Data Pendidikan : No. Data Pendidikan Non Formal : Data Organisasi : Tabel 3.1

84 Data Pribadi Nama : Joshua Joseph Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 July 1991 Jenis Kelamin : Laki-Laki Golongan Darah : B Agama : Islam Status : Belum Menikah Kebangsaan : Indonesia Alamat Tinggal : Jl. Cihampelas no 302 kel Cipaganti Bandung Nomor Tlp : 085692018889

1. Data Pendidikan : No.

Keterangan Nama Sekolah Tahun Lulus 1. SD SD Tunas Jaka Sampurna Bekasi 2003 2. SMP SMP Tunas Jaka Sampurna Bekasi 2006 3. SMA SMA Tunas Jaka Sampurna Bekasi 2009 4. Perguruan Tinggi Universitas Komputer Indonesia Bandung Masih Kuliah

2. Data Pendidikan Non Formal :

No. Keterangan Tempat Tahun 1. Brevet Tax Center Unikom 2013

3. Data Organisasi :

Jenjang Pendidikan Nama Organisasi Jabatan SMP Ekskul Sepak Bola Anggota SMP OSIS Anggota SMA Ekskul Sepak Bola Anggota SMA OSIS Ketua III SMA TSC Ketua

4. Data Organisasi Di Luar Sekolah Umur

Nama Organisasi Jabatan 18 - sekarang unitedstatesART Staff IV 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Berpedoman pada APBN, pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan mengandalkan dua sumber pokok, yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. Sumber dana luar negeri misalnya pinjaman luar negeri dan hibah grant, sedangkan sumber dana dalam negeri misalnya penjualan migas dan non migas serta pajak. Untuk menjadi bangsa yang mandiri, pemerintah terus mengoptimalkan sumber dana dalam negeriNasucha, 2004. Perkembangan pajak merupakan komponen utama penerimaan dalam negeri. Hal ini nampak dari terus meningkatnya proporsi penerimaan pajak terhadap total APBN. Pajak memberikan kontribusi sebesar 80 persen dari seluruh penerimaan negara. Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983, dan sejak saat itulah, Indonesia menganut sistem self assesment. Penerapan self assesment system akan efektif apabila kondisi kepatuhan sukarela voluntary compliance pada masyarakat telah terbentuk Darmayanti, 2004. Kenyataan yang ada di Indonesia menunjukkan tingkat kepatuhan masih rendah, hal ini bisa dilihat dari belum optimalnya penerimaan pajak yang tercermin perbandingan tax ratio di Negara Asia tahun 2002 yaitu sebesar 13 Nasucha, 2004. 2 Menurut Agus Martowardojo menyampaikan tingkat kepatuhan pajak masyarakat di Indonesia masih rendah. Masih Menurut Agus 2011 juga menuturkan, saat ini, orang pribadi yang menyerahkan SPT-nya hanya 8,5 juta wajib pajak, padahal penduduk yang aktif bekerja ada 110 juta orang artinya rasio SPT terhadap kelompok pekerja aktif itu hanya 7,7 persen, dengan kata lain memang tingkat kepatuhan wajib pajak kita masih belum memadai sehingga dengan kondisi ini, rasio penerimaan pajak terhadap total PDB agak rendah dibandingkan dengan negara-negara lain Agus Martowardojo,2011. Jika tingkat kepatuhan penyampaian SPT tahunan PPH orang pribadi saja masih rendah, tentunya hal tersebut berpengaruh pada penerimaan pajaknya, oleh sebab itu dibutuhkan kerja keras dan cerdas dari seluruh komponen penyelenggara pemerintahan, serta penumbuhan kesadaran masyarakat untuk membantu penyerapan pendapatan pada sektor pajak penghasilan orang pribadi Aceng HM Fikri,2012. Rendahnya kewajiban membayar pajak menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya dana pajak untuk pembangunan Ajat Djatnika,2012. Menurut Ajat Jatnika Wajib pajak di Kota Bandung tercatat 385 ribu wajib pajak tapi yang menyerahkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan SPT hanya 42 persen, perusahaan wajib pajak ada 42 ribu badan usaha tapi hanya 32 persen perusahaan yang menyampaikan SPT. Tidak patuhnya wajib pajak menyerahkan SPT kemungkinan berbagai hal diantaranya karena malas, tidak patuh dan mungkin juga sosialisasi kurang tepat, Di Jabar wajib pajak 3 sebanyak 1,6 juta yang patuh bayar pajak sebesar 46 persen diatas kepatuhan warga Kota Bandung Ajat Jatnika, 2012. Dalam official assessment system tanggung jawab pemungutan terletak sepenuhnya pada penguasa pemerintah, sedangkan dalam self assessment system Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan, membayar atau menyetor dan melaporkan besarnya pajak yang terhutang sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Nampak jelas disini bahwa dalam self assessment system Wajib Pajak lebih dipandang sebagai subjek bukan sebagai objek pajakA Wahyuni, 2011. Pemeriksaan pajak merupakan proses pemeriksaan pajak yang dilakukan secara profesional oleh aparat pajak dalam kerangka self assessment system merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan Siti Kurnia Rahayu, 2010:245. Tetapi sebagai salah satu bentuk penegakan hukum perpajakan menjadi bertolak belakang jika yang terjadi sekarang mengindikasikan bahwa proses pemeriksaan pajak belum sepenuhnya efektif ditandai dengan adanya manipulasi pemeriksaan pajak dengan adanya peran aparat pajak yang tidak professional, kurang kemampuan dan integritas Melchias Markus Mekeng, 2011. Selain itu dalam temuan Badan Pemeriksa Keuangan BPK yang mengindikasikan pelanggaran prosedur dalam pemeriksaan pajak. Pelanggaran tersebut adalah adanya dugaan penyelewengan dalam restitusi pajak Sasmito Hadi Negoro, 2011. Kurang berkualitasnya pemeriksaan pajak berdasarkan survey pendahuluan menurut salah satu pegawai fungsional pemeriksaan pajak di KPP Pratama Karees 2012 disebabkan karena kurang rutinnya kegiatan pelatihan dan 4 hanya diadakan berdasarkan golongan saja tidak menyeluruh, dan masih banyaknya wajib pajak yang kurang patuh bahkan melakukan pelanggaran dengan segala cara melakukan manipulasi agar beban pajak berkurang dan berusaha menyuap pemeriksa pajak membuat resiko penyelewengan pajak semakin besar. Oleh karenanya standar pemeriksaan dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-9PJ2010 mengenai pendidikan dan pelatihan pemeriksa pajak harus dilaksanakan cukup, serta pentingnya peningkatan kompetensi dalam pemeriksaan pajak dan standar khusus terkait perpajakan Mikail Jam’an, 2011. Sebagai konsekuensi dari perubahan ini Direktorat Jenderal Pajak DJP berkewajiban untuk melakukan pelayanan, pengawasan, pembinaan, dan penerapan sanksi pajak. Untuk mewujudkan self assessment system dituntut kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri. Kenyataannya belum semua potensi pajak yang ada dapat digali, sebab masih banyak Wajib Pajak yang belum memiliki kesadaran akan betapa pentingnya pemenuhan kewajiban perpajakan baik bagi negara maupun bagi mereka sendiri sebagai warga negara yang baik. Dalam kondisi tersebut keberadaan self assessment system memungkinkan Wajib Pajak untuk melakukan kecurangan pajak. Tanpa adanya penelitian dan pemeriksaan pajak serta tidak adanya ketegasan dari instansi pajak, maka ketidakpatuhan Wajib Pajak tersebut dapat berkembang sedemikian rupa sehingga bisa mencapai suatu tingkat dimana sistem perpajakan akan menjadi lumpuhRozie, 2009. Untuk menjaga agar Wajib Pajak tetap berada dalam koridor peraturan perpajakan, maka diantisipasi dengan melakukan pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang memenuhi kriteria untuk diperiksa. Sebagaimana telah diatur dalam 5 salah satu ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah direvisi oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan direvisi kembali oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat 1 bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan. Penelitian Salip dan Wato menyimpulkan bahwa dengan pemeriksaan pajak akan mendorong timbulnya kepatuhan Wajib Pajak, sehingga akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak yang pada akhirnya pajak yang dibayarkan Wajib Pajak akan masuk dalam kas Negara Salip dan Wato, 2006. Bagi Kantor Pelayanan Pajak, penerimaan pajak apapun jenisnya baik itu Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan jenis pajak lainnya yang diterima sangat tergantung pada tingkat kepatuhan Wajib Pajak baik dalam melaporkan dan melunasi pajaknya. Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap mematuhi kewajibannya. Dari sekian banyak jenis pajak yang ada, Pajak Penghasilan PPh merupakan harapan pemerintah untuk setiap tahunnya bertambah besar, baik dari jumlah penerimaan maupun dari segi Wajib Pajak yang membayarnya. Meningkatnya jumlah Wajib Pajak setiap tahunnya diharapkan dapat meningkatkan penerimaan pajak di KPP Pratama Bandung. Tabel 1.1 adalah data jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung pada Tahun 2009- 2012: 6 Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Tahun Pajak Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi 2009 2010 2011 2012 Bojonagara 47.823 73.035 82.313 88.841 Cibeunying 45.559 71.664 83.222 91.424 Cicadas 43.634 79.247 97.887 110.202 Karees 24.121 48.074 61.296 70.177 Sumber : KPP Bandung data diolah,2013 Masih banyak warga berpenghasilan Rp 2 juta ke atas yang termasuk wajib pajak belum membayar pajak. Hingga saat ini, hanya sekitar 1,2 juta wajib pajak di Jabar dan hanya 55 persen dari jumlah ini yang patuh menyerahkan Surat Pemberitahuan SPT Pajak Tahunan. Hal ini disampaikan Kepala Kanwil Pajak Jabar I Adjat Djatnika dalam Acara Pekan Panutan Penyerahan SPT Pajak Tahunan. Padahal sekitar 80 persen pendapatan baik secara nasional mau pun di tingkat daerah berasal dari pajak. Adjat Djatnika mengatakan jumlah pajak yang diperoleh di Jabar pada 2010 sebedar Rp 11,5 triliun, 2011 Rp12,5 triliun, dan 2012 Rp14 triliun. Kanwil Pajak Jabar menargetkan tahun 2013, besar pajak bisa mencapai Rp18 triliun. Dia optimistis jumlah ini bisa tercapai karena paling tidak tahun ini sekitar 250 ribu wajib pajak bertambah. Adjat Djatnika, 2013 Menurut Gubernur Jabar Ahmad Heryawan yang dikutip dari Pikiran Rakyat hari Selasa tanggal 5 Maret 2013 halaman 4, berharap masyarakat bisa membayar pajak dan menyerahkan SPT tahunannya ke kantor pajak. Dengan begitu, 90 persen dari target 18 triliun tahun ini pun bisa tercapai. Kita yang membayar pajak menunjukkan bagian komitmen bela negara, tidak harus pakai surat peringatan, tetapi dengan sadar membayar dengan sukarela ke kantor pajak masing-masingAhmad Heryawan, 2013. 7 Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus-menerus kesadaran dan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak, khususnya Wajib Pajak Orang PribadiAhmad Heryawan, 2013. Berkaitan dengan hal tersebut, fenomena lain yang berhubungan dengan belum optimalnya penerimaan pajak, telihat pula pada KPP Pratama yang ada di Kantor Wilayah Jawa Barat I. Lebih jelasnya terlihat di tabel 1.2. Tabel 1.2 Pencapaian Target Penerimaan Pajak pada KPP Pratama di Wilayah Bandung Periode 2012 dalam jutaan rupiah KPP Pratama Target Realisasi Pencapaian Tegallega 309,476 246,642 79.70 Cibeunying 696,946 679,747 97.53 Karees 687,321 526,389 76.59 Bojonagara 316,254 391,607 123.83 Cicadas 363,895 429,074 117.91 Soreang 301,957 319,692 105.87 Majalaya 131,403 130,262 99.13 Sumber : Direktorat Jenderal Pajak, 2013 Dari tabel di atas terlihat bahwa penerimaan pajak tiap-tiap KPP sudah ada yang mencapai target yang sudah ditetapkan walaupun ada beberapa KPP yang belum mencapai target yang sudah ditetapkan. Penerimaan KPP yang mencapai target adalah KPP Bojonagara, KPP Cicadas, dan KPP Soreang. Sedangkan penerimaan KPP yang tidak mencapai target adalah KPP Tegallega, KPP Cibeunying, KPP Karees, dan KPP Majalaya. 8 Penelitian mengenai kepatuhan pajak sudah dilakukan oleh beberapa dengan menggunakan kerangka model Theory of Planned Behavior TPB untuk menjelaskan perilaku kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Bobek, 2003. Model TPB yang digunakan dalam penelitian memberikan penjelasan yang signifikan, bahwa perilaku tidak patuh noncompliance Wajib Pajak sangat dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang dipersepsikan. Bradley 1994 dan Siahaan 2005 melakukan penelitian kepatuhan Wajib Pajak Badan dengan responden tax professional. Penelitian keduanya bukan merupakan penelitian perilaku. Tax professional adalah orang profesional di perusahaan yang ahli di bidang perpajakan. Oleh karena itu, untuk menjelaskan perilaku Wajib Pajak Badan yang dalam hal ini diwakili oleh tax professional perlu menggunakan teori perilaku individu dan perilaku organisasi Siahaan, 2005. Sementara itu, Salip dan Wato menguji pengaruh pemeriksaan pajak terhadap peneriman negara dengan bukti empiris bahwa pemeriksaan pajak yang dilakukakan oleh Kantor Pelayanan Pajak berpengaruh positif terhadap penerimaan negara Salip dan Wato, 2006. Dengan adanya pemeriksaan pajak dapat meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Suryadi menguji hubungan kausal kesadaran, pelayanan, kepatuhan Wajib Pajak dan pengaruhnya terhadap kinerja penerimaan pajak dengan bukti empiris bahwa kesadaran, pelayanan dan kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap kinerja penerimaan pajak suryadi, 2006. 9 Agusti dan Herawaty menguji pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan pajak. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan pajak. Sampel penelitian yaitu Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan Agusti dan Herawaty, 2009. Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian terdahulu Agusti dan Herawaty dengan perbedaan pada variabel penelitian dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Agusti dan Herawaty menggunakan satu variabel independen berupa tingkat kepatuhan guna mengetahui peningkatan penerimaan pajak dengan pemerikasaan pajak sebagai variable moderating, sementara itu penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yang terdiri dari tingkat kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan pajak dan perubahan Penghasilan Kena Pajak. Selain variabel penelitian, perbedaan penelitian ini dengan penelitian Agusti dan Herawaty adalah sampel penelitian sebelumnya menggunakan sampel Wajib Pajak Badan, sedangkan penelitian ini menggunakan sampel Wajib Pajak Orang Pribadi Agusti dan Herawaty, 2009. Dengan melihat fenomena tersebut, maka penulis terdorong untuk menguji dengan daerah dan populasi yang berbeda terhadap pengaruh tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, serta perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dengan judul penelitian “Pengaruh Tingkat Kepatuhan, dan Perubahan Penghasilan Kena Pajak 10 Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees ”.

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini. 1. Masih banyak wajib pajak yang tidak membayar sesuai dengan ketentuan. 2. Penghasilan kena pajak yang masuk ke KPP Pratama Bandung Karees masih tidak sesuai dengan yang seharusnya 3. Penerimaan pajak KPP Pratama Bandung Karees mengalami penurunan

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini. 1. Seberapa besar pengaruh tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. 2. Seberapa besar pengaruh penghasilan kena pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh dan menganalisis informasi beserta data yang relevan mengenai tingkat kepatuhan, pemeriksaan 11 pajak, perubahan penghasilan kena pajak, dan peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah apa yang ingin dicapai dengan penelitian tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan seperti berikut ini. 1. Untuk mengetahui pengaruh kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. 2. Untuk mengetahui pengaruh penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam rangka meningkatkan kepatuhan Pajak dan penghasilan kena pajak khususnya dalam memenuhi kewajiban perpajakannya untuk meningkatkan penerimaan KPP Pratama Karees.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak yang terkait. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Pengembangan Ilmu Perpajakan a. Hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu pajak, terutama mengenai pengaruh tingkat kepatuhan dan 12 perubahan penghasilan kena pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi. b. Membandingkan antara ilmu pengetahuan dan teori-teori perpajakan yang telah dipelajari dengan kenyataan empiris yang terjadi dalam dunia nyata. 2. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini mudah-mudahan dapat menjadi tambahan informasi gambaran bagi penulis lain yang berkaitan dengan pengaruh tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, dan perubahan penghasilan kena pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi. 3. Bagi Pembaca Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai referensi bagi pihak lain untuk melakukan penelitian ataupun menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini. 4. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman khususnya mengenai pengaruh tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, dan perubahan penghasilan kena pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi yang didapat di bangku kuliah dengan yang pelaksanaan di lapangan. 13 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian Lokasi dimana penulis melakukan penelitian untuk tujuan penyusunan skripsi ini adalah KPP Pratama Bandung Karees yang berlokasi di Jl. Ibrahim Adjie dh Jl. Kiara Condong No.372 Bandung.

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan Februari 2014. Tabel 1.3 Pelaksanaan Penelitian Tahap Prosedur Bulan Sept- 2013 Okt- 2013 Nov- 2013 Des- 2013 Jan- 2014 Feb- 2014 I Tahap Persiapan : a. Membuat outline dan proposal UP b. Mangambil formulir penyusunan skripsi c. Menentukan tempat penelitian II Tahap Pelaksanaan : a. Bimbingan UP b. Pendaftaran seminar UP c. Seminar UP d. Revisi UP e. Membuat outline dan proposal skripsi f. Penelitian perusahaan g. Penyusunan skripsi h. Bimbingan skripsi III Tahap Pelaporan : a. Menyiapkan draft skripsi b. Sidang akhir skripsi c. Penyempurnaan laporan skripsi 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang utama. Semakin hari peranan penerimaan pajak bagi pembiayaan pengeluaran umumnegara semakin besar. Beberapa ahli memberikan batasan mengenai pengertian pajak, diantaranya dikemukakan Suandy 2002: 2 bahwa pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Sementara itu, Waluyo 2006: 26 mengutip definisi pajak yang dikemukan oleh Seligman bahwa: “Tax is compulsary contribution from the person, to the government to depray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special benefit conferred .” Smeets dalam buku De Economische Betekenis Belastingen yang diterjemahkan oleh Waluyo 2006: 2 pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma umum dan yang dapat dipaksakannya tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Menurut Andriani yang dikutip Brotodiharjo 2006: 32 mendefinisikan pajak sebagai berikut: 16 “Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”. Atas dasar beberapa pengertian pajak di atas, maka dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak sebagai berikut ini. 1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment. 5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur. Selain itu menurut Suandy 2002: 46, pajak memiliki beberapa fungsi seperti berikut ini. 1. Fungsi financial, yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara, dengan tujuan untuk mebiayai pengeluaran-pengeluaran negara. 2. Fungsi mengatur, yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik dengan tujuan tertentu. 3. Fungsi menanggung inflasi. 4. Fungsi sebagai retribusi pendapatan. 17 Terkait dengan pemungutan pajak, Waluyo 2006: 33 membagi 3 sistem pemungutan pajak menjadi seperti berikut ini. 1. Official Assessment System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak terutang. 2. Self Assessment System Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. 3. With holding System Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Dengan demikian Wajib Pajak dibedakan menjadi berikut ini. 1. Wajib Pajak Orang Pribadi baik usahawan maupun non-usahawan. 2. Wajib Pajak Badan, yang meliputi perseroan terbatas PT, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara BUMN atau 18 daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi sosial politik atau orang yang sejenis, lembaga, badan usaha tetap dan banyak badan lainnya.

3. Pemungut atau pemotong pajak yang ditunjuk oleh pemerintah misalnya

bendaharawan pemerintah atau Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara KPKN. 2.1.2 Tingkat Kepatuhan Menurut Suranto Kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dengan aturan yang telah ditetapkan. Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu kelompok dan organisasi 2001: 44. Motivasi yang dimiliki seseorang sangat terpengaruh oleh faktor lingkungannya, baik internal maupun eksternal. Menurut Suryadi sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia saat ini menuntut Wajib Pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Sistem pemungutan yang berlaku adalah self assesment system, dimana Wajib Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakannya dan kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar serta melaporkan pajaknya tersebut. Oleh karena itu, kesadaran dan kepatuhan subjek pajak sangat diperlukan guna meningkatkan penerimaan penerimaan pajak 2006: 83. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235KMK.032003 tanggal 3 Juni 2003, Wajib Pajak dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak patuh bila memenuhi kriteria : 19 1. Kriteria Umum a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 2 dua tahun terakhir. b. Dalam tahun terakhr, penyampaian SPT masa yag terlambat tidak lebih dari 3 tiga masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut. c. SPT masa yang terlambat sebagaimana yang dimaksudkan dalam poin a dan b telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT masa-masa pajak berikutnya. d. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semu jenis pajak : a Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak b Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang diterbitkan untuk 2 dua masa pajak terakhir. e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana dibidang perpajakan. Yang termasuk sebagai tindak pidana dibidang perpajakan adalah tindak pidana yang sesuai dengan pasal 39 Undang-undang KUP yaitu : a Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak b Tidak menyampaikan SPT c Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap d Menolak untuk dilakukan pemeriksaan 20 e Memperlihatkan pembukuan atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan pada saat pemeriksaan f Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan catatan atau dokumen lainnya untuk kepentingan pemeriksaan g Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut 2. Kriteria Khusus a. Bagi Wajib Pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit dalam 2 dua tahun terakhir a Menyelenggarakan pembukuan sesuai ketentuan pasal 28 UU No. 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan yang terakhir kali diubah dnegan UU No. 16 Tahun 2000 b Apabila pernah dilakukan pemeriksaan koreksi fiscal yang dilakukan pemeriksaan pajak untuk setiap jenis pajak yang terutang tidak lebih dari 10 b. Bagi Wajib Pajak yang laporan keuangannya diaudit a Laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan public atau badan pengawasan keuangan harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiscal b Laporan keuangan yang diaudit harus memenuhi syarat : 1 Disusun dalam bentuk panjang Long Term Report. Menyajikan rincian tiap-tiap pos secara lengkap dan jelas setidaknya ada uraian 21 untuk masing-masing pos khususnya untuk pos yang sifatnya material. 2 Menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiscal. Dari sekian banyak jenis pajak yang ada, Pajak Penghasilan PPh merupakan harapan pemerintah untuk setiap tahunnya bertambah besar, baik dari jumlah penerimaan maupun dari segi Wajib Pajak yang membayarnya. Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya melekat pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lainnya. Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterimanya atau diperolehnya dalam tahun pajak. Alat yang sering digunakan untuk menilai kepatuhan Wajib Pajak adalah ketepatan waktu pelaporan SPT. Surat Pemberitahuan SPT merupakan dokumen yang menjadi alat kerjasama antara Wajib Pajak dan administrasi pajak, yang memuat data yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang. Pengertian SPT dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan atau ketentuan perundang-undangan perpajakan. Sesuai dengan prinsip self assesment system, Wajib Pajak harus melaporkan pajak masa dan pajak tahunannya. SPT Masa adalah SPT untuk suatu masa pajak, sedangkan SPT Tahunan merupakan SPT untuk suatu Tahun Pajak 22 atau bagian tahun pajak. Batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan SPT adalah seperti berikut ini. 1. Untuk Surat Pemberitahuan SPT Masa, paling lama 20 dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak. 2. Untuk Surat Pemberitahuan SPT Tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 tiga bulan setelah akhir tahun pajak. 3. Untuk Surat Pemberitahuan SPT Tahunan pajak penghasilan Wajib Pajak Badan, paling lama 4 empat bulan setelah akhir tahun pajak. Apabila Surat Pemberitahuan SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, maka Wajib Pajak akan dikenai sanksi administrasi berupa denda seperti berikut ini. 1. Denda sebesar Rp 500.000,00 lima ratus ribu rupiah untuk Surat Pemberitahuan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai PPN. 2. Denda sebesar Rp 100.000,00 seratus ribu rupiah untuk Surat Pemberitahuan SPT lainnya. 3. Denda sebesar Rp 1.000.000,00 satu juta rupiah untuk Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. 4. Denda sebesar Rp 100.000,00 seratus ribu rupiah untuk Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Di dalam Surat Pemberitahuan SPT Tahunan, terdapat informasi mengenai jumlah PPh Terutang yang dapat menjadi dasar untuk mengetahui besarnya peningkatan penerimaan pajak tiap tahunnya. Sehingga, semakin patuh 23 Wajib Pajak melaporkan SPT tahunannya, maka peningkatan penerimaan pajak akan dapat direalisasikan Agusti dan Herawaty, 2009. Ada dua macam kepatuhan yaitu: “a. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan. b. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal”. Menurut Chaizi Nascuha 2004 yang dikutip Siti Kurnia Rahayu 2010: 139 menytakan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah “1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri 2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan SPT 3. Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan 4. Kepatuhan dalam pembyaran tunggakan ”. “Jadi kepatuhan wajib pajak adalah rasa bersalah dan rasa malu, presesi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah ”. Menurut Norman D. Nowark yang dikutip Siti Kurnia Rahayu 2010: 138 menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah: “Suatu iklim kepatuhan dan kesadaraan pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana ”. “1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. 4. Membayar pajak yang yang terutang tepat pada waktunya ”. Kewajiban wajib pajak menurut undang-undang nomor 28 tahun 2007 adalah sebagai berikut: 24 “a. Mendaftarkan diri pada Direktorat Jendrral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan wajib pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak, apabila telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif. a. Melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak. b. Mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap dan jelas, dalam bahasa indonesia dengan menggunakan huruf latin. Angka Arab, satuan mata uang rupiah, serta mendatangani dan menyampaikan ke kantor Direktorat Jendral Pajak tempat wajib pajak terdaftar. c. Menyampaikan surat pemberitahuan dalam bahasa indonesia dengan menggunakan satu mata uang selain rupiah yang diizinkan, yang pelaksanannya diatur dengan atas berdasarkan Peratuan Mentri Keuangan. d. Membayar atau menyetor pajak yang terutang dengan menggunakan surat pajak ke kas negara melalui tempat pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan. e. Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak. f. Menyelanggarakan pembukuan bagi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebasdan wajib pajak badan, dan melakukan pencatatan bagi wjib pajak orang pribadi yang melakukan kegiata n usaha atau pekerjaan bebas”. Sedangkan menurut Chaizi Nasucha 2004:38 menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah: “Kepatuhan adalah suatu pemenuhan kewajiban perpajakan, yang harus dilakukan wajib pajak melalui tingkat pelaporan SPT, laporan penyelsaian tunggakan pajak dan perkembangan pembayaran atau penyetoran pajak terutang”. Berdasarkan dari pengertian kepatuhan wajib pajak diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan wajib pajak yang taat dan memenuhi serta melaksanakan perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan seperti mengisi jujur, lengkap dan benar surat pemberitahuan SPT yang disampaikan ke kantor pelayana pajak. 25 Untuk mengantisipasi wajib pajak yang menghindari atau meloloskan diri dari kewajiban perpajakan tersebut, maka peran pemerintah sebagai fiskus sangat diharapkan agar dapat memotivasi, mengarahkan dan bahkan merangsang wajib pajak untuk patuh dan taat dalam memenuhi kewajibannya.

2.1.4 Penghasilan Kena Pajak PhKP

Pemerintah sebagai regulator pajak senantiasa melakukan usaha untuk dapat meningkatkan penerimaan pajak negara sebagai salah satu sumber penerimaan negara. Salah satu upaya yang dilakukan memotivasi Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dalam melakukan kewajiban pajaknya. Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan memotivasi Wajib Pajak untuk membayarkan pajak terutangnya tepat waktu menurut salip dan wato Merupakan selisih antara jumlah Penghasilan Kena Pajak atas Wajib Pajak Orang Pribadi tahun sebelumnya dan Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun berikutnya sebagaimana terlaporkan dalam SPT tahunan 2006: 53 . . Dasar perhitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang adalah Penghasilan Kena Pajak. Khusus untuk Wajib Pajak Orang Pribadi, dalam mendapatkan Penghasilan Kena Pajak harus terlebih dahulu Penghasilan Neto setelah Koreksi dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP. Untuk menghitung Pajak Penghasilan yang terutang yaitu dengan mengalikan Tarif Pajak dengan Penghasilan Kena Pajak. Tarif yang digunakan dapat mengikuti antara lain: 1. Tarif umum yaitu tarif pajak yang ditunjukkan dalam Pasal 17 lapisan tarif Undang-Undang Pajak Penghasilan. 26 2. Tarif Khusus yaitu tarif pajak yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah biasanya ditunjukkan pada penghasilan tertentu 3. Tarif sesuai undang-undang yaitu selain tarif sesuai Pasal 17 Undang-Undang PPh yang disebutkan dalam Pasal 23 Undang-Undang PPh ditetapkan dengan tarif 15 juga tarif Pasal 26 Undang-Undang PPh ditetapkan dengan tarif 20. Guna mewujudkan self assessment system, peranan dan kejujuran Wajib Pajak semakin mutlak diperlukan. Wajib Pajak diharapkan dapat melaksanakan seluruh kewajiban perpajakan dan melaporkannya dengan benar pada Kantor Pelayanan Pajak di tempat Wajib Pajak terdaftar termasuk Penghasilan Kena Pajak. Sehingga semakin besar nilai Penghasilan Kena Pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak maka akan membuat penerimaan pajak meningkat. 2.1.6 Penerimaan Pajak Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN Indonesia terus meningkat terhadap seluruh pendapatan negara. Dalam APBN tahun anggaran 2002, target penerimaan yang berasal dari pajak untuk tahun anggaran 2002 sampai dengan 2005 terus meningkat. Peningkatan penerimaan pajak merupakan bentuk tanggungjawab sosial negara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari sektor perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983 hingga saat ini, dan sejak saat itulah, Indonesia menganut sistem self assesment. Hasil dari reformasi perpajakan yang dilakukan menunjukkan peningkatan penerimaan pajak yang signifikan 27 setiap tahunnya. Pada awal reformasi perpajakan tahun 1983, peranan pajak bagi negara melalui kontribusi di APBN masih di bawah 20 per tahun. Setelah dilakukan reformasi perpajakan, peranannya meningkat terus menjadi di atas 20 hingga mencapai 75 tiap tahun. Oleh karena itu, peranan pemerintah melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi terus dilakukan khususnya pajak Penghasilan PPh. Mengingat porsi Pajak Penghasilan PPh terhadap keseluruhan penerimaan pajak pemerintah masih terbilang rendah dibandingkan pajak lainnya. Menurut salip dan wato Jumlah kontribusi masyarakat yang dipungut berdasarkan undang-undang yang diterima oleh negara dalam suatu masa yang akan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat2006:103.

2.2 Kerangka Pemikiran

2.2.1 Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap

Peningkatan Penerimaan Pajak Menurut Timbul Hamonangan 2012:174 mengenai hubungannya adalah sebagai berikut : “Pajak merupakan kewajiban sebagai warga negara, maka diperlukan kesadaran yang tinggi, sehingga dengan demikian penerimaan pajak dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat untuk membayar pajak tingkat kepatuhan pajak”. Pengaruh Kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak menurut James et all 1997 dalam Timbul Hamonangan 2012:137 sebagai berikut : “Derajat ketidakpatuhan wajib pajak dapat diukur dengan berapa besar kesenjangan pajak tax gap yang terjadi. Tax gap merujuk pada perbedaan antara penerimaan pajak yang diterima actual revenue dengan apa yang 28 seharusnya diterima jika para wajib pajak patuh 100”. Menurut Trivedi et all 2003 dalam Timbul Hamonangan 2012:204, pengaruh antara kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak adalah sebagai berikut: “Kepatuhan wajib pajak adalah faktor terpenting dari seluruh faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak. Kesadaran masyarakatyang tinggi akan mendorong semakin banyak masyarakat untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, melaporkan dan membayar pajaknya dengan benar sebagai wujud tanggung jawab berbangsa dan bernegara”.

2.2.2 Pengaruh Perubahan Penghasilan Kena Pajak Terhadap Peningkatan

Penerimaan Pajak Berbagai upaya dilakukan Direktorat Jenderal Pajak DJP untuk memotivasi Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Badan dalam melakukan kewajiban pajaknya. Salah satu upaya yang dilakukan memotivasi Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dalam melakukan kewajiban pajaknya. Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan memotivasi Wajib Pajak untuk membayarkan pajak terutangnya tepat waktu. Dasar perhitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang adalah Penghasilan Kena Pajak. Menurut Agusty dan Herawaty 2009 bahwa semakin besar Penghasilan Kena Pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak, semakin besar peningkatan penerimaan pajak. 2.2.4 Paradigma Penelitian Berdasarkan teori diatas mengenai kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, perubahan penghasilan kena pajak, dan penerimaan pajak penghasiloan wajib pajak orang pribadi, maka penulis menghubungkan keduanya dengan 29 mengemukakan paradigma penelitian yang dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian yaitu sebagai berikut : Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

2.2.5 Penelitian Terdahulu

Studi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agusti dan Herawaty 2009 dalam “Pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dimod erasi oleh pemeriksaan pajak” mengungkapkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dan Penghasilan Kena Pajak memberikan pengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak. Jadi semakin patuh Wajib Pajak Badan melaporkan dan melunasi kewajiban perpajakannya serta semakin besar Penghasilan Kena Pajaknya maka penerimaan Kepatuhan wajib pajak X1 Penghasilan kena pajak X2 Penerimaan pajak Y 30 pajak pada KPP akan meningkat. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak adalah masalah dalam peningkatan penerimaan pajak. Variabel dalam penelitian ini yaitu tingkat kepatuhan Wajib Pajak, Penghasilan Kena Pajak, pemeriksaan pajak dan penerimaan pajak. Penelitian yang dilakukan Agusti dan Herawaty 2009 mengambil sampel Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Penelitian lain yang dilakukan Salip dan Wato 2006 d alam “Pengaruh Penghasilan kena pajak terhadap Penerimaan Pajak” mengungkapkan bahwa penghasilan kena pajak secara nominal telah meningkatkan penerimaan pajak. Namun, peningkatan tersebut tidak diikuti oleh peningkatan yang signifikan pada rata-rata rasio laba sebelum pajak terhadap penjualan EBT dan rata-rata penerimaan pajak berdasarkan rasio Pajak Penghasilan Badan terhadap penjualan. Sampel yang digunakan dalam penelitian Salip dan Wato 2006 adalah Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebon Jeruk.

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Uma Sekaran 2006: 135 mengemukakan pengertian hipotesis: “Hipotesis adalah hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji”. 31 Dalam penelitian ini, Penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Hipotesis utama “Terdapat pengaruh kepatuhan wajib pajak dan perubahan penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak penghasiloan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees ” 2. Sub hipotesis H 1 : Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasiloan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees H 2 : Perubahan penghasilan kena pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees 32

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Menurut Sugiyono 2009:13 objek penelitian adalah sebagai berikut : “Sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang sesuatu hal variabel tertentu”. Sedangkan menurut Umi Narimawati 2010: 29 objek penelitian adalah: “Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal- hal lain jika dianggap perlu” Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu yang objektif, valid dan realible. Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, dan perubahan penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Cibeunying. 33

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu Sugiyono,2011:2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono 2005:21 dalam Umi Narimawati 2010:29 mendefinisikan metode deskriptif adalah sebagai berikut: “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”. Menurut Masyhuri 2008:45 dalam Umi Narimawati 2010:29 mendefinisikan metode verifikatif adalah sebagai berikut: “Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”. Menurut Sugiyono 2011:8 mendefinisikan metode penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut: “Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatifstatistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi 34 semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat. Menurut Sugiyono 2009:13 menjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan seperti teori sebagai berikut: 1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah 3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis 5. Metode penelitian 6. Menyusun instrumen penelitian 7. Kesimpulan. Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Sumber masalah Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga mendapatkan judul sesuai dengan masalah yang ditemukan. Identifikasi masalah diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di KPP Pratama Bandung Karees, yaitu adanya penurunan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees. 2. Identifikasi masalah Identifikasi masalah merupakan pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: a. Apakah terdapat pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees? 35 b. Apakah terdapat pengaruh perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees? 3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara berhipotesis, maka peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian hipotesis. Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional. 4. Pengajuan hipotesis Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris faktual. Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah: a. Kepatuhan wajib pajak, dan perubahan penghasilan kena pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees b. Kepatuhan wajib pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Bandung Karees c. Perubahan penghasilan kena pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak penghasilan pada KPP Pratama Bandung Karees 36 5. Metode penelitian Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. 6. Menyusun instrumen penelitian Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dulu diuji validitas dan reabilitasnya. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setalah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Selanjutnya penulis mulai menggunakan perhitungan dengan menggunakan MSI Method Succesive Interval untuk menaikan skala ordinal menjadi interval, analisis jalur untuk membuktikan sejauh mana pengaruh yang diperlihatkan antara kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, dan perubahan penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi. Analisis korelasi untuk meneliti erat tidaknya pengaruh kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, dan perubahan penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi. Koefisien determinasi untuk menilai besarnya pengaruh 37 kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, dan perubahan penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi, dan pengujian hipotesis menggunakan uji F dan uji t. 7. Kesimpulan Kesimpulan adalah langkah terakhir berupa jawaban atas rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

8. Tabel 3.1

Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain penelitian Jenis Penelitian Metode yang digunakan Unit Analisis Time Horizon T-1 Descriptive dan verifikatif Descriptive dan Survey KPP Pratama Bandung Karees Cross Sectional T-2 Descriptive dan verifikatif Descriptive dan Survey KPP Pratama Bandung Karees Cross Sectional T-3 Descriptive dan verifikatif Descriptive dan Survey KPP Pratama Bandung karees Cross Sectional T-4 Descriptive dan verifikatif Descriptive dan Survey KPP Pratama Bandung karees Cross Sectional

3.3 Operasionalisasi Variabel

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai 38 dengan judul penelitian. Variabel itu sendiri dalam konteks penelitian menurut Sugiyono 2010:38 sebagai berikut: “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penelitiuntuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.” 9. Berdasarkan judul usulan penelitian yang telah dikemukakan diatas yaitu “Pengaruh kepatuhan wajib pajak dan penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak ”, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah: Variabel Independen X. Sugiyono 2010:39 mendefinisikan variabel bebas adalah sebagai berikut: “Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya ata u timbulnya variabel dependen terikat”. Dalam hal ini variabel bebas yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah kepatuhan wajib pajak, pemeriksaan pajak, dan perubahan penghasilan kena pajak. Dalam operasional variabel ini semua diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan- pernyataan tipe skala Likert. Adapun pengertian skala Likert menurut Sugiyono 2010:93 yaitu: “Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompo k orang tentang fenomena sosial.” 1. Variabel Dependen Y. 39 Menurut Sugiyono 2010:39 mendefinisikan variabel dependen adalah sebagai berikut: “Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas ”. Data yang menjadi variabel terikat adalah penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi.. Selengkapnya mengenai operasionalisasi variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Variabel Konsep Variabel Indikator Skala X 1 Kepatuhan Wajib Pajak Kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu dengan aturan yang telah ditetapkan. Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu kelompok dan organisasi Gibson et al., dalam Suranto, 2001 Surat Ketetapan Pajak SKP tahun 2003 – 2013 Rasio X 3 Perubahan Penghasilan Kena Pajak Merupakan selisih antara jumlah Penghasilan Kena Pajak atas Wajib Pajak Orang Pribadi tahun sebelumnya dan Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi pada tahun berikutnya sebagaimana terlaporkan dalam SPT tahunan. Surat Setoran Pajak SSP tahun 2003 – 2013 Rasio Y Penerimaan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi Jumlah kontribusi masyarakat yang dipungut berdasarkan undang-undang yang diterima oleh negara dalam suatu masa yang akan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Realisasi Penerimaan Pajak tahun 2003 - 2013 Rasio 40

3.4 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder. Menurut Sugiyono 2009:137 dalam Umi Narimawati 2010:37 mendefinisikan sumber data sekunder adalah sebagai berikut: “Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data ”. Peneliti menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi pengaruh kepatuhan wajib pajak dan penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak

3.5 Populasi dan Sampel

1. Populasi Sugiyono 2009:115 menjelaskan pengertian populasi adalah sebagai berikut: “Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyeksubyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Berdasarkan definisi di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini, populasi saya adalah data – data dari KPP Pratama Karees yang berasal dari bagian keuangan. 2. Sampel Menurut Sugiyono 2010:81, menjelaskan definisi sampel adalah: 41 “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Berdasarkan definisi di atas sampel saya adalah data penerimaan pajak KPP Pratama Karees Bandung.

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Rancangan Analisis Menurut Umi Narimawati 2010:41 mendefinisikan rancangan analisis

adalah sebagai berikut: “Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”. Peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dan verifikatif kuantitatif. Metode kuantitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Regresi Linier Berganda Multiple

Dokumen yang terkait

Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Menghitung Dan Melunasi Pajak Penghasilan Pasal 25 / 29 Sesuai Sistem Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 107 57

Prosedur Pendaftaran dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

1 65 62

Analisis Pengaruh Perusahaan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi Di Kota Medan

3 113 105

Evaluasi Kepatuhan Wajib Pajak dan Penerimaan Pajak Sebelum dan Sesudah Uji Coba Penataan Tugas dan Fungsi Account Representative di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

2 35 88

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 36 55

Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan dengan Penagihan Pajak sebagai Variabel Moderating (Studi kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong)

25 156 113

PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN, PEMERIKSAAN PAJAK SERTA PERUBAHAN PENGHASILAN KENA PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA SURAKARTA

0 4 80

PENGARUH PENINGKATAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK STUDI PADA KPP YOGYAKARTA SATU.

0 4 18

Pengaruh Tingkat Penghasilan dan Pengetahuan Wajib Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees).

0 1 23

Pengaruh Pemeriksaan Pajak dan Kepatuhan Wajib Pajak terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 25 (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees).

6 21 23