Kampanye Hidup Sehat Untuk Mencegah Penyakit Cacingan
Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir
KAMPANYE HIDUP SEHAT UNTUK MENCEGAH
PENYAKIT CACINGAN
DK 38315/TUGAS AKHIR Semester II 2010/2011
Oleh :
Natanael Dinar Winantyo 51907136
Program Studi
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
(2)
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir ini dengan baik.
Penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Strata Satu Program Studi Desain Komunikasi Visual Universitas Komputer Indonesia dengan mengangkat judul “KAMPANYE HIDUP SEHAT UNTUK MENCEGAH PENYAKIT CACINGAN”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan baik dalam penyajian materi maupun dalam penulisannya. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis tidak menutup diri untuk menerima saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
Bandung, 25 Juli 2011
(3)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia terbentang antara 6o garis Lintang Utara sampai 11o garis Lintang Selatan, dan dari 97o sampai 141o garis Bujur Timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Asia Tenggara, jumlah pulau di Indonesia 17.504 pulau. Fakta ini membuat Indonesia memiliki keragaman budaya dan adat istiadat dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain.
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, keragaman dalam berbagai aspek terkait dengan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Permasalahan kesehatan di Indonesia dipengaruhi oleh kepadatan penduduk, keadaan ekonomi, pendidikan, lingkungan, serta perilaku penduduk.
Jumlah penduduk Indonesia sebesar 237.556.363 orang, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Kepadatan penduduk terbanyak berada di Pulau Jawa dan yang terendah berada di Papua.
Secara umum, pertumbuhan ekonomi di Indonesia terus meningkat, seiring meningkatnya laju inflasi. Namun masih banyak daerah yang tertinggal, dinilai dari perekonomian masyarakat,
(4)
infrastruktur atau prasarana, sumber daya manusia, serta kemampuan keuangan lokal.
Kondisi pendidikan merupakan salah satu indikator yang kerap ditelaah dalam mengukur tingkat pembangunan manusia suatu negara. Melalui pengetahuan, pendidikan berkontribusi terhadap perubahan perilaku kesehatan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat. Angka buta huruf berkorelasi dengan angka kemiskinan. Sebab, penduduk yang tidak bisa membaca secara tidak langsung mendekatkan mereka pada kebodohan, sedangkan kebodohan itu sendiri mendekatkan mereka pada kemiskinan. Persentase penduduk yang buta huruf cenderung menurun karena akses terhadap pendidikan meningkat dalam 5 tahun terakhir ini. Persentase terbesar penduduk yang buta huruf berada dalam kelompok umur lebih dari 45 tahun, diikuti kelompok umur kurang dari 15 tahun.
Keadaan kesehatan lingkungkan dinilai dari indikator seperti sarana air bersih yang digunakan dan akses air minum yang aman, akses terhadap sanitasi dasar, rumah sehat, tempat umum, serta pengelolaan makanan sehat. Secara nasional penggunaan sarana air bersih dan akses air minum aman menunjukan persentase sebesar 47,7%, akses terhadap sanitasi dasar sebesar 51,19%, rumah sehat sebesar 63,49%, kebersihan lingkungan umum serta pengelolaan makanan sehat sebesar 64,84%.
(5)
Perilaku masyarakat sangat mempengaruhi kesehatan lingkungan. Perilaku masyarakat ini juga dipengaruhi oleh keragaman budaya, ekonomi, serta pendidikan. Secara nasional persentase perilaku masyarakat, khususnya rumah tangga yang melakukan hidup sehat sebesar 48,41%. Sedangkan untuk Kota Bandung sebesar 43,25%. Dari kondisi inilah muncul beberapa masalah kesehatan, salah satunya adalah penyakit cacingan.
Penyakit cacingan yang biasa menyerang tubuh manusia adalah cacing perut yang ditularkan melalui tanah, jenis cacingnya adalah cacing tambang, cacing gelang, cacing cambuk, dan cacing kremi.
Walaupun tidak sampai menyebabkan kematian, penyakit cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, dan produktivitas penderitanya, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein serta kehilangan darah. Pada keadaan kronis, dapat menyebabkan kekurangan gizi yang berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan akhirnya menimbulkan gangguan tumbuh kembang.
Infeksi cacing dapat ditemukan pada berbagai golongan umur, namun tingkat penderita tertinggi ditemukan pada anak-anak, terutama kelompok anak yang mempunyai kebiasaan berinteraksi atau bermain di saluran air terbuka dan sekitar rumah, makan tanpa cuci tangan, dan bermain-main di tanah yang tercemar telur cacing tanpa alas kaki.
Kebijaksanaan pemerintah dalam pembangunan kesehatan menekankan pada upaya tercapainya hidup sehat bagi setiap penduduk. Beberapa upaya pemerintah dalam pembangunan
(6)
kesehatan dalam program pemberantasan penyakit cacingan, yaitu; menetapkan hari waspada cacing, pengobatan serta pemeriksaan secara selektif.
Penyakit cacingan ini sebagian besar disebabkan terjadi reinfeksi, walaupun sudah ada pengobatan, namun penyakit cacing tetap bisa menjangkiti tubuh manusia kembali. Hal ini disebabkan banyaknya masyarakat terutama anak-anak yang masih kurang untuk berperilaku dan kurang membiasakan hidup sehat sejak dini, serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk memahami tentang penyakit cacingan.
Peran ibu sangatlah penting dalam mengawasi dan menjaga anaknya, agar tidak terjangkit penyakit cacingan. Menurut Sekartini, ibu merupakan model atas tingkah laku sosial bagi si anak, juga dalam berperilaku sehat, khususnya dalam pencegahan penyakit cacingan.
Wanita sebagai ibu rumah tangga merupakan penentu utama sebagai pengasuh dan pendidik anak dalam meningkatkan kesehatan lingkungan dan pribadi. Meningkatnya kesadaran akan kesehatan lingkungan dan pribadi diharapkan akan memotong rantai penularan penyakit cacingan pada anak.
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, untuk mendukung program pemberantasan penyakit cacingan, maka penulis bertujuan membuat sebuah media kampanye sosial yang bertujuan untuk menginformasikan pentingnya hidup sehat dalam pencegahan penyakit cacingan pada anak, serta memberikan informasi agar mampu
(7)
mengajak masyarakat khususnya para ibu yang mempunyai peranan penting untuk mengajarkan hidup sehat kepada anak sejak usia dini.
1.2 Identifikasi Masalah
Menurunnya kualitas sumber daya manusia serta terganggunya tumbuh kembang anak-anak merupakan suatu fenomena. Melihat latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat disimpulkan bahwa identifikasi masalah dalam penulisan laporan pengantar tugas akhir ini, yaitu;
1. Kepadatan penduduk, keadaan ekonomi, pendidikan, lingkungan, serta perilaku masyarakat menjadi faktor permasalahan kesehatan, khususnya penyakit cacingan, 2. Kondisi sanitasi yang kurang sehat serta perilaku
masyarakat yang tidak sehat menimbulkan berbagai macam permasalahan kesehatan, salah satunya penyakit cacingan,
3. Infeksi cacingan dapat ditemukan pada berbagai golongan umur, namun angka tertinggi ditemukan pada anak-anak, 4. Adanya reinfeksi, atau terjangkit kembali penyakit cacingan
dalam jangka waktu tertentu,
5. Perlunya peran ibu, terhadap pencegahan penyakit cacingan pada anak sejak usia dini.
(8)
1.3 Fokus Permasalahan
Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah, maka permasalahan difokuskan pada, diperlukannya hidup sehat pada anak usia dini untuk mencegah penyakit cacingan.
1.4 Tujuan Perancangan
Memberikan informasi tentang pentingnya hidup sehat pada anak sejak usia dini dalam mencegah penyakit cacingan.
Dengan cara pencegahan sejak dini, diharapkan berkurangnya penderita penyakit cacingan pada anak, khususnya di Kota Bandung. Diharapkan pula timbulnya kesadaran para ibu untuk lebih peduli dan mampu menjaga kesehatan anak, serta anak mampu menerapkan hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari karena sudah diajarkan sejak usia dini.
(9)
BAB II
HIDUP SEHAT UNTUK MENCEGAH PENYAKIT CACINGAN
2.1 Penyakit Cacingan
Cacingan merupakan parasit manusia dan hewan yang sifatnya merugikan, manusia merupakan hospes (inang) beberapa nematoda usus. Sebagian besar daripada nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Beberapa jenis cacing yang menyerang manusia yaitu; cacing gelang, cacing cambuk, cacing kremi, dan cacing tambang (Gandahusada, 2000, h.8).
Penyakit cacingan bisa menyerang siapa saja, tanpa mengenal usia. Biasanya penularan penyakit cacingan terdapat 2 jenis yaitu (Ali, 2007):
1. Buang air besar sembarangan – feses yang mengandungi telur cacing mencemari tanah – telur menempel di tangan atau kuku ketika mereka sedang bermain – ketika makan atau minum, telur cacing masuk ke dalam mulut – tertelan – kemudian orang akan cacingan dan seterusnya.
2. Buang air besar sembarangan – feses yang mengandung telur cacing mencemari tanah – dikerumuni lalat – lalat hinggap di makanan atau minuman – makanan atau minuman yang mengandung telur cacing masuk melalui mulut – tertelan – dan selanjutnya orang akan cacingan.
(10)
Gambar 2.1Penularan Penyakit Cacingan
sumber : Arsad Rahim Ali, 2007, Penyakit Cacing Pada Anak
2.2 Hidup Sehat
Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan spiritual.
Menurut WHO (1946), Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan konsep sehat yang positif:
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.
2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.
(11)
3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.
UU No.23, 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
2.3 Program Penanggulangan Penyakit Cacingan
2.3.1 Pencanangan Hari Waspada Cacing
Dari artikel yang dikutip dari www.depkes.gov.id, yang diakses pada tanggal 7 Februari 2011. Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Johnson & Johnson sebagai produsen obat cacing menyelenggarakan pencanangan Hari Waspada Cacing pada tanggal 23 Juli 2010 di Gelanggang Samudra Ancol, Jakarta
(12)
Utara. Berdasarkan hasil survey, saat ini anak Indonesia yang menderita penyakit cacingan angkanya rata-rata berada di kisaran 30%.
Hal ini perlu menjadi perhatian dan kerja keras dari semua pihak karena cacingan selain dapat menyebabkan penyakit infeksi dan masalah pencernaan, juga bisa membuat anak-anak menjadi lesu dan tidak bersemangat sehingga prestasinya pun menurun.
Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya orang tua dan anak serta pendidik terhadap ancaman bahaya penyakit infeksi karena cacing sehingga ancaman infeksi penyakit cacing dapat dihindari atau berkurang secara maksimal.
Pada acara yang diikuti oleh ribuan anak-anak dari berbagai Sekolah Dasar di DKI Jakarta ini dilakukan juga penandatanganan komitmen antara Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, serta Johnson & Johnson dalam upaya pengendalian dan pemberantasan penyakit cacingan. Selain itu diluncurkan juga program 3J, yaitu; 1) Jaga Kebersihan Diri, 2) Jaga Kebersihan Makanan, dan 3) Jaga Kebersihan Lingkungan.
(13)
2.3.2 Hari Cuci Tangan Pakai Sabun
Dari artikel yang dikutip dari www.depkes.gov.id , yang diakses pada tanggal 15 April 2011. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan cara mudah dan tidak perlu biaya mahal. Menurut Endang Rahayu Sedyaningsih, membiasakan CTPS sama dengan mengajarkan anak-anak dan seluruh keluarga hidup sehat sejak dini. Dengan demikian, pola hidup bersih dan sehat (PHBS) tertanam kuat pada diri pribadi anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
Melalui Hari CTPS ini diharapkan peran semua pemangku kepentingan untuk menyelenggarakan kegiatan CTPS secara serentak pada tanggal 15 Oktober setiap tahun, menyelenggarakan kegiatan lanjutan dalam rangka sosialisasi dan kampanye CTPS melalui berbagai kegiatan nyata di masyarakat; dan menyediakan sarana CTPS yang disertai dengan kampanye perilaku hidup sehat di masyarakat.
Hari Cuci Tangan Pakai Sabun adalah kampenye global yang dicanangkan oleh PBB pada Pertemuan Tahunan Air Sedunia (Annual World Water Week), 17-23 Agustus, 2008 di Stockholm, Swedia. Gerakan mencuci tangan pakai sabun sedunia diharapkan dapat meningkatkan perilaku hidup sehat, mencegah timbulnya penyakit.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kedua tangan adalah salah satu jalur utama masuknya kuman penyakit ke
(14)
dalam tubuh. Sebab, tangan adalah anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan mulut dan hidung. Penyakit-penyakit yang umumnya timbul karena tangan yang berkuman seperti penyakit cacingan.
2.3.3 Permasalahan Program Pemberantasan Cacingan
Permasalahan penyakit cacingan pada anak adalah, adanya reinfeksi. Masyarakat pada umumnya kurang membiasakan pola hidup sehat untuk mencegah terjangkitnya kembali telur cacing, terutama pada anak-anak. Program-program seperti pengobatan dan pemeriksaan sudah dijalankan, namun tanpa adanya perilaku yang berkesinambungan dari masyarakat, seperti membiasakan hidup sehat, terjangkitnya penyakit cacingan akan terus terjadi.
Dari data profil kesehatan di Kota Bandung pada tahun 2007, tidak lebih dari 50% rumah tangga yang diamati tidak melakukan perilaku hidup sehat.
(15)
Tabel 2.1 Persentase Rumah Tangga Ber Perilaku Hidup Sehat sumber : Profil Kesehatan Kota Bandung, 2007
2.4 Kebiasaan Hidup Sehat untuk Mencegah Penyakit Cacingan
Menurut Departemen Kesehatan R.I (2001, h.100) usaha pencegahan penyakit cacingan antara lain: mencuci tangan sehabis bermain, sebelum makan, dan setelah buang air, memotong kuku selama dua hari sekali, memakai alas kaki jika berada di luar rumah ataupun ruangan, serta menjaga kebersihan makanan ataupun minuman.
(16)
2.4.1 Kebiasaan Mencuci Tangan
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai penyakit.
Anak-anak paling sering terserang penyakit cacingan karena biasanya jari-jari tangan mereka dimasukkan ke dalam mulut, atau makan tanpa cuci tangan (Oeswari, 1991, h.53).
2.4.2 Kebiasaan Memotong Kuku
Kuku biasanya menjadi tempat penularan telur cacing dari tanah ke dalam tubuh. Kuku sebaiknya selalu dipotong dua hari sekali dan pendek untuk menghindari penularan cacing dari tangan ke mulut (Gandahusada, 2000, h.30).
2.4.3 Kebiasaan Memakai Alas Kaki
Cacing masuk melalui pori-pori kulit, lewat kaki yang tidak menggunakan alas kaki dan menginjak larva atau telur cacing. Kemudian masuk ke pembuluh darah vena, menuju ke paru-paru. Cacing menggigit dinding usus, bertelur dan hidup di usus, dan ikut makan makanan yang sudah dicerna di dalam usus. (Departemen Kesehatan R.I, 1990, h.61).
(17)
2.4.4 Kebiasaan Makan
Kebiasaan penggunaan feses manusia sebagai pupuk tanaman menyebabkan semakin luasnya pengotoran tanah, persediaan air rumah tangga dan makanan tertentu, misalnya sayuran akan meningkatkan jumlah penderita cacingan.
Demikian juga kebiasaan makan masyarakat, menyebakan terjadinya penularan penyakit cacing tertentu. Misalnya, kebiasaan makan secara mentah atau setengah matang, ikan, kerang, daging dan sayuran. Bila dalam makanan tersebut terdapat kista atau larva cacing, maka siklus hidup cacingnya menjadi lengkap, sehingga terjadi infeksi pada manusia (Indan, 2003, h.229).
2.5 Peran Ibu dalam Mengawasi dan Menjaga Kesehatan Anak
Menurut Sekartini (2001), ibu yang paling berperan dalam kehidupan seorang anak. Ibu merupakan model atas tingkah laku sosial bagi anak, juga dalam berperilaku sehat, khususnya dalam pencegahan penyakit cacingan.
Ibu perlu menjaga dan mengawasi anak secara fisik dan psikis. Mengawasi aktivitas mereka, berada dimana, sedang apa, kalau sedang bermain maka bermain apa dan lain sebagainya.
(18)
2.6 Anak Usia Dini
Menurut Wahdah Ayu (2009), anak usia dini mempunyai karakteristik yang khas, baik secara fisik, psikis, sosial moral dan sebagainya. Masa kanak-kanak juga menjadi masa yang paling penting semasa hidupnya, sebab masa kanak-kanak menjadi pondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman hidup selanjutnya.
Pengalaman yang dialami anak pada usia dini akan berpengaruh kuat pada kehidupan selanjutnya. Usia dini merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode yang tepat untuk meletakan struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya, maka diperlukan pelayanan dan pendidikan yang tepat.
2.7 Kampanye
Menurut Antar Venus kampanye sosial adalah suatu kegiatan komunikasi untuk mempengaruhi masyarakat dengan merencanakan serangkaian kegiatan atau usaha tertentu untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu tertentu. Kampanye dapat juga berarti kegiatan yang di lakukan oleh organisasi politik atau calon yang bersaing memperebutkan kedudukan di parlemen dan sebagainya untuk mendapatkan dukungan massa di suatu pemungutan suara.
Kampanye adalah: “Gerakan (tindakan) serentak untuk melawan, mengadakan aksi, dan sebagainya”. Berkampanye mengadakan secara
(19)
serentak (untuk melawan, mengadakan aksi, menarik perhatian dan seterusnya).
Menurut Roger Storey dalam (Venus, 2004, h.7), kampanye ialah serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan mendapatkan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.
Kampanye adalah kegiatan yang dilakukan suatu individu atau kelompok untuk mempengaruhi masyarakat dengan cara menyampaikan suatu informasi agar masyarakat dapat mengerti dari apa yang sedang sampaikan atau diinformasikan oleh suatu lembaga atau perorangan yang bertujuan membentuk suatu perubahan sosial pada masyarakat.
Kegiatan kampanye biasanya memuncak dalam event (acara) tertentu untuk menarik perhatian, dukungan, pemahaman dan meningkatkan kesadaran sekaligus mempengaruhi masyarakat tentang suatu tema tertentu.
2.7.1 Jenis Kampanye
Berbicara tentang jenis-jenis kampanye pada prinsipnya adalah membicarakan motivasi yang melatar belakangi diselenggarakannya suatu kampanye. Motivasi yang dimaksud adalah akan menentukan kearah mana dan apa tujuan dari diadakannya kampanye tersebut.
(20)
Dari uraian diatas, maka kampanye dapat dibedakan menurut jenisnya menjadi 4 macam, yaitu:
1. Kampanye Sosial
Adalah suatu kegiatan kampanye yang
mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan, dan bersifat non komersial. Tujuan dari kampanye sosial adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala-gejala sosial yang sedang terjadi.
2. Kampanye Bisik
Kampanye yang dilakukan melalui gerakan untuk melawan atau mengadakan aksi secara serentak dengan jalan mengabarkan kabar angin.
3. Kampanye Promosi
Adalah kegiatan kampanye yang dilaksanakan dalam rangka promosi untuk meningkatkan atau memperhatikan penjualan, dan sebagainya.
4. Kampanye Politik
Kampanye yang menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat agar masyarakat memperoleh informasi tentang apa, dan bagaimana suatu partai, program maupun visinya. Dengan demikian masyarakat dapat memahami maksud, dan tujuan dari partai tersebut untuk menentukan dipilih atau tidak.
(21)
2.7.2 Media Kampanye
Dalam kampanye media cenderung ditempatkan sebagai saluran komunikasi utama karena hanya lewat media inilah khalayak dalam jumlah yang besar dapat diraih. Disamping kemampuanya dalam melipatgandakan penyebaran informasi, media juga memiliki kemampuan untuk mempersuasi khalayak. Menurut Klapper (Mcqueil, 1987) membedakan enam jenis perubahan yang mungkin terjadi akibat penggunaan media dalam proses kampanye, yakni:
Menyebabkan perubahan yang diinginkan
Menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan
Menyebabkan perubahan kecil (baik dalam bentuk maupun intensitas)
Memperlancar perubahan (diinginkan atau tidak)
Memperkuat apa yang ada, dan
Mencegah perubahan
Dalam program kampanye harus ditentukan aspek-aspek yang akan mempengaruhi pemilihan media yang akan digunakan sebagai saluran kampanye, sebagai berikut;
Jangkauan
Jumlah orang yang memberikan perhatian tertentu dalam batas geografis dan merupakan bagian dari seluruh populasi.
Tipe khalayak
Profil dari orang yang potensial dan
memberikan perhatian tertentu, seperti nilai, gaya hidup dan lain lain.
(22)
Ukuran khalayak Seberapa banyak orang yang terhubung.
Biaya Ongkos produksi dan pembelian media.
Tujuan komunikasi
Apa yang dapat dicapai dan respons yang dikehendaki, hubungan dengan penggunaan media lain dan sebagainya.
Batas atau aturan Pengaturan untuk mencegah masuknya produk-produk atau hal-hal tertentu dari media tertentu.
Tabel 2.2 Seleksi Media
sumber : Richard Varey, 2003, Marketing Communication
2.8 Target Audiens
Dalam merancang sebuah media kampanye perlu mengetahui target audiens yang dibagi dalam tiga bagian, yaitu target audiens secara Demografis, Psikografis, serta Geografis yakni;
Demografis
Target : Ibu-ibu
Gender : Perempuan
Usia : 20-45 tahun
SES : Menengah ke Bawah, Menengah
Psikografis
Diutamakan target audiens yang tidak melakukan perilaku hidup sehat.
Geografis
(23)
2.9 Resume Target Audiens Journey
Aktivitas yang dilakukan sehari-hari dari target primer atau ibu-ibu, biasanya dimulai dari bangun pagi, membersihkan rumah, memasak, mencuci, mengasuh anak, bersantai, berkumpul dengan tetangga, bekerja, berkumpul dengan keluarga, hingga tidur kembali. Bisa disimpulkan keseharian dari target audiens sebagian besar waktunya dihabiskan tidak jauh dari tempat tinggalnya (rumah).
(24)
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
3.1 Strategi Perancangan
Strategi perancangan yang akan dibuat dalam kampanye sosial hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak, adalah mengkampanyekan pentingnya hidup sehat pada anak sejak usia dini dan peran ibu dalam mencegah penyakit cacingan.
3.2 Strategi Komunikasi
Strategi komunikasi yang akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara persuasif dan informatif, untuk mengajak para ibu agar mengawasi serta mencontohkan kepada anak-anaknya supaya menerapkan hidup sehat setiap hari sejak usia dini, menginformasikan peran ibu, serta tentang penyakit cacingan.
3.2.1 Tujuan Komunikasi
Tujuan komunikasi yang hendak dicapai dalam perancangan media ini adalah:
Menginformasikan pentingnya membiasakan hidup sehat pada anak sejak usia dini,
Mengajak para ibu agar berperan aktif dalam menjaga kesehatan anak-anaknya, agar terhindar dari penyakit cacingan,
(25)
Mengajak para ibu untuk mencontohkan kepada anak-anaknya tentang cara mencegah penyakit cacingan,
Menginformasikan pentingnya peran ibu dalam pencegahan penyakit cacingan,
Menginformasikan kepada para ibu tentang penyakit cacingan,
Anak-anak pada usia dini bisa menerapkan hidup sehat setiap hari dalam mencegah penyakit cacingan.
3.2.2 Tema Dasar Komunikasi
Tema dasar dalam penyampaian pesan utama yang akan disampaikan informasi mengenai kampanye sosial peran ibu untuk mengajari langkah hidup sehat pada anak usia dini untuk menghindari penyakit cacingan, dengan gagasan utamanya adalah mengajak dan memberi informasi bagaimana supaya para ibu berperan aktif untuk mengajari dan mengawasi anak-anaknya untuk sehat dalam mencegah penyakit kecacingan yaitu “Pentingnya Hidup Sehat pada Anak Sejak Usia Dini Dalam Usaha Pencegahan Penyakit Cacingan”.
3.2.3 Materi Pesan
Dalam penyampaiannya, perancangan media kampanye ini memerlukan materi yang akan disampaikan sebagai pesan dari kegiatan kampanye ini, materi yang akan disampaikan adalah;
(26)
Cara hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan yang bisa diterapkan kepada anak-anak setiap hari,
Pentingnya peran ibu dalam pencegahan penyakit cacingan pada anak usia dini,
Informasi tentang penyakit cacingan,
3.3 Strategi Kreatif
Agar informasi mencapai tujuan yang diharapkan maka kampanye yang dilakukan harus efektif dan informasi yang efektif adalah informasi yang kreatif, yakni informasi tersebut memberikan wawasan kepada target audiens serta pesan yang akan disampaikan harus tepat dan dapat diterima dengan baik oleh audiens. Hal ini perlu dilakukan karena jika informasi yang diberikan kurang efektif maka kampanye yang dilakukan dikhawatirkan tidak dapat dipahami oleh para ibu sebagai audiens. Strategi kreatif yang dibuat adalah dengan memvisualisasikan ibu yang sedang mengajarkan anaknya hidup sehat, dengan tidak memakai banyak elemen visual, agar mudah diingat oleh target audiens. Dengan pesan yang berisikan ajakan adalah sifatnya untuk menumbuhkan kesadaran pentingnya peran ibu agar mengawasi dan mengajarkan anak-anaknya cara mencegah penyakit cacingan sejak usia dini. Informasi yang disampaikan berisikan cara hidup sehat, peran ibu, serta tentang penyakit cacingan.
(27)
3.3.1 Pendekatan Kreatif
Dengan cara menerapkan landasan strategi kreatif AIDAS atau;
Attention : Perhatian, yaitu memberikan perhatian
kepada masyarakat atau target audiens supaya dapat mengambil persepsi dari kampanye hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak,
Interest : Tertarik, yaitu ada ketertarikan dari target
audiens pada kampanye hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak,
Decision : Keputusan, yaitu supaya target audiens dapat
memutuskan sesuatu atau mengerti apa yang akan didapat atau manfaat dari kampanye hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak,
Action : Aksi, yaitu supaya target audiens dapat beraksi
atau mengajari dan mengingatkan hidup sehat pada anak sejak usia dini,
Satisfaction : Kepuasan, yaitu apa yang dilakukan oleh
target audiens dapat dirasakan bermanfaat.
Pendekatan kreatif yang dilakukan penulis dengan cara :
Pada visualisasi, kampanye ini merupakan hasil dengan menggunakan fotografi.
(28)
Lebih menekankan pada visual yang rasional agar mudah dimengerti.
3.3.2 Strategi Verbal
Pendekatan verbal yaitu ungkapan secara lisan maupun visual yang digunakan dalam mengkampanyekan pencegahan penyakit cacingan anak kepada para ibu, meliputi pembuatan tag line visual dan pencarian gagasan visual, yaitu;
Pembuatan Tag Line Visual
Konsep pendekatan kreatif dalam pembuatan tag line visual yaitu dengan melalui atau mempelajari beberapa permasalahan tentang pencegahan penyakit cacingan, yaitu dibutuhkan kecermatan orang tua, khususnya ibu untuk mengajari anak-anak mereka hidup sehat sejak usia dini, dari kecermatan itu diharapkan anak-anak mereka sehat bebas cacingan. Maka diambil
tag line yang sesuai dengan permasalahan yang didapat adalah “Ibu Cermat, Anak Sehat” sebagai tag line dalam media kampenye sosial bagi para ibu dalam pencegahan penyakit cacingan pada anak.
(29)
Gagasan Visual
Pencarian gagasan visual berawal dari pemahaman
tag line visual dan pesan yang ingin disampaikan kepada para ibu, berawal dari pesan apa yang harus disampaikan yaitu peran ibu dalam mengajari dan mengawasi anak-anaknya untuk hidup sehat sejak usia dini, maka visualisasi yang digunakan adalah gambar ibu yang sedang mengawasi anaknya, gambar cara hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan seperti; mencuci tangan, memotong kuku, memakai alas kaki, dan makan minum makanan minuman yang terjaga kebersihannya. Gambar ini bisa mewakili pesan yang ingin disampaikan kepada para ibu. Dan juga memunculkan kesan kedekatan ibu dan anak.
3.4 Tahapan Kampanye
Dalam perencanaan penyampaian pesan kampanye ini memiliki tiga tahapan yang disusun sebagai berikut:
Tahap Persuasi : Pada tahapan ini bertujuan untuk mengajak dan mempengaruhi pola pikir target audiens, sehingga mau menerima dan mengikuti apa yang disampaikan dalam kampanye ini
Tahap Informasi : Pada tahapan ini masyarakat diajak untuk paham dan mengerti pentingnya melakukan hidup
(30)
sehat dan menginformasikan pentingnya peran ibu dalam pencegahan penyakit cacingan pada anak
Tahap Reminding : Pada tahap terakhir ini diharapkan
masyarakat yang menjadi audiens dari kampanye ini, mampu mengingat pesan-pesan yang terkandung di dalam, dengan tujuan mampu merubah pola kebiasaan lama menjadi pola kebiasaan yang telah dikampanyekan.
3.5 Strategi Media
Karena target audiens adalah para ibu, maka media kampanye yang dibuat adalah:
Media Utama Brosur
Brosur adalah media yang cukup efektif untuk menarik perhatian para ibu, bisa memuat keseluruhan informasi pesan yang ingin disampaikan. Brosur dapat ditempatkan dimana saja, disebar luaskan kemana saja, dapat dibagikan secara selektif maupun secara luas meskipun target audiens yang utama adalah para ibu, tetapi tidak menutup kemungkinan juga bisa disebarkan melalu target audiens sekunder seperti para suami, kerabat, saudara, tetangga, hingga pembantu rumah tangga.
(31)
Brosur juga mudah dibawa, mudah disimpan, sehingga target bisa membaca dengan tenang dan bisa memahami dengan benar isi pesan kampanye.
Media Pendukung Poster
Poster adalah media yang mudah dijangkau, mudah ditempatkan dimana saja, seperti pemukiman warga, tempat umum yang menjadi konsentrasi massa khususnya para ibu, puskesmas, rumah sakit, serta instasi pemerintah lainnya. Orang yang berlalu lalang juga diharapkan akan memperhatikan poster tersebut.
X- Banner
X-Banner dipakai sebagai media informasi yang banyak dilihat di tempat umum seperti puskesmas, rumah sakit, kecamatan, kelurahan, dan lain sebagainya.
Spanduk
Spanduk adalah media yang cukup efektif karena bentuknya yang besar juga penempatannya
(32)
yang ada di atas (digantung), namun isi dan materi dari spanduk harus lebih singkat, padat, dan jelas.
Billboard
Billboard mempunyai fungsi untuk memberikan suatu informasi yang singkat, padat dan jelas kepada target audiens. Media ini dapat dilihat dengan jelas yang ditempatkan di pinggir jalan.
Iklan Tabloid
Ditempatkan pada halaman tabloid perempuan atau ibu dan anak, dengan tujuan agar target audiens secara khusus (ibu-ibu) dapat melihat informasi ini sambil membaca sebuah tabloid.
Iklan Koran
Ditempatkan pada halaman koran, dengan tujuan agar target (masyarakat luas) dapat melihat informasi ini sambil membaca sebuah koran.
Web Banner
Ditempatkan pada halaman sebuah situs web, memberikan suatu informasi yang singkat, padat dan jelas kepada target audiens.
(33)
SMS Iklan Layanan Masyarakat
Iklan layanan masyarakat ini disebarkan melalui fitur SMS, karena hampir seluruh kalangan masyarakat, terutama para ibu sudah memiliki telepon genggam.
Sticker
Ditempatkan dimana saja, seperti pintu, lantai, langit-langit, dan dinding, agar khalayak luas terus menerus diingatkan.
Media Gimmick Piring
Sebagai media pengingat, media ini cukup efektif karena bisa langsung menuju target audiens dan juga bisa digunakan setiap hari.
Mug
Sebagai media pengingat, media ini cukup efektif karena bisa langsung menuju target audiens dan juga bisa digunakan setiap hari.
(34)
Pemotong Kuku
Sebagai media pengingat, media ini cukup efektif karena bisa langsung menuju target audiens dan juga bisa digunakan setiap hari.
Kaos ibu dan anak
Sebagai media yang menggambarkan kedekatan ibu dan anak, media ini cukup efektif karena bisa langsung menuju target audiens dan juga bisa digunakan setiap hari.
3.6 Strategi Distribusi
Untuk mencapai target audiens, maka strategi yang digunakan dalam pendistribusian media kampanye ini ada dengan mendistribusikannya melalui instasi-instasi pemerintah yang terkait, seperti rumah sakit umum daerah, puskesmas, kantor walikota, hingga kantor kelurahan.
Strategi ini dimaksudkan agar dapat menjangkau lapisan masyarakat secara luas sehingga masyarakat secara langsung dapat melihat dan memahami pesan dari kampanye ini.
Untuk penyebaran media di instasi pemerintah seperti rumah sakit umum daerah dan puskesmas adalah dengan pertimbangan, bahwa instasi tersebut mempunyai hubungan yang erat dengan
(35)
kampanye ini, sehingga sangat tepat membantu mendistribusikan informasi dari kampanye ini kepada masyarakat.
3.6.1 Pertimbangan Dasar Penyebaran Media
Berdasarkan pada psikografis audiens yang rata-rata tidak melakukan perilaku hidup sehat. Penyebaran media utama merupakan elemen penting dalam mendistribusikan pesan kampanye ini. Penyebaran media didasarkan pada kemampuan jangkau media dan efektivitas media tersebut untuk dapat membangkitkan kesadaran target audiens, sedangkan penyebaran media pendukung didasarkan pada kebutuhan secara luas untuk mendukung media utama yang memiliki jangkauan sasaran tertentu.
3.6.2 Tahap Penyebaran Media
Jadwal penyebaran media kampanye ini berlangsung selama enam bulan. Penyebaran dilaksanakan bersamaan dengan Hari Waspada Cacing yang jatuh pada tanggal 23 Juli. Kemudian akan ditinjau atau diulang bila diperlukan, dengan perincian sebagai berikut:
(36)
Tabel 3.1 Jadwal Penyebaran Media
3.7 Konsep Visual
Konsep visual adalah suatu konsep yang muncul dari bahasa verbal yang kemudian diolah menjadi bahasa visual. Dalam konsep visual terdapat beberapa unsur yang menjadi pertimbangan seperti estetika, kreatifitas, efisiensi, komunikatif, dan lain-lain, dengan tujuan agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima oleh target audiens.
Untuk mewujudkan sebuah konsep visual yang dapat diterima dan menjadi representasi audiens, diperlukan komposisi warna, tipografi, layout, dan ilustrasi yang baik agar dapat menciptakan visualisasi yang kuat dan pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan mudah.
3.7.1 Format Desain
Format desain yang digunakan pada media utama poster adalah potret. Format potret dipilih dengan alasan lebih memungkinkan penulis untuk menyampaikan informasi dan pesan kepada khalayak secara efektif.
(37)
3.7.2 Layout
Tata letak yang akan digunakan dalam media kampanye sosial hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak adalah potret disesuaikan dengan media yang akan digunakan. Penempatan ilustrasi mewakili hampir keseluruhan desain harus memberikan ruang pada penempatan tagline, logo, dan sponsor kampanye, sehingga tidak merusak tingkat keterbacaan huruf dan menghilangkan pesan yang ingin disampaikan.
Gambar 3.1 Layout
3.7.3 Tipografi
Tipografi yang akan digunakan dalam kampanye sosial hidup sehat untuk mencegah penyakit cacingan pada anak, dengan menggunakan jenis-jenis huruf yang memiliki tingkat keterbacaan yang jelas, merubah ukuran, serta warna yang
(38)
disesuaikan dengan layout sehingga tidak menyulitkan audiens untuk dapat membaca isi dari kampanye tersebut.
Jenis huruf ini digunakan pada headline. Walaupun huruf ini tidak memiliki karakter yang tidak kuat dan tegas, tapi huruf ini cukup menarik perhatian, dan memiliki tingkat keterbacaan yang cukup jelas.
Jenis huruf ini digunakan sebagai body copy. Huruf ini memiliki karakter yang cukup tegas dan memiliki tingkat keterbacaan yang jelas sehingga dirasa mampu mewakili representasi audiens.
(39)
3.7.4 Ilustrasi
Ilustrasi digunakan untuk memperjelas dan mempertegas dari pesan yang ingin disampaikan dalam sebuah kampanye, ilustrasi juga dapat dipakai sebagai daya tarik visual.
Adapun contoh image yang akan digunakan dalam ilustarasi:
Gambar 3.2 Image Ibu dan Anak
Setelah pembuatan background kemudian logo, headline, sub-headline, body copy, dan mandatori jadilah 1 visualisasi seperti di bawah ini:
(40)
3.7.5 Warna
Setiap warna memiliki karakteristik yang berbeda-beda, yang dimaksudkan karakteristik disini adalah sifat khas yang dimiliki dalam suatu warna. Sebagai bagian dari elemen tata rupa, warna memegang peran sebagai sarana untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari sebuah karya desain. Pemilihan warna pada perancangan media informasi ini adalah:
Tabel 3.2 Pemilihan Warna
3.7.6 Identitas Kampanye
Untuk pembuatan identitas kampanye ini pada dasarnya untuk memperkuat gagasan visual yang telah ada, dimana ide elemen yang digunakan adalah ibu, anak, dan hati, dimana
(41)
kemudian dikembangkan hingga dapat merepresentasikan identitas kampanye ini.
(42)
BAB IV
MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI
4.1 Teknis Media
Dalam proses produksi media dilakukan melalui beberapa tahap yaitu :
a) Tahap Sketsa Awal : Sketsa awal adalah proses pencarian bentuk pertama dari visual media informasi ini. Tahap ini dibuat dalam bentuk gambar yang dibuat menggunakan alat tulis. Tahap sketsa dilakukan untuk mempermudah dalam proses eksekusi visual.
b) Tahap Eksekusi Visual : Eksekusi visual adalah tahap dimana dilakukannya proses visual, dalam hal ini proses visual adalah pemotretan dengan model yang dapat mewakili citra ibu dan anak, pada saat pemotretan ibu tersebut selain dipotret untuk memeragakan gaya mengajarkan ke anak, ibu dan juga harus dipotret dengan ekspresi yang menggambarkan kebahagiaan yang tanpa dipaksa.
c) Tahap Perancangan : Tahap perancangan adalah tahap penting untuk merancang media-media informasi
(43)
yang akan dibuat sesuai dengan konsep yang telah ditetapkan. Langkah pertama proses perancangan ini adalah mengolah foto-foto yang sudah dilakukan pada tahap eksekusi visual. Setelah diolah sedemikian rupa maka tahap selanjutnya adalah membuat layout dan memasukkan informasi yang akan disampaikan berupa tulisan.
d) Tahap Akhir : adalah sebagai berikut;
1. Brosur
Ukuran Media : A4 (29,7 cm x 21 cm)
Teknis Produksi : Art Paper 150 gr, cetak offset
Penempatan Media : Dibagikan langsung kepada ibu-ibu di daerah yang kurang melakukan perilaku hidup sehat, dan dibagikan secara luas di daerah lain, serta ditempatkan di instasi pemerintah yang terkait.
Media brosur adalah media utama, media ini dipilih karena selain informasi yang dapat disampaikan brosur lengkap dan jelas, brosur dapat dibagikan langsung kepada para ibu, maupun secara luas. Brosur ini berisi tentang tentang cara hidup sehat, peran ibu serta penyakit cacingan.
(44)
Gambar 4.1.a Brosur Luar
(45)
2. Poster
Ukuran Media : A3 (29,7 cm x 42 cm)
Teknis Produksi : Art Paper 210 gr, cetak offset
Penempatan Media : Tempat konsentrasi berkumpulnya ibu-ibu, Pasar, Puskesmas, Rumah Sakit, Kelurahan, dan tempat umum lainnya
Media poster dipakai sebagai media pendukung dari brosur sebagai media utama dalam perancangan media kampanye ini. Alasannya adalah karena poster dibuat menarik sehingga target audiens tertarik untuk melihatnya, sehingga membantu penyebar luasan kampanye. Selain itu isi pesan yang singkat namun jelas membuat target audiens tidak terlalu sulit untuk mencerna isi dari poster ini. Media poster dapat ditempel langsung ke tempat sasaran.
Poster persuasif ini digambarkan dengan visualisasi ibu dan anak, dengan gestur ibu yang sedang mengajarkan anaknya tentang hidup sehat, seperti memerhatikan anaknya, mencuci tangan dengan sabun, memotong kuku, memakaikan alas kaki, serta
(46)
menasehati anak agar makan dan minum yang terjaga kebersihannya. Diharapkan target audiens akan meniru dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Poster ini juga berisi informasi tentang bagaimana telur cacing bisa masuk ke dalam tubuh.
(47)
Poster informasi ini digambarkan dengan visualisasi ibu dan anak yang sedang bercengkrama bahagia, adanya kedekatan yang begitu erat di antara mereka. Diharapkan para ibu akan mengetahui pentingnya hidup sehat dan peran mereka terhadap kesehatan anak-anaknya.
(48)
3. X-Banner
Ukuran Media : Custom (160 cm x 60 cm) Teknis Produksi : Abatros, cetak digital
Penempatan Media : Ditempatkan di teras depan puskesmas, rumah sakit, kantor walikota, hingga kelurahan, serta instansi terkait lainnya.
Media x-banner digunakan sebagai media pendukung dari media utama yaitu brosur. Alasan pemilihan media ini adalah karena x-banner berukuran cukup besar sehingga dapat terlihat dengan jelas, apabila penempatannya strategis dapat menjadi media pengingat dari media utamanya yaitu brosur.
(49)
4. Spanduk
Ukuran Media : Custom (3 m x 1 m) Teknis Produksi : Flexi lite, cetak digital
Penempatan Media : Ditempatkan di teras depan puskesmas, rumah sakit, kantor walikota, hingga kelurahan, serta instansi terkait lainnya, jalan umum atau jalan raya.
Media spanduk digunakan sebagai media pendukung dari media utama yaitu brosur, alasan pemilihan media ini adalah karena spanduk berukuran besar sehingga dapat terlihat dengan jelas, apabila penempatannya strategis dapat menjadi media pengingat dari media utamanya yaitu brosur.
(50)
5. Billboard
Ukuran Media : Custom (8 m x 4 m)
Teknis Produksi : Flexi frontlite, cetak digital
Tiang : Diameter 60 cm, Tinggi 11 m, penerangan depan (4 lampu)
Penempatan Media : Ditempatkan di jalan raya
Media billboard digunakan sebagai media pendukung dari media utama, alasan pemilihan media ini adalah karena billboard berukuran sangat besar sehingga dapat terlihat dengan jelas, namun isi dari billboard
harus singkat dan jelas, karena biasanya hanya dilihat sepintas.
(51)
Gambar 4.6 Billboard
6. Iklan Tabloid
Ukuran Media : Custom 4 kolom (perkolom 200 mm x 160 mm)
(52)
Penempatan Media : Ditempatkan di kolom iklan tabloid khusus wanita, tabloid ibu dan anak.
Media iklan tabloid digunakan dengan alasan pemilihan media ini adalah karena iklan tabloid bisa menjangkau target audiens yaitu para ibu secara khusus
(53)
7. Iklan Koran
Ukuran Media : Custom 1 kolom (175 mm x 130 mm) Teknis Produksi : Cetak offset
Penempatan Media : Ditempatkan di kolom iklan koran.
Media iklan koran digunakan dengan alasan pemilihan media ini adalah karena iklan koran bisa menjangkau masyarakat secara luas.
Gambar 4.8 Iklan Koran
8. Web Banner
Ukuran Media : Custom
(54)
Penempatan Media : Ditempatkan di kolom iklan pada situs website tentang kesehatan, wanita, berita, ataupun ibu dan anak.
Media digunakan dengan alasan pemilihan media ini adalah karena kemajuan zaman, semakin banyak orang yang sering menjelajahi internet. Sehingga bisa menjangkau masyarakat luas.
Gambar 4.9 Web Banner
9. SMS Iklan Layanan Masyarakat
Ukuran Media : Custom (95 karakter)
Penempatan Media : Disebarkan secara serentak kepada pemilik nomor yang berdomisili di Bandung.
Media ini digunakan dengan alasan karena media ini dapat disebar luaskan kepada para masyarakat secara efektif, bisa mengingatkan dimana dan kapan
(55)
saja. Pada saat ini juga hampir seluruh kalangan masyarakat telah mempunyai telepon genggam.
Gambar 4.10 SMS Iklan Layanan Masyarakat
10. Sticker
Ukuran Media : Custom
Teknis Produksi : Sticker Ritrama, laminasi, cetak
offset
Penempatan Media : Ditempatkan di mana saja, seperti di pintu, lantai, tempat umum.
(56)
Media digunakan dengan alasan karena bisa ditempatkan dimana saja, berfungsi untuk mengingatkan secara terus-menerus, tanpa harus membutuhkan tempat yang luas.
Gambar 4.11 Sticker
11. Piring
Ukuran Media : Custom
Teknis Produksi : Laser Printing
Piring digunakan sebagai gimmick media, alasan pemilihan media ini adalah karena piring dapat
(57)
dibagikan langsung kepada para ibu dan dapat berfungsi sebagai media pengingat dari media utama karena piring dapat dipakai dan ada nilai gunanya.
Gambar 4.12 Piring
12. Mug
Ukuran Media : Custom
Teknis Produksi : Laser Printing
Mug digunakan sebagai gimmick media, alasan pemilihan media ini adalah karena mug dapat dibagikan langsung kepada para ibu dan dapat
(58)
berfungsi sebagai media pengingat dari media utama karena mug dapat dipakai dan ada nilai gunanya.
Gambar 4.13 Mug
13. Pemotong Kuku
Ukuran Media : Custom
Teknis Produksi : Pin, cetak offset, press moulding
Gunting Kuku digunakan sebagai gimmick media, alasan pemilihan media ini adalah karena gunting kuku dapat dibagikan langsung kepada para ibu dan dapat berfungsi sebagai media pengingat dari media
(59)
utama karena gunting kuku dapat dipakai dan ada nilai gunanya.
Gambar 4.14 Pemotong Kuku
14. Kaos Ibu dan Anak
Ukuran Media : All size untuk ibu, dan M untuk anak-anak
Teknis Produksi : Sablon
Kaos digunakan sebagai gimmick media, alasan pemilihan media ini adalah karena kaos dapat dibagikan langsung kepada para ibu dan dapat
(60)
berfungsi sebagai media pengingat dari media utama karena kaos dapat dipakai dan ada nilai gunanya.
Gambar 4.15 Kaos Ibu dan Anak
4.2 Spesifikasi Hardware dan Software
Hardware : Intel Dual Core 3,2Ghz, 2Gb RAM, ATI Catalyst HD4600 1Gb
Software : Microsoft Windows 7, Adobe Photoshop CS5, Adobe Illustrator CS5, Microsoft Word dan PowerPoint 2007
(61)
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Wahdah. (2009). Artikel : Karakteristik Anak Usia Dini. Yogyakarta: author.
Departemen Kesehatan R.I. (1990). Materi Pelatihan Dokter Kecil. Jakarta: Kementrian Kesehatan R.I.
Departemen Kesehatan R.I. (2001). Pedoman Modul dan Materi Pelatihan
“Dokter kecil”. Jakarta: Kementrian Kesehatan R.I.
Departemen Kesehatan R.I. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan R.I.
Dinas Kesehatan Kota Bandung. Seksi Gizi Dinkes. (2007). Profil Kesehatan Kota Bandung. Bandung: Dinkes Kota Bandung.
Entjang, Indan. (2000). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Gandahusada, Srisasi. (2000). Parasitologi Kedokteran edisi ke 3. Jakarta: EGC.
Hari Cuci Tangan Pakai Sabun. Tersedia di: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1260-hari-cuci- tangan-pakai-sabun-sedunia-2010-perilaku-sederhana-berdampak-luar-biasa.html. [15 April 2011].
Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.
Oeswari, E. (1991). Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pencananganan Hari Waspada Cacing. Tersedia di:
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1151-pencanangan-hari-waspada-cacing.html. [28 Januari 2011].
Rahim Ali, Arsad. (2007). Artikel : Penyakit Cacing Pada Anak. Polewali Mandar: author.
Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
(62)
Sekartini, R. (2001). Artikel : Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Terhadap Penyakit Kecacingan. Jakarta: author.
Varey, Richard. (2003). Marketing Communication. London: Routhledge. Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama
(63)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Natanael Dinar Winantyo
Alamat : Jalan Bakung No.4,Komp Tegal
Padang, Legok, Serang, Banten
Nomor Telepon : 083822035225
Email : dhenay_blue@yahoo.com
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Kelahiran : 26 Desember 1988
Status Marital : Belum Kawin
Warga Negara : Indonesia
Agama : Protestan
Riwayat Pendidikan dan Pelatihan
Jenjang Pendidikan :
Periode Sekolah / Institusi / Universitas Jurusan Jenjang
1995 - 2001 SD YPWKS 1
2001 2004 SMPN 1 Cilegon
2004 2007 SMA 1 Cilegon IPS
(1)
berfungsi sebagai media pengingat dari media utama karena mug dapat dipakai dan ada nilai gunanya.
Gambar 4.13 Mug
13. Pemotong Kuku
Ukuran Media : Custom
Teknis Produksi : Pin, cetak offset, press moulding
Gunting Kuku digunakan sebagai gimmick media, alasan pemilihan media ini adalah karena gunting kuku dapat dibagikan langsung kepada para ibu dan dapat berfungsi sebagai media pengingat dari media
(2)
57 utama karena gunting kuku dapat dipakai dan ada nilai gunanya.
Gambar 4.14 Pemotong Kuku
14. Kaos Ibu dan Anak
Ukuran Media : All size untuk ibu, dan M untuk anak-anak
Teknis Produksi : Sablon
Kaos digunakan sebagai gimmick media, alasan pemilihan media ini adalah karena kaos dapat dibagikan langsung kepada para ibu dan dapat
(3)
berfungsi sebagai media pengingat dari media utama karena kaos dapat dipakai dan ada nilai gunanya.
Gambar 4.15 Kaos Ibu dan Anak
4.2 Spesifikasi Hardware dan Software
Hardware : Intel Dual Core 3,2Ghz, 2Gb RAM, ATI Catalyst HD4600 1Gb
Software : Microsoft Windows 7, Adobe Photoshop CS5, Adobe Illustrator CS5, Microsoft Word dan PowerPoint 2007
(4)
59 DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Wahdah. (2009). Artikel : Karakteristik Anak Usia Dini. Yogyakarta: author.
Departemen Kesehatan R.I. (1990). Materi Pelatihan Dokter Kecil. Jakarta: Kementrian Kesehatan R.I.
Departemen Kesehatan R.I. (2001). Pedoman Modul dan Materi Pelatihan
“Dokter kecil”. Jakarta: Kementrian Kesehatan R.I.
Departemen Kesehatan R.I. (2009). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan R.I.
Dinas Kesehatan Kota Bandung. Seksi Gizi Dinkes. (2007). Profil Kesehatan Kota Bandung. Bandung: Dinkes Kota Bandung.
Entjang, Indan. (2000). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Gandahusada, Srisasi. (2000). Parasitologi Kedokteran edisi ke 3. Jakarta: EGC.
Hari Cuci Tangan Pakai Sabun. Tersedia di: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1260-hari-cuci- tangan-pakai-sabun-sedunia-2010-perilaku-sederhana-berdampak-luar-biasa.html. [15 April 2011].
Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi.
Oeswari, E. (1991). Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Pencananganan Hari Waspada Cacing. Tersedia di:
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1151-pencanangan-hari-waspada-cacing.html. [28 Januari 2011].
Rahim Ali, Arsad. (2007). Artikel : Penyakit Cacing Pada Anak. Polewali Mandar: author.
Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
(5)
Sekartini, R. (2001). Artikel : Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Terhadap Penyakit Kecacingan. Jakarta: author.
Varey, Richard. (2003). Marketing Communication. London: Routhledge. Venus, Antar. (2004). Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Natanael Dinar Winantyo
Alamat : Jalan Bakung No.4,Komp Tegal
Padang, Legok, Serang, Banten
Nomor Telepon : 083822035225
Email : dhenay_blue@yahoo.com
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tanggal Kelahiran : 26 Desember 1988
Status Marital : Belum Kawin
Warga Negara : Indonesia
Agama : Protestan
Riwayat Pendidikan dan Pelatihan
Jenjang Pendidikan :
Periode Sekolah / Institusi / Universitas Jurusan Jenjang
1995 - 2001 SD YPWKS 1
2001 2004 SMPN 1 Cilegon
2004 2007 SMA 1 Cilegon IPS