140 keputusan yang tepat jika terjadi fluktuasi ketersediaan dan harga bahan baku,
serta harga dan jumlah permintaan produk yang dihasilkan. Kemampuan teknologi yang dimiliki STA dan CPIN berdasarkan hasil
audit sebagaimana telah dibahas di muka adalah baik dan baik sekali. Kondisi tersebut akan memberi jaminan terhadap pelaksanaan yang baik sesuai peran dan
tanggungjawab STA sebagai perusahaan-inti dan CPIN sebagai perusahaan penyokongnya, sehingga kemitraan yang dijalankanya berhasil.
D. Potensi Kemitraan
Keberhasilan kemitraan dipengaruhi oleh sekurang-kurangnya tujuh belas faktor kunci yang telah diidentifikasi oleh Womack et al. 1990 diacu dalam
Herman 2002 meliputi: memilih mitra, keinginan untuk menjadi mitra, kepercayaan, karakter dan etika, impian strategis, kecocokan budaya, arah yang
konsisten, informasi bersama, tujuan dan minat bersama, risiko ditanggung bersama secara adil, keuntungan dinikmati bersama secara adil, sumber daya
cukup sesuai, waktu kerjasama disepakati dan cukup panjang, disponsori oleh manajemen puncak, keterikatan pada ketentuan, pengertian dasar yang sama
tentang nilai yang dibawa oleh mitra ke dalam kemitraan, dan aturan, kebijaksanaan dan pengukuran kinerja yang mendukung kemitraan.
Hasil penelitian menunjukkan besarnya nilai potensi kemitraan pada pola PIR Perunggasan ayam pedaging broiler antara PT.Sahabat Ternak Abadi
STA sebagai perusahaan-inti dengan PT. Charoen Pokphand Indonesia CPIN sebagai Perseroan utama penyokong sapronak bagi STA. Hasil analisis potensi
kemitraan yang dijalankan STA diperlihatkan pada Tabel 21.
141 Tabel 21.Faktor-faktor kunci keberhasilan kemitraan pola PIR di lingkungan
PT.Sahabat Ternak AbadiSTA 2008
No. Faktor-faktor keberhasilan dalam Usaha
Nilai Keterangan
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
12 13
14 15
16
17 Memilih mitra
Keinginan untuk menjadi mitra Kepercayaan
Karakter dan etika Impian strategis
Kecocokan budaya Arah yang konsisten
Informasi bersama Tujuan dan minat bersama
Risiko ditanggung bersama secara adil Keuntungan dinikmati bersama secara adil
Sumber daya cukup sesuai Waktu kerjasama disepakati dan cukup panjang
Disponsori oleh manajemen puncak Keterikatan pada ketentuan
Pengertian dasar yang sama tentang nilai yang dibawa oleh mitra ke dalam kemitraan
Aturan, kebijaksanaan dan pengukuran kinerja yang mendukung kemitraan
4 5
3 5
5 3
4 4
4 3
4 5
5 5
4
4 4
JF 30 = tidak ada kemitraan,
30 JF 50 = ada masalah dalam
kemitraan, 50 JF 70 =
kemitraan potensial, JF 70 = kemitraan
yang baik.
Jumlah Faktor JF
71 Keterangan : metode diadaptasi dari Womack et al. 1990.
Jumlah nilai adalah 71 yang diperoleh dari tujuh belas faktor yang dinilai, menunjukkan bahwa kemitraan yang dijalankan STA dalam budidaya ayam
ras pedaging termasuk dalam kategori kemitraan yang baik. Menurut Hafsah 2000, kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang
bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Terdapat enam dasar etika bisnis yaitu : 1 Karakter, integritas, dan kejujuran; 2 Kepercayaan; 3 Komunikasi
yang terbuka; 4 Adil; 5 Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra; dan 6 Keseimbangan antara insentif dan risiko. Jika enam dasar etika bisnis
tersebut dapat dilaksanakan dalam kemitraan, maka keberhasilan dalam bermitra akan dapat dicapai baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang Mariotti 1993, diacu dalam Hafsah 2000. Pola PIR melibatkan perusahaan inti dan peternak sebagai plasmanya.
Perusahaan inti berperan dalam memasok sarana produksi Day old chickDOC,
142 ransum, dan obat-obatan, pemasaran hasil produksi, serta pembinaan dalam
pemeliharaan, sementara peternak plasma bertanggungjawab memelihara DOC sampai mencapai umur layak untuk dijual dan dikonsumsi. Perusahaan inti
maupun peternak plasma masing-masing mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memilih dan memutuskan serta berkeinginan kuat untuk bermitra dalam
bisnis. Kepercayaan secara berangsur-angsur dibangun seiring dengan proses bisnis yang dijalankannya. Karakter dan etika bisnis dijalankan dengan baik,
setiap pelanggaran maupun kelalaian akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Jika terjadi kesalahan fatal, biasanya
dilakukan pemutusan atau penghentian kontrak kerjasama. STA sebagai perusahaan inti, telah memiliki pemahaman yang cukup
terhadap budaya setempat dimana kemitraan bisnis dijalankan, hal ini terbukti dengan adanya kelangsungan bisnis yang dijalankannya masih diminati banyak
peternak di wilayah kerjanya sejak tahun 1996 sampai sekarang. Arah bisnis dijalankan secara konsisten untuk memajukan dunia perunggasan nasional,
khususnya ayam ras pedaging dengan mengedepankan perolehan keuntungan yang dinikmati dan risiko ditanggung bersama secara adil.
Berbagai informasi yang mendukung keberhasilan usaha diketahui bersama saling memberi informasi, saling pengertian dengan didasari tujuan
dan keinginan bersama untuk bermitra dalam menjalankan kemitraan bisnis antara STA dan Peternak plasmanya. Sumberdaya yang digunakan meliputi
sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan di STA cukup sesusai dengan tugas, fungsi dan peruntukannya. Sumberdaya manusia rata-rata berpendidikan
sarjana strata 1 S1, ditempatkan antara lain pada jabatan Direktur, Manajer dan
143 Staf bagian Produksi, Keuangan, dan Pemasaran, sehingga sesuai dengan
keahlian dan pengalaman yang dimiliki. Sumberdaya lain seperti sarana produksi pakan, peralatan, dan DOC, transportasi, teknologi informasi dan komunikasi
cukup memadai. Kondisi ini diciptakan untuk menjamin keberlangsungan produksi dan kegiatan pembinaan kepada peternak plasma. Sarana transportasi
untuk pengiriman DOC dan ransum ditanggung oleh perusahaan inti melalui jasa ekspedisi dari pihak ketiga melalui kontrak kerjasama antara perusahaan inti
dengan pihak ketiga tersebut. Sumberdaya yang digunakan pada tingkat peternak plasma cukup
memadai, pada umumnya berkualifikasi lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP. Sarana dan prasarana produksi yang menjadi tanggungjawab
peternak plasma seperti lokasi kandang dan konstruksinya, fasilitas dan peralatan pada umumnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti.
Bisnis perunggasan produksi daging ayam dengan pola PIR yang dijalankan oleh STA dengan dukungan CPIN mengacu pada SK Mentan Nomor
472KptsTN.33061996 tentang pola kemitraan ayam ras. Pada Gambar 15 ditunjukkan adanya variabel-variabel kunci dalam teknologi usaha inti dalam
sistem kemitraan ayam ras pedaging. Informasi dikumpulkan dari hasil pengamatan atas variabel-variabel kunci dalam sistem kemitraan bagi perusahaan
inti. Untuk menganalisa hubungan dan keterkaitan variabel-variabel kunci teknologi usaha inti tersebut dilaksanakan dalam satu proses analisis bagi
teknologi usaha plasma dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling SEM. Hasil analisis berupa besaran pengaruh masing-masing
variabel dan indikator kunci menunjukkan hubungan dan keterkaitannya,
144 sehingga dapat digunakan sebagai acuan pengembangan usaha ternak di tingkat
plasma yang lebih efektif oleh perusahaan inti.
Kelembagaan usaha kemitraan yang dijalankan berdasarkan kriteria-kriteria kinerja kemitraan dan tingkat teknologi usaha yang tepat mencakup empat
komponen teknologi yaitu technoware, humanware, inforware, dan orgaware THIO. Analisis teknologi usaha pada tingkat plasma didasarkan pada adanya
Gambar 15. Peta Teknologi yang Berkaitan dengan Sistem Kemitraan Ayam Ras Pedaging broiler Pola PIR
2. Orientasi
integritas waktu 4.
Komunikasi
3. Otonomi
kerja
2.
Orientasi berafiliasi
2.
Orientasi prestasi
2. Kewira-
usahaan 4.
Akses Informasi
4. Keterkaitan
informasi
3. Kepemim-
pinan 3.
Pengarahan
3. Iklim inovasi
2.
Kreativitas
3. Kepatuhan
perusahaan 3.
Keterlibatan perusahaan
1. Proses produksi
daging ayam olahan
1.
Proses produksi daging ayam
segar
1.
Pemasaran produk
1.
Perkandangan 1.
Pengendalian Hama dan
Penyakit
TEKNOLOGI USAHA INTI
SISTEM KEMITRAAN
1. Pemeliharaan
ayam
145 tujuan untuk mengoptimalkan tingkat keberhasilan dan keberlanjutan usaha
dalam kemitraan secara keseluruhan.
E. Analisis Komponen Teknologi