Sejarah Desa Banteran Kecamatan Sumbang
Banteran kadang ada friksi tanjam antar grumbul ini karena integrasi menjadi satu desa Banteran, memang bukan sesuatu yang langsung jadi, tapi
sesuatu yang harus terus menerus dikelola dengan cerdas oleh semua pimpinan yang saat ini, atau pimpinan siapapun di masa datang. Tangtu,
lokasi makam atau petilasan para bekel diatas sampai saat ini juga belum ditemukan dan sangat sedikit informasi dan gambaran sosok bekel-bekel itu
yang didapat dari para anak keturunan yang saat ini masih hidup.
Dari kompilasi data babad Banyumas, pada masa itu struktur pemerintahan di desa-desa di kabupaten Banyumas adalah sebagai berikut:
Desa dipimpin oleh Bekel, dibawahnya ada, Bau, Pulisi desa, Sedang jabatan diatasnya adalah Asisten wedana, Wedana, Bupati dan seterusnya.
Untuk desa Banteran masuk wilayah Asisten wedana Sumbang, Kawedanan Sokaraja dan Kabupaten Banyumas.
Dari informasi yang sangat minim ini, dapat di ungkapkan di sini bahwa Bekel Mardjipan adalah merupakan kakek dari lurah Marta
Soedarma, dan kuburanya terletak di sebelah utara kuburan lurah Marta
soedarma, ini perlu di cek lagi di kuburan Karangtengah.
Bekel Noeryasin, berasal dari Banteran kulon, rumahnya ada di komplek masjid Banteran kulon di komplek bapak Marzuki, anak keturunan
yang masih ada adalah P Sarwono, yang merupakan kaur umum desa Banteran saat ini, makam bekel Noeryasin di kuburan Banteran kulon, tetapi
sudah tertutup makan yang lain yang baru, sehingga kuburan tidak terlacak.
Bekel Wangsadjaya, merupakan orang tua kandung lurah Poerwawijaya, menurut penutur lesan pada jaman bekel Wangsadjaya
memerintah desa Kradenan, Poerwawidjaya sebagai perangkat yaitu Bau,
orang tua Wangsadjaya dari desa Kradenan wetan.
Bekel Wangsadjaya, memerintah desa Kradenan sampai masa masa terakhir pada saat penggabungan tiga desa yaitu desa Karangtengah, desa
Banteran dan desa Kradenan menjadi satu desa, desa Banteran seperti saat
ini.
Karena tekanan ekonomi yang cukup berat pada dekade abad sembilan belas, pemerintah kolonial Belanda, membuat aturan baru di
wilayah jajahan tlatah Banyumas, yaitu dengan cara penggabungan dan pemecahan desa-desa di wilayah kabupaten Banyumas. Salah satu imbas
dari aturan ini adalah desa otonom Karangtengah, desa Banteran, dan desa Kradenan digabung jadi satu desa menjadi DESA BANTERAN.