30
beban caregiver, sedangkan dampak positif caregiving meliputi perasaan lebih berguna dan dibutuhkan serta peningkatan hubungan antara caregiver dengan
recipient.
2.3 Skizofrenia
2.3.1 Definisi Skizofrenia
Skizofrenia merupakan kombinasi antara kata dalam bahasa Yunani untuk “split” pecah skhizein dan “mind” pikiran phren. Eugen Bleuler, seorang
psikiater Swiss pertama kali memperkenalkan istilah skizofrenia pada 1908, yang berarti pikiran yang pecah. “Bleuler menyakini bahwa yang mendasari semua
perilaku tidak lazim yang diperlihatkan oleh gangguan ini adalah adanya associative splitting asosiasi yang terpecah belah dalam fungsi-fungsi dasar
kepribadian” Durand Barlow 2007:228. Menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa-III
PPDGJ-III:46 , skizofrenia adalah “suatu deskripsi sindrom dengan variasi
penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak
wajar inappropriate atau tumpul blunted ”.
Durand Barlow 2007:227 mendefinisikan skizofrenia sebagai “gangguan psikotik yang merusak, yang dapat melibatkan gangguan yang khas
dalam berpikir delusi, persepsi halusinasi, pembicaraan, emosi dan perilaku”. Skizofrenia adalah
“gangguan psikotis yang ditandai oleh munculnya delusi, halusinasi, ketidakteraturan, cara bicara yang tidak koheren, perilaku yang tidak
sesuai, dan gangguan kognitif” Wade Tavris 2007:359.
31
Skizofrenia merupakan “kelompok gangguan psikosis atau psikotik yang ditandai oleh distorsi-distorsi mengenai realitas, juga sering terlihat adanya
perilaku menarik diri dari interaksi sosial, serta disorganisasi dan fregmentasi dalam hal persepsi, pikiran, dan kognisi” Carson Butcher 1992 dalam
Wiramihardja 2007:134. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
skizofrenia adalah gangguan psikotis yang ditandai oleh penyimpangan pikiran, persepsi, pembicaraan, emosi, dan perilaku.
2.3.2 Pedoman Diagnostik Skizofrenia
Pedoman diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ-III dijelaskan sebagai berikut:
1 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya
dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas: a.
“Thought eco”yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya tidak keras, dan isi pikiran ulangan,
walaupun isinya sama namun kualitasnya berbeda atau; “thought insertion or withdrawal
” yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya insertion atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya withdrawal ; dan “thought broadcasting”yaitu
isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.
b. “Delusion of control” yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of influence” yaitu
32
waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau “delusion of passivity” yaitu waham tentang dirinya tidak
berdaya dan pasrah terhadap sesuatu dari luar; dan “delusion perception” yaitu pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas
bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat. c.
“Halusinasi auditorik” yaitu suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal
pasien diantara pasien sendiri diantara berbagai suara yang berbicara, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. “Waham-waham menetap jenis lainnya”, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa. 2
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas: a.
“Halusinasi yang menetap” dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus. b.
“Arus pikiran yang terputus” atau yang mengalami sisipan, yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak tidak relevan, atau
neologisme.
33
c. “Perilaku katatonik”, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh
tertentu, atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor. d.
“Gejala-gejala negatif” seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika. 3
Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodromal. 4
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri, dan penarikan diri secara sosial.
2.3.3 Tipe-tipe Skizofrenia