Perancangan Tempat Kerja Dengan Pendekatan Ergonomi Dan SLP (Systematic Layout Planning) Untuk Meningkatkan Produktivitas Pada Proses Produksi Sapu Lidi Hias Di CV. Chantiqa Handycraft

(1)

!"

#


(2)

(3)

CV Chantiqa Handycraft merupakan salah satu industri kecil yang bergerak dalam bidang pengolahan limbah pertanian seperti eceng gondok, pandan duri, batok kelapa, pelepah daun kelapa sawit untuk menjadi aneka perabotan rumah tangga dan hiasan seperti tempat sabun, keranjang tikar, meja, kursi dan sapu lidi hias. Sebagai perusahaan lokal yang sederhana, CV Chantiqa Handycraft melakukan proses produksi pada tempat kerja yang tidak terpusat yang menyebabkan terjadinya

sehingga waktu transportasi yang terjadi menjadi besar. Selain itu, fasilitas yang kurang memadai juga turut mewarnai aktivitas produksi pada CV Chantiqa Handycaft yang menimbulkan keluhan sakit pada otot pekerja. Penelitian ini berguna untuk merancang tempat kerja baru yang terpusat untuk mengurangi waktu transportasi dan merancang fasilitas kerja yang ergonomis untuk meminimisasi keluhan dalam upaya peningkatan produktivitas.

Pendekatan yang digunakan dalam perancangan fasilitas kerja adalah metode standar Nordic dan REBA dan dalam perancangan tataletak digunakan metode (SLP). Gambaran kondisi eksisting yang diperoleh dianalisis dan dievaluasi sehingga dapat menghasilkan fasilitas kerja yang ergonomis dan tataletak komponen yang baru dalam penataan tempat kerja baru sehingga dapat meningkat produktivitas lantai pabrik yang dilihat dari penurunan keluhan MSDs sebesar 75%, pekerjaan yang seimbang antara tubuh kanan dan kiri, serta menurunnya nilai momen untuk tataletak yang diusulkan sebesar 1798747,5 meter/tahun.

Kata Kunci : (SNQ), Ergonomi, Postur Kerja,

(SLP)


(4)

!

" #$ %

&

$

' !

$ ( )

& ! $

( *+,%

- .$ ( / & !

!

0 1 234

!

5267282$3 9 $

: ; < (SNQ),

(SLP)


(5)

$ $%$& ' '' '''

( ')

) '* *' *'''

#

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 5

1.5. Ruang Lingkup Masalah ... 5

1.6. Sistematika Penulisan Draft Tesis ... 6

+ 2.1. Sejarah Perusahaan ... 8

2.2. Proses Produksi ... 10

2.2.1. Bahan yang Digunakan ... 10

2.2.2. Uraian Proses Produksi ... 11


(6)

2.3. Mesin dan peralatan ... 14

2.4. Aliran Proses CV Chantiqa Handycraft ... 14

#, 3.1. Ergonomi dan Produktivitas ... 16

3.2. Keluhan 0 ... 18

3.3. Perancangan Produk Bedasarkan Antropometri ... 21

3.4. Tataletak Pabrik ... 23

3.4.1. Tujuan Tataletak Pabrik ... ... 23

3.4.2. Persoalan Pemindahan Bahan dan Pengaruh ... 26

3.4.3. Pengertian Pemindahan Bahan ... 27

3.4.4. Tujuan Utama Kegiatan Pemindahan Bahan ... 27

3.4.5. Minimisasi 0 ... 29

3.5. ... 30

3.5.1. ARC ... 31

3.5.2. Diagram Hubungan Ruangan ... 35

3.6. Algoritma Craft ... 37

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

4.2. Objek dan Populasi Penelitian ... 40

4.3. Jenis Penelitian ... 40

4.4. Pengumpulan Data ... 41

4.4.1. Metode Pengumpulan Data ... 41

4.4.2. Jenis Data ... 41


(7)

4.4.3. Instrumen/Alat Pengumpul Data ... 43

4.4.4. Pengolahan dan Analisis Data ... 43

4.5. Tahapan Penelitian ... 44

-+ 5.1. Data Keluhan Musculoskeletal Tiap Operator dan Penilaiannya .... 48

5.2. Data Elemen Kegiatan dan Penilaian Postur Kerja tiap Elemen Kegiatan dengan Menggunakan Metode REBA ... 51

5.3. Data Antropometri dan Pengolahannya ... 55

5.3.1. Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai Maksimum dan Minimum ... 58

5.3.2. Uji Keseragaman Data ... 61

5.3.3. Uji Kecukupan Data ... 64

5.3.4. Uji Kenormalan Data dengan Chi- ... 66

5.3.5. Penetapan Data Antropometri ... 67

5.4. Urutan Proses Produksi ... 69

5.5. , = 0 ... 71

5.6. Data Waktu Pemindahan Bahan ... 71

5.7. Tataletak Aktual ... 72

5.7.1. Penggambaran Block layout Aktual Departemen Produksi... 75

5.7.2. Penentuan Jarak Antar Departemen ... 77

5.7.3. Perhitungan Waktu Baku Pemindahan Bahan ... 77

5.7.4. Perhitungan Kecepatan Pemindahan Bahan ... 79

5.7.5. Perhitungan Frekuensi Perpindahan Material Antara Departemen ... 79


(8)

5.7.6. Perhitungan Total Momen Pada Tataletak Awal ... 80

5.8. Perancangan Tataletak Lantai Produksi dengan Menggunakan SLP ( . ... 81

5.8.1. Penentuan Jarak Antar Departemen ... 88

5.9. Algoritma Craft ... 96

# 6.1. Analisa Keluhan Musculoskeletal Berdasarkan Hasil Identifikasi SNQ dan Hasil Penilaian Postur Verja REBA ... 100

6.2. Perancangan Fasilitas Kerja ... 104

6.3. Analisa Tataletak Aktual ... 105

6.4. Perancangan Tataletak Usulan ... 107

6.5. Perbandingan Antara Tataletak Aktual dan Tataletak Usulan .... 109

6.6. Perancangan Metode Kerja Berdasarkan Fasilitas Kerja dan Kerja dan Tataletak Usulan ... 110

6.7. Perbandingan Antara Metde Kerja Usulan dan Metode Kerja Aktual ... 117

6.8. SOP Tiap Stasiun Berdasarkan Metode Kerja, Fasilitas Kerja dan Tataletak Usulan ... 118

# # 7.1. Kesimpulan... 121

7.2. Saran... 122

# . #


(9)

CV Chantiqa Handycraft merupakan salah satu industri kecil yang bergerak dalam bidang pengolahan limbah pertanian seperti eceng gondok, pandan duri, batok kelapa, pelepah daun kelapa sawit untuk menjadi aneka perabotan rumah tangga dan hiasan seperti tempat sabun, keranjang tikar, meja, kursi dan sapu lidi hias. Sebagai perusahaan lokal yang sederhana, CV Chantiqa Handycraft melakukan proses produksi pada tempat kerja yang tidak terpusat yang menyebabkan terjadinya

sehingga waktu transportasi yang terjadi menjadi besar. Selain itu, fasilitas yang kurang memadai juga turut mewarnai aktivitas produksi pada CV Chantiqa Handycaft yang menimbulkan keluhan sakit pada otot pekerja. Penelitian ini berguna untuk merancang tempat kerja baru yang terpusat untuk mengurangi waktu transportasi dan merancang fasilitas kerja yang ergonomis untuk meminimisasi keluhan dalam upaya peningkatan produktivitas.

Pendekatan yang digunakan dalam perancangan fasilitas kerja adalah metode standar Nordic dan REBA dan dalam perancangan tataletak digunakan metode (SLP). Gambaran kondisi eksisting yang diperoleh dianalisis dan dievaluasi sehingga dapat menghasilkan fasilitas kerja yang ergonomis dan tataletak komponen yang baru dalam penataan tempat kerja baru sehingga dapat meningkat produktivitas lantai pabrik yang dilihat dari penurunan keluhan MSDs sebesar 75%, pekerjaan yang seimbang antara tubuh kanan dan kiri, serta menurunnya nilai momen untuk tataletak yang diusulkan sebesar 1798747,5 meter/tahun.

Kata Kunci : (SNQ), Ergonomi, Postur Kerja,

(SLP)


(10)

!

" #$ %

&

$

' !

$ ( )

& ! $

( *+,%

- .$ ( / & !

!

0 1 234

!

5267282$3 9 $

: ; < (SNQ),

(SLP)


(11)

# # $/$0 1 $2$&3

Perkembangan perekonomian dunia serta meningkatnya dampak pemanasan global yang mengindikasikan pengaruh buruk sentra-sentra perekonomian khususnya perindustrian terhadap lingkungan menuntut negara-negara pelaku industri untuk menerapkan industri ramah lingkungan, artinya kegiatan industri harus turut melakukan pelestarian lingkungan dengan pengolahan limbah secara terpadu. Pasar Eropa hanya membeli produk-produk yang dalam prosesnya menerapkan industri ramah lingkungan.

Indonesia sebagai negara berkembang dengan GDP (> 1 Product) dari sektor perindustrian sebesar 30,6%; pertanian sebesar 14,7% dan jasa sebesar 54,6% juga turut memperoleh dampak tersebut. Jadi penerapan industri ramah lingkungan akhirnya menjadi salah satu fokus pemerintah untuk meningkatkan devisa

dari sektor ekspor (( ; ? , 2007).

Kelapa sawit sebagai salah satu tanaman komoditas eksport unggulan negara Indonesia yang akan dijual ke pasar dunia dalam bentuk CPO dan PKO merupakan produk utama dari pengolahan kelapa sawit di Indonesia. Industri hulu kelapa sawit ini sangat diperlukan oleh industri-industri besar di dunia khususnya Eropa seperti industri kosmetik, sabun, biodiesel, dan lain sebagainya.


(12)

Penerapan industri ramah lingkungan dalam industri kelapa sawit dilakukan dengan menjalankan industri hilir yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Limbah kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan seperti batang, daun, pelepah daun, akar, tandan buah kosong, dan lain-lain untuk diproduksi menjadi produk yang bermanfaat seperti briket, kompos, tikar, sapu lidi, dan lain sebagainya.

CV Chantiqa Handycraft merupakan suatu perusahaan lokal yang berada di kawasan Kampung Lalang Sumatera Utara yang bergerak dalam pengolahan limbah pertanian seperti eceng gondok, pandan duri, batok kelapa, pelepah daun kelapa sawit, bambu, dan lain-lain yang diproduksi menjadi aneka perabotan rumah tangga dan hiasan seperti tempat sabun, keranjang, tikar, meja, kursi, dan sapu lidi hias.

CV Chantiqa Handycraft telah melakukan upaya menerapkan pelestarian lingkungan khususnya pada produk sapu lidi hias. Sapu lidi hias tidak hanya produk yang ramah lingkungan karena terbuat dari limbah kelapa sawit tetapi juga memiliki nilai budaya yang tinggi karena terdapat ukiran anyaman khas budaya setempat yaitu budaya melayu. Untuk memperingati detik-detik proklamasi, pada bulan Agustus CV Chantiqa Handycraft memproduksi sapu lidi hias dengan warna merah putih yang melambangkan kecintaan terhadap tanah air Indonesia.

Sebagai perusahaan lokal yang masih tergolong sederhana, CV Chantiqa Handycraft melakukan proses produksi pada tempat kerja yang tidak terpusat yang ditunjukkan penempatan stasiun-stasiun kerja yang berada di lokasi yang berbeda


(13)

seperti stasiun sortasi, pewarnaan, penjemuran dan (penyelesaian) dilakukan di gedung CV Chantiqa Handycraft sedangkan untuk stasiun penyerutan dan penganyaman dilakukan di rumah-rumah pengrajin yang jaraknya cukup jauh. Adapun jarak dari ke rumah-rumah pengrajin yakni stasiun penyerutan dan stasiun penganyaman masing-masing 2 km. Penguraian jarak antar stasiun kerja meliputi:

Penyerutan à pewarnaan 2 km

Penyortiran à penganyaman 2 km

Penganyaman à 2 km

Hal ini menyebabkan perusahaan harus mengirim bahan baku ke pengrajin lalu mengambil kembali setelah menjadi barang setengah jadi secara berulang-ulang

sehingga terjadi (aktivitas transportasi yang terjadi

bolak balik) yang menyebabkan waktu transportasi yang cukup panjang yang menimbulkan biaya transportasi yang tinggi. Tempat kerja yang tidak terpusat dan tidak memenuhi tujuan utama dan ciri-ciri tataletak yang baik yaitu memudahkan proses manufaktur dan meminimumkan pemindahan material (JT.Black,1991) serta meminimumkan langkah balik ( . (Hadiguna, 2008).

Fasilitas yang kurang memadai juga turut mewarnai aktivitas produksi pada CV Chantiqa Handycraft yang berhubungan dengan tingkat produktivitas seperti


(14)

proses penganyaman yang dilakukan tanpa fasilitas kerja yang memadai yang menimbulkan keluhan sakit pada otot pekerja.

# 04%45$& $5$ $

Setelah melakukan pengamatan pendahuluan pada CV Chantiqa Handycraft, peneliti menemukan beberapa fenomena yang terjadi di lantai produksi yaitu diantaranya:

Proses produksi yang dilakukan tidak berada dalam satu lokasi yang terpusat, selama ini beberapa proses dilakukan di rumah-rumah pengrajin bukan di gedung khusus milik Chantika Handycraft seperti pada proses penyerutan dan penganyaman, tataletak komponen yang tidak sesuai dengan pola aliran bahan serta fasilitas kerja yang kurang memadai. Tempat kerja yang tidak terpusat menyebabkan lemahnya kontrol dari perusahaan terhadap proses produksi yang dilakukan di rumah-rumah pengrajin. Fasilitas kerja yang kurang memadai menyebabkan tingkat produktivitas yang rendah sehingga tidak mampu memenuhi permintaan pasar sapu lidi hias. Tata letak yang tidak tidak sesuai dengan pola aliran bahan sehingga terjadi

pada proses produksi yang menyebabkan waktu transportasi yang relatif tinggi.

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan pokok permasalahan yaitu tempat kerja yang tidak terpusat pada satu lokasi dan


(15)

tataletak yang tidak sesuai dengan pola aliran bahan serta tidak tersedianya fasilitas kerja yang mendukung.

# . 464$& & '/'$&

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Merancang metode kerja yang ergonomis berdasarkan fasilitas kerja usulan 2. Merancang tempat kerja yang terpusat untuk mengurangi waktu transportasi

dalam upaya peningkatan produktivitas.

# - $&7$$/ & '/'$&

1. Secara teoritis

Perancangan tataletak yang terpusat dapat memenuhi tujuan utama dari tataletak yaitu memudahkan proses manufaktur dan meminimumkan pemindahan material (JT. Black 1991).

2. Secara aplikasi

Pada thesis ini rancangan tempat kerja dan perbaikan tata letak dilakukan dengan perancangan fasilitas kerja dan tata letak komponen untuk mengurangi keluhan

, mengeliminasi ! ! sehingga diperoleh

prosedur kerja yang ergonomis dan dapat mempersingkat waktu operasi sehingga diperoleh waktu siklus produksi yang lebih singkat.


(16)

# 4$&3 '&3248 $5$ $

Dalam melakukan penelitian, dilakukan pembatasan yaitu tidak membahas mengenai biaya perubahan tata letak yang direncanakan.

# , '5/ %$/'2$ &4 '5$& 0$7/ 5'5

Sistematika yang digunakan dalam penulisan draft thesis ini terdiri atas beberapa bagian.

$1 &9$ 4 4$&

Menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup dan asumsi penelitian dan sistematika penulisan laporan penelitian.

$1 $%1$0$& %4% 045$ $$&

Menguraikan tentang gambaran umum perusahaan seperti sejarah perusahaan, ruang lingkup usaha, uraian proses produksi.

$1 $&9$5$& :0'

Menguraikan tentang literatur yang melandasi dan mendukung penelitian ini. Memberikan pemahaman singkat melalui penjelasan umum, uraian pengertian dan teori-teori.

$1 /:9: :3' & '/'$&

Menguraikan tentang metodologi penelitan sebagai kerangka pemecahan masalah baik dalam mengumpulkan data ataupun dalam menganalisis data yang diperoleh.


(17)

$1 &34%84 $& 9$& &3: $ $& $/$

Menguraikan tentang data-data yang dikumpulkan untuk kepentingan penelitian dan pengolahan data sesuai dengan metodologi penelitian.

$1 $5' 0$&;$&3$&

Menguraikan tentang analisis dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan.

$1 5'%84 $& 9$& $0$&

Menguraikan tentang kesimpulan yang didapat dari hasil pemecahan masalah dan saran-saran yang diberikan kepada pihak perusahaan.


(18)

# 6$0$ 045$ $$&

Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang yang memiliki nilai tambah dan dapat mendatangkan keuntungan.

Chantiqa Handycraft didirikan oleh Bapak Komar. Beliau merupakan penggagas bergeraknya dunia seni di Sumatera. Lulus dari Jurusan Seni tahun 1973 kemudian beliau menyeberang dari Pulau Jawa, tepatnya di daerah Tasikmalaya ke daerah Sumatera Utara untuk menyalurkan ilmu seni yang dimilikinya.

Bapak Komar mulai mengajar dari satu tempat ke tempat yang lain sebagai penyuluh, beliau kemudian diangkat menjadi pegawai di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sumatera Utara. Setelah menjadi pegawai beliau lebih disibukkan untuk menyuluh di berbagai tempat mengenai kerajinan seni. Kemudian pada tahun 1980 beliau diangkat menjadi Ketua Dekranas (Dewan Kerajinan Nasional) sampai beliau pensiun saat ini.

Chantiqa Handycraft terletak di Jalan Medan-Binjai Km 10 Gang Damai. Usaha ini sebenarnya merupakan suatu yang didirikan oleh Bapak Komar untuk menuangkan inovasi-inovasi baru yang diciptakannya, kemudian beliau berbagi hasil inovasi barunya kepada mayarakat sekitar. Kemudian bagi masyarakat sekitar


(19)

yang menjalankan inovasi ini akhirnya menjadi suatu usaha bagi mereka. Pada usaha ini tidak hanya mengolah sapu lidi saja, akan tetapi banyak sekali bahan kerajinan lain yang diolah, antara lain bambu, rotan, eceng gondok, sabut kelapa, batok kelapa, pandan dan lain-lain. Semua sumber alam tersebut dapat diolah menjadi suatu benda yang memiliki nilai seni tinggi.

Sapu lidi hias merupakan satu inovasi baru yang diciptakan oleh Bapak Komar untuk meningkatkan nilai jual dari suatu sapu lidi. Sapu lidi biasanya dijual dengan warna alami dari lidi sendiri. Akan tetapi dengan keterampilan yang dimiliki oleh Bapak Komar, beliau mencoba untuk menberi suatu sentuhan seni dengan menambahkan warna pada sapu lidi tersebut sehingga terkesan lebih hidup, lebih bernilai dari sekedar sapu lidi biasa. Bahan baku yang mudah dijumpai dan terkadang dianggap oleh sebagian orang sebagai sampah membuat Bapak Komar berpikir untuk mengolah hasil limbah dari tanaman sawit yang setiap 2 minggu sekali harus di kikis batang daunnya.

Untuk hal pemasarannya, sapu lidi hias ini telah mendapatkan pesanan tetap dari supermarket-supermarket dengan sistem konsinasi. Sapu lidi hias juga dipasarkan jika ada pesanan khusus yang datang. Sapu lidi hias digunakan untuk membersihkan ruangan dalam rumah dan tempat tidur.

Dalam menjalankan usaha produksi sapu lidi hias ini Chantiqa Handycraft juga sering menemui kendala-kendala yang menghambat perkembangan usahanya. Salah satunya karena Chantiqa Handycraft tidak memiliki tempat produksi yang


(20)

terpusat di suatu tempat melainkan menyebar di rumah-rumah penduduk sekitar yang berprofesi sebagai pengrajin dalam rangka menggalakkan industri rumah tangga, hal ini yang menyebabkan timbulnya biaya transportasi yang relatif tinggi akibat

terjadinya $ Fasilitas pendukung yang kurang memadai

juga turut menjadi kendala karena sering menimbulkan keluhan pada para pekerja serta memperlama proses produksi. Kendala lain akibat tidak terpusatnya lokasi produksi ini adalah kurangnya pengawasan pemilik Chantiqa Handycraft terhadap para pengrajin dalam menjalankan proses produksinya. Semua hal ini pada akhirnya menyebabkan waktu proses produksi menjadi semakin lama sehingga Chantiqa Handycraft sering menolak pesanan sapu lidi hias dalam jumlah yang besar karena kekhawatiran tidak mampu memenuhi waktu permintaan.

0:5 5 0:9425'

# $ $& <$&3 9'34&$2$&

Bahan yang dipakai dibagi menjadi 3 bagian yaitu bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong.

1. Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan pada proses ini adalah lidi kelapa sawit. Untuk memperoleh bahan baku dalam proses produksi sapu lidi hias, Chantiqa Handycraft tidak mengalami kesulitan karena bahan baku yang selalu tersedia. Bahan baku lidi kelapa sawit diperoleh dari pengumpul di perkebunan kelapa sawit dimana setiap dua


(21)

minggu sekali pelepah kelapa sawit harus dipotong sehingga ketersediaan bahan baku terjamin.

2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan yang digunakan pada proses ini adalah pewarna tekstil, plastik, benang emas, pita dan lem yang digunakan untuk memperindah tampilan sapu lidi hias.

3. Bahan Penolong

Bahan penolong yang digunakan pada proses ini adalah air yang digunakan untuk mencairkan pewarna yang digunakan untuk mewarnai lidi.

0$'$& 0:5 5 0:9425'

Pada pengolahan proses produksi sapu lidi hias tidaklah menggunakan teknologi modern ataupun metode kerja yang ilmiah akan tetapi semua dikerjakan dengan seni secara manual. Dalam proses produksi sapu lidi hias hanya sedikit sentuhan teknologi yang digunakan yaitu pada saat proses pewarnaan batang lidi dimana proses ini tidak menggunakan pewarna alami, melainkan menggunakan pewarna tekstil.


(22)

Adapun proses produksi sapu lidi hias tidak terlalu berbeda dengan pembuatan sapu lidi biasa, hanya berbeda pada proses pemberian warna saja. Berikut adalah tahapan dalam pembuatan sapu lidi hias.

, proses pembuatan sapu lidi hias dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. , 1 Proses Pembuatan Sapu Lidi Hias

1. Penyerutan Lidi

Pada proses ini tulang lidi yang telah diperoleh kemudian dikikis lagi satu persatu menggunakan pisau ( ) dengan tujuan agar serat warna bisa diserap dan melekat pada batang lidi nantinya. Pada proses ini operator sering mengalami keluhan dan iritasi pada jari-jari tangan. Biasanya operator menggunakan kain lapis untuk mengurangi iritasi tersebut. Proses penyerutan yang dilakukan secara


(23)

manual membutuhkan waktu yang relatif lama dengan kecepatan sekitar 10 detik per lidi. Padahal proses penyerutan ini dapat dijadikan dasar yang baik dalam waktu proses produksi sapu lidi hias.

2. Pewarnaan

Pada proses ini lidi yang telah kering diikat menjadi satu kemudian dicelupkan dengan menggunakan zat pewarna yang diinginkan. Proses pewarnaan menggunakan pewarna tekstil yang dicampur dengan air dan dipanaskan menggunakan kompor minyak tanah.

3. Penjemuran

Pada proses ini seluruh lidi dijemur di bawah sinar matahari untuk mengeringkan air yang terdapat pada lidi tersebut. Proses penjemuran ini bertujuan agar warna yang diinginkan melekat dengan sempurna pada lidi dan dapat mengantisipasi berkembangnya jamur.

4. Penyortiran

Pada proses ini seluruh lidi disortir berdasarkan panjang lidi yang hampir sama agar panjang lidi yang akan dianyam sama panjang. Penyortiran juga dilakukan secara manual.


(24)

5. Penganyaman

Pada proses ini batang lidi disatukan menjadi 10 lidi setiap ikatan, kemudian dianyam yang terdiri dari 5 buah ikatan sesuai dengan warna, menggunakan tali berwarna emas dengan tujuan untuk menyatukan/mengikat batang lidi, serta memberi kesan artistik pada produk.

6. ?

Pada proses ini anyaman tersebut ditutup kembali dengan sarung yang dipesan dari ibu-ibu penjahit di sekitar daerah usaha, kemudian diberi tambahan pita berwana merah putih sebagai lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia.

. 5'& 9$& 0$ $/$&

Adapun mesin dan peralatan yang digunakan adalah : 1. Pisau ( ) yang digunakan menyerut lidi.

2. Karet digunakan untuk mengikat lidi yang akan dianyam.

3. Gunting digunakan untuk memotong pita dan meratakan hasil anyaman.

- '0$& 0:5 5 $&/'=$ $&9<;0$7/

Adapun aliran proses pembuatan sapu lidi hias ini adalah pada Gambar 2 sebagai berikut.


(25)

Gambar 2. Aliran Proses Pembuatan Sapu Lidi Hias

Adapun tata letak komponen aktual stasiun penganyaman yang diamati dari pabrik pembuatan sapu lidi hias ini adalah pada Gambar 3 sebagai berikut.


(26)

. # 03:&:%' 9$& 0:942/')'/$5

Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan serta keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja yang baru maupun merancang perbaikan suatu sistem kerja yang telah ada (Sutalaksana, 2006). Ergonomi yang merupakan ilmu

perancangan berbasis manusia ( 1 ) dirasakan menjadi semakin

penting hingga saat ini. Hal tersebut disebabkan:

1. Manusia sebagai sumber daya utama dalam sebuah sistem

2. Adanya regulasi nasional maupun internasional mengenai sistem kerja dimana manusia terlibat di dalamnya

3. Para pekerja adalah

Dengan diterapkannya ergonomi, sistem kerja dapat menjadi lebih produktif dan efisien. Dilihat dari sisi rekayasa, informasi hasil penelitian ergonomi dapat dikelompokkan dalam lima bidang penelitian, yaitu:

1. Antropometri 2. Biomekanika 3. Fisiologi 4. Penginderaan


(27)

Dari sekian banyak defenisi produktivitas yang telah diformulasikan, masalah produktivitas senantiasa mencakup perihal input, proses dan output serta umpan balik yang pada hakekatnya merupakan suatu upaya yang dengan sengaja dilakukan untuk meningkatkan kinerja. Hal ini memberi pengertian bahwa produktivitas adalah suatu ukuran (kinerja) tentang seberapa baik sumberdaya produksi dimanfaatkan bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk mendapatkan seperangkat hasil yang ingin dicapai atau diharapkan. Dengan demikian produktivitas diukur berdasarkan masing-masing faktor input seperti tenaga kerja, material, kapital, energi dan lain-lain

Berdasarkan Piagam Produktivitas Oslo tahun 1994, antara lain:

1. Produktivitas adalah konsep yang universal, dimaksudkan untuk menyediakan semakin banyak barang dan jasa untuk kebutuhan semakin banyak orang dengan menggunakan sumber daya yang sesedikit mungkin. Produktivitas didasarkan pada pendekatan multi disiplin yang secara efektif merumuskan tujuan, rencana, pengembangan, dan pelaksanaan cara-cara produktif, dengan menggunakan sumber-sumber daya secara efisien namun tetap mempertahankan kualitas.

2. Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan menggunakan ketrampilan, modal, teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber daya lainnya, untuk perbaikan mutu kehidupan yang mantap bagi seluruh manusia, melalui pendekatan konsep produktivitas secara total.

Pada perusahaan yang baru pertama sekali mengadakan program perbaikan produktivitas formal, maka perlu diawali dengan pengukuran produktivitas. Hasil


(28)

pengukuran ini kemudian di evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi kemudian ditetapkan target yang diinginkan serta disusun rencana untuk mencapai target tersebut baik rencana jangka pendek maupun jangka panjang. Rencana perbaikan ini selanjutnya dilaksanakan secara formal dan hasilnya diukur kembali untuk mengetahui pencapaian target tersebut.

. 4 $&

Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

rentan mengalami gangguan (Tarwaka, 2004). Keluhan

adalah keluhan pada bagian–bagian otot rangka yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan

(MSDs) atau cedera pada sistem . Apabila pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan gangguan

dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif dan efisien.

Secara garis besar keluhan otot yang terjadi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:


(29)

1. Keluhan sementara ( ! ), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan hilang apabila pembebanan dihentikan.

2. Keluhan menetap ( ), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

Studi tentang MSDs pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka ( ) yang meliputi leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot tersebut, yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah nyeri otot bagian pinggang ( ).

Keluhan otot pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20%, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot.

Peter vi (2000) menjelaskan bahwa, terdapat banyak faktor yang dapat


(30)

1. Peregangan otot yang berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan oleh para pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, menarik, mendorong dan menahan beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karna pengerahan otot yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot .

2. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang merupakan pekerjaan yang dilakukan secara terus menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkut dan sebagainya. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus menerus tanpa memperoleh kesempatan untuk relaksasi.

3. Sikap kerja tidak alamiah

Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya. Semakin jauh posisi tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot .


(31)

4. Faktor penyebab sekunder

Faktor penyebab sekunder ini adalah berupa tekanan langsung dari jaringan otot yang lunak atau getaran dengan frekuensi tinggi yang menyebabkan kontraksi otot bertambah.

. . 0$&;$&3$& 0:942 09$5$02$& &/0:8:% /0'

Antropometri adalah pengetahuan yang menyangkut pengukuran dimensi tubuh manusia dan karakteristik khusus lain dari tubuh yang relevan dengan perancangan alat-alat/benda-benda yang digunakan manusia.

Antropometri dibagi atas dua bagian utama, yaitu: a) Antropometri statis (struktural)

Pengukuran manusia pada posisi diam, dan linier pada permukaan tubuh. b) Antropometri Dinamis (fungsional)

Yang dimaksud dengan antropometri dinamis adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerja tersebut melaksanakan kegiatannya. Yang sering disebut sebagai antropometri rekayasa adalah aplikasi dari kedua bagian utama di atas untuk merancang dan peralatan.

Permasalahan variasi dimensi antropometri seringkali menjadi faktor dalam menghasilkan rancangan sistem kerja yang “ ” untuk pengguna (Sritomo, 2005). Dimensi tubuh manusia itu sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang harus


(32)

menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan sampel data yang akan diambil. Menurut Eko Nurmianto (2005) faktor-faktor tersebut adalah:

1. Umur

Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang setelah 60 tahun.

2. Jenis kelamin

Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian dada dan pinggul.

3. Rumpun dan Suku Bangsa

4. Sosio ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh. 5. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh 6. Kondisi waktu pengukuran

Terdapat dua pilihan dalam merancang sistem kerja berdasarkan data antropometri, yaitu:

1. Sesuai dengan tubuh pekerja yang bersangkutan (perancangan individual), yang terbaik secara ergonomi


(33)

Perancangan untuk populasi sendiri memiliki tiga pilihan yaitu: 1. Perancangan produk individu yang ekstrim

2. Perancangan produk individu rata-rata 3. Perancangan produk yang disesuaikan

Pada tiga tipe perancangan di atas, konsep persentil banyak digunakan untuk memudahkan dalam merancang.

Konsep persentil dalam perancangan adalah penggunaan data-data ke 0,05 ;0,5 ; atau 0,95 dari sebaran data antropometri yang telah diurutkan, yang ditujukan untuk memberi aspek keamanan dan kenyamanan bagi manusia di dalam alat atau sistem kerja yang dirancang. Persentil pada dasarnya menyatakan persentase manusia dalam suatu populasi yang memiliki dimensi tubuh yang sama atau lebih kecil dari nilai tersebut. Misalnya persentil pertama ukuran tinggi tubuh, menunjukkan bahwa 99 persen dari populasi yang diukur memiliki tinggi tubuh melebihi angka tersebut.

. - $/$ /$2 $10'2

Tata letak pabrik adalah perancangan susunan fisik suatu unsur kegiatan yang berhubungan dengan industri manufaktur. Perencanaan Tata Letak mencakup desain atau konfigurasi dari bagian-bagian, pusat kerja, dan peralatan yang membentuk proses perubahan dari bahan mentah menjadi barang jadi. Rekayasawan rancang fasilitas menganalisis, membentuk konsep, merancang dan mewujudkan sistem bagi pembuatan barang atau jasa. Dengan kata lain, merupakan pengaturan tempat sumber


(34)

daya fisik yang digunakan untuk membuat produk. Rancangan ini umumnya digambarkan sebagai rencana lantai yaitu suatu susunan fasilitas fisik (perlengkapan, tanah, bangunan, dan sarana lain) untuk mengoptimumkan hubungan antara petugas pelaksana, aliran bahan, aliran informasi dan tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan usaha secara efisien ekonomis dan aman (JT. Black, 1991).

Perencanaan tata letak fasilitas produksi merupakan suatu persoalan yang penting, karena pabrik atau industri akan beroperasi dalam jangka waktu yang lama, maka kesalahan di dalam analisis dan perencanaan akan menyebabkan kegiatan produksi berlangsung tidak efektif atau tidak efesien. Perencanaan tata letak merupakan salah satu tahap perencanaan fasilitas yang bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem produksi yang efisien dan efektif sehingga dapat tercapai suatu proses produksi dengan biaya yang paling ekonomis. Studi mengenai pengaturan tata letak fasilitas selalu berkaitan dengan minimisasi . Yang termasuk dalam elemen-elemen cost yaitu

dan ) .

Disamping itu, perencanaan yang teliti dari fasilitas akan memberikan kemudahan-kemudahan saat diperlukannya ekspansi pabrik atau kebutuhan supervisi.

. - # 464$& $/$ /$2 $10'2

Tata letak berfungsi untuk menggambarkan sebuah susunan yang ekonomis dari tempat-tempat kerja yang berkaitan, dimana barang-barang dapat diproduksi


(35)

secara ekonomis. Sehingga tujuan utama yang ingin dicapai dari suatu tata letak pabrik menurut Sritomo (2000) adalah:

1. Memudahkan proses manufaktur

Tata letak harus dirancang sedemikian rupa termasuk susunan mesin-mesin, perencanaan aliran, sehingga proses manufaktur dapat dilaksanakan dengan cara yang efesien.

2. Meminimumkan pemindahan barang

Tata letak harus dirancang sedemikian rupa sehingga pemindahan barang diturunkan sampai batas minimum, jika mungkin komponen dalam keadaan diproses ketika dipindahkan.

3. Memelihara fleksibilitas susunan dan operasi

Dalam suatu pabrik ada keadaan dimana dibutuhkan perubahan kemampuan produksi, dan hal ini harus direncanakan dari awal.

4. Memelihara perputaran barang setengah jadi yang tinggi

Keefesienan dapat tercapai bila bahan berjalan melalui proses operasi dalam waktu yang sesingkat mungkin.

5. Menurunkan penanaman modal pada peralatan

Susunan mesin yang tepat dan susunan departemen yang tepat dapat membantu menurunkan jumlah peralatan yang dibutuhkan.


(36)

Setiap meter persegi luas lantai dalam sebuah pabrik memakan biaya. Sehingga tiap meter persegi tersebut harus digunakan sebaik-baiknya.

7. Meningkatkan kesangkilan tenaga kerja

Tata letak yang baik antara lain dapat mengurangi pemindahan bahan yang dilakukan secara manual, meminimumkan jalan kaki.

8. Memberi kemudahan, keselamatan dan kenyamanan bagi pekerja dalam melaksanakan pekerjaan.

Hal-hal seperti penerangan, kebisingan, pergantian udara, debu, kotoran, harus menjadi perhatian perencana. Susunan mesin yang tepat juga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.

. - 05:$ $& %'&9$ $& $ $& 9$& &3$04 &<$ 0 $9$8 $/$ /$2 $10'2

Sistem pemindahan bahan baku memegang peranan penting dalam perencanaan suatu pabrik. Untuk merubah bahan baku menjadi produk jadi diperlukan aktivitas pemindahan bahan, sekurang- kurangnya satu dari tiga elemen dasar sistem produksi: bahan baku, orang/pekerja, atau mesin dan peralatan produksi. Pada sebagaian besar proses manufaktur, bahan baku akan lebih sering berpindah dari pada pekerja atau mesin, sehingga perencanaan tata letak pabrik tidak bisa mengabaikan aktivitas pemindahan bahan. Demikian pula sebaliknya, tidak mungkin menerapkan sistem pemindahan bahan secara efektif tanpa memperhatikan masalah umum yang dijumpai dalam perencanaan tata letaknya.


(37)

. - . &3 0/'$& %'&9$ $& $ $&

Pengertian dari pemindahan bahan ( ) dirumuskan oleh

American Material Handling Society (AMHS), yaitu sebagai suatu seni dari ilmu

yang meliputi penanganan ( ), pemindahan ( ! ),

pembungkusan/pengepakan ( ), penyimpanan ( ) sekaligus

pengendalian pengawasan ( ) dari bahan atau material dengan segala bentuknya. Dalam kaitannya dengan pemindahan bahan, maka proses pemindahan bahan ini akan dilaksanakan dari satu lokasi ke lokasi yang lain baik secara vertical, horizontal maupun lintasan yang membentuk kurva. Demikian pula lintasan ini dapat dilaksanakan dalam suatu lintasan yang tetap atau berubah-ubah.

. - - 464$& /$%$ 3'$/$& %'&9$ $& $ $&

Tujuan kegiatan pemindahan bahan itu antara lain: 1. Meningkatkan kapasitas produksi

Peningkatan kapasitas produksi ini dapa dicapai melalui: $ Peningkatan produksi kerja per )

$ Peningkatan efisiensi mesin atau peralatan dengan mengurangi down-time c. Menjaga kelancaran aliran kerja dalam pabrik


(38)

2. Mengurangi limbah buangan ( )

Untuk mencapai tujuan ini, maka dalam kegiatan pemindahan bahan harus memperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Pengawasan yang sebaik-baiknya terhadap keluar masuknya persediaan material yang dipindahkan

b. Eliminasi kerusakan pada bahan selama pemindahan berlangsung

c. Fleksibilitas untuk memenuhi ketentuan-ketentuan dan kondisi-kondisi khusus dalam memindahkan bahan ditinjau dari sifatnya.

3. Memperbaiki kondisi area kerja

Pemindahan bahan yang baik akan dapat memenuhi tujuan ini, dengan cara: a. Memberikan kondisi kerja yang lebih nyaman dan aman

b. Mengurangi faktor kelelahan bagi pekerja/operator c. Menigkatkan perasaan nyaman bagi operator

d. Memacu pekerja untuk mau bekerja lebih produktif lagi

4. Memperbaiki distribusi material

Dalam hal ini, kegiatan memiliki sasaran :

a. Mengurangi terjadinya kerusakan terhadap produk selama proses pemindahan bahan dan pengiriman


(39)

c. Memperbaiki lokasi dan pengaturan dalam fasilitas penyimpanan (gudang) d. Maningkatkan efisiensi dalam hal pengiriman barang dan penerimaan

5. Mengurangi biaya

Pengurangan biaya ini dapat dicapai melalui : $ Penurunan biaya !

b. Pemanfaatan luas area untuk kepentingan yang lebih baik c. Peningkatan produktivitas

. - '&'%'5$5' !" !#

Masalah pemindahan bahan mencakup kemungkinan bahwa sumber atau tujuan dapat dipergunakan sebagai titik antara dalam mencari hasil optimal. Minimisasi adalah kegiatan untuk memperkecil jarak perpindahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

(

)

@ @

@

/ 0

0 = ∑ ∑

=1

... (J.M. Apple, 1990)

S.t : X ij ≥ 0

d ij ≥ 0

X ii = 0

Dimana : X ij = Frekuensi Perpindahan material dari mesin i ke mesin j.

d ij = Jarak Perpindahan dari mesin i ke mesin j.


(40)

. $ % $ !! !#

Prosedur ini menggunakan 4 alat bantu yaitu !

! dan $

Prosedur perencanaan tata letak pabrik dengan Systematic antara lain (Apple, 1990):

1. Melakukan pengumpulan data awal, yaitu data rancangan produk, rancangan proses dan rancangan jadwal produksi

2. Menentukan aliran material

3. Menentukan hubungan aktivitas atau kegiatan 4. Membuat diagram hubungan aktivitas dan aliran

5. Menentukan jumlah kebutuhan ruangan dan disesuaikan dengan ukuran ruangan yang tersedia

6. Membuat diagram hubungan ruangan

7. Membuat modifikasi dan batasan praktis dalam pembuatan alternatif 8. Pembuatan alternatif

9. Mengevaluasi dan memilih alternatif

Pada dasarnya, langkah-langkah dalam perencanaan tata letak dapat dikategorikan ke dalam tiga tahapan, yaitu:

a. Tahap analisis yang meliputi:

1. Data masukan, yaitu data yang berhubungan dengan rancangan produk, rancangan proses


(41)

2. Analisis aliran material merupakan analisis pengukuran kuantitatif untuk setiap gerakan perpindahan material diantara departemen-departemen atau aktivitas-aktivitas operasional

3. Analisis hubungan aktivitas merupakan analisis pengukuran kualitatif dengan

menggunakan % ! * (ARC)

4. Diagram hubungan aktivitas yang merupakan kombinasi dari analisis material secara kuantitatif dengan kualitatif.

b. Tahap penelitian yang meliputi:

1. Pembuatan diagram hubungan ruangan untuk mengevaluasi luas area yang dibutuhkan untuk semua aktivitas perusahaan dan area yang tersedia

2. Pembuatan rancangan alternatif tata letak dalam bentuk dengan dasar dari diagram hubungan ruangan

c. Tahap seleksi dengan cara mengevaluasi alternatif tata letak yang telah dirancang.

. # & $ ! ' ( ' > ?

% ! * yang dikembangkan oleh Muther merupakan

teknik yang sederhana dalam merencanakan tata letak fasilitas. Metode ini menghubungkan aktivitas-aktivitas secara berpasangan sehingga semua aktivitas secara berpasangan sehingga semua aktivitas akan diketahui tingkat hubungannya. Hubungan keterkaitan bias diekspresikan secara kualitatif meskipun ada beberapa pihak yang memberi nilai keterkaitan secara kuantitatif. Pada ARC terdapat perubah


(42)

atau variable untuk menggantikan angka-angka yang bersifat kuantitatif. Variabel tersebut berupa suatu simbol-simbol yang melambangkan derajad keterdekatan ( ) antara departemen satu dengan departemen lainnya. Simbol-simbol yang digunakan untuk menunjukkan derajad keterkaitan aktivitas adalah sebagai berikut (Hadiguna dkk., 2008):

A = Mutlak perlu E = Sangat penting I = Penting

O = Cukup/biasa U = Tidak penting X = Tidak dikehendaki

Jika dua departemen mendapat nilai atau derajat keterkaitan A, maka dua departemen tersebut mutlak untuk didekatkan agar proses operasi perusahaan berjalan dengan baik. Tidak ada satu alasanpun yang digunakan untuk memisahkan departemen tersebut. Sedangkan derajat keterkaitan E diberikan kepada dua departemen yang dinilai sangat erat terkait, hanya saja keterkaitan hubungan dua departemen tidak sepenting derajat keterkaitan A. Begitu pula dengan derajat keterkaitan I, dimana dua departemen penting pula untuk didekatkan jika kondisi area memungkinkan. Sedangkan nilai O diberikan kepada dua departemen yang kaitannya tidak terlalu dekat. Khusus untuk nilai U dan X, sangat penting sekali membedakannya, dimana nilai atau derajat keterkaitan U mengandung arti bahwa dua


(43)

departemen tidak perlu untuk didekatkan, hanya saja dalam keadaan tertentu masih dapat didekatkan berdampingan. Sedang derajat keterkaitan X mempunyai arti bahwa dua departemen harus dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, karena kemungkinan akan mengganggu kelancaran proses operasi, baik pada masing-masing departemen sekaligus atau bahkan ada kemungkinan dapat mengganggu kelancaran proses operasi perusahaan secara keseluruhan. Secara umum alsan keterkaitan dibagi dalam tiga macam yaitu keterkaitan untuk produksi, keterkaitan untuk pegawai dan aliran informasi:

1. Keterkaitan produksi a. Urutan aliran kerja

b. Mempergunakan peralatan yang sama c. Menggunakan catatan yang sama d. Menggunakan ruangan yang sama e. Bising, debu, getaran, bau dan lain-lain 2. Keterkaitan pegawai

a. Menggunakan pegawai yang sama b. Pentingnya berhubungan

c. Derajat hubungan kepegawaian d. Jalur perjalanan normal

e. Kemudahan pengawasan f. Melaksanakan pekerjaan serupa


(44)

g. Disenangi pegawai h. Perpindahan pegawai i. Gangguan pegawai 3. Aliran informasi

a. Menggunakan catatan/berkas yang sama b. Derajat hubungan kertas kerja

c. Menggunakan alat komunikasi yang sama Contoh dari ARC dapat dilihat pada Gambar 4.


(45)

Pada peta keterkaitan aktivitas terdapat sejumlah belah ketupat menunjukkan hubungan keterkaitan antara dua departemen. Bagian atas dari masing-masing belah ketupat diberi simbol yang menunjukkan derajat keterkaitan dari dua departemen. Sedang bagian bawah merupakan alasan yang dipakai untuk mengukur derajat keterkaitan tersebut. Seperti misalnya pada belah ketupat paling atas merupakan keterkaitan antara Departemen 1 (penerimaan dan pengiriman) dengan Departemen 2 (gudang material dan alat). Kedua departemen tersebut mempunyai derajat keterkaitan A (mutlak didekatkan) karena alasan 1 (urutan aliran kerja), 2 (derajat hubungan kertas kerja) dan 3 (kemudahan pengawasan).

. '$30$% 414&3$& 4$&3$&

Dalam proses pembuatan diagram hubungan ruangan ini yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi luas area yang dibutuhkan untuk semua aktivitas perusahaan dan area yang tersedia. Rancangan tata letak fasilitas kerja, idealnya dibuat terlebih dahulu, sedangkan bangunan pabrik didirikan sesuai dengan rancangan tata letak fasilitas yang telah dibuat. Diagram hubungan ruangan dapat dibuat setelah dilakukan analisis terhadap luasan yang dibutuhkan dan dikombinasikan dengan % !

* 1 . Contoh diagram hubungan ruangan dapat dilihat pada Gambar


(46)

Gambar 5. Contoh Diagram Hubungan Ruangan

Sebagai contoh dari Gambar 5 di atas dapat dilihat bahwa sebagai contoh Departemen A dengan Departemen B, H dan I memiliki garis hubungan 2 dengan tingkat hubungan I yang artinya penting untuk berdekatan. Departemen A dengan Departemen F dan G memiliki garis hubungan 1 dengan tingkat hubungan O yang artinya tidak ada

masalah untuk berdekatan. Departemen A dengan Departemen C memiliki garis hubungan 4 dengan tingkat hubungan A yang artinya mutlak berdekatan.

'%1:

'&32$/ 414&3$&

A

E

I

O

None

U


(47)

. , 3:0'/%$

CRAFT menggunakan data aliran barang sebagai dasar bagi pengembangan hubungan kedekatan, dalam batasan beberapa satuan ukuran (kg/hari, satuan/tahun, muatan/minggu) antara pasangan-pasangan kegiatan untuk membentuk suatu matriks bagi program ini.

Data masukan lainnya memberi kemungkinan pemasukan biaya pemindahan tiap satuan pemindahan, dan tiap satuan jarak. Bila masukan seperti ini tidak tersedia, atau tidak mencukupi, dapat diatasi dengan memasukkan angka 1 untuk semua biaya dalam matriks.

Kebutuhan ruangan merupakan masukan ketiga. Masukan ini mengambil bentuk tata letak yang telah ada. Untuk tata letak yang baru, harus dikembangkan sebuah tata letak kasar. Pada keduanya, nomor identifikasi kegiatan, dalam jumlah yang mendekati skala ruang yang dibutuhkan, dimasukkan ke dalam luas keseluruhan dari tatanan yang telah ditetapkan. Lokasi dari sebuah kegiatan dapat ditetapkan dalam wilayah keseluruhan ini.

CRAFT menghitung hasil kali aliran, biaya pemindahan, dan jarak antar pusat kegiatan. Kemudian dia mempertimbangkan pertukaran lokasi dan menguji perubahan dua arah atau tiga arah. Dilakukan pertukaran yang menyebabkan pengurangan ongkos yang paling besar, dan menghitung ongkos total yang baru. Proses ini diulang sampai tidak ada lagi pengurangan ongkos yang berarti. Program


(48)

ini berorientasi lintas, sehingga kemungkinan pertukaran tidak diuji semua. Karenanya, dicapai tata letak yang disebut hampir optimum.

CRAFT mencetak tata letak dalam bentuk dasar persegi. Setiap kegiatan muncul pada hasil cetakan, seluas meter persegi tetentu. Hasil CRAFT menunjukkan kegiatan dengan huruf. Sementara gambaran menyeluruh yang dihasilkan adalah persegi, bangun kegiatan mandiri cenderung tak beraturan dan harus disesuaikan ke dalam bentuk praktis. Biaya total dihitung dan perbedaaan antara biaya total setelah penyesuaian dengan sebelumnya menunjukkan penghematan.

Keuntungan penggunaan CRAFT:

1. Memungkinkan penetapan lokasi khusus. 2. Bentuk masukan dapat beragam.

3. Waktu komputer pendek. 4. Mempunyai arti matematis.

5. Dapat digunakan untuk tata letak kantor. 6. Dapat memeriksa pekerjaan sebelumnya. 7. Biaya dan penghematan tercetak.

Keterbatasan penggunaan CRAFT:

1. Menuntut penyesuaian oleh tangan (hasil tidak dapat langsung dipergunakan). 2. Program cenderung ’mempunyai jarak penglihatan pendek’, tidak dapat


(49)

3. Pengubahan departemen harus berukuran sama, berdekatan satu sama lain dan berbatasan dengan departemen yang sama.

4. Memerlukan kejelasan struktur data masukan. 5. Rancangan huruf sulit.

6. Terbatas sampai 40 departemen.

Pada penelitian ini digunakan metode SLP ( planning) dan algoritma CRAFT untuk merancang tempat kerja usulan yang baik dipandang dari sudut pandang waktu dan jarak yang lebih efisien dibandingkan dengan kondisi tataletak aktual saat ini di perusahaan. Selanjutnya pendekatan ergonomi digunakan untuk merancang fasilitas kerja yang dapat memberikan kenyamanan dalam bekerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas dengan mengurangi keluhan pada otot pekerja.


(50)

- # :2$5' 9$& ($2/4 & '/'$&

Penelitian ini dilakukan di CV Chantiqa Handycraft yang beralamat di Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal Sumatera Utara. Penelitian ini direncanakan dimulai pada bulan Oktober 2009 sampai dengan bulan Desember 2009.

- 16 2 9$& :84 $5' & '/'$&

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah tempat kerja yang berhubungan dengan tata letak produksi dan fasilitas kerja di CV Chantiqa Handycraft di Desa Kampung Lalang Kecamatan Medan Sunggal Sumatera Utara. Populasi penelitian adalah seluruh pengrajin yang berada di bawah bimbingan CV Chantiqa Handycraft.

- . &'5 & '/'$&

Jenis penelitian ini adalah penelitian % * merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktifitas lembaga dapat meningkat


(51)

- - &34%84 $& $/$

- - # /:9 &34%84 $& $/$

Metode pengumpulan data dilakukan secara langsung untuk mendapatkan data primer berupa keluhan MSDs pekerja dengan menggunakan kuesioner SNQ, data elemen kegiatan untuk penilaian postur kerja dengan REBA, data proses produksi dengan menggunakan peta kerja, data waktu produksi dan transportasi

dengan data antropometri dengan body martin dan wawancara.

Untuk data sekunder diperoleh dengan mengambil data yang berhubungan dengan penelitian yang ada di CV Chantiqa Handycraft.

- - &'5 $/$

Data yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan dapat dikelompokkan pada dua bagian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung, wawancara dan diskusi. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan, laporan, buku dan bagian/instansi yang terkait.

1. Data Primer

Data primer yang dibutuhkan antara lain adalah :

a. Keluhan MSDs Pekerja yaitu keluhan yang dialami oleh pekerja yang berhubungan dengan otot dan rangka akibat aktivitas yang dilakukan.


(52)

b. Elemen Kegiatan untuk penilaian postur kerja merupakan tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan pada aktivitas kerja.

c. Tataletak Komponen Awal merupakan kondisi eksisting tataletak atau penempatan fasilitas produksi.

d. Peta Tangan Kiri Tangan kanan merupakan representasi dari aktivitas yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan berdasarkan elemen gerakan therbligh untuk mengetahui keseimbangan kerja antara tangan kiri dan tangan kanan.

e. Data Waktu Proses dan Transportasi merupakan waktu penyelesaian yang diukur pada setiap proses dan waktu yang dibutuhkan dalam pemindahan material yang terjadi selama proses produksi.

f. Frekuensi Perpindahan dan Frekuensi , ( , banyaknya aktivitas pemindahan material yang terjadi selama proses produksi dari bahan baku sampai produk jadi.

g. Proses Produksi Awal, untuk mengetahui gambaran mengenai metode kerja aktual.

h. Data Antropometri merupakan data ukuran dimensi tubuh pekerja yang

diperoleh berdasarkan pengukuran dengan menggunakan .

2. Data Sekunder


(53)

1. Struktur Organisasi serta Tugas dan Wewenang 2. Permintaan produk

3. Jam kerja

- - . &5/04% &" $/ &34%84 $/$

Instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut :

a. Wawancara -' )1 ' ! .

Yaitu wawancara mendalam terhadap informan untuk memperoleh informasi yang diinginkan sesuai dengan metode SNQ.

b. Pengamatan Langsung -1 = ! .

Yaitu mendatangi daerah studi, melakukan pengukuran dan pengamatan, misalnya mengamati aliran material dengan menggunakan peta kerja dan postur kerja dengan metode REBA

c. Alat Ukur

Berbagai alat ukur yang digunakan antara lain adalah meteran, ,

camera digital dan $

- - - &3: $ $& 9$& &$ '5'5 $/$

Identifikasi keluhan MSDs dengan penyebaran kuesioner standar Nordic


(54)

hasil identifikasi keluhan . Setelah itu, dilakukan penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA untuk mengetahui level resiko dan kategori tindakan yang harus dilakukan terhadap sikap kerja operator. Dari hasil keluhan dan resiko yang dialami operator diperoleh fasilitas yang dibutuhkan, kemudian diperoleh data antropometri dari fasilitas yang dibutuhkan. Selanjutnya dilakukan pengolahan data antropometri dalam merancang fasilitas kerja yang sesuai melalui tahapan pengujian keseragaman data, kecukupan data dan kenormalan data. Setelah data untuk perancangan fasilitas baru diperoleh, maka dilakukan penentuan luas lantai setiap stasiun untuk pembuatan tataletak baru. Tahapan pembuatan

tataletak baru dimulai dengan pembuatan % ! * ,

( % ( % % 1 hingga ? . Hasil

tataletak usulan disimulasikan dengan menggunakan algoritma Craft untuk mengetahui nilai momen.

- $ $8$& & '/'$&

Pola pikir penelitian sebagai berikut:


(55)

Keterangan:

1. Identifikasi keluhan operator yang berhubungan dengan fasilitas kerja dengan menggunakan metode Standar Nordic yang menilai keluhan di 28 bagian tubuh. Alat yang digunakan dalam metode ini adalah Kuesioner Standar Nordic (SNQ) yang menggunakan 4 skala keluhan yaitu 1 tidak sakit, 2 agak sakit, 3 sakit, 4 sangat sakit. Dalam tahapan ini diperoleh hasil data keluhan

operator.

2. Identifikasi kegiatan yang berbahaya yang dilakukan operator yang berhubungan dengan tempat kerja dengan menggunakan penilaian postur kerja dengan menggunakan metode REBA. Metode REBA adalah penilaian postur kerja yang memiliki fokus penilaian postur kerja pada seluruh bagian tubuh dan menilai keseimbangan pada bagian tubuh sebelah kiri dan sebelah kanan. Dalam tahapan ini diperoleh hasil data skor postur kerja, level resiko postur kerja dan usulan tindakan perbaikan postur kerja.

3. Setelah melakukan identifikasi keluhan dan penilaian postur kerja maka selanjutnya ditentukan perbaikan metode kerja dan fasilitas kerja

untuk mengurangi keluhan dari operator.

4. Agar fasilitas kerja yang diusulkan sesuai dengan kenyamanan maka ditetapkan data dimensi tubuh operator. Selanjutnya dilakukan pengukuran data dimensi


(56)

diperoleh diuji keseragaman dan kecukupan serta kenormalan data. Selanjutnya ditentukan prinsip perancangan fasilitas berdasarkan data dimensi tubuh.

5. Data ukuran fasilitas kerja yang diusulkan selanjutnya dijadikan sebagai dasar penentuan luas stasiun kerja selain data ukuran penempatan untuk bahan dan data ukuran penempatan untuk operator.

6. Selanjutnya dilakukan perancangan tataletak usulan dengan menggunakan

metode (SLP). Adapun tahapan-tahapan dalam SLP

adalah pembuatan ! yang mengetahui keterkaitan antara

tiap stasiun, pembuatan untuk menyusun stasiun kerja berdasarkan keterkaitan antara tiap stasiun, pembuatan untuk menyusun stasiun kerja dengan total ruang yang dibutuhkan berdasarkan keterkaitan antara tiap

stasiun, pembuatan untuk menyusun hasil

dengan pertimbangan ruang untuk gerakan seperti gang, dan terakhir penggambaran tataletak.

7. Tataletak hasil dari SLP selanjutnya disimulasikan dengan menggunakan algoritma CRAFT. Perhitungan algoritma CRAFT menggunakan

A$0. CRAFT menghitung hasil kali aliran, biaya pemindahan, dan jarak antar pusat kegiatan. Dilakukan pertukaran yang menyebabkan pengurangan ongkos yang paling besar, dan menghitung ongkos total yang baru. Program ini berorientasi lintas, sehingga kemungkinan pertukaran tidak diuji semua. Karenanya, dicapai tata letak yang disebut hampir optimum.


(57)

(58)

Data yang dikumpulkan dalam penelitian pada operator penganyaman di UKM Chantiqa Handycraft adalah data keluhan musculoskeletal, postur kerja operator sewaktu melakukan elemen pekerjaan, tataletak komponen yang dillihat dari Peta Tangan Kiri Tangan Kanan, data waktu proses, data frekuensi perpindahan, data proses produksi dan pengukuran dimensi tubuh yang berdasarkan hasil penilaian keluhan MSDs dan penilaian postur kerja yang beresiko atau yang mempunyai level tinggi.

# $/$ 4 $& '$8 8 0$/:0 9$& &' $'$&&<$

disebar kepada operator untuk mengetahui

tingkat keluhan . Dari seluruh item bagian tubuh ,

keluhan dari pekerja selanjutnya dinilai berdasarkan keluhan yaitu :

Tidak Sakit (TS) = Tidak merasakan ada keluhan pada saat bekerja Agak Sakit (AS) = Merasakan keluhan sakit pada saat bekerja saja Sakit (S) = Keluhan sakit tetap dirasakan pada saat bekerja selesai Sangat Sakit(S) = Keluhan sakit terus dirasakan dalam jangka waktu


(59)

Rekapitulasi data pada seluruh operator dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Kondisi Tingkatan Keluhan Penyakit Operator pada setiap Stasiun

Kerja (berdasarkan )

&'5 4 $& 8$9$ 414

:8 0$/:0

/$5'4& 06$

&< 04/$& @$0&$$& &6 %40$& &<:0/'0$& &3$&<$%$& ) ! ' !#

0 S TS AS TS AS AS

1 S TS AS TS AS AS

2 S TS AS TS AS TS

3 S TS TS TS AS S

4 AS S TS TS AS S

5 TS SS SS TS AS TS

6 AS SS TS TS AS TS

7 AS SS SS TS TS TS

8 AS S AS AS TS SS

9 AS AS AS AS TS S

10 AS AS AS TS TS AS

11 AS S AS TS TS AS

12 TS AS AS TS AS AS

13 TS S AS TS AS TS

14 TS TS TS TS S AS

15 S TS TS TS S AS

16 S TS AS TS AS TS

17 S S AS TS AS TS

18 S AS S TS TS S

19 S S S TS TS S

20 AS AS TS TS TS S

21 AS AS TS TS TS S

22 AS AS TS TS TS SS

23 AS AS AS TS TS S

24 S TS TS TS TS AS

25 S TS AS TS TS TS

26 S TS AS TS TS AS

27 S TS TS TS TS TS

Sumber: Pengolahan Data

Keterangan Jenis Keluhan pada Tubuh Operator :

1 = Sakit kaku di bagian leher bagian bawah 15 = Sakit pada pergelangan tangan kanan 2 = Sakit di bahu kiri 16 = Sakit pada tangan kiri

3 = Sakit di bahu kanan 17 = Sakit pada tangan kanan 4 = Sakit lengan atas kiri 18 = Sakit pada paha kiri 5 = Sakit di punggung 19 = Sakit pada paha kanan 6 = Sakit lengan atas kanan 20 = Sakit pada lutut kiri


(60)

7 = Sakit pada pinggang 21 = Sakit pada lutut kanan 8 = Sakit pada bokong 22 = Sakit pada betis kiri 9 = Sakit pada pantat 23 = Sakit pada betis kanan

10 = Sakit pada siku kiri 24 = Sakit pada pergelangan kaki kiri 11 = Sakit pada siku kanan 25 = Sakit pada pergelangan kaki kanan 12 = Sakit pada lengan bawah kiri 26 = Sakit pada kaki kiri

13 = Sakit pada lengan bawah kanan 27 = Sakit pada kaki kanan

Hasil identifikasi keluhan berdasarkan Standar Nordic Questionnare untuk masing-masing operator pada setiap stasiun kerja dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Stasiun Penyerutan

Operator di bagian penyerutan mengalami keluhan dengan tingkatan sakit pada bagian leher bagian atas dan bawah, bahu kiri dan kanan, pergelangan tangan dan tangan, pergelangan kaki kiri dan kanan serta kaki kiri dan kanan.

2. Stasiun Pewarnaan

Operator di bagian pewarnaan mengalami keluhan dengan

tingkatan sangat sakit pada bagian pinggang, punggung dan lengan atas kanan. Sedangkan yang sakit pada bagian lengan atas kiri, bokong, siku kanan, lengan bawah kanan, tangan kanan dan paha.

3. Stasiun Penjemuran

Operator di bagian penjemuran mengalami keluhan dengan tingkatan sangat sakit pada bagian pinggang dan bokong. Sedangkan yang sakit paha kiri dan kanan.


(61)

4. Stasiun Penyortiran

Operator di bagian penyortiran tidak mengalami keluhan dengan tingkatan sakit dan sangat sakit.

5. Stasiun Penganyaman

Operator di bagian penganyaman mengalami keluhan dengan tingkatan sakit pergelangan tangan kiri dan kanan.

6. Stasiun ?

Operator di bagian mengalami keluhan dengan

tingkatan sangat sakit pada bagian bokong dan betis kiri. Sedangkan yang sakit pada bagian bahu kiri dan kanan, pantat, paha kiri dan kanan, lutut kiri dan kanan serta betis kanan.

$/$ % & 3'$/$& 9$& &' $'$& :5/40 06$ /'$8 % & 3'$/$& 9 &3$& &334&$2$& /:9

Setelah melakukan identifikasi keluhan MSDs, maka dilakukan penilaian postur kerja pada tiap pekerjaan. Penilaian postur kerja operator digunakan untuk menganalisis keefektifan postur dan sikap kerja yang mempengaruhi produktivitas dan kesehatan fisik operator. Penilaian tersebut diharapkan dapat memperbaiki sikap kerja yang salah sehingga operator tidak mengalami penyakit akibat kerja. Sebelum penilaian postur kerja, terlebih dahulu harus diketahui elemen kegiatan pada setiap pekerjaan yang menimbulkan resiko MSDs. Beberapa kegiatan operator yang dapat menimbulkan resiko MSDs dapat dilihat pada Tabel 2. berikut ini :


(62)

Tabel 2. Kegiatan Operator yang Menimbulkan Resiko MSDs pada Setiap Stasiun Kerja

: 3'$/$&

1 Menyerut lidi

2 Mewarnai lidi

3

Menjemur lidi yang telah diwarnai


(63)

Lanjutan Tabel 2.

: 3'$/$&

5 Menganyam lidi

6 ?

Sumber: Pengukuran Langsung

Setiap proses pada stasiun kerja masing-masing akan dilakukan penilaian postur kerja menggunakan metode REBA. Penilaian postur kerja dengan menggunakan REBA dapat dilihat pada Lampiran 2, dan hasilnya dapatdilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil Penilaian Postur Kerja dengan Menggunakan REBA

3'$/$&

:/$ 2:0 9$0' &' $'$& :5/40 06$ 9 &3$&

) 5'2: '&9$2$& $3'$&

414 '0'

$3'$& 414 $&$&

$3'$& 414 '0'

$3'$& 414 $&$&

$3'$& 414 '0'

$3'$& 414 $&$&

Menyerut lidi 10 10 Tinggi Tinggi Segera diperbaiki Segera diperbaiki


(64)

Lanjutan Tabel 3.

3'$/$&

:/$ 2:0 9$0' &' $'$& :5/40 06$ 9 &3$&

) 5'2: '&9$2$& $3'$& 414 '0' $3'$& 414 $&$& $3'$& 414 '0' $3'$& 414 $&$& $3'$& 414 '0' $3'$& 414 $&$&

Mewarnai lidi 11 8 Sangat

Tinggi Tinggi

Perbaikan sekarang juga Segera diperbaiki Menjemur lidi yang telah diwarnai

8 8 Tinggi Tinggi Segera diperbaiki Segera

diperbaiki

Menyortir lidi 2 2 Kecil Kecil

Mungkin diperlukan perbaikan Mungkin diperlukan perbaikan Menganyam

lidi 9 6 Tinggi Sedang Segera diperbaiki

Diperlukan perbaikan

? 9 9 Tinggi Tinggi Segera diperbaiki Segera

diperbaiki Sumber: Pengolahan Data

Fasilitas kerja yang dibutuhkan oleh tiap operator dapat ditentukan berdasarkan tingkat keluhan operator dengan menggunakan SNQ dan penilaian postur kerja dengan menggunakan REBA. Kemudian dilihat keterkaitan antara bagian tubuh yang bersentuhan langsung dengan fasilitas kerja yang dibutuhkan tersebut. Posisi kerja pada saat bersentuhan langsung dengan fasilitas kerja yang akan diusulkan, akan dapat memberikan dimensi antropometri yang harus diukur untuk mendapatkan dimensi fasilitas kerja yang sesui dengan dimensi tubuh operator. Adapun fasilitas kerja yang dibutuhkan untuk mengurangi keluhan operator dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini :


(65)

: /$5'4& $5' '/$5 2 06$ '% &5' <$&3 9'14/4 2$&

1 Penyerutan Meja kerja, kursi kerja dan alat serut

Rentang siku, jangkauan tangan, tinggi popliteal, pantat popliteal, tinggi siku duduk dan dimensi tangan 2 Pewarnaan Meja tempat kompor, alat pengaduk Tinggi siku berdiri,

jangkauan tangan

3 Penjemuran Wadah penjemuran Jangkauan tangan, tinggi

siku berdiri 4 Penyortiran Meja kerja dan kursi kerja

Rentang siku, jangkauan tangan, tinggi popliteal, pantat popliteal, tinggi siku duduk

5 Penganyaman Meja kerja dan kursi kerja

Rentang siku, jangkauan tangan, tinggi popliteal, pantat popliteal

6 ? Meja kerja dan kursi kerja

Rentang tangan, jangkauan tangan, tinggi popliteal, pantat popliteal tinggi siku duduk

. $/$ &/0:8:% /0' 9$& &3: $ $&&<$

Data antropometri diperoleh dari hasil pengukuran secara langsung terhadap operator yang berjumlah 6 orang. Untuk memenuhi persyaratan pengujian kenormalan data maka dilakukan penambahan ukuran antropometri dari data Laboratorium E&APK USU. Dengan mengetahui data dimensi tubuh yang akan diukur, maka data antropometri dapat dilihat pada Tabel 5 sampai Tabel 8.

Tabel 5. Data Hasil Pengukuran Dimensi Jari Operator

:

14 6$0' $0' / 4&642 $0' / &3$ $&6$&3 1$0 494/ $&6$&3 1$0 494/ $&6$&3 1$0 494/

>;%? >;%? 2$& >*:? >;%? >;%? 2$& >*:? >;%? >;%? 2$& >*:?

1 3,00 1,63 2,00 4,50 1,22 3,00 5,34 1,24 3,00 2 3,40 1,90 3,00 5,50 1,30 2,00 5,50 1,35 3,00 3 3,20 1,60 2,50 5,00 1,20 3,00 5,35 1,30 2,00 Lanjutan Tabel 5.


(66)

:

14 6$0' $0' / 4&642 $0' / &3$ $&6$&3 1$0 494/ $&6$&3 1$0 494/ $&6$&3 1$0 494/

>;%? >;%? 2$& >*:? >;%? >;%? 2$& >*:? >;%? >;%? 2$& >*:?

4 3,30 1,40 3,00 5,20 1,46 3,50 5,80 1,60 2,00 5 3,20 1,80 3,50 5,10 1,30 3,00 5,80 1,30 3,00 6 3,30 2,10 3,00 4,90 1,70 3,00 5,60 1,70 3,00 Sumber: Pengukuran Langsung

Tabel 6. Data Hasil Pengukuran Dimensi Jari Tambahan

:

14 6$0' $0' / 4&642 $0' / &3$ $&6$&3 1$0 494/ $&6$&3 1$0 494/ $&6$&3 1$0 494/

>;%? >;%? 2$& >*:? >;%? >;%? 2$& >*:? >;%? >;%? 2$& >*:?

7 3,50 2,10 1,50 5,00 1,70 4,00 5,50 2,00 3,00 8 3,30 1,70 2,50 4,60 1,60 2,50 5,20 2,00 3,00 9 3,00 2,00 2,00 4,60 1,50 2,00 5,40 1,70 2,00 10 3,40 1,80 3,20 5,10 1,50 2,00 5,80 1,40 2,00 11 3,00 2,40 3,00 4,90 1,60 2,00 5,50 1,70 2,00 12 2,90 1,50 2,00 4,00 1,13 2,00 5,00 1,70 2,00 13 2,80 1,50 1,50 4,35 1,32 2,00 5,00 1,73 2,00 14 3,00 1,66 3,00 5,36 1,60 3,00 5,30 1,64 2,00 15 3,00 1,50 3,00 4,70 1,10 3,00 5,10 1,00 3,00 16 2,80 1,30 2,00 4,50 0,95 4,00 4,50 0,90 2,00 17 3,00 1,50 2,50 4,00 1,10 3,00 4,60 1,30 3,00 18 3,24 1,10 3,00 4,80 1,10 3,00 5,40 1,20 3,00 19 2,80 1,20 3,00 3,90 0,90 3,00 4,41 2,10 2,00 20 3,60 2,20 3,00 4,80 1,50 4,00 4,80 1,70 3,00 21 3,00 2,20 3,00 4,27 1,30 4,00 4,79 1,44 3,00 22 2,90 1,70 1,50 4,50 1,40 4,00 4,70 1,00 2,00 23 3,58 2,15 3,50 4,70 1,60 3,00 4,80 1,58 2,00 Sumber: Data Laboratorium E&APK Fakultas Teknik USU


(67)

No 8:

1 40,00 42,40 28,00 23,20 69,50 149,50 72,00 2 39,60 47,50 30,00 19,00 73,70 158,30 78,30 3 40,60 45,60 36,00 24,00 76,00 161,40 82,40 4 40,60 44,00 29,20 24,00 69,60 154,50 77,20 5 39,50 48,80 30,50 21,90 75,60 165,70 82,20 6 39,50 44,80 35,40 23,50 75,30 161,10 79,00 Sumber: Pengukuran Langsung

Tabel 8. Data Hasil Pengukuran Dimensi Tubuh Tambahan

No 8:

7 40,30 48,30 28,50 22,00 73,70 163,80 80,70

8 39,60 46,20 30,00 21,10 73,70 159,50 72,00

9 40,60 44,70 32,00 23,60 73,60 157,30 76,20

10 36,10 46,00 31,50 25,50 65,90 144,40 75,30

11 39,90 45,90 35,60 21,60 74,40 163,30 83,60

12 39,90 43,80 29,00 20,30 71,70 159,50 80,70

13 39,90 43,00 36,60 20,70 72,20 152,30 67,20

14 40,00 45,20 31,80 21,80 75,70 148,80 73,40

15 39,50 47,10 32,00 21,30 73,00 151,30 76,30

16 39,50 44,00 32,50 19,60 74,20 152,80 76,50

17 39,50 42,70 27,80 21,00 69,50 144,30 73,30

18 39,30 43,70 32,00 22,00 72,00 151,50 76,50

19 40,40 47,90 36,60 24,80 70,80 152,00 75,70

20 37,00 46,00 36,20 22,50 69,70 151,80 78,00

21 38,20 42,90 32,30 20,40 71,40 146,30 73,00

22 37,30 42,90 34,80 20,10 72,60 154,80 74,70

23 35,80 42,70 36,00 24,90 73,20 154,30 76,60

Sumber: Data Laboratorium E&APK Fakultas Teknik USU


(68)

Selanjutnya dari data anthropometri yang diperoleh akan ditentukan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum dan minimum untuk masing-masing item pengukuran.

Perhitungan nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan maksimum pada masing-masing pengukuran adalah sebagai berikut :

1. Nilai rata-rata

B B

B B

B = 1 + 2 +....+ =

Dimana : = banyaknya pengamatan ΣX = total pengamatan

B = X rata-rata

Contoh :

Nilai rata-rata pada dimensi panjang Ibu Jari adalah :

23 58 . 3 9 . 2 ... 2 . 3 81 . 3

3+ + + + +

=

B C3.14

2. Nilai standar deviasi

Untuk menentuan nilai standar deviasi pada masing-masing pengukuran dapat ditentukan dengan rumus seperti di bawah ini :

σ = 1 ) ( 2 − −

B B

22 ) 13 . 3 58 . 3 ( ... ) 13 . 3 8 . 3 ( ) 13 . 3 3

( − 2+ − 2+ + − 2 =

σ

= 0.25


(69)

Nilai maksimum dan minimum adalah nilai terbesar dan terkecil pada data

hasil pengukuran setelah data tersebut diurutkan.

contoh : Nilai maksimum panjang ibu jari = 3.60 cm

Nilai minimum panjang ibu jari = 2.80 cm

Dari data pada Tabel 5 sampai Tabel 8 lalu dilakukan perhitungan terhadap nilai

rata-rata, nilai standar deviasi, nilai minimum dan maksimum, dan hasil perhitungannya

dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9. Perhitungan Nilai Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai maksimum dan Minimum Dimensi Jari Operator

:

14 6$0' $0' / 4&642 $0' / &3$

$&6$&3 1$0 494/ $&6$&3 1$0 494/ $&6$&3 1$0 494/ >;%? >;%? 2$& >*:? >;%? >;%? 2$& >*:? >;%? >;%? 2$& >*:?

1 3,00 1,63 2,00 4,50 1,22 3,00 5,34 1,24 3,00

2 3,40 1,90 3,00 5,50 1,30 2,00 5,50 1,35 3,00

3 3,20 1,60 2,50 5,00 1,20 3,00 5,35 1,30 2,00

4 3,30 1,40 3,00 5,20 1,46 3,50 5,80 1,60 2,00

5 3,20 1,80 3,50 5,10 1,30 3,00 5,80 1,30 3,00

6 3,30 2,10 3,00 4,90 1,70 3,00 5,60 1,70 3,00

7 3,50 2,10 1,50 5,00 1,70 4,00 5,50 2,00 3,00

8 3,30 1,70 2,50 4,60 1,60 2,50 5,20 2,00 3,00

9 3,00 2,00 2,00 4,60 1,50 2,00 5,40 1,70 2,00

10 3,40 1,80 3,20 5,10 1,50 2,00 5,80 1,40 2,00

11 3,00 2,40 3,00 4,90 1,60 2,00 5,50 1,70 2,00

12 2,90 1,50 2,00 4,00 1,13 2,00 5,00 1,70 2,00

13 2,80 1,50 1,50 4,35 1,32 2,00 5,00 1,73 2,00

14 3,00 1,66 3,00 5,36 1,60 3,00 5,30 1,64 2,00

15 3,00 1,50 3,00 4,70 1,10 3,00 5,10 1,00 3,00

16 2,80 1,30 2,00 4,50 0,95 4,00 4,50 0,90 2,00

17 3,00 1,50 2,50 4,00 1,10 3,00 4,60 1,30 3,00

18 3,24 1,10 3,00 4,80 1,10 3,00 5,40 1,20 3,00

19 2,80 1,20 3,00 3,90 0,90 3,00 4,41 2,10 2,00

20 3,60 2,20 3,00 4,80 1,50 4,00 4,80 1,70 3,00


(70)

:

14 6$0' $0' / 4&642 $0' / &3$

$&6$&3 1$0 494/ $&6$&3 1$0 494/ $&6$&3 1$0 494/ >;%? >;%? 2$& >*:? >;%? >;%? 2$& >*:? >;%? >;%? 2$& >*:?

21 3,00 2,20 3,00 4,27 1,30 4,00 4,79 1,44 3,00

22 2,90 1,70 1,50 4,50 1,40 4,00 4,70 1,00 2,00

23 3,58 2,15 3,50 4,70 1,60 3,00 4,80 1,58 2,00

4% $ B .!B!- , B # +B + .#B + ,+B ##!B#! .-B + $/$A0$/$ .B#- #B - B, -B # #B. B!, B#+ #B

D %$* .B, B- .B B #B -B B+ B#

D %'& B+ #B# #B .B! B! B -B-# B!

/9 )'$5' B B. B,. B-. B - B B- B.

Tabel 10. Perhitungan Nilai Rata-rata, Standar Deviasi, Nilai maksimum dan Minimum Dimensi Tubuh Operator

No 8:

1 40,00 42,40 28,00 23,20 69,50 149,50 72,00

2 39,60 47,50 30,00 19,00 73,70 158,30 78,30

3 40,60 45,60 36,00 24,00 76,00 161,40 82,40

4 40,60 44,00 29,20 24,00 69,60 154,50 77,20

5 39,50 48,80 30,50 21,90 75,60 165,70 82,20

6 39,50 44,80 35,40 23,50 75,30 161,10 79,00

7 40,30 48,30 28,50 22,00 73,70 163,80 80,70

8 39,60 46,20 30,00 21,10 73,70 159,50 72,00

9 40,60 44,70 32,00 23,60 73,60 157,30 76,20

10 36,10 46,00 31,50 25,50 65,90 144,40 75,30

11 39,90 45,90 35,60 21,60 74,40 163,30 83,60

12 39,90 43,80 29,00 20,30 71,70 159,50 80,70

13 39,90 43,00 36,60 20,70 72,20 152,30 67,20

14 40,00 45,20 31,80 21,80 75,70 148,80 73,40

15 39,50 47,10 32,00 21,30 73,00 151,30 76,30

16 39,50 44,00 32,50 19,60 74,20 152,80 76,50

17 39,50 42,70 27,80 21,00 69,50 144,30 73,30

18 39,30 43,70 32,00 22,00 72,00 151,50 76,50

19 40,40 47,90 36,60 24,80 70,80 152,00 75,70

20 37,00 46,00 36,20 22,50 69,70 151,80 78,00

21 38,20 42,90 32,30 20,40 71,40 146,30 73,00


(1)

mengambil lidi dan pewarna yang berada di atas meja kompor, kemudian operator melakukan kegiatan pewarnaan.

3. Stasiun Penjemuran

Operator megambil lidi yang telah diwarnai dari stasiun pewarnaan dengan menggunakan sarung tangan. Operator menyebar lidi yang akan dijemur di atas wadah penjemuran dalam posisi bediri tegak karena tinggi wadah penjemuran adalah setinggi siku pada saat berdiri. Kemudian operator membalik lidi selama 15 menit sekali sampai dengan lidi kering yaitu selama 45 menit.

4. Stasiun Penyortiran

Operator berada pada posisi duduk diatas kursi kerja dengan sikap duduk normal tegak, dan tangan berada diatas meja kerja yang tingginya adalah sesuai dengan tinggi siku duduk. Lidi yang telah selesai diwarnai diletakkan diatas meja kerja untuk disortir, dan hasil sortirannya yang telah diikat dengan 10 lidi tiap ikatan diletakan di dalam keranjang untuk dibawa ke stasiun penganyaman.

5. Stasiun Penganyaman

Operator berada pada posisi duduk diatas kursi kerja dengan sikap duduk normal tegak, dan tangan berada diatas meja kerja yang tingginya adalah sesuai dengan tinggi siku duduk. Peralatan dan bahan yang akan digunakan operator berada di atas meja kerja di sisi operator. Operator mengambil alat anyam dan kumpulan lidi yang akan


(2)

6. Stasiun Penyortiran

Operator berada pada posisi duduk diatas kursi kerja dengan sikap duduk normal tegak, dan tangan berada diatas meja kerja yang tingginya adalah sesuai dengan tinggi siku duduk. Peralatan dan bahan yang akan digunakan operator berada di atas meja kerja di sisi operator. Operator mengambil lidi hias yang telah selesai dianyam untuk dilakukan penyelesaian akhir yaitu membungkus sapu lidi hias dengan plastik dan melakukan pengepresan terhadap lidi agar plastik lidi tidak mengembung.


(3)

# 5'%84 $&

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu:

1. Operator mengalami keluhan di beberapa bagian tubuh atas seperti leher, punggung, lengan dan pinggang. Keluhan tersebut terjadi di seluruh stasiun kecuali stasiun penyortiran. Berdasarkan metode REBA skor yang diperoleh adalah 49 untuk tubuh bagian kanan dan 43 untuk tubuh bagian kiri yang menunjukan bahwasanya terjadi level resiko yang tinggi pada tiap kegiatan yang perlu dilakukan perbaikan dan terjadi ketidakseimbangan antara tubuh bagian kanan dan tubuh bagian kiri yang dilihat dari skor untuk tubuh bagian kanan dan kiri yang tidak sama.

2. Fasilitas kerja yang diusulkan untuk mengurangi keluhan MSDs pada setiap operator adalah meja kerja dan kursi kerja yang sesuai dengan antropometri untuk operator stasiun penyerutan, penyortiran penganyaman dan finishing, wadah tempat penjemuran untuk operator stasiun penjemuran, tempat kompor untuk stasiun pewarnaan, alat serut untuk operator bagian penyerutan dan alat penganyaman untuk operator bagian penganyaman. Dari perancangan fasilitas kerja usulan dihasilkan perubahan tataletak komponen yang menyebabkan pengurangan skor resiko menjadi 12 dengan persentase penurunan skor sebesar


(4)

dapat dilihat dari perubahan dari nilai momen yaitu 1.801.500 meter/tahun untuk tataletak aktual menjadi 2752,5 meter/tahun untuk tataletak usulan. Peningkatan produktivitas dapat ditinjau dari time awal sebesar 12106.7 detik/batch menjadi 6676,425 detik/batch untuk tata letak usulan.

$0$&

Dari hasil penelitian maka dapat dikemukakan beberapa saran :

1. Rancangan tempat kerja yang baru dengan fasilitas kerja yang baru tentu akan menghasilkan metode kerja baru. Untuk itu di dalam implementasinya perlu sosialisasi dan pelatihan pada masing-masing operator di setiap stasiun kerja. Disamping itu perusahaan juga perlu mengadakan alat pelindung diri, terutama di stasiun pewarnaan untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan dari bahan pewarna.

2. Masih diperlukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan rancangan alat penyerutan dan penganyaman yang semiotomatis.


(5)

Agard, Bruno dan Catherine Da Unha. 0

1 0 ( . Grenoble. France. 2006.

G.S. Rojas dan J.F. Torres. > % ? 1 , = . Los Andes University. Colombia. 2003.

Handiguna, Rika Ampuh dan Heri Setiawan. ( . Andi. Yogyakarta. 2008.

J. T. Black. ( 1 = ( ? ; % ? . Mcgraw-Hill Series In Industrial Engineering And Management Science. McGraw-Hill. 1991.

Karwowski, Waldemar, Marras, Wiliam S.( = + $$ CRC Press LLC 1999.

Nurmianto, Eko. + I : 1 % . Guna Widya. Jakarta. Edisi I. Cetakan II. Oktober 1998.

Pinto Wilsten J. 1 = % ? J ?

0 s. Swimburne University Of Technology. Australia.2007.

Sanders dan Mc.Cormick$ ? + 1 , Mc.Graw-Hill, New York, 1987.

Sedarmayanti dan Syarifuddin Hidayat. 0 . CV. Mandar Maju. Bandung. 2002.


(6)

Sutalaksana, Iftikar Z. Anggawisastra, Ruhana dan Jann H. Tjakraatmadja. ( ( : @ . Departemen Teknik Industri ITB. 2006.

Tarwaka, Bakri, S.H.A. Sudiajeng L. + : : : @ ! $ UNIBA Press. Surakarta. 2004.