semakin berkurang setiap tahunnya
14
. Perubahan iklim hanya akan mempengaruhi sepersekian persen aspek dalam ekonomi global yang memang sangat rawan terhadap kondisi
lingkungan ekosistem seperti pertanian, kelautan, energi, kehutanan, pariwisata, dan pengairan dimana aspek-aspek ini bukanlah aspek dominan dalam ekonomi global.
Kebanyakan sektor dalam global ekonomi bukanlah hal-hal yang rentan atau sensitif dengan dampak perubahan iklim. Sehingga negara-negara yang memungkinkan terpengaruh oleh
perubahan iklim adalah negara-negara yang murni menggantungkan ekonomi mereka kepada sektor yang sensitif terhadap perubahan iklim.
Selanjutnya yang menjadi perdebatan adalah dampak yang dihasilkan oleh perubahan iklim berbeda-beda pada tiap negara atau kawasan, yang kemudian turut mempengaruhi
penilaian pemerintah terhadap penting atau tidaknya isu perubahan iklim
15
. Dijelaskan oleh Mendelson, berdasarkan agricultural studies di Amerika Serikat, dampak yang diperoleh
negara-negara yang beriklim lembab atau mid-latitude dari perubahan iklim justru memberikan keuntungan tersendiri bagi negara-negara tersebut. Sedangkan negara-negara
agrikultur seperti negara-negara Afrika, Amerika latin dan Cina yang cenderung memiliki iklim pada low-latitude merupakan negara yang paling besar mengalami dampak dari
perubahan iklim karena cuaca yang terlalu panas akan berdampak buruk pada aktifitas agrikultur di negara-negara tersebut. Meski demikian, beberapa ahli berpendapat bahwa
dampak cuaca panas di negara-negara low-latitude dapat mengalami penurunan mengingat masyarakat dan petani-petani di negara tersebut sudah banyak yang mulai menggunakan
peralatan atau teknologi yang membuat mereka dapat beradaptasi dengan perubahan iklim yang ada. Kemampuan manusia untuk beradaptasi inilah yang memungkinkan penurunan
resiko yang dapat dihasilkan dari perubahan iklim terhadap kondisi masyarakat.
III. Perubahan Iklim, Kemiskinan dan Dampaknya bagi Pembangunan
Diskursus lain mengenai perubahan iklim dalam sistem internasional adalah mengenai keterkaitannya dengan kemiskinan dan pembangunan. Salah satu hal yang menjadi indikator
dari suksesnya sebuah pembangunan adalah kemampuan untuk mengatasi kemiskinan. Oleh
14
Mendelson menjelaskan bahwa pada kenyataannya, perubahan iklim tidaklah memiliki pengaruh yang besar terhadap aspek ekonomi global. Prosentase pengaruh dari perubahan iklim hanya sebesar 5 dari keseluruhan
sektor ekonomi global. Hal ini dikarenakan, yang paling terkena dampak dari perubahan iklim adalah sektor- sektor yang memang rentan terhadap kondisi lingkungan. Yang mana, sektor-sektor tersebut bukanlah sektor
dominan dalam ekonomi global. Baca dalam Mendelsohn, Robert. Climate Change and Economic Growth. Working Papers No.60, Washington, DC: The World Bank Commission on Growth and Development, 2009.
15
Ibid.
karenanya, kemiskinan menjadi salah satu faktor yang sangat penting dalam program pembangunan. Dalam hal ini, perubahan iklim dan isu-isu terkait lingkungan dianggap
sebagai salah satu faktor yang menghambat pemberantasan kemiskinan. Akan tetapi perubahan iklim tidak dipandang sebagai suatu faktor yang menyebabkan kemiskinan,
melainkan sebagai pendorong untuk semakin memperburuk kemiskinan yang telah terjadi. Perubahan iklim yang juga dapat mengakibatkan kerusakan ekosistem karena adanya
kekeringan, bencana alam, kelangkaan sumber daya alam maupun bencana-bencana lainnya menyebabkan kemiskinan semakin diperparah akibat ketidakmampuan masyarakat miskin
untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada
16
.Masyarakat dan komunitas miskin yang sebagian besar berada di negara berkembang, adalah kelompok yang paling susah untuk
dapat menanggulangi konsekuensi ekonomi dan sosial dari guncangan serta dampak negatif yang dihasilkan oleh perubahan iklim
17
. Kondisi ini menyebabkan mereka semakin terperangkap dalam lingkaran kemiskinan dan menjadi penghalang bagi pembangunan. Hal
ini selanjutnya semakin memperlebar jarak antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin. Pada level negara, negara-negara yang menjadi perhatian dari dampak perubahan
iklim dan kemiskinan adalah negara berkembang.Negara-negara berkembang adalah wilayah yang paling besar menerima dampak dari perubahan iklim dikarenakan miskin dan
terbatasnya pengetahuan, teknologi, ekonomi dan infrastruktur untuk membantu mereka dalam menghadapi dampak yang dihasilkan oleh cuaca ekstrim
18
. Negara berkembang merupakan negara yang pada umumnya sangat mengantungkan ekonomi mereka pada sektor
agrikultur, kelautan, atau pariwisata, yang mana merupakan sektor-sektor yang sangat rentan terhadap perubahan iklim. Rendahnya difersifikasi ekonomi ini menyebabkan negara-negara
berkembang tidak memiliki banyak pilihan untuk menghadapi permasalahan yang disebabkan oleh perubahan iklim. Selain itu, kemampuan negara-negara berkembang untuk terlepas dari
jerat kemiskinan pada awalnya memang sudah mengalami kendala dengan banyaknya tren- tren penyebab kemiskinan seperti kepadatan penduduk, HIVAIDS, dan tekanan akibat
globalisasi. Dan perubahan iklim dapat memperburuk tren-tren yang sudah terjadi sehingga
16
World Bank. Poverty and Climate Change. Working Paper, World Bank, 2003.
17
Turner dan Fisher menjelasakan bahwa masyarakat miskin, khususnya yang berada di negara berkembang, merupakan masyarakat yang paling rentan terhadap dampak dari perubahan iklim. Kondisi ini dikarenakan,
masayrakat miskin tidak memiliki fasilitas atau teknologi yang dapat membantu mereka untuk dapat beradaptasi dengan adanya perubahan iklim. Baca dalam Turner, Kerry, and Brendan Fisher. An ecosystems services
approach: Income, inequality and poverty. In Climate Change and Sustainable Development - New Challenges for Poverty Reduction, by M.A. Mohamed Salih, 156-178. Cheltenham Northampton: Edward Elgar, 2009
18
World Bank. Poverty and Climate Change. Working Paper, World Bank, 2003.
menyebabkan negara-negara tersebut semakin rentan
19
. Meskipun secara global negara berkembang akan menerima dampak terburuk dari perubahan iklim dan cuaca ekstrem, akan
tetapi besar kecilnya dampak ini juga dipengaruhi oleh tingkat pembangunan ekonomi yang mereka miliki. Sebagai contohnya, negara-negara berkembang di Asia yang memiliki
infrastruktur dan kondisi ekonomi yang lebih stabil daripada negara-negara berkembang Afrika akan memiliki respon yang berbeda terhadap ancaman dari perubahan iklim yang
melanda negara mereka.
IV. Mitigasi Internasional terkait Perubahan Iklim dan Pembangunan