Penemuan Pangan Olahan Saus Sambal Indosari

38

BAB III TINJAUAN MENGENAI SAUS SAMBAL INDOSARI DAN PRODUK

PANGAN

A. Penemuan Pangan Olahan Saus Sambal Indosari

Porlestabes Bandung mendapatkan laporan dari Masyarakat Warga Bandung Kulon bahwa terdapat salah satu Industri Rumah tangga yang memproduksi saus sambal dengan merek “INDOSARI” dicurigai oleh warga merupakan suatu praktik usaha ilegal warga mencurigai praktik usaha tersebut karena komposisi yang tertera pada abel pangan tersebut tidak sesuai dengan proses pembuatannya. Polrestabes Bandung, Menggerebek Industri rumah tangga produk saus sambal tersebut didapat bahwa dalam proses pembuatan produk saus sambal tidak menggunakan bahan bukan dari cabai atau tomat layaknya kebanyakan saus dan sambal melainkan, Ekstrak cabe atau leoresin capsikum jika digunakan dalam olahan makanan sebagai bahan utama, tidak disertai cabe yang asli sangat membahayakan bagi kesehatan konsumen 1 . Produk sambal yang diproduksi dalam kemasannya tertera komposisi kandungan Garam, cabai, bawang putih, cuka, sunset yellow, sakarin dan natrium benzonat. Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah Sambal dan saus ini bahannya dari ampas tapioka onggok 27 kilogram, ekstrak bawang putih 3-4 kilogram, ekstrak cabai leoserin capsikum 0,5 ons, saksrin 50 gram, 1 Berdasarkan Surat Keputusan KA. Badan POM RI No.:HK.00.05.52.4040, Tanggal 9 Oktober 2006 Tentang Kategori Pangan 39 garam 4 kilogram, cuka 200 gram, pewarna sunset 1 ons, perwarna jenis poncau satu sendok, potasium fospat 50 gram, dan bibit cairan tomat 0,5 ons. Tidak seperti yang tertera pada kemasannya yang menyebutkan menggunakan tepung tapioka, cabe, bawang putih, tidak pakai cabai atau tomat sama sekali. 1. Profil Indosari Saus Sambal dengan merek dagang INDOSARI memiliki No. I-PRT 2113273011424 dan di mulai di produksi pada tahun 2000. Pabrik terdapat di Jalan Cicukang No. 6 RT 04 RW 03, Kelurahan Caringin, Kecamatan Bandung Kulon, Bandung. Pabrik tersebut dari depan jalan terlihat seperti rumah biasa yang memiliki beberapa kamar. Pada bagian belakang rumah tersebut terlihar ruang – ruang yang digunakan untuk proses produksi. Mulai dari proses pengadukan hingga pengemasan. Terdapat disalah satu sisi ruang produksinya 3 mesin packing, beberapa drum untuk pengolahan saus dan beberapa ember bahan – bahan yang digunakan dalam produksinya. Proses produksinya cukup sederhana, dengan mencampurkan beberapa bahan olahan ke dalam drum, kemudian dicampurkan dengan air panas sebanyak 30 liter dan diaduk hingga semua bahan tercampur rata. Setelah bahan tercampur, ditunggu hingga olahan hasil produksi sudah dingin, kemudian dikemas kedalam kantong plastik yang sudah diberikan label, cap, serta komposisi bahan dengan menggunakan mesin packing. Dalam sehari produksi, Saus Sambal Indosari bisa menghasilkan hingga 40 1.500 bungkus. Hasil produksi tersebut kemudian diedarkan ke pasar-pasar. Berikut ini dapat dilihat Gambar Produk Saus Sambal Indosari. Gambar 3.1: Sambal INDOSARI B. Keamanan Pangan dan Produk Pangan Ilegal Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatanmanusia. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap Rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam, dan tersedia secara cukup merupak an prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya status sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan serta makin berperan dalam meningkatkan kemakmuran kesejahteraan. Demikian komitmen pemerintah dalam menjaga keamanan dan ketersediaan pangan yang 41 aman,bermutu, bergizi dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sebagaimana yang tertuang pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Produk pangan ilegal adalah produk pangan tidak terdaftar dan tidak memiliki izin edar, Artinya produk tersebut tidak melalui proses evaluasi keamanan, mutu dan gizi dari instansi yang berwenang,misalnya Badan POM dan Dinas Kesehatan. 2 Badan POM berwenang mengeluarkan nomor ijin edar dengan kode MD untuk pangan olahan dalam kemasan produksi dalam negeri atau kode ML untuk pangan olahan dalam kemasan produksi luar negeri, kemudian kode tersebut diikuti beberapa digit nomorangka, yang setiap digitnya memiliki arti tertentu. apabila produsenindustri pangan olahan mengajukan pendaftaran dan telah memenuhi persyaratan keamanan pangan yang ditetapkan. Salah satu bahaya yang dapat timbul akibat mengkonsumsi produk pangan ilegal adalah Keracunan pangan. Keracunan pangan dapat membahayakan kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian,karena seringkali ditemukan pada label kemasan produk pangan ilegal tidak dicantumkan komposisi produk dengan lengkap, bahkan tidak tersedia sama sekali sehingga tidak dapat diketahui komposisi produk secara pasti, termasuk penambahan bahan tambahan pangan BTP yang tidak terkontrol misalnya penambahan pemanis, pengawet, pewarna, penyedap rasa, pengental dan lain- 2 http:ik.pom.go.idv2014artikelWaspada-Keracunan-Akibat-Produk-Pangan-Ilegal.pdf diunduh 17 oktober 2015 42 lain, yang sengaja ditambahkan dengan maksud agar makanan terlihat lebih awet, lebih menarik, dan tahan lama. Selain komposisi dan bahan tambahan panganyang perlu diperhatikan, hal lain yang tidak kalah penting adalah tahap pengemasan, pelabelan serta pemberian informasi, karena pada tahap ini produsen perlu memperhatikan syarat pengemasan dan pemberian informasi yang benar dan bukan informasi yang menyesatkan. Produk pangan ilegal tersebut juga belum pernah diuji secara kimia maupun fisika di laboratorium, sehingga keamanan, mutu,gizi, serta cemaran yang terkandung, tidak dapat diketahui. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 472MenkesPerV1996 tentang Pengamanan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan Bahan berbahaya adalah bahan kimia baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 111 ayat 1 menyatakan b ahwa ”Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk masyarakat harus didasarkan padastandar danatau persyaratan kesehatan ”, ayat 2 Makanan dan minuman hanya dapat diedarkan setelah mendapat izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selanjutnya pada ayat enam 6 ditegaskan bahwa “Makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar, persyaratan kesehatan, danatau membahayakan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaranguntuk diedarkan, ditarik dari peredaran, dicabut izin edar dan 43 disita untuk dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan Ketentuan pada undang-undang tentang kesehatan tersebut ditegaskan kembali pada peraturan pemerintah nomor 28 tahun 2004, pasal 42 ayat 1 berbunyi “Dalam rangka pengawasan keamanan, mutu dan gizi pangan, setiap pangan olahan baik yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran sebelum diedarkan wajib memiliki surat persetujuan pendaftaran”. Jadi sangat jelas bahwa pangan ilegal tidak memiliki nomor ijin edar,tidak boleh beredar dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.

C. Pengawasan Peredaran Produk Pangan Ilegal Oleh Badan Pengawas Obat