatan sambal. Pelaku usaha yang melanggar ketentuan Pasal 8 ini dapat dikenakan sanksi pidana berupa pidana
penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak dua miliar rupiah, sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 62 UUPK dan juga pasal 4
huruf h. Selain sanksi pidana, pelaku usaha yang melanggar juga dapat dikenakan hukuman tambahan sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 63
UUPK, berupa: a.
Perampasan barang tertentu b.
Pengumuman keputusan hakim c.
Pembayaran ganti rugi d.
Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen
e. Kewajiban penarikan barang dari peredaran
f. Pencabutan izin usaha.
Dengan adanya sanksi tersebut, Pelaku usaha hendaknya lebih memperhatikan penggunaan produk makanan danatau minuman yang
diproduksinya. Pelaku usaha hendaknya memilih komposisi yang aman dan sesuai dengan ketentuan pada Peraturan Kepala BPOM mengenai kadar
56
penggunaan. Selain itu, ada baiknya pelaku usaha juga mencantumkan komposisi yang sesuai dengan proses pembuatan pada setiap kemasan
produknya, sehingga konsumen dapat mengetahui apakah produk yang dikonsumsi tersebut berbahaya atau tidak. Konsumen yang merasa dirugikan
dan hak-haknya dilanggar oleh pelaku usaha di bidang pangan dapat mengajukan gugatan sengketa melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
BPSK atau melalui Pengadilan Negeri sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UUPK.
Pelaku usaha telah melakukan beberapa pelanggaran yang dirumuskan dalam UUPK dikarenakan kegiatan pemasaran yang telah dilakukan yang
dapat digolongkan sebagai praktek niaga negative. Oleh karena itu, terhadap kerugian yang telah diderita oleh konsumen, pelaku usaha bertanggung jawab
untuk memberikan penggantian kerugian bagi konsumen. Menurut penulis, Tanggung jawab dan sanksi administratif yang
dibebankan kepada pelaku usaha yaitu berupa penarikan produk pangan dan juga ganti rugi kepada konsumen yang telah mengalami keruian akibat
mengkonsumsi Produk Pangan olahan tersebut sudah tepat dan sesuai dengan UUPK yang mengatur. yang tercantum dalam surah Al- Muddhatsir ayat 38:
b
Artinya:”tiap tiap diri bertanggung jawab atas apa yang diperbuatnya” Q.S 74:38
57
Pasal 19 ayat 1 UUPK. Selanjutnya, dalam ayat 2 dinyatakan bahwa ganti kerugian yang diberikan oleh pelaku usaha dapat berupa: berupa
pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang
sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. Hal ini juga dikaitkan kepada konsumen yang menderita kerugian harus memperjuangkan
hak-haknya untuk mendapatkan advokasi,perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut Pasal 4 huruf e UUPK. Penarikan
baraang dari peredaran dan untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai
dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya Pasal 4 huruf h. Produsen telah melanggar ketentuan yang sebagai konsekuensi sesuai dengan pasal 21
UU 23 tahun 1992 tentang Kesehatan bahwa produk INDOSARI ditarik dari peredaran dan juga memberikan ganti rugi kepada konsumen yang merasa
dirugikan oleh produk tersebut. Pelaku usaha juga dapat dibebankan tanggung jawab atas sanksi pidana
berkenaan dengan pelanggaran dalam melakukan praktek niaga, khususnya terkait dengan ketentuan yang terdapat dalam UUPK. Pasal 19 ayat 4 UUPK
mengaturbahwa tanggung jawab pelaku usaha untuk pemberian ganti kerugian tersebut tidak menghilangkan tanggung jawab pidana berdasarkan pembuktian
terhadap unsur kesalahan. Pasal 45 ayat 3 UUPK juga merumuskan bahwa penyelesaian sengketa di luar Pengadilan tidak menghilangkan tanggung jawab
58
pidana, maka walaupun telah tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak yang bersengketa yang dikuatkan dengan surat perjanjian perdamaian, tetapi
tidak menghilangkan tanggung jawab pidana dari pihak pelaku usaha. Dalam hal ini INDOSARI dikenakan sanksi pidana sesuai pasal 62 UUPK .
C. Peranan Pemerintah terhadap Peredaran Produk Yang Beredar