4.2. Pembahasan Penelitian
Syarat Foto Thoraks yang baik :
1.Identitas tanda-tanda harus lengkap, misalnya : - ada marker R Right atau LLeft
- Nomor film. - Nama penderita, umur, jenis kelamin.
- Tanggal pemotretan.
Pemilihan proyeksi–proyeksi tertentu pada foto thoraks hanya dilakukan apabila ada indikasi yang tertentu saja. Pada umumnya, proyeksi PA
posteroanterior untuk dewasa dan proyeksi AP anteroposterior sudah cukup. Apabila ditemukan kelainan baru perlu ditambah dengan proyeksi lateral. Foto
proyeksi yang dibuat adalah proyeksi Lateral kiri kecuali semua tanda dan gejala klinis terdapat di sebelah kanan. Foto thoraks sebaiknya dibuat dalam posisi berdiri
atau duduk karena keadaan intrathoraksal seperti cairan pleura, pneumothoraks, ukuran jantung dll sulit dinilai dalam keadaan berbaring. Proyeksi foto Apikal hanya
dibuat bila diperlukan proyeksi tambahan untuk menunjukkan kemungkinan kelainan di apex paru, Proyeksi lateral dekubitus dibuat bila diduga ada cairan pleura tetapi
tidak terlihat pada PA dan lateral.
Foto thoraks pada umumnya akan melihat hal – hal di bawah ini : 1.
Tulang – tulang Iga, klavikula, scapula, sternum, vertebra. Walaupun pemeriksaan rontgen dada terutama dimaksudkan untuk menyelidiki alat –
alat intrathorakal seperti Jantung dan paru, namun semua tulang thoraks dapat terlihat jelas. Sternum biasanya tak terlihat jelas oleh karena superposisi
dengan vertebra thorakal. Tulang iga longation sama semua bentuknya. Tulang iga anterior lebih tinggi di lateral dibandingkan medial, sehingga
membentuk huruf V. Tulang iga posterior lebih tinggi di medial longation lateral sehingga membentuk huruf A. Dicek adanya fraktur ataupun
deformitas.
Universitas Sumatera Utara
2. Diafragma. Membatasi rongga thoraks dan abdomen, berbentuk kubah,
terdapat sudut kostofrenikus yaitu sudut antara dinding dada dengan diafragma yang normalnya lancip. Diafragma kanan lebih tinggi dari kiri.
3. Mediastinum dan Pleura. Normalnya pleura tidak terlihat pada foto thoraks,
mediastinum superior dilihat normalnya tidak melebar. 4.
Jantung dan Aorta. CTR dinilai normalnya 50, apex di kiri,lalu aorta tidak menebal, tidak longation.
5. Paru. Hilus kiri lebih tinggi dari hilus kanan, corakan bronkovaskular
normalnya 23 medial, 13 lateral. 6.
Trakhea dan Soft tissue. Trakea normalnya ada di tengah tidak deviasi kekiri atau kekanan, perhatikan Jaringan-jaringan lunak yang mungkin terlihat
seperti lipatan kulit, rambut, benjolan-benjolan kulit, payudara jangan sampai disalah artikan dengan kelainan-kelainan yang mungkin ada.
Pada gambar 4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4 dengan tegangan 90 kV dan waktu ekspose 1 s; 1,5 s; 2 s dan 2,5 s dengan arus 300 mA terlihat bahwa Tulang – tulang
Iga, klavikula, scapula, sternum, vertebra dengan jelas, dengan tegangan kV terendah dalam penelitian ini sangat berpengaruh pada kualitas gambar yang dihasilkan dan
kuantitas foton yang ditembakkan, dengan penambahan waktu ekspose akan mempengaruhi densitas radiografi yang dihasilkan dimana penambahan waktu sangat
berpengaruh pada derajat kehitaman radiografi thoraks yang dihasilkan. Pada hasil gambar dengan tegangan ekspose 90 kV dan penambahan waktu ekspose 1 s; 1,5 s; 2
s dan 2,5 s jika diamati gambar terlihat dengan jelas perbedaan densitas pada gambar yang dihasilkan, semakin lama waktu ekspose maka semakin hitam gambar yang
diperoleh. Pada daerah sinus, diafragma, aorta dan jantung diperoleh gambar yang tidak jelas karena kontras gambar yang besar sehingga didominasi warna putih.
Pada gambar 4.1, 4.2, 4.3 dan 4.4 dengan tegangan ekpose 100 kV, 110 kV dan 120 kV dan waktu ekspose 1 s; 1,5 s; 2 s dan 2,5 s dengan arus 300 mA
terlihat dengan jelas bahwa penambahan tegangan ekspose sangat berpengaruh pada kualitas gambar, sedangkan penambahan waktu ekspose sangat berpengaruh pada
densitas gambar dimana semakin lama waktu ekspose yang diberikan maka semakin banyak jumlah foton yang ditembakkan pada waktu penyinaran sehingga semakin
Universitas Sumatera Utara
baik gambar yang dihasilkan. Walaupun demikian penambahan waktu juga akan berakibat pada semakin besarnya paparan radiasi yang diterima sehingga
menimbulkan efek yang tidak baik bagi tubuh. Dari data gambar yang diperoleh terjadi perubahan densitas gambar yang diperoleh dimana Tulang – tulang iga,
klavikula, scapula, sternum, vertebra, diafragma, mediastinum dan pleura, jantung, aorta, Paru, Trakhea dan Soft tissue semakin terlihat. Sehingga dari hasil gambar
secara digital imajing gambar yang paling baik untuk pengamatan dalam identifikasi kelainan pada thoraks hasil analisa Dokter Spesialis Radiologi adalah berada pada kV
110 dengan waktu 2,5 s dengan arus 300 mA karena seluruh bagian – bagian dari thoraks terlihat dengan jelas dan serapan radiasi yang terpapar pada bagian thoraks
tidak berlebihan. Sedangkan pada tegangan ekpose 120 kV dengan waktu ekspose 1 s; 1,5 s; 2 s; dan 2,5 s dengan arus 300 mA tampak densitas gambar pada daerah
tulang iga cukup pekat atau dengan kata lain kontras gambar lemah, sehingga dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya tegangan kV dan waktu ekspose
yang diberikan sangat bergantung pada bobot area pengamatan yang diberikan dimana proses penyinaran biasanya sangat tergantung pada massa dan diameter
rongga thoraks yang menjadi pengamatan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi paparan radiasi bagi tubuh pasien secara berlebihan. Oleh karena perlu data pasien
secara mendetail agar penyinaran dapat dilakukan secara cepat dan tepat.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN