1. Mengembangkan respon yang sehat terhadap aktifitas jasmani.
2. Mengembangkan reaksi yang positif sebagai penonton.
3. Melepas ketegangan melalui aktifitas fisik yang tepat.
4. Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreatifitas.
5. Menghargai pengalaman estetika dari berbagai aktifitas yang relevan.
2.2. PEMBELAJARAN
Pembelajaran hakekatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya mengarahkan interaksi siswa dengan
sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Trianto, 2009 : 17 .
Menurut Sukintaka 1992 : 70, Pembelajaran mengandung pengertian bagaimana mengajarkan sesuatu kepada anak didik, tetapi juga
ada suatu pengertian bagaimana anak didik mempelajarinya. Dalam sesuatu kejadian pembelajaran terjadi suatu peristiwa, ialah ada suatu pihak yang
memberi dan satu pihak yang menerima. Oleh sebab itu pada peristiwa tersebut dapat dikatakan terjadi proses interaksi edukatif.
Menurut Supandi 1992 : 5, mengatakan bahwa strategi belajar- mengajar pendidikan jasmani merupakan kegiatan sebelum proses belajar-
mengajar dilaksanakan. Tujuannya menciptakan kondisi dan kegiatan belajar yang memungkinkan murid lancar belajar dan mencapai sasaran
belajar. Kegiatan itu antara lain memilih informasi yang bersifat verbal atau model lain seperti gerak yang akan disampaikan, menetapkan cara-cara
pengarahan dan pembimbingan ke arah yang dikehendaki, dan terakhir menetapkan cara bagaimana menilai hasil belajar.
2.3. PENGERTIAN PERMAINAN
Permainan atau bermain mempunyai tugas dan tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan jasmani. Meningkatkan kualitas manusia atau membentuk
manusia indonesia seutuhnya dengan sasaran segala aspek pribadi manusia adalah tujuan pendidikan jasmani yang ingin dicapai. Bermain merupakan fenomena
masyarakat dari anak remaja, orang dewasa, laki-laki, perempuan dan seluruh lapisan masyarakat diseluruh pelosok dunia. Anak-anak bermain sepanjang hari,
sepanjang masa dan diseluruh dunia. Dengan demikian setiap anak yang bermain akan melakukan dengan sungguh-sungguh yang mengandung nilai-nilai positif
yang ditinjau dari segi fisik maupun mental sukintaka,1992:11. Menurut Sukintaka, 1992: 7 menyatakan bahwa sifat bermain adalah
sebagai berikut :
1 Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan dengan suka rela atas dasar rasa
senang. 2
Bermain dengan rasa senang akan menimbulkan aktivitas yang dilakukan secara spontan.
3 Bermain dengan rasa senang untuk memperoleh kesenangan menimbulkan
kesadaran agar bermain dengan baik dan perlu berlatih, kadang-kadang memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui
kemampuan teman, patuh pada peraturan, dan mengetahui kemampuan dirinya sendiri.
Menurut Johan Huizinga dalam Anirotul Qoriah 2009 : 16, mengatakan bahwa bermain adalah aktifitas yang dilakukan secara suka rela. Pada anak
bermain merupakan dorongan naluri yang berguna merangsang perkembangan fisik dan mentalnya. Pada orang dewasa bermain dilakukan karena kebutuhan,
tanpa paksaan, dan dilaksanakan karena mau melaksanakannya. Karena itu, pada orang dewasa bermain bukan karena desakan kewajiban tugas atau kewajiban
moral.
2.3.1. Prinsip Dasar Pengembangan Modifikasi Permainan Dan Olahraga
Pada kenyataannya pembelajaran penjas di sekolah-sekolah umumnya disampaikan dalam bentuk permainan dan olahraga. Materi
pembelajaran dalam bentuk olahraga atau permainan hendaknya diberikan secara bertahap sehingga esensi pokok pembelajaran permainan dapat
dicapai oleh siswa. Untuk itu guru memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang sangat berguna untuk meningkatkan optimalisasi belajar
siswa Adang Suherman, 2000: 21. 2.3.1.1. Strategi Modifikasi Permainan
Strategi pembelajaran permainan berbeda dengan strategi
pembelajaran skill, namun bisa dipastikan bahwa keduanya harus melibatkan modifikasi atau pengembangan agar sesuai dengan prinsip
“body scalling” ukuran fisik termasuk kemampuan fisik. Pada kenyataannya guru kurang membedakan penekanan tujuan pembelajaran
dan skill Adang Suherman, 2000: 35. 2.3.1.2 Struktur Modifikasi Permainan Olahraga
Menurut Adang Suherman, 2000: 31 Tahap dalam belajar bermain adalah mempelajari strategi dasar permainan. Sering kali para guru
mengajar permainan secara khusus tetapi terkadang lupa sekaligus mengajar struktur permainannya. Untuk itu pembelajaran dapat
dimodifikasi dengan cara mengurangi struktur permainan yang sebenarnya hingga pembelajaran strategi dasar bermain dapat diterima dengan relatif
mudah oleh siswa. Pengurangan struktur permainan ini dapat dilakukan
terhadap faktor :
1 Ukuran lapangan.
2 Bentuk, ukuran, dan jumlah peralatan yang digunakan.
3 Jenis skill yang digunakan.
4 Aturan.
5 Jumlah pemain.
2.4. GERAK
Menurut Ma’mun dan Yudha M.Saputra 2000:20, kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna
meningkatkan kualitas hidup. Kemampuan
gerak dasar dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Kemampuan lokomotor, digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu tempat
ke tempat yang lain atau mengangkat tubuh ke atas seperti loncat dan lompat. 2.
Kemampuan non lokomotor, dilakukan di tempat tanpa ada ruang gerak yang memadai, contoh mendorong , menarik,dll.
3. Kemampuan manipulatif,
bentuk-bentuk kemampuan manipulatif terdiri dari :
a Gerakan mendorong melempar, memukul, menendang.
b Gerakan menerima menangkap obyek.
c Gerakan memantul-mantulkan atau menggiring bola.
Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa kemampuan gerak dasar adalah kemampuan dan kesanggupan untuk dapat melakukan tugas–tugas
jalan, lompat, dan lempar secara efektif
dan efisien.
2.5. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN GERAK ANAK SEKOLAH