tanah terdapat perbedaan pendapat mengenai kedudukan hak pengelolaan dalam hukum tanah nasional. Ada yang berpendapat bahwa hak pengelolaan merupakan
hak menguasai negara atas tanah dan ada pula yang berpendapat bahwa hak pengelolaan merupakan hak atas tanah. Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh
eksistensi hak pengelolaan yang tidak diatur dalam undang-undang, melainkan diatur dalam peraturan menteri agraria.
F. Tanggung Jawab Atas Penggunaan Hak Pengelolaan
Maria S.W. Sumardjono menyatakan bahwa hubungan hukum yang menjadi dasar pemberian hak atas tanah oleh pemegang hak pengelolaan kepada
pihak ketiga dinyatakan dalam Surat Perjanjian Penggunaan Tanah SPPT. Dalam praktik, SPPT tersebut dapat disebut dengan nama lain, misalnya
perjanjian penyerahan, penggunaan, dan pengurusan hak atas tanah.
32
Kewenangan yang terdapat dalam hak pengelolaan ada yang bersifat publik, yaitu kewenangan merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah,
mempergunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugas atau usahanya. Ada kewenangan yang bersifat privat, yaitu kewenangan menyerahkan bagian-bagian
tanah hak pengelolaan kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga. Kewenangan yang terdapat dalam hak pengelolaan ada yang bersifat
internal, yaitu kewenangan merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah, mempergunakan tanah untuk keperluan pelaksanaan tugas atau usahanya. Ada
kewenangan yang bersifat eksternal, yaitu kewenangan menyerahkan bagian-
32
Maria S.W. Sumardjono, Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, Kompas, Jakarta, 2008, hlm. 29
bagian tanah. Hak pengelolaan kepada pihak ketiga dan atau bekerja sama dengan pihak ketiga.
Alih fungsi tanah merupakan kegiatan perubahan peggunaan tanah dari suatu kegiatan yang menjadi kegiatan lainnya. Alih fungsi tanah muncul sebagai
akibat pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk dan peningkatan kebutuhan tanah untuk kegiatan pembangunan telah merubah
strukur pemilikan dan penggunaan tanah secara terus menerus. Perkembangan struktur industri yang cukup pesat berakibat terkonversinya tanah secara besar-
besaran. Selain untuk memenuhi kebutuhan industri, alih fungsi tanah juga terjadi secara cepat untuk memenuhi kebutuhan perumahan yang jumlahnya jauh lebih
besar.
33
Tanah tidak dapat dipisahkan dengan manusia karena tanah merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Tanah merupakan tempat
pemukiman, tempat melakukan kegiatan manusia, bahkan sesudah matipun masih memerlukan tanah.
34
Hak menguasai negara menurut Winahyu Erwiningsih harus dilihat dalam konteks hak dan kewajiban negara sebagai pemilik domein yang bersifat
publiekrechtelijk, bukan sebagai eigenaar yang bersifat privaatrechtelijk. Makna dari pemahaman tersebut adalah negara memiliki kewenangan sebagai pengatur,
perencanaan, pelaksanaan, dan sekaligus sebagai pengawasan pengelolaan, penggunaan, dan pemanfaatan sumber daya alam nasional.
35
33
Ali Sofyan Husein, Ekonomi Politik Penguasaan Tanah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995, hlm. 13
Hak menguasai
34
Achmad Chulaemi, Pengadaan Tanah Untuk Keperluan Tertentu Dalam Rangka Pembangunan, Majalah Masalah-Masalah Hukum Nomor 1 FH UNDIP, Semarang, 1992, hlm. 9
35
Winahyu Erwiningsih, Hak Menguasai Negara Atas Tanah, Universitas Islam Indonesia, Total Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 101
negara atas tanah berisikan wewenang yang ditetapkan dalam Pasal 2 ayat 2 UUPA, yaitu:
36
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan, dan
pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa. b.
Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubunganhubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air, dan ruang angkasa.
Pasal 4 ayat 1 UUPA menegaskan bahwa hak atas tanah bersumber dari hak menguasai negara atas tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang-orang baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum. Selanjutnya Pasal 4 ayat 2 UUPA mengatur
wewenang dalam hak atas tanah yaitu mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air dan ruang yang ada di atasnya sekadar
diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan-peraturan hukum lain
yang lebih tinggi. Wewenang dalam hal atas tanah berupa menggunakan tanah untuk
keperluan mendirikan bangunan, atau bukan mendirikan bangunan, menggunakan tubuh bumi misalnya penggunaan ruang bawah tanah, diambil sumber airnya,
36
Pasal 2 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
penggunaan ruang di atas tanah, misalnya di atas tanah didirikan pemancar.
37
Dalam ketentuan Pasal 55 dinyatakan bahwa pemindahtanganan barang
milik negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 untuk tanah danatau bangunan, atau selain tanah danatau bangunan yang bernilai lebih dari seratus
miliar rupiah dilakukan setelah mendapat persetujuan dewan perwakilan rakyat. Pemindahtanganan barang milik daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54
untuk tanah danatau bangunan atau selain tanah danatau bangunan yang bernilai lebih dari lima miliar rupiah dilakukan setelah mendapat persetujuan dewan
perwakilan rakyat daerah. Pemindahtanganan barang milik negaradaerah berupa tanah danatau bangunan tidak memerlukan persetujuan dewan perwakilan
rakyatdewan perwakilan rakyat daerah, apabila: Syarat dalam pelaksanaan alih fungsi tanah milik negaradaerah sebagai objek dari
barang milik negaradaerah diatur dalam ketentuan Pasal 55, Pasal 57, Pasal 58 dan, Pasal 59 PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik
NegaraDaerah.
1. Sudah tidak sesuai dengan tata ruang wilayah atau penataan kota.
2. Harus dihapuskan karena anggaran untuk bangunan pengganti sudah
disediakan dalam dokumen penganggaran. 3.
Diperuntukkan bagi pegawai negeri. 4.
Diperuntukkan bagi kepentingan umum, atau 5.
Dikuasai negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap danatau berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,
yang jika status kepemilikannya dipertahankan tidak layak secara ekonomis.
Pemindahtanganan barang milik negara berupa tanah danatau bangunan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat 3 dilaksanakan dengan ketentuan:
37
Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak Atas Tanah, Prenada Media, Jakarta, 2010, hlm. 48
a. Untuk tanah danatau bangunan yang berada pada pengelola barang dengan
nilai lebih dari sepuluh miliar rupiah dilakukan oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuan presiden.
b. Untuk tanah danatau bangunan yang berada pada pengguna barang dengan
nilai lebih dari sepuluh miliar rupiah dilakukan oleh pengguna barang setelah mendapat persetujuan presiden.
c. Untuk tanah danatau bangunan yang berada pada pengelola barang dengan
nilai sampai dengan sepuluh miliar rupiah dilakukan oleh pengelola barang, atau
d. Untuk tanah danatau bangunan yang berada pada pengguna barang dengan
nilai sampai dengan sepuluh miliar rupiah dilakukan oleh pengguna barang setelah mendapat persetujuan pengelola barang.
Pemindahtanganan barang milik daerah berupa tanah danatau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat 3 dilakukan oleh pengelola barang
setelah mendapat persetujuan gubernurbupatiwalikota. Usul untuk memperoleh persetujuan presiden diajukan oleh pengelola barang. Dalam ketentuan Pasal 58
dinyatakan bahwa pemindahtanganan barang milik negara selain tanah danatau bangunan dilaksanakan dengan ketentuan:
1. Untuk barang milik negara yang berada pada pengelola barang dengan nilai
lebih dari seratus miliar rupiah dilakukan oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuan dewan perwakilan rakyat.
2. Untuk barang milik negara yang berada pada pengguna barang dengan nilai
lebih dari seratus miliar rupiah dilakukan oleh pengguna barang setelah mendapat persetujuan dewan perwakilan rakyat.
3. Untuk barang milik negara yang berada pada pengelola barang dengan nilai
lebih dari sepuluh miliar rupiah sampai dengan seratus miliar rupiah dilakukan oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuan presiden.
4. Untuk barang milik negara yang berada pada pengguna barang dengan nilai
lebih dari sepuluh miliar rupiah sampai dengan seratus miliar rupiah dilakukan oleh pengguna barang setelah mendapat persetujuan presiden.
5. Untuk barang milik negara yang berada pada pengelola barang dengan nilai
sampai dengan sepuluh miliar rupiah dilakukan oleh pengelola barang, atau 6.
Untuk barang milik negara yang berada pada pengguna barang dengan nilai sampai dengan sepuluh miliar rupiah dilakukan oleh pengguna barang setelah
mendapat persetujuan pengelola barang.
7. Usul untuk memperoleh persetujuan presiden diajukan oleh pengelola barang.
Persyaratan lainnya dimuat dalam ketentuan Pasal 59, dinyatakan bahwa
pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah danatau bangunan yang bernilai sampai dengan lima miliar rupiah dilakukan oleh pengelola barang setelah
mendapat persetujuan Gubernur, Bupati, Walikota. Pemindahtanganan barang milik daerah selain tanah danatau bangunan yang bernilai lebih dari lima miliar
rupiah dilakukan oleh pengelola barang setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dimana usul untuk memperoleh persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah diajukan oleh Gubernur, Bupati, Walikota sesuai dengan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri.
BAB I
PENDAHULUAN
H. Latar Belakang