Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Family Caregiver dalam merawat Penderita Paska Stroke dirumah

(1)

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

PERILAKU

FAMILY CAREGIVER

DALAM MERAWAT

PENDERITA PASKA STROKE DIRUMAH

TAHUN 2012

Skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk memenuhi persyaratan gelar sarjana keperawatan

Disusun Oleh :

JULIA HARTATI

108104000030

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1433 H/2013 M


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta,Desember 2012


(3)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Julia Hartati

Tempat, Tgl lahir : Bogor, 11 Juni 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pahlawan Gang Darussada I Rt 02/Rw 04 No. 31 Cinangka Sawangan Depok 16516

Tlp/ Hp : 089654262727

Email : Julie_spongebob@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Cinangka 02 (1998-2003)

2. SMP Muhammadiyah 29 Sawangan (2003-2005) 3. SMA Negeri 1 Ciputat Tangerang (2005-2007)

4. S-1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2008-2012)

Pengalaman Organisasi :

1. Ketua OSIS SMP Muhammadiyah 29 Sawangan 2. Anggota Pramuka SMP Muhammadiyah 29 Sawangan 3. Anggota Paskibra SMP Muhammadiyah 29 Sawangan

4. Anggota PMR (Palang Merah Remaja) SMP Muhammadiyah 29 Sawangan 5. Anggota KIR (Kelompok Ilmiah Remaja) SMA Negeri 1 Ciputat

6. Anggota IRMAS (Ikatan Remaja Mushola Ashabul Yamin) 7. Anggota Karang Taruna Kelurahan Cinangka


(4)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

Bapak dan Ibu tercinta, Bapak Marudin dan Ibu Marpuah terima kasih atas seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, serta dukungan baik moril maupun materil yang bapak dan ibu berikan selama ini, sehingga ananda bisa sampai pada tahap akhir menyelesaikan skripsi ini,,

Kakakku tercinta Dinar Suhartini, Adik-adikku tersayang Mohammad Egar dan Vatra Rammadana, terima kasih atas kasih sayang, dukungan dan doa kalian selama ini. Seluruh keluarga besarku, Keluarga Nasa dan keluarga Abdul majid terima kasih untuk dukungan dan inspirasi yang kalian berikan.

Dosen-dosenku, terima kasih atas jasa, waktu, dan bimbingan serta kesabaran kalian. Sahabat-sahabatku Novita, Ica, Risma, Mar’atus, Cica terima kasih untuk motivasi dan dukungan kalian selama ini. Teman-teman seperjuangan PSIK angkatan 2008, terimakasih untuk kebersamaan kita selama di PSIK .

Dan pada akhirnya hanya untuk Allah SWT seluruh hidupku ku persembahkan.


(5)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Skripsi, Desember 2012

Julia Hartati, NIM : 108104000030

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Family Caregiver dalam merawat Penderita Paska Stroke dirumah

xvi + 90 Halaman + 22 Tabel + 3 bagan + 6 Lampiran ABSTRAK

Penderita paska stroke membutuhkan bantuan family caregiver dalam menjalani aktivitas sehari-harinya. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross-sectional. Sampel berjumlah 78 family caregiver yang diambil dari 30 orang penderita paska stroke. Teknik pengambilan sampel secara total sampling. Penelitian dilakukan di Kelurahan Cinangka Kecamatan Sawangan pada tanggal 2-15 Oktober 2012. Pengumpulan data dengan memberikan kuesioner kepada responden untuk melihat pengetahuan dan perilaku. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat dan bivariat (spearman rank) pada α : 0,05.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar family caregiver di kelurahan Cinangka memiliki pengetahuan baik yaitu 45 responden atau 57,7%, yang memiliki pengetahuan cukup yaitu 30 atau 38,5% dan yang memiliki pengetahuan kurang yaitu 3 responden atau 3,8%. Selain itu perilaku family caregiver sebagian besar adalah baik yaitu 56 responden atau 71,8%, yang memiliki perilaku cukup yaitu 21 responden atau 26,9% dan yang memiliki perilaku kurang yaitu 1 responden atau 1,3%. Berdasarkan analisis bivariat menunjukan adanya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku family caregiverdalam merawat penderita paska stroke dengan P value: 0,000.

Peneliti menyarankan pada petugas pelayanan kesehatan agar melakukan evaluasi, pendataan dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan family caregiver dengan melakukan kunjungan kerumah-rumah warga yang memiliki penderita paska stroke.

Kata kunci : Pengetahuan, Perilaku,Family caregiver, Penderita paska stroke Daftar bacaan : 52 (1998 – 2011)


(6)

MEDICAL AND HEALTH OF SCIENCE FACULTY NURSING SCIENCE MAJOR

Final Project, Desember 2012

Julia Hartati, ID Number : 108104000030

The relation between level of knowledge with behavior of family caregiver in caring patient with post stroke at home

xvi + 90 pages + 22 Tables + 3 chart + 6 attachments

ABSTRACT

Patients with post-stroke needed help from family caregivers in carrying their daily activities.The aims of this research are to know the related between level of knowledge with behavior of family caregivers in caring for patients with post-stroke.

The type this research is the quantitative with cross-sectional design. The samples totaled 78 family caregivers were taken from 30 people with post-stroke. The sampling technique is total sampling. The research was conducted in village Cinangka Subdistrict Sawangan on October 2 to 15, 2012. Data collection by giving questioner to the respondents to know the knowledge and behavior.

Analysis of data used univariate and bivariate analysis (Spearman rank) on α:

0.05.

The results of the research showed that the majority of family caregivers in the village Cinangka have a good level of knowledge which is 45 respondents or 57.7%, which have sufficient level of knowledge is 30 or 38.5% and which have lack level of knowledge is 3 respondents, or 3.8%. Besides the majority behavior of family caregiver is good that 56 respondents or 71,8%, which have sufficient of behaviors is 21 respondents or 26,9%, and which have lack behavior is 1 respondent or 1.3%. Based on analysis bivariate show that there are relation between level of knowledge with behavior of family caregivers in caring patients with post-stroke at home with a P value: 0.000.

Researcher suggest for health care workers to make an evaluation, data collection and education to improve the knowledge and skills of family caregivers by visiting the houses of people door to door who have post-stroke patients. Keywords: Knowledge, Behavior, Family caregiver, post-stroke patients The reading list: 52 (1998 - 2011)


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya dan shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, serta untuk menerapkan dan mengembangkan teori-teori yang penulis peroleh selama kuliah.

Sesungguhnya banyak pihak yang telah memberikan dorongan dan bantuan yang tak terhingga nilainya hingga skripsi ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. (hc)dr. MK. Tadjudin, Sp.And, Selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Ns.Waras Budiutomo, S.Kep, MKM Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan sekaligus dosen Pembimbing II, terima kasih atas waktu, dan kesabaran bapak dalam mengarahan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Nia Damiati, S.Kp, MSN selaku dosen pembimbing I yang selalu memberikan

motivasi dan kesabaran selama membimbing penulis sampai akhir penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Irma Nurbaeti S.Kp, M.Kep, Sp.Mat, selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan dan motivasi kepada penulis.

5. Para dosen Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, selama penulis mengikuti


(8)

6. Seluruh Staff karyawan di UIN Syarif Hidayatullah yang telah membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepala Kecamatan Sawangan beserta staf, yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

8. Kepala Kelurahan Cinangka beserta staf, yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

9. Ayah dan ibunda serta adik-adikku tercinta yang telah mencurahkan semua kasih sayang dan senantiasa mendo’akan dan memberikan dorongan baik moril, materiil maupun spiritual kepada penulis selama proses menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman PSIK angkatan 2008 yang kompak yang telah memberikan inspirasi, do’a dan semangat dalam menyusun skripsi.

11. Seluruh masyarakat di Kelurahan Cinangka yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak dijumpai

kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca sekalian untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Semoga

kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini mendapat

balasan dari Allah SWT. Amin.

Jakarta, Desember 2012


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ……… i

LEMBAR PENGESAHAN………. ii

LEMBAR PERNYATAAN……… iii

RIWAYAT HIDUP……….. iv

LEMBAR PERSEMBAHAN……….. v

ABSTRAK………. vi

ABSTRACT……….. vii

KATA PENGANTAR………. viii

DAFTAR ISI……..………... x

DAFTAR LAMPIRAN…..………... xv

DAFTAR TABEL…………..………... xvi

DAFTAR GAMBAR………..……….. xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..……….. 1

B. Perumusan Masalah………..………... 6

C. Tujuan Penelitian………...……… 6

D. Manfaat Penelitian ...…...……….. 8

E. Ruang Lingkup Penelitian....……….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stroke………...….……….. 10

1. Pengertian………. 10


(10)

4. Tanda dan Gejala……….. 12

5. Faktor resiko stroke……….. 13

6. Manifestasi klinis……….. 15

7. Penatalaksanaan……… 18

B. Family Caregiver…………..………... 20

C. Pengetahuan……… 22

1. Pengertian……….. 22

2. Tingkat pengetahuan………. 23

3. Sumber Pengetahuan………. 25

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan.…. 27 5. Alat pengukuran pengetahuan………... 28

D. Perilaku……… 29

1. Pengertian……….. 29

2. Klasifikasi perilaku……… 29

3. Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku... 31

E. Perawatan Penderita Paska stroke dirumah………. 32

1. Posisi di tempat tidur dan terapi fisik……… 33

2. Berdiri dan berjalan………... 34

3. Perawatan kulit………. 35

4. Perawatan kebersihan……… 36

5. Kebutuhan nutrisi……….. 36

6. Mengatasi masalah berbicara……… 38

7. Kepatuhan program pengobatan………... 38


(11)

10. Kebutuhan buang air kecil dan besar………. 40

F. Kerangka Teori ……...……… 42

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep……….... 43

B. Hipotesis ………....……… 44

C. Definisi Operasional …....……….. 44

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian………. 45

B. Lokasi dan waktu Penelitian………... 45

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...………. 46

1. Populasi………. 46

2. Sampel………... 46

3. Teknik sampling……… 47

D. Pengumpulan Data ………....………. 47

1. Jenis data……….. 47

2. Instrumen penelitian……….. 47

3. Prosedur pengumpulan data……….. 50

E. Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen……… 51

F. Pengolahan Data……….……… 53

1. Editing……….. 53

2. Coding……….………. 53

3. Entry data………. 53


(12)

1. Analisa univariat………... 54

2. Analisa bivariat………. 54

H. Etika Penelitian ...………... 55

1. Informed consent………... 55

2. Anonimity………... 56

3. Confidentiality……….. 56

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran tempat penelitian ……….. 59

1. Letak wilayah ……….. 59

2. Visi dan Misi Kelurahan Cinangka ………. 60

3. Struktur organisasi Kelurahan Cinangka ……… 61

B. Gambaran Demografi ……… 62

1. Demografi responden (Family caregiver) ……… 62

2. Demografi penderita paska stroke ……… 65

C. Hasil analisa univariat ……… 68

1. Gambaran Pengetahuanfamily caregiver…….…………. 68

2. Gambaran Perilakufamily Caregiver………….………… 71

D. Hasil analisa bivariat………. 79

1. Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilakufamily caregiverdalam merawat penderita paska stroke………… 79

BAB VI PEMBAHASAN A. Gambaran pengetahuanFamily caregiverdalam merawat penderita paska stroke ……….. 86 B. Gambaran PerilakuFamily caregiverdalam merawat penderita


(13)

C. Hubungan tingkat pengetahuan denga perilakufamily caregiver dalam merawat penderita paska stroke ……… 93 D. Keterbatasan penelitian ……… 95 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……….. 97

B. Saran ………. 98 DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Indeks Barthel

Lampiran 4 Hasil uji validitas dan reabilitas Lampiran 5 Hasil analisa univariat dan bivariat Lampiran 6 Surat Izin Penelitian


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Definisi Oprasional………. 41

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia……… 59

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin………. 59

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan………. 60

Tabel 5.4.Distribusi frekuensi responden berdasarkan hubungannya dengan penderita paska sitoke ………. 61

Tabel 5.5. Distribusi frekuensi penderita paska stoke berdasarkan usia …………. 62

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi penderita paska stoke berdasarkan jenis kelamin… 62 Tabel 5.7. Distribusi frekuensi penderita paska stoke berdasarkan lama menderita stroke ……… 63

Tabel 5.8.Distribusi frekuensi penderita paska stoke berdasarkan lama rawat dirumah……… 63

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi penderita paska stoke berdasarkan tingkat ketergantungan……… 64

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi pengetahuan family caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012………. 65

Tabel 5.11. Distribusi frekuensi jawaban benar tingkat pengetahuan responden menurut pengetahuan (peritem) family caregiver dalam merawat penderita paska stroke tahun 2012……… 65

Tabel 5.12. Distribusi frekuensi perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012 ………... 68

Tabel 5.13. Distribusi frekuensi perilaku (Latihan fisik) family caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012………. 68

Tabel 5.14. Distribusi frekuensi perilaku (Perawatan kebersihan) family caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012……… 69

Tabel 5.15. Distribusi frekuensi perilaku (Perawatan kulit)family caregiverdalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012………... 70 Tabel 5.16. Distribusi frekuensi perilaku (Kebutuhan buang air besar dan kecil)


(16)

Tabel 5.17. Distribusi frekuensi perilaku (Kebutuhan nutrisi) family caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012……… 71 Tabel 5.18. Distribusi frekuensi perilaku (Latihan berbicara) family caregiver

dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012………. 72 Tabel 5.19. Distribusi frekuensi perilaku (Kepatuhan program pengobatan) family

caregiverdalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012…. 72 Tabel 5.20. Distribusi frekuensi perilaku (Pengendalian emosi) family caregiver

dalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012……… 73 Tabel 5.21. Distribusi frekuensi perilaku (Mencegah cidera dan jatuh) family

caregiverdalam merawat penderita paska stroke dirumah tahun 2012…. 74 Tabel 5.22 Analisis hubungan tingkat pengetahuan family caregiver dengan

perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori……… 39

Gambar 3.1 Kerangka Konsep……… 40


(18)

SKRIPSI DENGAN JTTDUL

HUBT]NGAN TINGKAT PENGETAIIUAN DENGAI{ PERILAKU

FA*TLY

CAREGIYERDALAM MERAWAT PENDERITA PASKA STROKE DIRUMAH

Telbh disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh : Nama: Julia Hartati

Iriim: 108104000030

Pembimbing

I

Budi

Nip. 19790114 200501 2 007 Nip. 19790520 11a12

Penguji I

Nip. 19790114 200501 2 *47

Mengetahui,

Dekan

)

Fakultaas Kedokteran dan llmu Kesehatan

UIN Svarif Hidavatullah

'r-;

Jakarta

{ t,

r-,f,r

ftfhah. M.Kep.. Ph.D

19680808 28A684 2 001 I979A52A Penguji

IIi

Ketua


(19)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

o t---i--^: I

Skripsi dengan judul

IIUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU FAfrIILY

' CAREGIWR DALAM MERAWAT PENDERITA PASKA STROKE

DI RUMAH

Telah disetujui dan dip€riksa oleh pembimbing skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakat:ta DISUSUN OLEH

ruLIA

I{ARTATI NrM 108104000030

Pembimbing I Pernbimbing

II

q*t

Nia Damiati. S.Kp..MSN

NrP. 197901 14 200501 2 AA7

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. Asuhan Keperawatan Keluarga; Bagi Mahasiswa Keperawatan dan Praktisi Perawat Perkesmas.Jakarta: Sagung Seto. 2010. Agustina. Kajian Kebutuhan Perawatan di Rumah bagi Klien dengan Stroke di Rumah

Sakit Umum Daerah Cianjur.2009. Diakses pada tanggal 2 Februari 2012 dari http://pustaka.unpad.ac.id.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineke Cipta. 2006.

Barbara & Mary. Rethinking Intervention Strategies in Stroke Family Caregiving. Diakses pada tanggal 5 februari 2012 dari www.rehabnurse.org. 2010

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol II . EGC: Jakarta. 2002

Cress JC.Handbook of geriatric care managemen. 2011 Diakses pada tanggal 21 april 2012 melalui http://books.google.co.id

Chiung-man Wu. Learning to be a family caregiver for severely debilitated stroke survivors during the first year in Taiwan. 2009. Diakses pada tanggal 20 april 2012 dari http://ir.uiowa.edu/cgi/viewcontent.

Edmund Horisson. Stroke Strategy And Stroke Rehabilitation. 2007. Diakses pada tanggal 2 januari 2012 melalui http://www.heartandstroke.ca.

Family Caregiver Aliance. Exploring the Complexities of Family Caregiving. 2011. Diakses pada tanggal 21 April melalui

http://caregiver.org/caregiver/jsp/content/pdfs

Friedman, M. Marilyn. Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC. 1998.

Gallo JJ, William Reichel, Lillian M. Andersen. Buku Saku Gerontologi. Edisi 2, Jakarta, EGC, 1998.

Given Barbara, et all. What Knowledge and Skills Do Caregivers Need? 2008. Diakses pada tanggal 5 april 2012 pukul 13.00 dari http://www.nursingcenter.com Hafsteinsdo´ ttir, Vergunst, et all. Educational needs of patients with a stroke and their

caregivers: A systematic review of the literature. 2010. Diakses pada 5 april 2012 pukul 20.00 dari http://journals.ohiolink.edu/ejc/search.


(21)

Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Hudak Carolyn & Gallo Barbara. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Vol II. Jakarta : EGC. 1998.

Hurlock, E. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Jakarta: Erlangga. 2004

Irdawati. Hubungan Pengetahuan dan sikap Keluarga dengan Perilaku dalam Meningkatkan Kapasitas Fungsional Pasien Pasca Stroke di wilayah kerja Puskesmas Surakarta. 2009.

Irfan M.Fisioterapi bagi insan stroke.Yogyakarta : Graha Ilmu. 2010.

Leigh , Hale A.Home Base Stroke Rehabilitation. 2005. Diakses tanggal 2 Januari 2012 melalui http://www.globalheath.com.au

Lenni FS. Gambaran perilaku keluarga terhadap penderita pasca stroke dalam upaya rehabilitasi di Rs St. Elisabeth Medan.2010 diakses pada tanggal 3 januari 2013 melalui http://repository.usu.ac.id.

Lotta, Holmvisqt. Stroke Rehabilitation In Home Setting. 2006. Diakses tanggal 2 Januari 2012 melalui http://www.karoliska_institutet.com

Muttaqin, Arif. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika. 2008.

Mansjoer, Arif.Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FK-UI, Jakarta. 2000. Mubarak, Wahit Iqbal dkk. Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto.

2006.

Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2003. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2005.

Notoatmodjo S.Promosi kesehatn dan ilmu perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 2007. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika. 2008.

Nursalam.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. 2003

Oupra R, ett all. Effectiveness of Supportive Educative Learning programme on the level of strain experienced by caregivers of stroke patients in Thailand. 2010. Diakses pada 21 maret 2012 dari


(22)

Oliveira, et all.Exploring the family caregiving phenomenon in nursing documentation. 2011. Di akses pada tanggal 20 april 2012 dari http://ojni.org/issues/?p=137 Parwati Sri. Hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan tindakan

perawatan pada pasien pasca stroke di Kec. Jumo Temanggung. 2010. Di akses pada tanggal 2 Januari 2012 dari : http://digilib.unimus.ac.id

Riskesdas. Laporan Nasional. 2007. Diakses tanggal 1 November 2011 dari http://archive.k4health.org/system/files/laporanNasional%20Riskesdas%2020 07.pdf.

Setyowati, Sri dan Arita Murwani. Asuhan Keperawatan Keluarga; Konsep dan Aplikasi Kasus. Yogyakarta:Mitra Cendikia Press. 2008.

Siahaan Delima.Perawatan penderita stroke dirumah oleh keluarga suku batak Toba di Pematangsiantar. 2011. Di akses pada tanggal 10 april 2012 pukul 21.00 dari http://repository.usu.ac.id

Sofwan Rudianto. Stroke dan rehabilitasi pasca-stroke. PT Buana Indo Populer, Gramedia, Jakarta. 2010.

Suhardjo C.Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Kanisius, Jogjakarta. 2008.

Sudiharto. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Kepeerawatan Transkultural.Jakarta : EGC. 2007.

Sugiyono. Metode penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta : Bandung. 2009.

Suhartono, S.Filsafat Ilmu Pengetahuan.Edisi 1. Jogjakarta: AR-RUZZ. 2005.

Sukmarini Natalingrum. Optimalisasi Peran Caregiver Dalam Penatalaksanaan. Skizofrenia. Bandung. Majalah Psikiatri XLII(1):58-61. Surilena, 1999.

Suprajitno.Asuhan Keperawatan Keluarga; Aplikasi dalam Praktik. Jakarta. 2004. Sutrisno Alfred. STROKE? You Must Know Before You Get It!. PT Buana Printing,

Gramedia, Jakarta. 2007

Tantono H, Siregar IMP, Hassan Z.Beban Caregiver lanjut usia suatu survey terhadap caregiver lanjut usia di Beberapa tempat sekitar Kota Bandung. Bandung ; majalah Psikiatri XL (4):32-33. 2006

Tri Puji.Hubungan antara Pengetahuan Keluarga tentang Penyakit Stroke dengan Kesiapan Keluarga Menerima Kembali Penderita Stroke di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. 2008. Di akses pada 2 januari 2012 memalui http://eprints.undip.ac.id


(23)

Valery, Feigin.Stroke. Jakarta : PT. Buhana Ilmu Populer. 2004.

Van Excel Nj, et all.Burden of informal caregiving for stroke patients. Identification of caregivers at risk of adverse health effects. 2005. Diakses pada tanggal 5 april 2012 melalui : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed

Vitahealth.Stroke. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2004.

Waluyo, Srikandi.100 Questions & Answers Stroke. Gramedia ; Jakarta. 2009.

World Health Organization.The Atlas of Heart Disease and Stroke.2002. Diakses pada tanggal 4 november 2011 dari:

http://www.who.int/cardiovascular_diseases/resources/atlas/en World Srtoke Organization.World stroke day. 2010. Diakses pada tanggal 15

Desember 2011 dari http://www.worldstrokecampaign.org

Yayasan Stroke Indonesia. Indonesia tempati urutan pertama didunia dalam jumlah terbanyak penderita stroke. 2009. Diakses pada tanggal 5 November 2011 dari http://www.yastroki.or.id

Yayasan Stroke Indonesia. Angka Kejadian Stroke Meningkat Tajam. 2009. Diakses pada tanggal 16 Noveber 2011 dari http://www.yastroki.or.id

Yayasan Stroke Indonesia. Pengetahuan sekilas tentang stroke. 2012. Diakses pada tanggal 31 Maret 2013 dari dari http://www.yastroki.or.id


(24)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Definisi Stroke itu sendiri menurut Brunner dan Suddarth (2002) merupakan suatu penyakit yang menyebabkan berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga dapat mengakibatkan hilangnya fungsi otak. Hal ini dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah atau terhambatnya asupan darah ke otak oleh gumpalan. Terhambatnya penyediaan oksigen dan nutrisi ke otak dapat menimbulkan kecatatan fisik, mental bahkan kematian bagi penderitanya. Berdasarkan data dari WHO tahun 2002 diperkirakan 15 juta orang tersebar di seluruh dunia menderita stroke, dimana kurang lebih 5 juta orang meninggal dan 5 juta orang mengalami cacat permanen dan menjadi beban bagi keluarganya, bahkan menurut World Stroke Organization (WSO) 2010 saat ini telah diperkirakan satu dari enam orang diseluruh dunia akan mengalami stroke dalam hidupnya.

Pada Konferensi Stroke Internasional yang diadakan di Wina, Austria, tahun 2008 mengungkapkan bahwa jumlah kasus stroke terus meningkat di kawasan Asia, dan salah satunya negara Indonesia yang merupakan negara dengan jumlah penderita stroke terbesar di Asia,


(25)

penyebabnya karena penyakit degeneratif, dan penyebab terbanyak diakibatkan karena stress (Yayasan Stroke Indonesia, 2009).

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun 2007 yang mendata kasus stroke di wilayah perkotaan di 33 provinsi dan 440 kabupaten mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota rumah tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat, hasilnya adalah penyakit stroke merupakan penyebab kematian utama dikalangan penduduk perkotaan dan juga pedesaan masing masing 19,4% dan 16,1%. Selain itu, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala yaitu 8,3 per 1.000 penduduk (0,8%). Dengan jumlah populasi sekitar 211 juta jiwa, berarti terdapat sekitar 1,7 juta penderita stroke. Jumlah penderita stroke tersebut dari tahun ke tahun diperkirakan akan terus bertambah (Yayasan Stroke Indonesia, 2009).

Kematian yang disebabkan oleh stroke pada serangan pertama sekitar 18%-37%, sedangkan kematian pada serangan stroke selanjutnya sekitar 62%. Selain itu terdapat 2 juta orang yang mampu bertahan hidup dari serangan stroke mengalami beberapa kecacatan dan sekitar 40% dari jumlah tersebut memerlukan batuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (Brunner & suddart, 2002).

Hasil studi di Taiwan menunjukan umumnya setelah stroke, sekitar 85-90% penderita stroke dirawat oleh anggota keluarga di rumah, dan sekitar 10-15% dirawat oleh pengasuh yang dipekerjakan


(26)

di rumah. Kewajiban, kasih sayang dan karma adalah alasan utama bagi keluarga untuk mengambil peran pengasuhan. Sayangnya, 85-90% dari keluarga tidak siap untuk tugas-tugas pengasuhan. Mereka sering menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan dalam perawatan di rumah (Chiung-man Wu, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Van Excel (2005) pada 151 pasien stroke dan keluarganya menunjukkan bahwa seorang keluarga penderita stroke rata-rata menghabiskan waktu 3,4 jam sehari untuk bersama penderita stroke (mengantar ke dokter, mandi, dan berpakaian), dan 10,8 jam sehari untuk tugas mengawasi penderita stroke seperti mengawasi saat jalan dan makan. Oleh karena itu, waktu dan ketekunan dari anggota keluarga ataupun orang terdekat penderita stroke sangat dibutuhkan untuk membantu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Keluarga ataupun orang terdekat yang memberikan bantuan pada penderita paska stroke inilah yang disebut denganFamily Caregiver.

Beberapa Family caregiver dilaporkan mampu melaksanakan tugas-tugas pengasuhan lebih baik daripada yang lain dikarenakan adanya pengetahuan, pengalaman, tingkat keterlibatan, dan keterampilan dalam merawat penderita paska stroke. Pengetahuan dan keterampilan yang baik juga akan meningkatkan kualitas perawatan yang mereka berikan (Given, 2008). Studi menunjukkan bahwa pasien stroke memiliki hasil pemulihan yang lebih baik jika mereka memiliki sistem dukungan sosial yang kuat dan fungsi keluarga yang baik untuk membantu kebutuhan pemulihan mereka (Barbara & Mary, 2010).


(27)

David Reiss (1981) dalam Friedman (1998) berpendapat bahwa keluarga memiliki struktur nilai, norma dan budaya yang mempengaruhi segala tindakan yang akan dilakukan oleh keluarga itu sendiri. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam budaya namun masih menjunjung tinggi nilai kekeluargaan, sehingga jika ada keluarganya yang sakit maka anggota keluarga yang lainnya akan ikut membantu (Friedman, 1998).

Penelitian di Thailand menunjukan bahwa sebagian besar anggota keluarga yang menemani pasien selama rawat inap hanya menerima informasi yang sedikit tentang bagaimana membantu keluarga mereka, dan sebagai hasilnya merasa tidak cukup terlatih, kurang informasi dan merasa tidak puas dengan dukungan yang tersedia setelah mereka keluar dari rumah sakit. Namun, setelah dilakukan perbandingan pada dua kelompok yang masing-masing terdiri dari 70 penderita stroke dan 70 orang keluarganya, pada kelompok yang mengikuti intervensi dan memiliki pengetahuan yang cukup dilaporkan dapat meningkatkan kualitas hidup dan meminimalkan beban dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengikuti intervensi (Ouprau, 2010). Hal ini menunjukan bahwa intervensi atau pendidikan langsung pada keluarga dapat meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi beban bagi keluaga itu sendiri. Dengan adanya intervensi atau pendidikan akan meningkatkan pengetahuan family caregiverdalam merawat penderita paska stroke tersebut.


(28)

Studi literatur Hafsteinsdo´ttir (2010) mengenai pendidikan dan pengetahuan yang paling dibutuhkan oleh family caregiver dalam merawat penderita paska stroke adalah mengenai perawatan fisik, latihan/olahraga, bergerak, mengangkat, aspek psikologis, depresi serta masalah gizi. Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Agustina (2009) di rumah sakit Cianjur pada 17 orang penderita dan keluarganya mengenai kajian kebutuhan perawatan dirumah bagi penderita stroke yang paling dibutuhkan yaitu pengaturan nutrisi, perawatan diri, bantuan untuk buang air besar dan kecil, latihan pergerakan fisik, pemberian obat-obatan, motivasi dan kunjungan dari tenaga kesehatan. Hal ini menunjukan begitu banyaknya pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai oleh keluarga atau family caregiverdalam merawat penderita paska stroke dirumah.

Penelitian yang dilakukan oleh Tri (2008) di Semarang pada 75 keluarga yang berkunjung ke RS pantiwilasa menunjukan bahwa pengetahuan keluarga yang tinggi tentang penyakit stroke dapat meningkatkan kesiapan keluarga dalam menerima kembali penderita stroke di rumah, dan berdasarkan penelitian Sri Parwati (2010) mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan tindakan perawatan penderita stroke didapatkan hasil yang menunjukan bahwa sebagian besar pengetahuan keluarga adalah baik yaitu sekitar 66,3% dan tindakan perawatan adalah baik yaitu sekitar 50,6% dan terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan tindakan perawatan penderita pasca stroke. Namun


(29)

berdasarkan penelitian Oliviera (2011) mengenai fenomena family caregiver yang diambil melalui dokumentasi keperawatan yang terkait family caregiver, didapatkan hasil bahwa family caregiver masih mengalami banyak kelemahan, khususnya masalah yang berkaitan dengan kurangnya tingkat pengetahuan (76,6%) dan kurangnya keterampilan (23,4%). Berdasarkan penelitian-peneitian tersebut menunjukan bahwa tingkat pengetahuan keluarga memiliki hubungan dengan kesiapan serta tindakan perawatan penderita paska stroke namun masalah family caregiver yang masih sering muncul berdasarkan dokumetasi keperawatan adalah kurangnya tingkat pengetahuan dan keterampilan.

Pengetahuan tersebut erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambil dalam merawat penderita paska stroke, karena dengan pengetahuan tersebut family caregiver memiliki alasan dan landasan untuk menentukan suatu pilihan. Kurangnya pengetahuan family caregiver akan menyebabkan family caregiver salah persepsi, gelisah, ketakutan, menurunnya kondisi kesehatan dan masalah emosional seperti depresi (Rodgers, 2001). Selain itu kurangnya pengetahuan tentang perawatan bagi penderita juga akan berdampak pada penderitanya, seperti terjadinya stroke berulang, pasien tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri, bahkan dapat terjadi kematian (Irdawati, 2009). Menurut Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2007) perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Oleh


(30)

karena itulah penulis tertarik untuk meneliti “Hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat penderita pasca stroke dirumah.”

B. Rumusan Masalah

Tingginya prevalensi tingkat penderita stroke di Indonesia serta proses penyembuhan yang membutuhkan jangka waktu yang cukup lama, membuat penderita stroke bergantung pada orang-orang disekitarnya dan dalam hal ini keluarga ataupun orang terdekat sangat dibutuhkan penderita stroke untuk membantu proses penyembuhannya salah satunya adalah dalam hal perawatan. Namun, tidak semua anggota keluarga ataupun orang yang merawat penderita paska stroke memiliki pengetahuan yang baik dan informasi yang cukup mengenai stroke juga bagaimana merawat penderita paska stroke dirumah, sedangkan perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih lama dibandingkan yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2007). Oleh karena itu terdapat permasalahan yang dapat di rumuskan sebagai berikut “Adakah hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah?”


(31)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku family caregiverdalam merawat penderita pasca stroke dirumah. 2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan (definisi, faktor resiko, dampak dan perawatan penderita paska stroke)family caregiver pada penderita paska stroke dirumah.

b. Mengidentifikasi perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah.

c. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat pada penderita pasca stroke dirumah.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi instansi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan bahan kepustakaan untuk instansi pendidikan mengenai tingkat pengetahuan dan perilakufamily caregiverdalam merawat penderita paska stroke selama dirumah.

2. Bagi profesi keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi profesi keperawatan mengenai pengetahuan yang diperoleh family caregiver setelah keluar dari rumah sakit dan bagaimana


(32)

perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke sehari-hari selama dirumah.

3. Bagi peneliti

a. Menambah pengetahuan, pengalaman dalam merancang dan melaksanakan penelitian, dan dapat menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh.

b. Sebagai bahan atau dasar bagi peneliti selanjutnya khususnya mengenai perawatan penderita paska stroke oleh family caregiver.

c. Sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana Keperawatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggambarkan hubungan tingkat pengetahuan dengan perilaku caregiver merawat penderita pasca stroke. Populasi penelitian ini adalah family caregiver penderita paska stroke dilingkungan Kelurahan Cinangka. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan menggunakan Cross sectional. Data yang dikumpulkan merupakan data primer yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stroke

1. Pengertian Stroke

Stroke (berasal dari kata strike) berarti pukulan pada sel otak. Biasanya karena adanya gangguan distribusi oksigen ke sel otak. Stroke atau cedera serebravaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah bagian otak (Brunner dan Suddarth, 2002).

Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progresi cepat, berupa defisit neurologis fokal, atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. (Mansjoer, 2000).

Sedangkan menurut WHO (2002) stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh yang berlangsung dengan cepat.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stroke adalah defisit neurologi yang timbul secara mendadak dan berlangsung 24 jam atau lebih yang dapat mengakibatkan hilangnya fungsi otak bahkan kematian.


(34)

2. Penyebab

Menurut Mutaqin (2008), penyebab stroke terdiri dari: a. Trombosis Serebral

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya (Mutaqin, 2008)

b. Hemoragi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk dalam perdarahan dalam ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis dan hipertensi (Mutaqin,2008).

c. Hipoksia Umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah hipertensi yang parah, henti jantung-paru, curah jantung yang turun akibat aritmia (Mutaqin,2008).

d. Hipoksia Setempat

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah spasme arteri serebral yang disertai dengan subaraknoid dan vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migren (Mutaqin,2008).


(35)

3. Patofisiologi

a. Stroke non hemoragik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli (Bunner dan sudarth, 2002).

b. Stroke hemoragik

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan


(36)

penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak (Brunner and Suddart, 2002).

4. Tanda dan Gejala

Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:

a. Stroke hemisfer kanan

1) Hemiparese sebelah kiri tubuh 2) Penilaian buruk

3) Mempunyai kerentanan terhadap sisi kontralateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang berlawanan

(Brunner dan suddarth, 2002) b. Stroke hemisfer kiri

1) Mengalami hemiparese kanan

2) Perilaku lambat dan sangat berhati-hati 3) Kelainan bidang pandang sebelah kanan 4) Afasia

5) Mudah frustasi

(Brunner and Suddart, 2002). 5. Faktor Resiko Stroke

a. Faktor risiko utama : 1) Hipertensi

Hipertensi dapat mengakibatkan pecahnya maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh


(37)

darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel-sel otak akan mengalami kematian (Suhardjo,2008).

2) Diabetes Mellitus

Debetes mellituas mampu, menebalkan dinding pembuluh darah otak yang berukuran besar. Menebalnya pembuluh darah otak akan menyempitkan diameter pembuluh darah yang akan menggangu kelancaran aliran darah ke otak, pada akhirnya akan menyebabkan kematian sel- sel otak (Suhardjo,2008).

3) Penyakit Jantung

Beberapa Penyakit Jantung berpotensi menimbulkan stroke. Dikemudian hari seperti Penyakit jantung reumatik, Penyakit jantung koroner dengan infark obat jantung dan gangguan irana denyut janung. Factor resiko ini pada umumnya akan menimbulkan hambatan atau sumbatan aliran darah ke otak karena jantung melepaskan sel- sel / jaringan- jaringan yang telah mati ke aliran darah (Suhadjo,2008).

4) Transient Ischemic Attack (TIA)

TIA dapat terjadi beberapa kali dalan 24 jam/ terjadi berkali- kali dalam seminggu. Makin sering seseorang mengalami TIA maka kemungkinan untuk mengalami stroke semakin besar (Suhardjo,2008).


(38)

b. Faktor Resiko Tambahan

1) Kadar lemak darah yang tinggi termasuk Kolesterol dan Trigliserida.

Meningginya kadar kolesterol merupakan factor penting untuk terjadinya asterosklerosis atau menebalnya dinding pembuluh darah yang diikuti penurunan elastisitas pembuluh darah (Suhardjo, 2008).

2) Kegemukan atau obesitas

Obesitas sering di hubungkan dengan hipertensi dan gangguan toleransi glukosa dan akan meningkatkan resiko stroke. Obesitas tanpa di sertai hipertensi dan diabetes melitus bukan merupakan faktor resiko stroke yang bermakna (Suhardjo, 2008).

3) Merokok

Merokok dapat meningkatkan konsentrasi fibrinogen yang akan mempermudah terjadinya penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan kekentalan darah (Suhardjo, 2008)

4) Riwayat keluarga dengan stroke

Keluarga dengan riwayat anggota keluarga pernah mengalami stroke berisiko lebih besar daripada keluarga tanpa riwayat stroke (Suhardjo, 2008).


(39)

Polisitemia dapat menghambat kelancaran aliran darah ke otak. Sementara leukemia/ kanker darah dapat menyebabkan terjadinya pendarahan otak (Suharjo, 2008). 6. Manifestasi Klinis

Dampak dari stroke ditentukan oleh bagian otak mana yang cedera, tetapi dampak secara umum dari serangan stroke menurut vitahealth, (2004) adalah sebagai berikut :

a. Lumpuh

Kelumpuhan sebelah bagian tubuh (hemiplegia) cacat yang paling umum akibat stroke. Bila stroke menyerang bagian otak kiri, terjadi hemiplegia kanan. Kelumpuhan mulai dari bagian wajah kanan hingga kaki sebelah kanan, termasuk tenggorokkan dan lidah. Ini menyebabkan kesulitan dalam melaksanakan kegiatan sehari – hari. Bila kerusakan terjadi pada bagian bawah otak maka kemampuan seseorang dalam mengoordinasikan gerakan tubuhnya akan berkurang (Vitahealth, 2004).

b. Perubahan Mental

Stroke tidak selalu membuat mental orang menjadi merosot dan beberapa perubahan biasanya bersifat sementara. Saat stroke mempengaruhi daya pikir, kesadaran, konsentrasi, kemampuan belajar. Semua hal tersebut dengan sendirinya akan mempengaruhi penderita. Marah, sedih, dan tak berdaya


(40)

sering kali menurunkan semangat hidupnya. Sehingga muncul dampak emosional yang berbahaya (Vitahealth, 2004).

c. Gangguan Komunikasi

Paling tidak seperempat klien stroke mengalami gangguan komunikasi, antara lain:

1) Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk berbicara.

2) Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara) yang terutama ekspresif atau reseptif.

3) Apraksia (ketidakmampuan melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk menyisir rambutnya. (Vitahhealth, 2004)

d. Gangguan Emosional

Oleh karena umumnya klien stroke sudah tidak bisa mandiri lagi, sebagian besar mengalami kesulitan mengendalikan emosi. Penderita mudah marah, gelisah, takut, dan sedih akibat kekurangan fisik dan mental mereka (Vitahealth, 2004).

e. Perubahan sensorik

Gangguan persepsi merupakan ketidakmampuan menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat mengakibatkan


(41)

disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual spasial, dan kehilangan sensori.

1) Disfungsi persepsi visual karena gangguan sensori primer di antara mata dan korteks visual. Hominus heminopsia (kehilangan setengah lapang pandang) dapat terjadi karena stroke dan mungkin sementara atau permanen. Sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis. 2) Gangguan hubungan visual spasial (mendapatkan hubungan

dua atau lebih objek dalam area spasial) sering terlihat pada pasien dengan hemiplegia kiri. Pasien mungkin tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokan pakaian ke bagian tubuh.

3) Kehilangan sensori karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli visual, taktil, dan auditorius. (Vitahealth, 2004)

f. Disfungsi Kandung kemih

Pasien pasca stroke mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan menggunakan urinal/ bedpan karena kerusakan control motorik dan postural. Kadang-kadang setelah stroke, kandung kemih


(42)

menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dalam respon terhadap pengisian kandung kemih. Kadang-kadang kontrol sfingter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Inkontinensia ani dan urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologik luas. (vitahealth, 2004)

7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien stroke dibagi menjadi dua fase yaitu fase akut dan fase rehabilitasi.

a. Fase akut

Pada fase ini kondisi hemodinamik pasien belum stabil, umumnya dalam perawatan di rumah sakit, bisa di ruang rawat biasa ataupun di unit stroke. Dibandingkan dengan perawatan di ruang rawat biasa, pasien yang di rawat di unit stroke memberikan outcome yang lebih baik. Pasien menjadi lebih mandiri, lebih mudah kembali dalam kehidupan sosialnya di masyarakat dan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik

Fase akut stroke biasanya berakhir 48 sampai 72 jam. Pasien yang koma saat pada saat masuk dipertimbangkan mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya pasien sadar penuh menghadapi hasil yang lebih dapat diharapkan. Prioritas dalam fase akut ini adalah mempertahankan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat. (Brunner dan Suddarth, 2002).


(43)

b. Fase Rehabilitasi

Rehabilitasi stroke adalah program pemulihan pada kondisi stroke yang bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional pasien stroke, sehinga mereka mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Sasaran utama pada fase ini adalah pasien dan keluarga meliputi perbaikan mobilitas, menghindari nyeri bahu, pencapaian perawatan diri, mendapatkan control kandung kemih, perbaikan proses pikir, pencapaian beberapa bentuk komunikasi, pemeliharaan integritas kulit, perbaikan fungsi keluarga dan tidak adanya komplikasi (Bruner dan Suddarth, 2002).

Pada fase rehabilitasi ini pasien dapat dirawat di rumah sakit, di pusat rehabilitasi ataupun di rumahnya sendiri yang bergantung pada sejumlah faktor, termasuk status kesehatan, prognosis kelangsungan hidup dan ketergantungan. Salah satu alat ukur tingkat ketergantungan pasien stroke yaitu melalui Indeks Barthel (IB) yang dirumuskan oleh Mahoney, F.I dan Barthel D.W untuk mengukur ketergantungan ADL (Activity Daily Living). Nilai IB mudah diperoleh dengan cara anamnesis dan observasi. Tingkatan ketergantung pada setiap komponen dengan nilai indeks sebagai berikut : Skor IB 100 berarti pasien mandiri dan mampu melakukan sepuluh komponen kegiatan tanpa bantuan fisik atau pengawasan. Nilai 91 – 99 ketergantungan ringan, memerlukan bantuan minimal


(44)

namun beberapa komponen memerlukan bantuan. Nilai 62 – 90, ketergantungan sedang : memerlukan bantuan lebih banyak, namun sebagian kegiatan dapat dilakukan mandiri. Nilai 21 – 61 ketergantungan berat: memerlukan bantuan maksimal, namun masih mampu melakukan beberapa kegiatan. Nilai 0-20 pasien ketergantungan total : memerlukan bantuan secara keseluruhan (Gallo, 1998).

B. Family Caregiver 1. Pengertian

Family caregiver adalah setiap kerabat, pasangan, teman atau tetangga yang memiliki hubungan pribadi yang signifikan dengan, dan memberikan berbagai bantuan untuk, orang tua atau dewasa dengan kondisi kronis atau cacat (Family Caregiver Aliance, 2011). Sedangkan menurut Cress (2011) family caregiver adalah istri, pasangan, anak, atau orang lain yang relative menyediakan berbagai bantuan pada orang yang sudah tua atau pada orang yang tidak punya kemampuan.

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dalam keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Dalam keluarga terdapat lima fungsi dasar keluarga, yaitu: fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi dan perawatan kesehatan. (Friedman, 1998). Caregiver adalah


(45)

seseorang yang memberikan bantuan kepada orang yang mengalami ketidak mampuan dan memerlukan bantuan karena penyakit dan keterbatasannya (Natalingrum Sukmarini, 2009). 2. Jeniscaregiver

Caregiver dibagi menjadi caregiver informal dan caregiver formal. Caregiver informal adalah seseorang individu (anggota keluarga, teman atau tetangga) yang memberikan perawatan tanpa dibayar, paruh waktu atau sepanjang waktu, tinggal bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan caregiver formal adalah caregiver yang merupakan bagian daris sistem pelayanan baik dibayar maupun sukarelawan (Natalingrum Sukmarini, 2009).

3. FungsiCargiver

Fungsi dari caregiver adalah menyediakan makan, membawa pasien ke dokter, dan memberikan dukungan emosional, kasih saying dan perhatian. Caregiverjuga membanu pasien dalam mengambil keputusan atau pada stadium akhir penyakitnya, caregiver yang membuat keputusan untuk pasiennya. Family caregivermerupakan penasihat yang sangat penting dan diperlukan oleh pasien (Henny tantono, Ike MP siregar, HM Zaini, 2006). 4. Caregiving

Caregiving merupakan suatu istilah yang berarti memberikan perawatan kepada seseorang dengan kondisi medis yang kronis. Informal atau lay caregiving adalah aktivitas


(46)

membantu individu yang memiliki hubungan personal dengan caregiver(Henny tantono, Ike MP siregar, HM Zaini, 2006).

C. Pengetahuan 1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan rasa. Pengetahuan atau kognitif merupakan hal penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Sebelum seseorang melakukan tindakan perawatan stroke ia harus terlebih dahulu mengetahui apa arti atau manfaat perawatan stroke bagi dirinya atau keluarganya.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan keluarga mengenai perawatan pasien stroke adalah sesuatu yang diketahui oleh keluarga berkaitan dengan cara merawat pasien stroke.

2. Tingkat pengetahuan

Menrut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat


(47)

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Contohnya : Mampu mendefinisikan tentang penyakit stroke, tanda dan gejala serta apa penyebabnya.

b. Memahami (Comperhension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi


(48)

masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sistesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria yang telah ada. 3. Sumber Pengetahuan

a. Sumber pertama yaitu kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama, adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang


(49)

kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja (Suhartono, 2005).

b. Sumber kedua yaitu pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan, dan sebagainya. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa dipercaya (Suhartono, 2005).

c. Sumber ketiga yaitu pengalaman indriawi. Bagi manusia, pengalaman indriawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah, dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup (Suhartono, 2005).

d. Sumber keempat yaitu akal pikiran. Berbeda dengan panca indera, akal pikiran memiliki sifat lebih rohani. Karena itu, lingkup kemampuannya melebihi panca indera, yang menembus batas-batas fisis sampai pada hal-hal yang bersifat metafisis. Oleh sebab itu, akal pikiran senantiasa bersikap


(50)

meragukan kebenaran pengetahuan indriawi sebagai pengetahuan semu dan menyesatkan (Suhartono, 2005).

e. Sumber kelima yaitu intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Jadi, sangat bersifat spiritual, melampaui ambang batas ketinggian akal pikiran dan kedalaman pengalaman. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya, tanpa melalui sentuhan indera maupun olahan akal pikiran. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indriawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka (Suhartono, 2005).

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2003) dan Sukmadinata (2003) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu: a. Tingkat Pendidikan

Kemampuan belajar yang dimiliki manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Sudah barang tentu tingkat pendidikan dapat menghasilkan sesuatu perubahan dalam pengetahuan orang tua.

b. Paparan media massa (akses Informasi)

Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat di terima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio,


(51)

majalah, pamphlet dan lain-lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak di bandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang.

c. Budaya

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi-informasi baru akan di saring sesuai tidak dengan kebudayaan yang di anut.

d. Pengalaman

Pengalaman di sini berkaitan dengan usia, tingkat pendidikan seseorang maksudnya pendidikan yang tinggi akan mempunyai pengalaman yang lebih luas, demikian juga dengan usia orang tersebut pengalamannya juga akan semakin bertambah.

e. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi di kaitkan dengan daya pendidikan yang di tempuh seseorang sehingga memperluas pengetahuan seseorang.

5. Alat ukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan isi materi yang ingin di ukur dari responden (Notoatmojo, 2003). Pengetahuan responden akan


(52)

ditentukan dengan seberapa jauh kemampuannya dalam menjawab pertanyaan mengenai stroke dan dalam merawat penderita pasca stroke yang dapat dilakukannya dalam kuesioner tindakan perawatan.

D. Perilaku 1. Pengertian

Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan (Depdiknas, 2005). Dari pandangan biologis perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2007).

Robert Kwick, menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Skinner merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus/ rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya organisme. Dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut “S-O-R” atau stimulus-organisme-respon. (Notoatmodjo, 2007)

2. Klasifikasi Perilaku

Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2007), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:


(53)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas.

2) Perilaku terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dengan mudah dipelajari.

Menurut Notoatmodjo (2007) bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis yaitu:

1) Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar.

2) Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar. Dalam hal ini lingkungan berperan dalam membentuk perilaku manusia yang ada di dalamnya. Sementara itu lingkungan terdiri dari, lingkungan pertama adalah lingkungan alam yang bersifat fisik dan akan mencetak perilaku manusia sesuai dengan sifat dan keadaaan alam tersebut. Sedangkan lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial budaya


(54)

yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembentukan perilaku manusia.

3) Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit, yakni berupa perbuatan atau action terhadap situasi atau rangsangan dari luar.

3. Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan perilaku dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:

1) Faktor internal

Faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi merupakan penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi ini cukup kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut:

1) Motivasi yang sama dapat saja menggerakkan perilaku yang berbeda demikian pula perilaku yang sama dapat saja diarahkan oleh motivasi yang berbeda.

2) Motivasi mengarahkan perilaku pada tujuan tertentu. 3) Penguatan positif/positive reinforcement

4) Kekuatan perilaku dapat melemah akibat dari perbuatan itu bersifat tidak menyenangkan.


(55)

Faktor-faktor yang berada diluar individu yang bersangkutan yang meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya.

Menurut teori Lawrence green dalam Notoatmodjo (2007), ada tiga faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut:

a. Faktor yang mempermudah (predisposing faktor).

Faktor ini mencangkup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma social, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu ataupun masyarakat (Notoatmodjo, 2007).

b. Faktor pendukung (enabling faktor)

Faktor-faktor ini mencakup fasilitas, sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan,dan sebagainya(Notoatmodjo, 2007).

c. Faktor pendorong (reinforcing faktor)

Yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, istri, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan (Notoatmodjo,2007).

E. Perawatan Penderita Paska Stroke dirumah

Sebelum meninggalkan rumah sakit atau fasilitas rehabilitasi lain, pasien dan orang yang merawat perlu menyadari semua tantangan dan


(56)

tanggung jawab yang akan dihadapi. Meskipun sebagian besar pasien telah mengalami pemulihan yang cukup bermakna sebelum di pulangkan, sebagian penderita paska stroke masih memerlukan bantuan untuk turun dari tempat tidur, mengenakan pakaian, makan, dan berjalan.

Seringkali ketika pulang, penderita pasca stroke masih mengalami gejala sisa, misalnya dengan keadaan : kehilangan motorik (hemiplegi) atau ada juga pasien yang pulang dengan keadaan bedrest total, kehilangan komunikasi atau kesulitan berbicara (disatria), gangguan persepsi, kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, disfungsi kandung kemih

,

sehingga perawatan yang diberikan harus secara terus menerus dilakukan agar kondisi penderita paska stroke membaik, penyakitnya terkontrol, risiko serangan stroke ulang menurun, tidak terjadi komplikasi atau kematian mendadak. Untuk itu keluarga dituntut untuk mengetahui bagaimana merawat penderita paska stroke, sehingga setelah kembali kerumah perawatan dapat dilakukan oleh keluarga pasien maupun pasien itu sendiri secara terus menerus sampai optimal dan mencapai keadaan fisik maksimal. Adapun kebutuhan penderita pasca rawat dapat meliputi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual (Valery dalam Agustina, 2009).

Beberapa perawatan penderita paska stroke antara lain: 1. Posisi ditempat tidur dan terapi fisik

Penderita pasca stroke yang mengalami imobilisasi perlu diposisikan dan direposisikan dengan benar di tempat tidur karena


(57)

hal ini dapat membantu mencegah komplikasi seperti pembentukan bekuan darah, dekubitus, pneumonia, kontraktur sendi, dan nyeri bahu. Selain itu, penderita pasca stroke yang mengalami imobilisasi juga perlu dibalik dan diposisikan secara reguler, bahkan pada malam hari. Posisi tidur yang benar ada 3 macam yaitu tidur pada posisi telentang, tidur pada posisi tubuh yang mengalami kelumpuhan dan tidur pada posisi tubuh yang tidak mengalami kelumpuhan, sebaiknya ubah posisi tidur setiap 2-3 jam sekali.

Penderita pasca stroke juga membutuhkan latihan fisik seprti ROM (Range of motion) untuk mencegah kekakuan sendi dan membantu melatih otot yang kaku. Otot-otot kaki dan tangan yang mengalami kelumpuhan bila dibiarkan saja lama-kelamaan akan menjadi kaku dan kemudian terjadi kontraktur dalam keadaan menekuk (fleksi). Latihan pergerakan otot kaki dan tangan sebaiknya dilakukan terus-menerus, sehari sekali dengan pengulangan minimal 10 kali (Sofwan, 2010).

2. Berdiri dan berjalan

Berdiri dan berjalan merupakan suatu kesulitan tersendiri bagi penderita paska stroke. Bila serangan stroke sangat berat dan kerusakan yang terjadi di otak luas, akan semakin suit untuk dapat berdiri dan berjalan. Pada umumnya penderita paska stroke akan memulai latihan secara berurutan, mulai dari duduk dengan benar, lalu kemudian berdiri dengan benar, dan akhirnya berjalan dengan


(58)

sikap yang benar. Penggunaan alat bantu seperti tongkat dengan kaki 3 terkadang dibutuhkan (Sofwan, 2010).

3. Perawatan kulit

Perawatan kulit yang cermat sangat penting untuk mencegah dekubitus (luka karena tekanan) dan infeksi kulit; adanya hal-hal ini menunjukkan bahwa perawatan pasien kurang optimal. Adanya dekubitus dan infeksi luka menunjukkan bahwa perawatan penderita stroke kurang optimal. Keduanya sebaiknya dicegah karena dekubitus dapat menimbulkan nyeri dan memiliki proses penyembuhan luka yang lama dan jika terinfeksi, luka ini dapat mengancam nyawa. Penderita stroke dapat mengalami dekubitus karena berkurangnya sensasi dan mobilitas. Inkontinensia, malnutrisi, dan dehidrasi juga meningkatkan risiko timbulnya dekubitus dan menghambat proses penyembuhan luka (Leigh, 2005).

Penderita paska stroke yang tidak dapat bergerak harus sering di putar dan tereposisi, dan seprai mereka harus terpasang kencang. Bagi penderita paska stroke yang hanya dapat berbaring atau duduk di kursi roda, bagian-bagian tubuh yang paling berisiko antara lain adalah punggung bawah (sakrum), pantat, paha, tumit, siku, bahu, dan tulang belikat (skapula). Sekali sehari, gunakan spons kering untuk membatali titik-titik tekanan ini agar mencegah tertekanya saraf dan terbentuknya dekubitus. Ketika melakukan hal ini, periksalah ada tidaknya abrasi, lepuh, dan kemerahan kulit


(59)

yang tidak hilang ketika ditekan karena hal-hal ini menunjukkan awal dekubitus. Kulit pasien harus di jaga agar tetap bersih, kering dan diberi bedak (Leigh, 2005).

4. Perawatan kebersihan

Penderita stroke juga memerlukan bantuan keluarga dalam memenuhi perawatan diri. Kemunduran fisik akibat stroke menyebabkan kemunduran gerak fungsional baik kemampuan mobilisasi atau perawatan diri. Keluarga harus selalu menjaga kebersihan diri penderita pasca stroke dengan cara memandikan dan memperhatikan kebersihan pakaian dan tempat tidur. Sebaiknya penderita pasca-stroke diberikan baju dengan bahan katun yang longgar, dan bila memungkinkan dalam bentuk seperti kemeja agar lebih mudah memakainya (Sofwan, 2010).

5. Kebutuhan Nutrisi

Penderita stroke memerlukan makanan yang memadai, lezat, dan seimbang dengan cukup serat, cairan (2 liter atau lebih sehari). Jika nafsu makan penderita berkurang maka penedrita stroke dapat diberi makanan ringan tinggi-kalori yang lezat dalam jumlah terbatas setiap 2-3 jam, bersama dengan minuman suplemen nutrisional (Lotta, 2006).

Penderita pasca stroke dianjurkan untuk mengkonsumsi banyak sayur dan buah karena dapat menurunkan resiko stroke berulang hingga 30 %. Konsumsilah 5 porsi buah dan sayuran setiap hari. Pilihlah protein rendah lemak. Kurangi konsumsi


(60)

daging merah, sebaliknya konsumsilah ikan, ayam (tanpa kulit), karena kebanyakan daging merah mengandung lemak jenuh yang menyebabkan timbunan lemak pada pembuluh darah arteri. Kurangi konsumsi garam karena konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan tekanan darah, selain itu hindari konsumsi makanan ringan yang mengandung banyak garam. Konsumsilah makanan yang kaya serat karena makanan kaya serat membantu dalam mengontrol kadar lemak dalam darah. Konsumsilah sereal gandum, beras merah, dan roti. Hindari konsumsi makanan dan minuman tinggi gula. Hal ini mengurangi resiko Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu faktor resiko terserang stroke berulang. Batasi jumlah lemak dalam makanan yang kita konsumsi. Kita membutuhkan lemak dalam nutrisi, namun konsumsi yang terlalu banyak dapat menyebabkan plak dalam arteri dan menjadi masalah pada berat badan. Penderita stroke juga harus makan dalam posisi duduk, bukan berbaring, untuk mencegah tersedak dan pneumonia aspirasi ( Lotta 2006).

Keluarga dapat melakukan modifikasi dalam penggunaan alat makan penderita stroke, seperti meletakkan antiselip pada alas piring atau menggunakan piring yang cekung sehingga makanan tidak mudah tumpah. Keluarga dapat juga menyediakankan alat-alat bantu untuk penderita stroke yang makan dengan satu tangan, seperti mangkuk telur yang dapat ditempelkan pada meja (Lotta, 2006)


(61)

6. Mengatasi masalah berbicara

Pasien sroke dengan masalah bicara dan menulis mudah mengalami depresi atau frustrasi akibat kesulitan mereka. Karena itu, sangatlah penting untuk mendorong pasien berkomunikasi-menerima semua bentuk komunikasi (tulisan, tanda, bahasa tubuh, gambar, upaya berbicara) dan kemajuan, bahkan yang kecil sekalipun, untuk semakin mendorong pasien. Pasien jangan sering dikritik dan jangan memaksa bahwa setiap kata yang dihasilkan harus tepat. Pasien stroke yang dapat membaca, menulis, dan memahami perkataan orang lain, tetapi kesulitan untuk mengutarakan kata-kata dengan jelas (pasien dengan disartria) dapat memperoleh manfaat dari melakukan latihan lidah dan bibir dua kali sehari (Agustina, 2009). Latihan bibir dapat dilakukan dengan cara membentuk bibir menjadi huruf O dan bergantian menjadi huruf E atau seperti orang tersenyum, sedangkan latihan lidah dapat dilakukan dengan cara menggerakan lidah kea rah kiri dan kanan (Irfan 2010).

7. Kepatuhan Program pengobatan

Dukungan keluarga diketahui sangat penting dalam kepatuhan terhadap program pengobatan jangka panjang (Schatz, 1988 dalam Stanley, 2006). Keluarga bertanggung jawab terhadap semua prosedur dan pengobatan anggota keluarga yang sakit, seperti obat menggunakan alat-alat khusus, dan menjalankan latihan (Friedman, 1998).


(62)

8. Mengatasi masalah emosional

Pada sebagian besar kasus, masalah emosional mereda seiring waktu, tetapi ketika terjadi, masalah itu dapat menyebabkan penderita paska stroke menolak terapi atau kehilangan motivasi untuk menjalani proses rehabilitasi, yang dapat memengaruhi pemulihan penderita. Masalah emosional reaktif ini sering dapat dikurangi secara substansial dengan mendorong penderita stroke membicarakan ketakutan dan kemarahan mereka. Penderita stroke harus merasa bahwa mereka adalah anggota keluarga yang berharga. Penting bagi keluarga untuk mempertahankan lingkungan rumah yang suportif, yang mendorong timbulnya perhatian orang lain dan aktivitas waktu luang, misalnya membaca, memasak, berjalan-jalan, berbelanja, bermain, dan berbicara. Penderita stroke yang keluarganya atau orang yang merawatnya tidak suportif dan yang memiliki kehidupan keluarga yang tidak berfungsi cenderung memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan dengan penderita lainnya. Sebagian penderita paska stroke mungkin merasa nyaman jika mereka berbagi pengalaman mereka dengan penderita paska stroke lain (Lotta, 2006).

9. Mencegah cidera dan jatuh

Leigh (2005) menyatakan faktor risiko yang mempermudah pasien jatuh antara lain masalah ayunan langkah dan keseimbangan, obat-obat sedatif, kesulitan melakukan aktivitas


(63)

sehari-hari, inaktivitas, inkontinensia, gangguan penglihatan, dan berkurangnya kekuatan tungkai bawah.

Indikasi terbaik bahwa penderita stroke siap bergerak ke tingkat mobilitas vang lebih tinggi adalah kemampuan menoleransi tingkat mobilitas yang telah mereka capai. Demi alasan keamanan, sebaiknya ada satu atau dua orang asisten berdiri di samping penderita stroke dan membantu penderita, terutama pada tahap-tahap awal.

10. Kebutuhan buang air kecil dan besar.

Beberapa penderita stroke yang mengalami kelumpuhan dan inkontinensia urin sangat bergantung pada keluarga. Saat mereposisi penderita, pembalut inkontinensia yang basah atau tercemar kotoran harus diganti. Sebagian pria dapat dijaga kering dengan menggunakan botol (pispot) urine secara teratur. Namun, pada sebagian kasus, mungkin perlu dipasang kateter (selang) ke dalam kandung kemih, dan selang ini akan secara otomatis mengeluarkan urine. Sebagian wanita yang mengalami inkontinensia dapat dijaga tetap kering dengan menggunakan pembalut inkontinensia, tetapi jika tidak dimungkinkan atau kurang efektif, kateter dapat dimasukkan ke dalam kandung kemih. Orang yang merawat perlu diajari mengenai cara membersihkan kateter, tetapi yang memasangnya haruslah seorang perawat. Bagi beberapa penderita stroke yang sudah memiliki kondisi yang cukup bagus dapat langsung di antar ke kamar mandi oleh anggota keluarga


(64)

namun harus tetap dijaga dengan ketat, sebaiknya kamar mandi untuk penderita stroke disediakan pegangan di sepanjang dinding untuk mencegah cedera atau jatuh.

Sembelit adalah masalah yang umum dijumpai pada orang berusia lanjut dan pada orang yang mengalami stroke. Cara terbaik untuk mengatur buang air besar adalah makanan yang memadai dan seimbang serta banyak cairan (paling tidak dua liter sehari) dan serat (buah dan sayuran), serta aktivitas fisik yang cukup. Pelunak tinja (laksatif, pencahar), supositoria, dan enema dapat digunakan untuk sembelit yang terjadi sekali-sekali (Edmund, 2007).


(65)

F. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi Teori Lawrence green dalam Notoatmodjo 2007, Brunner dan Suddarth 2002, Agustina 2009

- Latihan fisik (ROM, Olah raga) - Perawatan kulit

- Perawatan kebersihan - Kebutuhan Nutrisi - Latihan berbicara

- Kepatuhan program pengobatan - Penanganan masalah emosional - Mencegah cidera dan jatuh

- Kebutuhan buang air besar dan kecil STROKE Fase Akut Fase Rehabilitasi Di Rumah Petugas kesehatan Keluarga/ Family Caregiver

Faktor predisposisi : Pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai.

Faktor Pendukung : Fasilitas, sarana dan prasarana

Faktor Pendorong : Pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan atau petugas lain

Tingkat Pengetahuan family caregiver dalam merawat penderita pasca - Tingkat pendidikan - Akses informasi - Budaya - Fasilitas - Sosio-budaya - Pengalaman - Sosial ekonomi PerilakuFamily Caregiverdalam merawat penderita pasca stroke Di Rumah sakit Di pusat rehabilitas Perawatan penderita pasca stroke dirumah


(66)

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi maka konsep tidak dapat langsung diamati atau di ukur. Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan. Variabel adalah sesuatu yag digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yag dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep tertentu (Notoatmodjo,2005). Pada penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah variabel Independent yaitu tingkat pengetahuan family caregiver, sedangkan variable dependent yang akan diteliti yaitu perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke. Sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel bebas (Independent) Variable terikat (Dependent)

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Tingkat pengetahuan

Family Caregiver

PerilakuFamily Caregiver dalam merawat penderita


(67)

B. Hipotesis penelitian

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilakuFamily caregiverdalam merawat penderita pasca stroke.

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Oprasional

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 Tingkat pengetahuan caregiver tentang stroke Pemahaman yang diperoleh melalui proses pengalaman dan proses belajar. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang stroke (pengertian, faktor resiko, dampak), serta perawatan penderita paska stroke. Family Caregiver yang dimaksud adalah setiap kerabat, pasangan Menggunakan Menggunakan skala Guttman dan scorig, Pernyataan terdiri dari 25 pernyataan, 13 pernyataan postif dan 12 pernyataan

negative dengan jawaban responden benar atau salah, jika jawaban responden tepat atau benar maka responden

mendapatkan nilai 1 dan jika jawaban salah atau tidak tepat maka

Kuesioner 1. Baik (skor 76-100%) 2. Cukup (skor 56-75%) 3. Kurang (skor ≤55%) (Arikunto, 2006) Ordinal


(68)

(suami/istri), anak yang memiliki hubungan pribadi yang signifikan dengan dan memberikan berbagai bantuan untuk orang tua atau dewasa dengan kondisi kronis atau cacat. responden mendapatkan nilai atau 0 2. Perilaku Family Caregiver

Suatu kegiatan atau aktifitas keluarga atau family caregiver dalam merawat penderita pasca stroke dirumah. Pengukuran perilaku menggunakan skala Likert dan scoring. Pertanyaan penelitian terdiri dari 27

pertnyataan.

Responden menjawab dengan jawaban selalu dengan skor 3,

kadang-kadang dengan skor 2, tidak pernah dengan skor 1.

(Sugiyono 2009) Kuesioner penelitian 1. Baik (skor >75%) 2. Cukup (skor 60-75%) 3. Kurang (skor <60%) (Nursalam, 2003) Ordinal


(69)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian merupakan strategi pembuktian atau pengujian atas variabel dilingkup penelitian. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Cross-section. Cross Sectional merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) (Hidayat, 2008).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2012 di Kelurahan Cinangka. Alasan pemilihan lokasi diKelurahan Cinangka adalah karena setelah dilakukan pendataan pada tanggal 3 Januari 2012 bahwa di Kelurahan Cinangka terdapat 39 penderita paska stroke yang dirawat dirumah dan berdasarkan informasi bahwa tidak terdapat pendidikan atau pelatihan khusus untukfamily caregiveratau keluarga penderita paska stroke mengenai perawatan stroke dikelurahan Cinangka, pengetahuan yang diperoleh hanya berdasarkan informasi yang diberikaan pada saat penderita dirawat dirumah sakit. Selain itu di Kelurahan Cinangka ini belum pernah dilakukan penelitian serupa dengan penelitian yang ingin di ambil peneliti.


(70)

C. Populasi, sampel dan teknik sampling 1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah semua family caregiver pasien stroke yang dirawat dirumah di Kelurahan Cinangka.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Sampel pada penelitian ini adalah seluruh family caregiver yang merawat penderita paska stroke di Kelurahan Cinangka. (Arikunto, 2006).

Adapun criteria sampel adalah sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah criteria dimana subjek penelitian mewakili sampel (Nursalam,2003), yaitu:

1) Responden merupakan family caregiver atau keluarga (suami, istri, anak, ayah, ibu, kerabat) yang merawat penderita stroke dengan kondisi ketergantungan total, berat, sedang dan ringan berdasarkan hasil skrining dengan menggnakan Barthel indeks.


(1)

25. Penderita paska stroke yang jatuh atau cidera harus segera dibaawa kerumah sakit atau dokter.

2. Perilakufamily caregiverdalam merawat penderita paska stroke TP : Tidak pernah, KD : Kadang-kadang, SL : Selalu

No Pernyataan TP KD SL

1. Keluarga membantu penderita paska stroke dalam melakukan aktifitas fisik dengan menggerakan anggota badan atau olah raga, perubahan posisi di tempat tidur, duduk dan berjalan.

2. Keluarga menopang bagian tubuh penederita paska stroke yang lemah, misal dengan menggunakan bantal atau kasur khusus.

3. Keluarga memberikan tanggung jawab kepada anggota keluarga lainnya untuk membantu penderita paska stroke menggerakan badan dan membantu berjalan.

4. Keluarga membantu penderita paska stroke membersihkan diri seperti mandi, keramas, dan menggosok gigi setiap hari.

5. Keluarga membantu dan melatih penderita paska stroke berpakaian dengan benar.

6. Keluarga memberikan tanggung jawab kepada anggota keluarga lainnya untuk membantu

penderita paska stroke dalam menyiapkan alat-alat mandi seperti sabun, handuk dan bak mandi. 7. Keluarga membantu membersihkan tempat tidur

dan mengganti seprei penderita paska strokeyang kotor dan basah untuk mencegah adanya infeksi kulit.


(2)

penderita stroke seperti memijat, mengelap,

memberikan bedak, dan menjaga kulit tetap kering. 9. Keluarga memberikan tanggung jawab kepada

anggota keluarga lainnya untuk merawat kulit penderita paska stroke dan menjaganya agar tetap bersih.

10. Keluarga membantu penderita paska stroke buang air besar dan buang air kecil baik dikamar

mandi/toilet maupun ditempat tidur (pispot). 11. Keluarga membantu mengganti celana atau

pempers penderita paska stroke setelah buang air besar atau air kecil.

12. Keluarga membantu memantau konsistensi (kepadatan), bau, warna dan banyaknya penderita paska stroke buang air besar dan kecil.

13. Keluarga mengingatkan penderita paska stroke untuk makan tepat waktu dan menghindari makanan yang tidak boleh dimakan seperti makanan dengan kolesterol dan garam tinggi.

14. Keluarga membantu menyiapkan makanan yang bervariasi untuk penderita paska stroke.

15. Keluarga memberikan tanggung jawab kepada anggota keluarga lainnya untuk memantau pola makan dan kebutuhan giizi yang cukup seperti makanan 4 sehat 5 sempurna.

16. Keuarga membantu penderita paska stroke untuk melakukan latihan lidah dan bibir setiap hari. 17. Keluarga membantu penderita paska stroke untuk

berkomunikasi dengan orang lain.

18. Keluarga memberikan tanggung jawab kepada anggota keluarga lainnya untuk melatih penderita paska stroke berbicara dengan benar.


(3)

19. Keluarga membantu penderita paska stroke untuk kontrol kerumah sakit atau dokter terdekat. 20. Keluarga membantu penderita paska stroke untuk

minum obat tepat waktu.

21. Keluarga sepenuhnya mengikuti saran dokter untuk perawatan penderita stroke dirumah (seperti

membeli obat yang telah diresepkan, menghindari makanan tertentu, atau kebiasaan buruk misalnya merokok).

22. Keluarga membantu penderita paska stroke untuk mengungkapkan perasaannya dan mengajaknya berdiskusi mengenai kesehatan dan kehidupan sehari-hari.

23. Keluarga memberikan semangat dan dukungan penderita paska stroke selama dirawat dirumah. 24. Keluarga membantu penderita paska stroke

menyalurkan hobinya seperti membaca buku, nonton tv, dan lain-lain.

25. Keluarga membantu menopang tubuh yang lemah saat penderita paska stroke berjalan.

26. Keluarga merapihkan benda-benda dan peralatan rumah tangga yang dapat membahayakan penderita paska stroke.

27. Keluarga memberikan tanggung jawab kepada anggota keluarga lainnya untuk mengawasi penderita paska stroke dalam melakukan aktivitasnya sehingga terhindar dari cidera dan jatuh.


(4)

FRECUENCIES PENGETAHUAN DAN PERILAKU

Statistics

Pengetahuan Perilaku Pengetahuankat egorik

perilakukat

N

Valid 78 78 78 78

Missing 0 0 0 0

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

12 1 1,3 1,3 1,3

13 2 2,6 2,6 3,8

15 3 3,8 3,8 7,7

16 6 7,7 7,7 15,4

17 9 11,5 11,5 26,9

18 12 15,4 15,4 42,3

19 11 14,1 14,1 56,4

20 12 15,4 15,4 71,8

21 5 6,4 6,4 78,2

22 6 7,7 7,7 85,9

23 8 10,3 10,3 96,2

24 3 3,8 3,8 100,0

Total 78 100,0 100,0

Perilaku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

43 1 1,3 1,3 1,3

57 2 2,6 2,6 3,8

58 6 7,7 7,7 11,5

59 5 6,4 6,4 17,9

60 8 10,3 10,3 28,2

61 1 1,3 1,3 29,5

62 1 1,3 1,3 30,8

64 1 1,3 1,3 32,1


(5)

66 3 3,8 3,8 41,0

67 1 1,3 1,3 42,3

68 1 1,3 1,3 43,6

69 5 6,4 6,4 50,0

70 8 10,3 10,3 60,3

72 4 5,1 5,1 65,4

73 7 9,0 9,0 74,4

74 3 3,8 3,8 78,2

75 9 11,5 11,5 89,7

76 5 6,4 6,4 96,2

77 3 3,8 3,8 100,0

Total 78 100,0 100,0

Pengetahuankategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Kurang 3 3,8 3,8 3,8

Cukup 30 38,5 38,5 42,3

Baik 45 57,7 57,7 100,0

Total 78 100,0 100,0

perilakukat

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

kurang 1 1,3 1,3 1,3

cukup 21 26,9 26,9 28,2

baik 56 71,8 71,8 100,0


(6)

Nonparametric Correlations

Correlations

Pengetahuanka tegorik

perilakukat

Spearman's rho

Pengetahuankategorik

Correlation Coefficient 1,000 ,589**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 78 78

perilakukat

Correlation Coefficient ,589** 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 78 78