Perumusan Model Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dianalisis pada penelitian ini terdiri dari dua data, yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif digunakan untuk menganalisis variabel - variabel yang mempengaruhi penawaran ekspor serat sabut kelapa di Indonesia, sedangkan data kualitatif digunakan untuk melihat perkembangan pasar, dan ekspor serat sabut kelapa Indonesia. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan komputer dan kalkulator. Adapun program komputer yang digunakan untuk mengolah data sekunder ini adalah program minitab versi 13. Setelah data diolah kemudian hasilnya diinterpretasikan dengan cara manual.

4.2.1. Perumusan Model

Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hubungan tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan antara variabel terikat Y dengan satu atau lebih variabel bebas X 1 , X 2 , X 3, ….., X n . Untuk membuat model regresi, metode yang dapat digunakan untuk mencapai penyimpangan atau error yang minimum adalah metode kuadrat terkecil Ordinary Least Square = OLS. Menurut Gujarati 1999 untuk membuat regresi linier, asumsi-asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam model tersebut BLUE Best Linear Unbiased Estimator adalah : 1. Nilai rata-rata untuk kesalahan pengganggu sama dengan nol atau E u i = 0 2. Tidak ada autokorelasi antara error u i dan u j atau covarian u i , u j = 0 ; i • j 3. Keragaman dari u konstan homoskedastis atau varian u j = á 2 4. Untuk pengujian hipotesis, nilai error harus berdistribusi normal dengan nilai sama dengan nol dan keragaman dari u konstan homoskedastis 5. Tidak ada hubungan linier kolinieritas antar variabel bebas

I. Model Respon Penawaran Ekspor Serat Sabut Kelapa A. Model Regresi Linier Berganda

Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model regresi linier berganda ekonometrika. Model ini digunakan karena memiliki keunggulan, yaitu dapat mengakomodasi semua faktor, sederhana dan mampu menjelaskan berapa persen variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas dengan nilai goodness of fit R 2 . Selain kelebihan, pada model ini juga terdapat kekurangan, seperti perlu menggunakan beberapa asumsi. Contohnya adalah peubah bebas dalam persamaan tidak boleh saling berkorelasi autokorelasi, tidak boleh ada kolinieritas antar peubah bebas multikolinier, dan errornya harus memiliki keragaman yang sama heterokedastisitas. Adapun bentuk model yang digunakan pada penelitian tentang respon penawaran ekspor serat sabut kelapa Indonesia ini adalah sebagai berikut : Y = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + å Keterangan : Y : penawaran ekspor serat sabut kelapa Ton b : variabel yang diduga X 1 : harga ekspor serat sabut kelapa USKg X 2 : kurs RpUS X 3 : produk domestik bruto Rp X 4 : produksi sabut kelapa Kg X 5 : volume ekspor serat sabut kelapa tahun sebelumnya lag Ton X 6 : luas areal perkebunan ha å : galat sisa Faktor – faktor yang menjadi variabel penawaran ekspor serat sabut kelapa pada penelitian ini adalah harga ekspor serat sabut kelapa USKg, nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat RpUS, produk domestik bruto Rp, produksi sabut kelapa Kg, jumlah ekspor serat sabut kelapa tahun sebelumnyalag Kg dan luas areal pertanaman kelapa ha. Penentuan faktor tersebut didasarkan kepada teori penawaran ekspor dan hasil studi pustaka dari penelitian terdahulu tentang penawaran ekspor.

B. Model Double Log

Selain model regresi linier berganda, pada penelitian ini akan dicobakan pula model lain, yaitu model double log. Hal ini dilakukan guna mengantisipasi apabila data penelitian tidak linier. Model double log adalah suatu model yang dihasilkan dari transformasi suatu model tidak linier menjadi model linier dengan jalan membuat model dalam bentuk logaritma. Adapun bentuk dari model double log yang digunakan pada penelitian respon penawaran ekspor serat sabut kelapa ini adalah sebagai berikut : Y = â X 1 â1 X 2 â2 X 3 â3 X 4 â4 X 5 â5 X 6 â6 e u Keterangan : Y : penawaran ekspor serat sabut kelapa Ton b : variabel yang diduga X 1 : harga serat sabut kelapa ekspor USKg X 2 : kurs RpUS X 3 : produk domestik bruto Rp X 4 : produksi sabut kelapa Kg X 5 : volume ekspor serat sabut kelapa tahun sebelumnya Ton X 6 : luas areal perkebunan ha å : galat sisa Berdasarkan bentuk modelnya maka sudah dapat dipastikan bahwa model tersebut adalah bukan model regresi linier. Model tersebut merupakan model yang tidak linier baik variabel maupun parameternya. Namun model tersebut dapat ditransformasikan sehingga parameternya berbentuk linier. Adapun bentuk model yang telah ditransformasikan tersebut secara umum adalah sebagai berikut : lnY = lnb + b 1 lnX 1 + b 2 lnX 2 + b 3 lnX 3 + b 4 lnX 4 + b 5 lnX 5 + b 6 lnX 6 + å Apabila variabel-variabel dalam model tersebut didefinisikan kembali, maka akan diperoleh model sebagai berikut : Y = b + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 + å Keterangan : Y = ln Y X 1-7 = ln X 1-7 b = ln b b 1-7 = b 1-7 Berdasarkan dari model tersebut maka diketahui bahwa sesungguhnya model yang terbentuk sudah regresi linier berganda dengan variabel dan parameter berbentuk linier. Dengan demikian maka b dan b 1-6 dapat ditaksir dengan menggunakan metode untuk mengestimasi parameter regresi sederhana, yaitu OLS ordinary least square.

II. Pengujian Model A. Mengukur Goodness of Fit R

2 Menurut Gujarati 1999, R 2 adalah alat untuk mengukur proporsi atau persentase variasi total dalam variabel tidak bebas Y yang dijelaskan oleh variabel penjelas X. Ukuran R 2 ini mencerminkan seberapa besar variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila R 2 sama dengan nol, maka arti dari angka tersebut adalah variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara bila R 2 sama dengan satu, maka hal ini berarti bahwa variasi dari Y seratus persen dapat diterangkan oleh X. Ciri khas dari R 2 ini biasanya terletak antara kedua angka ekstrim tersebut. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari R 2 ini adalah sebagai berikut : TSS ESS 2 R = Keterangan : R 2 = goodness of fit ESS = jumlah kuadrat penjelas TSS = jumlah kuadrat total Sementara TSS itu sendiri diperoleh dari rumus sebagai berikut : TSS = ESS + RSS Keterangan : RSS = jumlah kuadrat galat i i b Se b hitung t = − Berdasarkan definisi dari R 2 tersebut maka diketahui bahwa tidak tepatnya titik – titik berada pada garis regresi disebabkan oleh adanya faktor – faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel terikat. Bila tidak ada penyimpangan tentunya tidak akan ada error. Akibat dari hal tersebut maka RSS sama dengan nol dan hal ini berarti bahwa ESS sama dengan TSS atau R 2 sama dengan satu. Dari penjelasan ini maka diketahui bahwa TSS sesungguhnya merupakan variasi dari data, sedangkan ESS adalah variasi dari garis regresi yang dibuat.

B. Uji Hipotesis

Salah satu penggunaan statistik adalah untuk melihat nyata atau tidaknya pengaruh peubah yang dipilih terhadap peubah-peubah yang diteliti. Oleh karena itu model yang dianalisis membutuhkan pengujian terhadap hipotesis-hipotesis yang dilakukan. Adapun uji hipotesis yang sering dilakukan adalah uji-t dan uji F. Uji-t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi layak atau tidak digunakan. Pengujian ini akan berguna jika pada pengujian analisis ragam diperoleh kesimpulan bahwa terdapat paling sedikit satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat sehingga pengujian t- student akan sangat bermanfaat untuk menunjukkan peubah bebas mana yang berpengaruh secara parsial terhadap peubah tak bebas. Uji-t dapat dirumuskan sebagai berikut : Keterangan : Seb i = standar error dari parameter dugaan b i = parameter dugaan Sebelum melakukan pengujian, biasanya dibuat hipotesis terlebih dahulu. Adapun bentuk hipotesis yang lazim digunakan dalam penelitian dengan alat statistik uji-t adalah sebagai berikut : H : b = 0 H 1 : b • 0 Hal tersebut berarti bahwa berdasarkan data yang tersedia maka akan dilakukan pengujian terhadap b koefisien regresi populasi. Apabila b sama dengan nol maka berarti b tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap variabel terikat, sedangkan apabila b tidak sama dengan nol maka berarti b memiliki pengaruh nyata terhadap variabel terikat. Selain uji-t, pada penelitian ini juga dilakukan uji F Uji simultan. Uji F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel bebas yang terdapat pada model secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Penggunaan uji F dalam menguji pengaruh variabel bebas secara simultan sering disebut analisis ragam. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung uji F ini adalah sebagai berikut : RSSdfE ESSdfR hitung F = − Keterangan: RSS = jumlah kuadrat regresi ESS = jumlah kuadrat error dfR = derajat bebas regresi dfE = derajat bebas error Uji F tersebut dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel . Adapun bentuk uji F tersebut adalah : H : b 2 = b 3 = …..= b k = 0 H 1 : salah satu ≠ 0 Kriteria uji yang berlaku untuk uji F ini adalah apabila F hitung F tabel maka kesimpulan yang diambil adalah terima H . Hal ini berarti bahwa secara bersama- sama variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Sementara itu apabila F hitung F tabel maka kesimpulan yang diambil adalah tolak H . Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.

4.2.2. Masalah – Masalah dalam Model