Mitigasi Internasional terkait Perubahan Iklim dan Pembangunan

menyebabkan negara-negara tersebut semakin rentan 19 . Meskipun secara global negara berkembang akan menerima dampak terburuk dari perubahan iklim dan cuaca ekstrem, akan tetapi besar kecilnya dampak ini juga dipengaruhi oleh tingkat pembangunan ekonomi yang mereka miliki. Sebagai contohnya, negara-negara berkembang di Asia yang memiliki infrastruktur dan kondisi ekonomi yang lebih stabil daripada negara-negara berkembang Afrika akan memiliki respon yang berbeda terhadap ancaman dari perubahan iklim yang melanda negara mereka.

IV. Mitigasi Internasional terkait Perubahan Iklim dan Pembangunan

Dalam mengatasi permasalahan yang dihasilkan oleh perubahan iklim dan pembangunan, Perserikatan Bangsa-Bangsa bekerjasama dengan Bank Dunia dan IMF membentuk sebuah program pembangunan bernama Millennium Development Goals MDGs dan dilanjutkan dengan Sustainable Development Goals SDGs dimana isu lingkungan menjadi salah satu isu yang diperhitungkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pada September 2000, negara-negara di dunia mengadopsi sebuah rancangan pembangunan bernama UN Millennium Declaration sebagai sebuah komitmen dan upaya untuk mengurangi kemiskinan, memajukan persamaan hak dan meciptakan perdamaian, serta menegakkan demokrasi dan ketahanan lingkungan 20 . Komitmen ini kemudian diwujudkan dengan pembentukan Millennium Development Goals MDGs yang mengikat negara-negara untuk mau dan terlibat secara aktif dalam pemberantasan kemiskinan, ketidaksetaraan gender, kerusakan lingkungan, dan kekurangan atas pendidikan, kesehatan dan air bersih di dunia dalam kurun waktu 15 tahun. Ada delapan sasaran pembangunan dan 18 target yang menjadi tujuan dari MDGs dimana salah satunya, yakni pada sasaran ke-7 isu lingkungan menjadi tujuan pembangunan yang difokuskan pada penyediaan air bersih dan sanitasi. Guna mencapai ambisi pembangunan dalam MDGs, PBB melakukan strategi dengan melakukan official development assistance ODA oleh negara-negara maju terhadap negara-negara yang menjadi prioritas dalam MDGs. Pada Monterrey Conference on Financing for Development di tahun 2002, negara-negara maju OECD countries, berkomitmen untuk memberikan 0,7 persen dari GNI mereka untuk mendanai asistensi pembangunan di negara-negara 19 Ibid. 20 UNDP. Summary Human Development Report 2003. Report, UNDP, New York: Oxford University Press, 2003. berkembang. Jumlah bantuan yang diberikan mencapai 103,9 milyar pertahun di tahun 2006 dan meninkat menjadi 135 milyar per tahun di tahun 2015, yang mana jumlah ini hanya hanya sekitar 0,26 dari total GNI 22 negara OECD. Selain itu, tidak hanya melalui bantuan dari negara-negara maju, MDGs juga menyediakan beberapa kebijakan pembangunan yang dimaksudkan untuk meningkatkan pembangunan seperti kebijakan bagi para petani untuk meningkatkan produktifitas, investing infrastructure, developing industrial development policy , human rights and social equity, serta kebijakan untuk melestarikan lingkungan. Selanjutnya pada tahun 2015, PBB kembali membentuk Sustainable Development Goals SDGs sebagai sebuah kelanjutan dari program MDGs yang berakhir pada tahun 2015. Konsep sustainable development dipelopori oleh pelaksanaan ‘Earth Summit’ atau United Nations Conference on Environment and Development di Rio de Janeiro pada tahun 1992. Konferensi internasional yang dihadiri oleh 170 perwakilan negara, 2.500 NGOs dan 8000 jurnalis ini berusaha untuk memasukkan kajian lingkungan dalam proses pembangunan. tujuan utama dari konferensi ini adalah untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip yang diperlukan untuk agenda pembangunan berkelanjutan di masa mendatang 21 . Berawal dari konferensi inilah pada tahun 2015 program Sustainable Development Goals SDGs dimunculkan sebagai upaya untuk pembangunan di masa mendatang. Dengan keberhasilan program MDGs di tahun 2000-2015, menciptakan ambisi baru bagi negara-negara untuk menciptakan sasaran pembangunan baru dimana tidak hanya mengatasi permasalahan pembangunan yang ada saat ini, tetapi juga menjadi investasi pembangunan dimasa mendatang, dengan melihat keterkaitan antara manusia dengan bumi atau lingkungan 22 . Berbeda dengan MDGs, SDGs berusaha untuk melibatkan partisipasi global, tidak hanya pemerintah dan IGO, melainkan juga NGOs, social movement, civil society, dan individu dalam proses pembangunan. Definisi dari sustainable development menurut World Commission on Environment and Development WCED, 1987:43 adalah “Development that meets the needs of the present without compromising the ability of the future generations to meet their own needs. ” Berdasarkan definisi tersebut, yang menjadi sasaran dari sustainable development tidak hanya pembangunan di masa sekarang dan masa depan, tetapi juga jaminan pembangunan bagi generasi yang akan datang. Berdasarkan fokus diatas, pada 25 September 2015, negara- negara didunia mulai mengadopsi program Sustainable Development Goals SDGs sebagai 21 Elliot, Jennifer A. An Introduction to Sustainble Development - Third Edition. New York: Routledge, 2006. 22 UNDP. Sustainable Development Goals. United Nations, New York, 2015. bentuk upaya pembangunan yang didasarkan pada pemberantasan kemiskinan, perlindungan terhadap keberlangsungan alam dan bumi, dan menjamin kemakmuran bagi seluruh masyarakat selama 15 tahun mendatang. Dalam SDGs, terdapat 17 fokus sasaran pembangunan yaitu: 1 No Poverty, 2 Zero Hunger, 3 Good Health and Well being, 4 Quality Education, 5 Gender Equality, 6 Clean Water and Sanitation, 7 Afforadable and Clean Energy, 8 Decent Work and Economic growth, 9 Industry, Innovation and Infrastructure, 10 Reduced Inequalities, 11 Sustainable Cities and Communities, 12 Responsible Consumption and Production, 13 Climate Action, 14 Life Below Water, 15 Life on Land, 16 Peace, Justice and Strong Institution, 17 Partnership for the goals. Jika dianalisa berdasarkan sasaran SDGs sebagaimana yang telah dipaparkan diatas, dapat dikatakan bahwa SDGs merupakan program pembangunan kelanjutan dari MDGs yang telah mencapai hasil pada tahun 2015. Program ini dibuat tidak hanya untuk mengurangi permasalahan pembangunan, melainkan juga untuk mengaitkan antara lingkungan, manusia, ekonomi, dan pembangunan agar tercipta proses yang berkelanjutan. SDGs berusaha untuk mengaitkan jaringan antara aspek sosial, lingkungan dan ekonomi dalam pembangunan global. Disamping itu, fokus-fokus yang dibentuk dalam SDGs merupakan tujuan universal dimana hal ini berbeda dengan MDGs yang cenderung lebih banyak diterapkan hanya pada negara berkembang. Tidak hanya membentuk program-program pembangunan yang peduli terhadap kondisi lingkungan, PBB melalui United Nation Framework on Climate Change atau UNFCCC membentuk Conference of Parties COP sebagai wadah bagi negara-negara di dunia untuk bersama-sama mengatasi permasalahan perubahan iklim melalui sebuah konferensi internasional 23 . Tujuan dari pembentukan COP adalah untuk melalukan pengkajian terhadap implementasi dari Earth Summit yang dilakukan di Rio pada Tahun 1992 terkait perlindungan terhadap lingkungan. Konferensi yang diikuti lebih dari 190 negara ini, pada tahun 2015 lalu melakukan COP ke-21 di Paris, Perancis, dimana pada kesempatan itu dihasilkan sebuah kesepakatan bersama baik negara maju maupun negara berkembang, untuk bersama-sama mengurangi panas bumi menjadi 2 derajat dan mengurangi gas emisi rumah kaca mereka pada tahun 2025 hingga 2030 24 . Kebijakan internasional yang disepakati oleh negara-negara di dunia ini kemudian menjadi salah satu pendorong untuk mengatasi 23 Data diperoleh dari website resmi United Nations Framework on Climate Change, yang diakses melalui UNFCCC. COP21 Paris : About. 2015. http:www.cop21paris.orgaboutcop21 accessed July 3, 2016. 24 Data diperoleh dari website COP21 News: What Was COP21? 2015. yang dapat diakses pada http:www.cop21.guv.fren2c-target-result-of-state-contributions accessed July 3, 2016. permasalahan perubahan iklim yang terjadi saat ini, guna meminimalisir dampak dari perubahan iklim di dunia.

V. Kesimpulan