commit to user Aktivitas angkat-angkut manual banyak digunakan karena
memiliki fleksibilitas yang tinggi, murah dan mudah diaplikasikan. Akan tetapi berdasar data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
aktivitas angkat–angkut secara manual juga diikuti dengan resiko apabila diterapkan pada kondisi lingkungan kerja yang kurang
memadai, alat yang kurang mendukung, dan sikap kerja yang salah Bambang, 2008.
2. Kelelahan Otot.
a. Pengertian Kelelahan Otot
Kelelahan adalah merupakan tremor pada otot atau perasaan nyeri pada otot Gradjean dalam Fisioterapi 2010. Secara umum
gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Menurut Astrand, Rodalh dan Pulat
dalam Tarwaka 2010, Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-40 dari
tenaga aerobik maksimal. Kontraksi kuat otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot Guyton,
dalam Suma’mur 2009 sedangkan menurut Clarisa VS, 2010, mengatakan bahwa kelelahan otot adalah suatu kondisi yang dihasilkan
dari kontraksi otot yang kuat dan berkepanjangan. Menurut A.M. Sugeng Budiono, dkk. 2000, gejala kelelahan otot dapat terlihat dan
tampak dari luar external signs. Dalam beberapa pekerjaan, kelelahan otot ditandai dengan:
commit to user 1
Menurunnya ketinggian beban yang mampu diangkat 2
Merendahnya kontraksi dan relaksasi 3
Interval antara stimuli dan awal kontraksi menjadi lebih lama. Selain gejala tersebut di atas, kelelahan otot juga ditandai
dengan melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaanya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan
kerja dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja A.M. Sugeng Budiono, dkk., 2000.
Menurut Anies 2002, dalam upaya menghadapi kelelahan otot dapat dilakukan beberapa cara yaitu:
1 Seleksi yang baik dipilih tenaga kerja yang berkondisi prima
2 Pengaturan jadwal dan istirahat
3 Ruang istirahat agar tenaga kerja tidak beristirahat di sembarang
tempat b.
Teori-teori tentang Kelelahan Otot. Sampai saat ini masih berlaku dua teori kelelahan otot yaitu
teori kimia dan teori syaraf pusat. terjadinya Pada teori kimia yaitu berkurangnya cadangan energi dan bertambahnya produk metabolit di
dalam serat otot, yang merupakan penyebab hilangnya efisiensi pada otot yang mengalami kelelahan dan bahwa perubahan fisik listrik yang
teramati di otot dan saraf merupakan masalah nomor dua. Sedangkan pada teori Saraf Pusat yaitu melihat perubahan kimia pada otot yang
mengalami kelelahan hanyalah sebagai pemicu trigger bagi proses.
commit to user Perubahan kimia itu mengakibatkan dihantarkannya impuls-impuls
saraf melalui saraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Impuls-impuls aferen ini menghambat pusat-pusat di otak yang
bertanggung jawab bagi pengendalian gerakan yang menyebabkan frekuensi potensial kegiatan pada sel-sel saraf menjadi berkurang.
Menurut Guyton dalam Tarwaka 2010, bahwa berkurangnya frekuensi ini lebih lanjut menurunkan kekuatan dan kecepatan
kontraksi otot serta perlambatan gerakan-gerakan atas perintah kemauan.
c. Tanda-tanda Kelelahan Otot
Tanda-tanda tersebut meliputi: 1
Berkurangnya kemampuan untuk berkontraksi. 2
Bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi. 3
Memanjangnya waktu laten, yaitu waktu diantara perangsangan dan saat mulai kontraksi Grandjean dalam Fisioterapi 2010.
d. Faktor Penyebab Kelelahan Otot
Dalam suatu kegiatan yang membutuhkan kontraksi otot, dimana kontraksi otot rangka yang lama dan kuat dan proses
metabolisme tidak mampu lagi meneruskan supplay energi yang dibutuhkan serta untuk membuang metabolisme, khususnya asam
laktat. Jika asam laktat yang banyak dari penyediaan ATP terkumpul, otot akan kehilangan kemampuannya. Terbatasnya aliran darah pada
otot ketika berkontraksi, otot menekan pembuluh darah dan
commit to user membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan
Gempur Santoso, 2004. Kelelahan otot di sebabkan oleh menurunya kekuatan otot itu tersendiri, selain itu faktor kondisi sakit fisik atau
kurangnya kepercayaan diri Suma’mur 2009. Selain itu faktor-faktor terjadinya kelelahan otot diantaranya: penurunan glikogen otot,
berkurangnya aliran darah ke otot, dan lain - lain. Kontraksi otot secara garis besar terjadi melalui dua mekanisme, yaitu aerob dan anaerob.
Mekanisme anaerob pada kontraksi otot berlangsung pada dua menit pertama sedangkan mekanisme aerob berlangsung setelah mekanisme
anerob Clarisa VS, 2010. Sedangkan menurut Jefri 2010, banyak faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan otot diantaranya: penurunan glikogen otot, berkurangnya aliran darah ke otot. Namun sebagian
besar kelelahan otot disebabkan oleh ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolik serat-serat otot untuk terus memberikan hasil
kerja yang sama. Kontraksi otot secara garis besar terjadi melalui dua mekanisme, yaitu: aerob dan anaerob. Mekanisme anaerob pada
kontraksi otot berlangsung pada dua menit pertama sedangkan mekanisme aerob berlangsung setelah mekanisme anerob.
Waters dan Bhattacharya dalam Tarwaka 2004, berpendapat lain, bahwa kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat
menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung
commit to user pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu
prosentase tenaga maksimum yang dapat dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas melampaui
kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi
Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kelelahan otot karena komponen lain disebabkan oleh
: 1
Hipoglikemia 2
Penipisan glikogen hati 3
Dehidrasi 4
Kehilangan elektrolit 5
Hipertermia 6
Kebosanan atau psikologis Pusat Informasi Ilmu Fisioterapi, 2010.
Pekerjaan angkat-angkut akan dapat menyebabkan penurunan kondisi fisik pekerja yang menimbulkan kelelahan karena pengerahan
tenaga, sikap tubuh yang dipaksakan dan gerakan berulang yang dapat mengakibatkan cedera, energi terbuang secara percuma dan waktu
kerja tidak efisien. Namun demikian, secara umum kemampuan pekerja untuk melakukan pekerjaanya sangat bervariasi karena adanya
perbedaan, seperti : a
Usia
commit to user Usia perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi
kondisi fisik, mental, kemampuan kerja dan tanggung jawab seseorang Malayu Hasibuan, 2000. Usia yang bertambah tua akan
diikuti oleh kekuatan dan ketahanan otot yang menurun Tarwaka, 2004. Pada usia muda proses-proses di dalam tubuh sangat besar
dan kemudian menurun lambat-lambat menurut umur Suma’mur P.K., 1996. Karyawan muda umumnya mempunyai fisik yang
lebih kuat, dinamis dan kreatif, tetapi cepat bosan. Karyawan yang umurnya lebih tua kondisi fisiknya kurang, tetapi bekerja ulet
Malayu Hasibuan, 2000. Bertambahnya umur akan diikuti penurunan: Volume O2 max, tajam penglihatan, pendengaran,
kecepatan membedakan sesuatu, membuat keputusan dan mengingat jangka pendek Tarwaka, 2004.
b Jenis Kelamin
Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui
ukuran tubuh dan kekuatan otot dari wanita relatif kurang jika dibandingkan pria. Kemudian pada saat wanita sedang haid yang
tidak normal dysmenorrhoea, maka akan dirasakan sakit sehingga akan lebih cepat lelah Suma’mur P.K., 1996.
c Masa Kerja
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif bila semakin
commit to user lama seseorang bekerja maka akan berpengalaman dalam
melakukan pekerjaannya. Sebaliknya akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan
dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh
lingkungan kerja tersebut. Secara garis besar masa kerja dapat dikategorikan menjadi tiga Budiono, 2003, yaitu :
a. Masa kerja 6 tahun
b. Masa kerja 6-10 tahun
c. Masa kerja 10 tahun
Faktor-faktor lain yang menimbulkan kelelahan otot juga disebabkan oleh :
a Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. b
Getaran Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan
kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat
dan akhirnya timbul nyeri otot Suma’mur, dalam Tarwaka 2004. c
Mikroklimat Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan
kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan
commit to user menurunya kekuatan otot Astrand dan Rodhl dan Pulat dan Wilson
dan Corlett dalam Tarwaka dkk 2004. Beban kerja pada suatu waktu tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala
yang ditunjukkan juga berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal
seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan– tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang
panjang. d
Kondisi psikologis. Tekanan–tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada
suatu masa yang panjang. Keadaan seperti ini yang berlarut–larut mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut juga
kelelahan klinis atau kronis. Perasaan lelah pada keadaan ini kerap muncul ketika bangun di pagi hari, justru sebelum saatnya bekerja,
misalnya berupa perasaan kebencian yang bersumber dari perasaan emosi Sugeng Budiono, dkk, 2002.
e. Pengukuran Kelelahan Otot Tangan
Timbulnya kelelahan otot bersumber dari penurunan kekuatan otot itu sendiri Suma’mur 2009. Dan ada beberapa cara yang telah
diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui hubungan
antara tekanan
fisik dengan
resiko kemampuan
mengenggam. Pengukuran terhadap tekanan fisik ini cukup sulit karenan melibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi,
commit to user harapan dan toleransi kelelahan Waters dan Anderson dalam Tarwaka
2010 mengelompokan alat ukur yang digunakan secara ergonomik seperti berikut :
1 Hydraulic hand dynamometer dengan merk jamar dimana
digunakan sesuai standar dalam dunia industri selama 35 tahun terakhir Preston,1992. Pengukuran dilakukan pada tenaga kerja
sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan angkat-angkut di unit logistik, untuk mengetahui perbedaan tingkat kelelahan otot
sebelum dan sesudah bekerja, dengan cara memegang dan ditekan pada handle logam Hydraulic hand dynamometer yang mana
ketika ditekan dengan tangan, jarum angka bergerak menunjuk sesuai tingkatan kekuatan otot pada angka dengan satuan Kg.
Dengan norma dan klasifikasi kekuatan peras otot tangan sebagai berikut :
Tabel 2. Klasifikasi Kekuatan Otot Peras Tangan No
Nilai Satuan
Klasifikasi 1
55.50 Kg
Baik Sekali 2
46.5-55.00 Kg
Baik 3
36.50-46.00 Kg
Sedang 4
27.50-36.00 Kg
Kurang 5
27 Kg
Sangat Kurang Sumber : Soekarno,1992. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. 2
Metode analitik Nordic Body Map NBM yakni pengukuran kelelahan pada sistem otot rangka dalam bidang ergonomi
mengalami satu kesulitan dalam satu kendala yang cukup serius yang sampai saat ini tidak ada cara pengukuran langsung terhadap
commit to user luasnya aspek kelelahan. Tidak ada pengukuran yang bersifat
mutlak terhadap kelelahan Tarwaka, 2004. Menurut Kroemer dalam Indra 2007, kuesioner nordic merupakan kuisioner yang
paling sering digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan atau kesakitan pada tubuh. Kuesioner ini sudah cukup terstandarisasi
dan tersusun rapi. Kuesioner ini dikembangkan oleh Kourinka dan Dickinson dalam Indra 2007, dan dimodifikasi oleh Survei ini
menggunakan banyak pilihan jawaban yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian umum dan terperinci. Bagian umum menggunakan
gambar dari tubuh yaitu dilihat dari bagian depan dan belakang, kemudian dibagi menjadi 9 area utama. Responden yang mengisi
kuesioner diminta untuk memberikan tanda ada tidaknya gangguan pada bagian area tubuh tersebut Kroemer dalam Indra
2007. Suatu bagian yang spesifik dalam daftar pertanyaan nordic terpusat pada area tubuh dimana gejala gangguan bagian
area tubuh tersebut paling umum dijumpai seperti leher atau punggung. Pertanyaan lain yang biasa ditanyakan adalah sifat
alamiah keluhan, jangka waktu dan kebiasaan manusia Kroemer, dalam Indra 2007.
3. Pengaruh Beban Angkat-Angkut terhadap Kelelahan otot