Indikator-Indikator Prediksi Kebangkrutan Kebangkrutan
bursa atau yang dikenal dengan istilah relisting. Bursa Efek Indonesia mengatur ketentuan mengenai delisting dan relisting melalui Peraturan Nomor I-I tentang
Penghapusan Pencatatan delisting dan Pencatatan Kembali relisting Saham di Bursa yang mulai efektif berlaku sejak tanggal 19 Juli 2004.
Hermuningsih 2012 menjelaskan bahwa pada dasarnya delisting merupakan akibat dari wanprestasinya emiten atau tidak dipenuhinya isi, syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan dalam perjanjian atau kontrak yang dibuat dan diwajibkan oleh bursa efek. Delisting merupakan tindakan yang membawa akibat hukum
dengan tidak memperbolehkan efek emiten yang bersangkutan diperdagangkan lagi di bursa. Hukuman dalam bentuk delisting tersebut yang dijatuhkan oleh
otoritas bursa hanya akan diambil oleh bursa efek, setelah memperhatikan dan mempertimbangkan ketidakmampuan dari emiten sebagai perseroan untuk
memenuhi kriteria yang dapat menyebabkan terjadinya delisting. Penghapusan pencatatan saham perusahaan tercatat dari daftar efek yang tercatat di bursa dapat
terjadi karena: a. Permohonan penghapusan pencatatan saham yang diajukan oleh
perusahaan tercatat sendiri, yang biasanya disebut voluntary delisting. b. Dihapus pencatatannya oleh bursa sesuai dengan ketentuan bursa karena
tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bursa, yang bisanya disebut dengan forced delisting.
Hermuningsih 2012 juga menjelaskan bahwa hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya delisting pada perusahaan di bursa dapat berbeda-beda antara satu bursa
dengan bursa yang lain. Penyebab delisting tersebut diantaranya, harga dibawah
minimum, nilai kapitalisasi pasar dibawah minimum, dimana nilai kapitalisasi merupakan total nilai dari harga pasar saham dikali seluruh jumlah saham yang
beredar, kemudian nett income dibawah minimum serta kepailitan perusahaan.