84
Data Pribadi
Nama : Joshua Joseph
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 July 1991
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Golongan Darah : B
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Kebangsaan : Indonesia
Alamat Tinggal : Jl. Cihampelas no 302 kel Cipaganti Bandung
Nomor Tlp :
085692018889
1.  Data Pendidikan : No.
Keterangan Nama Sekolah
Tahun Lulus
1. SD
SD Tunas Jaka Sampurna Bekasi 2003
2. SMP
SMP Tunas Jaka Sampurna Bekasi 2006
3. SMA
SMA Tunas Jaka Sampurna Bekasi 2009
4. Perguruan Tinggi  Universitas Komputer Indonesia Bandung
Masih Kuliah
2. Data Pendidikan Non Formal :
No. Keterangan
Tempat Tahun
1. Brevet
Tax Center Unikom 2013
3. Data Organisasi :
Jenjang Pendidikan
Nama Organisasi Jabatan
SMP Ekskul Sepak Bola
Anggota SMP
OSIS Anggota
SMA Ekskul Sepak Bola
Anggota SMA
OSIS Ketua III
SMA TSC
Ketua
4. Data Organisasi Di Luar Sekolah Umur
Nama Organisasi Jabatan
18 - sekarang unitedstatesART
Staff IV
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Berpedoman  pada  APBN,  pemerintah  memenuhi  kebutuhan  dana  dengan mengandalkan dua sumber pokok, yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana
dalam  negeri.  Sumber  dana  luar  negeri misalnya  pinjaman  luar  negeri  dan  hibah grant, sedangkan sumber dana dalam negeri misalnya penjualan migas dan non
migas  serta  pajak.  Untuk  menjadi  bangsa  yang  mandiri,  pemerintah  terus mengoptimalkan sumber dana dalam negeriNasucha, 2004.
Perkembangan  pajak  merupakan  komponen  utama  penerimaan  dalam negeri.  Hal  ini  nampak  dari  terus  meningkatnya  proporsi  penerimaan  pajak
terhadap total APBN. Pajak memberikan kontribusi sebesar 80 persen dari seluruh penerimaan  negara.  Langkah  pemerintah  untuk  meningkatkan  penerimaan  dari
sektor  perpajakan  dimulai  dengan  melakukan  reformasi  perpajakan  secara menyeluruh  pada  tahun  1983,  dan  sejak  saat  itulah,  Indonesia  menganut  sistem
self  assesment.  Penerapan  self  assesment  system  akan  efektif  apabila  kondisi kepatuhan  sukarela  voluntary  compliance  pada  masyarakat  telah  terbentuk
Darmayanti,  2004.  Kenyataan  yang  ada  di  Indonesia  menunjukkan  tingkat kepatuhan  masih  rendah,  hal  ini  bisa  dilihat  dari  belum  optimalnya  penerimaan
pajak  yang  tercermin  perbandingan  tax  ratio  di  Negara  Asia  tahun  2002  yaitu sebesar 13 Nasucha, 2004.
2
Menurut  Agus  Martowardojo  menyampaikan  tingkat  kepatuhan  pajak masyarakat  di  Indonesia  masih  rendah.  Masih  Menurut  Agus  2011  juga
menuturkan,  saat  ini,  orang  pribadi  yang  menyerahkan  SPT-nya  hanya  8,5  juta wajib pajak, padahal penduduk yang aktif bekerja ada 110 juta orang artinya rasio
SPT  terhadap  kelompok  pekerja  aktif  itu  hanya  7,7  persen,  dengan  kata  lain memang  tingkat  kepatuhan  wajib  pajak  kita  masih  belum  memadai  sehingga
dengan  kondisi  ini,  rasio  penerimaan  pajak  terhadap  total  PDB  agak  rendah dibandingkan dengan negara-negara lain Agus Martowardojo,2011.
Jika tingkat kepatuhan penyampaian SPT tahunan PPH orang pribadi saja masih rendah, tentunya hal tersebut berpengaruh pada penerimaan pajaknya, oleh
sebab itu dibutuhkan kerja keras dan cerdas dari seluruh komponen penyelenggara pemerintahan,  serta  penumbuhan  kesadaran  masyarakat  untuk  membantu
penyerapan pendapatan pada sektor pajak penghasilan orang pribadi Aceng  HM Fikri,2012.  Rendahnya  kewajiban  membayar  pajak  menunjukkan  bahwa  masih
banyak  masyarakat  yang  belum  memahami  pentingnya  dana  pajak  untuk pembangunan Ajat Djatnika,2012.
Menurut Ajat Jatnika Wajib pajak di Kota Bandung tercatat 385 ribu wajib pajak  tapi  yang  menyerahkan  Surat  Pemberitahuan  Tahunan  Pajak  Penghasilan
SPT  hanya  42  persen,  perusahaan  wajib  pajak  ada  42  ribu  badan  usaha  tapi hanya  32  persen  perusahaan  yang  menyampaikan  SPT.  Tidak  patuhnya  wajib
pajak  menyerahkan  SPT  kemungkinan  berbagai  hal  diantaranya  karena  malas, tidak  patuh  dan  mungkin  juga  sosialisasi  kurang  tepat,  Di  Jabar  wajib  pajak
3
sebanyak  1,6  juta  yang  patuh  bayar  pajak  sebesar  46  persen  diatas  kepatuhan warga Kota Bandung Ajat Jatnika, 2012.
Dalam  official  assessment  system  tanggung  jawab  pemungutan  terletak sepenuhnya  pada  penguasa  pemerintah,  sedangkan  dalam  self  assessment  system
Wajib  Pajak  diberi  kepercayaan  penuh  untuk  menghitung,  memperhitungkan, membayar  atau  menyetor  dan  melaporkan  besarnya  pajak  yang  terhutang  sesuai
dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Nampak jelas disini bahwa dalam self assessment system Wajib Pajak
lebih dipandang sebagai subjek bukan sebagai objek pajakA Wahyuni, 2011. Pemeriksaan  pajak  merupakan  proses  pemeriksaan  pajak  yang  dilakukan
secara  profesional  oleh  aparat  pajak  dalam  kerangka  self  assessment  system merupakan bentuk penegakan hukum perpajakan Siti Kurnia Rahayu, 2010:245.
Tetapi  sebagai  salah  satu  bentuk  penegakan  hukum  perpajakan  menjadi  bertolak belakang  jika  yang  terjadi  sekarang  mengindikasikan  bahwa  proses  pemeriksaan
pajak belum sepenuhnya efektif ditandai dengan adanya manipulasi pemeriksaan pajak  dengan  adanya  peran  aparat  pajak  yang  tidak  professional,  kurang
kemampuan  dan  integritas  Melchias  Markus  Mekeng,  2011.  Selain  itu  dalam temuan  Badan  Pemeriksa  Keuangan  BPK  yang  mengindikasikan  pelanggaran
prosedur  dalam  pemeriksaan  pajak.  Pelanggaran  tersebut  adalah  adanya  dugaan penyelewengan dalam restitusi pajak Sasmito Hadi Negoro, 2011.
Kurang berkualitasnya
pemeriksaan pajak
berdasarkan survey
pendahuluan  menurut  salah  satu  pegawai  fungsional  pemeriksaan  pajak  di  KPP Pratama Karees 2012 disebabkan karena kurang rutinnya kegiatan pelatihan dan
4
hanya  diadakan  berdasarkan  golongan  saja  tidak  menyeluruh,  dan  masih banyaknya wajib pajak yang kurang patuh bahkan melakukan pelanggaran dengan
segala  cara  melakukan  manipulasi  agar  beban  pajak  berkurang  dan  berusaha menyuap  pemeriksa  pajak  membuat  resiko  penyelewengan  pajak  semakin  besar.
Oleh  karenanya  standar  pemeriksaan  dalam  Peraturan  Direktur  Jenderal  Pajak Nomor PER-9PJ2010 mengenai pendidikan dan pelatihan pemeriksa pajak harus
dilaksanakan cukup, serta pentingnya peningkatan kompetensi dalam pemeriksaan pajak dan standar khusus terkait perpajakan Mikail Jam’an, 2011.
Sebagai  konsekuensi  dari  perubahan  ini  Direktorat  Jenderal  Pajak  DJP berkewajiban  untuk  melakukan  pelayanan,  pengawasan,  pembinaan,  dan
penerapan  sanksi  pajak.  Untuk  mewujudkan  self  assessment  system  dituntut kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri. Kenyataannya belum semua potensi pajak yang
ada  dapat  digali,  sebab  masih  banyak  Wajib  Pajak  yang  belum  memiliki kesadaran  akan  betapa  pentingnya  pemenuhan  kewajiban  perpajakan  baik  bagi
negara  maupun  bagi  mereka  sendiri  sebagai  warga  negara  yang  baik.  Dalam kondisi  tersebut  keberadaan  self  assessment  system  memungkinkan  Wajib  Pajak
untuk  melakukan  kecurangan  pajak.  Tanpa  adanya  penelitian  dan  pemeriksaan pajak serta tidak adanya ketegasan dari instansi pajak, maka ketidakpatuhan Wajib
Pajak  tersebut  dapat  berkembang  sedemikian  rupa  sehingga  bisa  mencapai  suatu tingkat dimana sistem perpajakan akan menjadi lumpuhRozie, 2009.
Untuk  menjaga  agar  Wajib  Pajak  tetap  berada  dalam  koridor  peraturan perpajakan,  maka  diantisipasi  dengan  melakukan  pemeriksaan  terhadap  Wajib
Pajak  yang  memenuhi  kriteria  untuk  diperiksa.  Sebagaimana  telah  diatur  dalam
5
salah  satu  ketentuan  Undang-Undang  Nomor  6  Tahun  1983  sebagaimana  telah direvisi  oleh  Undang-Undang  Nomor  16  Tahun  2000  dan  direvisi  kembali  oleh
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan,  yaitu  dalam  Pasal  29  ayat  1  bahwa  Direktur  Jenderal  Pajak
berwenang  melakukan  pemeriksaan  untuk  menguji  kepatuhan  Wajib  Pajak  dan untuk  tujuan  lain  dalam  rangka  melaksanakan  ketentuan  peraturan  perundang-
undangan  perpajakan.  Penelitian  Salip  dan  Wato  menyimpulkan  bahwa  dengan pemeriksaan  pajak akan  mendorong  timbulnya  kepatuhan  Wajib  Pajak,  sehingga
akan  berdampak  pada  peningkatan  penerimaan  pajak  pada  Kantor  Pelayanan Pajak yang pada akhirnya pajak yang dibayarkan Wajib Pajak akan masuk dalam
kas Negara Salip dan Wato, 2006. Bagi  Kantor Pelayanan Pajak, penerimaan pajak apapun jenisnya baik itu
Pajak  Penghasilan,  Pajak  Pertambahan  Nilai,  dan  jenis  pajak  lainnya  yang diterima  sangat  tergantung  pada  tingkat  kepatuhan  Wajib  Pajak  baik  dalam
melaporkan  dan  melunasi  pajaknya.  Dengan  demikian,  pemeriksaan  pajak merupakan  pagar  penjaga  agar  Wajib  Pajak  tetap  mematuhi  kewajibannya.  Dari
sekian banyak jenis pajak yang ada, Pajak Penghasilan PPh merupakan harapan pemerintah untuk setiap tahunnya bertambah besar, baik dari jumlah penerimaan
maupun dari segi Wajib Pajak yang membayarnya. Meningkatnya  jumlah  Wajib  Pajak  setiap  tahunnya  diharapkan  dapat
meningkatkan penerimaan pajak di KPP Pratama Bandung. Tabel 1.1 adalah data jumlah  Wajib  Pajak  Orang  Pribadi  di  KPP  Pratama  Bandung  pada  Tahun  2009-
2012:
6
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama
Bandung Tahun
Pajak Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi
2009 2010
2011 2012
Bojonagara 47.823
73.035 82.313
88.841 Cibeunying
45.559 71.664
83.222 91.424
Cicadas 43.634
79.247 97.887
110.202 Karees
24.121 48.074
61.296 70.177
Sumber : KPP Bandung data diolah,2013 Masih  banyak  warga  berpenghasilan  Rp  2  juta  ke  atas  yang  termasuk
wajib pajak belum membayar pajak. Hingga saat ini, hanya sekitar 1,2 juta wajib pajak di Jabar dan hanya 55 persen dari jumlah ini yang patuh menyerahkan Surat
Pemberitahuan  SPT  Pajak  Tahunan.  Hal  ini  disampaikan  Kepala  Kanwil  Pajak Jabar  I  Adjat  Djatnika  dalam  Acara  Pekan  Panutan  Penyerahan  SPT  Pajak
Tahunan.  Padahal  sekitar  80  persen  pendapatan  baik  secara  nasional  mau  pun  di tingkat  daerah  berasal  dari  pajak.  Adjat Djatnika  mengatakan  jumlah  pajak  yang
diperoleh  di  Jabar  pada  2010  sebedar  Rp  11,5  triliun,  2011  Rp12,5  triliun,  dan 2012 Rp14 triliun. Kanwil Pajak Jabar menargetkan tahun 2013, besar pajak bisa
mencapai Rp18 triliun. Dia optimistis jumlah ini bisa tercapai karena paling tidak tahun ini sekitar 250 ribu wajib pajak bertambah. Adjat Djatnika, 2013
Menurut  Gubernur  Jabar  Ahmad  Heryawan  yang  dikutip  dari  Pikiran Rakyat  hari  Selasa  tanggal  5  Maret  2013  halaman  4,  berharap  masyarakat  bisa
membayar  pajak  dan  menyerahkan  SPT  tahunannya  ke  kantor  pajak.  Dengan begitu,  90  persen  dari  target  18  triliun  tahun  ini  pun  bisa  tercapai.  Kita  yang
membayar  pajak  menunjukkan  bagian  komitmen  bela  negara,  tidak  harus  pakai surat peringatan, tetapi dengan sadar membayar dengan sukarela ke kantor pajak
masing-masingAhmad Heryawan, 2013.
7
Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus-menerus kesadaran dan  kepatuhan  masyarakat  Wajib  Pajak  untuk  memenuhi  kewajiban  pajak  sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu  secara
intensif  dikaji  tentang  faktor-faktor  yang  mempengaruhi  kepatuhan  Wajib  Pajak, khususnya Wajib Pajak Orang PribadiAhmad Heryawan, 2013.
Berkaitan  dengan  hal  tersebut,  fenomena  lain  yang  berhubungan  dengan belum optimalnya penerimaan pajak, telihat pula pada KPP Pratama  yang ada di
Kantor Wilayah Jawa Barat I. Lebih jelasnya terlihat di tabel 1.2.
Tabel 1.2 Pencapaian Target Penerimaan Pajak pada KPP Pratama di Wilayah
Bandung Periode 2012 dalam jutaan rupiah
KPP Pratama Target
Realisasi Pencapaian
Tegallega 309,476
246,642 79.70
Cibeunying 696,946
679,747 97.53
Karees 687,321
526,389 76.59
Bojonagara 316,254
391,607 123.83
Cicadas 363,895
429,074 117.91
Soreang 301,957
319,692 105.87
Majalaya 131,403
130,262 99.13
Sumber : Direktorat Jenderal Pajak, 2013 Dari tabel di atas terlihat bahwa penerimaan pajak tiap-tiap KPP sudah ada
yang  mencapai  target  yang  sudah  ditetapkan  walaupun  ada  beberapa  KPP  yang belum  mencapai  target  yang  sudah  ditetapkan.  Penerimaan  KPP  yang  mencapai
target  adalah  KPP  Bojonagara,  KPP  Cicadas,  dan  KPP  Soreang.  Sedangkan penerimaan  KPP  yang  tidak  mencapai  target  adalah  KPP  Tegallega,  KPP
Cibeunying, KPP Karees, dan KPP Majalaya.
8
Penelitian  mengenai  kepatuhan  pajak  sudah  dilakukan  oleh  beberapa dengan  menggunakan  kerangka  model  Theory  of  Planned  Behavior  TPB  untuk
menjelaskan perilaku kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi Bobek, 2003. Model  TPB  yang  digunakan  dalam  penelitian  memberikan  penjelasan  yang
signifikan,  bahwa  perilaku  tidak  patuh  noncompliance  Wajib  Pajak  sangat dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan  yang
dipersepsikan.  Bradley  1994  dan  Siahaan  2005  melakukan  penelitian kepatuhan  Wajib  Pajak  Badan  dengan  responden  tax  professional.  Penelitian
keduanya  bukan  merupakan  penelitian  perilaku.  Tax  professional  adalah  orang profesional di perusahaan yang ahli di bidang perpajakan. Oleh karena itu, untuk
menjelaskan  perilaku  Wajib  Pajak  Badan  yang  dalam  hal  ini  diwakili  oleh  tax professional  perlu  menggunakan  teori  perilaku  individu  dan  perilaku  organisasi
Siahaan, 2005. Sementara  itu,  Salip  dan  Wato  menguji  pengaruh  pemeriksaan  pajak
terhadap peneriman negara dengan bukti empiris bahwa pemeriksaan pajak  yang dilakukakan  oleh  Kantor  Pelayanan  Pajak  berpengaruh  positif  terhadap
penerimaan  negara  Salip  dan  Wato,  2006.  Dengan  adanya  pemeriksaan  pajak dapat  meningkatkan  penerimaan  negara  dari  sektor  pajak.  Suryadi  menguji
hubungan kausal kesadaran, pelayanan, kepatuhan Wajib Pajak dan pengaruhnya terhadap  kinerja  penerimaan  pajak  dengan  bukti  empiris  bahwa  kesadaran,
pelayanan  dan  kepatuhan  Wajib  Pajak  berpengaruh  terhadap  kinerja  penerimaan pajak suryadi, 2006.
9
Agusti  dan  Herawaty  menguji  pengaruh  tingkat  kepatuhan  Wajib  Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan
pajak.  Hasil  dari  penelitian  ini  yaitu  terdapat  pengaruh  tingkat  kepatuhan  Wajib Pajak  Badan  terhadap  peningkatan  penerimaan  pajak  yang  dimoderasi  oleh
pemeriksaan  pajak.  Sampel  penelitian  yaitu  Wajib  Pajak  Badan  pada  Kantor Pelayanan  Pajak  Pratama  Jakarta  Grogol  Petamburan  Agusti  dan  Herawaty,
2009. Penelitian  ini  merupakan  pengembangan  penelitian  terdahulu  Agusti  dan
Herawaty dengan perbedaan pada variabel penelitian dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Agusti dan Herawaty menggunakan satu variabel independen
berupa tingkat kepatuhan guna mengetahui peningkatan penerimaan pajak dengan pemerikasaan  pajak  sebagai  variable  moderating,  sementara  itu  penelitian  ini
menggunakan tiga variabel independen yang terdiri dari tingkat kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan pajak dan perubahan Penghasilan Kena Pajak. Selain variabel
penelitian, perbedaan penelitian ini dengan penelitian Agusti dan Herawaty adalah sampel  penelitian  sebelumnya  menggunakan  sampel  Wajib  Pajak  Badan,
sedangkan penelitian ini menggunakan sampel Wajib Pajak Orang Pribadi Agusti dan Herawaty, 2009.
Dengan melihat fenomena tersebut, maka penulis terdorong untuk menguji dengan  daerah  dan  populasi  yang  berbeda  terhadap  pengaruh  tingkat  kepatuhan,
pemeriksaan pajak, serta perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dengan judul penelitian
“Pengaruh  Tingkat  Kepatuhan,  dan  Perubahan  Penghasilan  Kena  Pajak
10
Terhadap  Peningkatan  Penerimaan  Pajak  Penghasilan  Wajib  Pajak  Orang Pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees
”.
1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1.2.1    Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini.
1.  Masih banyak wajib pajak yang tidak membayar sesuai dengan ketentuan. 2.  Penghasilan kena pajak yang masuk ke KPP Pratama Bandung Karees masih
tidak sesuai dengan yang seharusnya 3.  Penerimaan pajak KPP Pratama Bandung Karees mengalami penurunan
1.2.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan  uraian  latar  belakang  di  atas,  maka  rumusan  masalah  dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini.
1.  Seberapa  besar  pengaruh  tingkat  kepatuhan  wajib  pajak  terhadap peningkatan  penerimaan  pajak  pada  Kantor  Pelayanan  Pajak  Pratama
Bandung Karees. 2.  Seberapa  besar  pengaruh  penghasilan  kena  pajak  terhadap  peningkatan
penerimaan pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1   Maksud Penelitian
Maksud  dari  penelitian  ini  adalah  untuk  memperoleh  dan  menganalisis informasi  beserta  data  yang  relevan  mengenai  tingkat  kepatuhan,  pemeriksaan
11
pajak,  perubahan  penghasilan  kena  pajak,  dan  peningkatan  penerimaan  pajak
penghasilan wajib pajak orang pribadi. 1.3.2
Tujuan Penelitian
Tujuan  dari  penelitian  adalah  apa  yang  ingin  dicapai  dengan  penelitian tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan seperti berikut ini.
1.  Untuk  mengetahui  pengaruh  kepatuhan  wajib  pajak  terhadap  penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
2.  Untuk  mengetahui  pengaruh  penghasilan  kena  pajak  terhadap  penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.
1.4       Kegunaan Penelitian 1.4.1    Kegunaan Praktis
Hasil  penelitian  dapat  dijadikan  sebagai  bahan  masukan  bagi  Kantor Pelayanan  Pajak  Pratama  dalam  rangka  meningkatkan  kepatuhan  Pajak  dan
penghasilan  kena  pajak  khususnya  dalam  memenuhi  kewajiban  perpajakannya untuk meningkatkan penerimaan  KPP Pratama Karees.
1.4.2   Kegunaan Akademis
Penelitian  yang  dilakukan  penulis  ini  diharapkan  dapat  memberikan manfaat  bagi  banyak  pihak  yang  terkait.  Adapun  kegunaan  dari  penelitian  ini
adalah : 1.  Bagi Pengembangan Ilmu Perpajakan
a.  Hasil  penelitian  ini  dapat  menjadi  sumbangan  ilmu  pengetahuan  dalam bidang  ilmu  pajak,  terutama  mengenai  pengaruh  tingkat  kepatuhan  dan
12
perubahan penghasilan kena pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi.
b.  Membandingkan antara ilmu pengetahuan dan teori-teori perpajakan yang telah dipelajari dengan kenyataan empiris yang terjadi dalam dunia nyata.
2.  Bagi Peneliti Lain Hasil  penelitian  ini  mudah-mudahan  dapat  menjadi  tambahan  informasi
gambaran  bagi  penulis  lain  yang  berkaitan  dengan  pengaruh  tingkat kepatuhan,  pemeriksaan  pajak,  dan  perubahan  penghasilan  kena  pajak
terhadap  peningkatan  penerimaan  pajak  penghasilan  wajib  pajak  orang pribadi.
3.  Bagi Pembaca Hasil  penelitian  ini  diharapkan  dapat  menambah  pengetahuan  dan  sebagai
referensi  bagi  pihak  lain  untuk  melakukan  penelitian  ataupun  menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini.
4.  Bagi Penulis Menambah  pengetahuan  dan  pengalaman  khususnya  mengenai  pengaruh
tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, dan perubahan penghasilan kena pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi
yang didapat di bangku kuliah dengan yang pelaksanaan di lapangan.
13
1.5       Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1   Lokasi Penelitian
Lokasi dimana penulis melakukan penelitian untuk tujuan penyusunan skripsi ini adalah KPP Pratama Bandung  Karees yang berlokasi di Jl. Ibrahim Adjie dh Jl.
Kiara Condong No.372 Bandung.
1.5.2 Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan September 2013 sampai dengan Februari 2014.
Tabel 1.3 Pelaksanaan Penelitian
Tahap Prosedur
Bulan
Sept- 2013
Okt- 2013
Nov- 2013
Des- 2013
Jan- 2014
Feb- 2014
I Tahap Persiapan :
a. Membuat outline dan proposal UP
b. Mangambil formulir penyusunan skripsi
c. Menentukan tempat penelitian
II Tahap Pelaksanaan :
a. Bimbingan UP b. Pendaftaran seminar UP
c. Seminar UP d. Revisi UP
e. Membuat outline dan proposal skripsi
f. Penelitian perusahaan g. Penyusunan skripsi
h. Bimbingan skripsi
III Tahap Pelaporan :
a. Menyiapkan draft skripsi b. Sidang akhir skripsi
c. Penyempurnaan laporan skripsi
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka 2.1.1   Pengertian Pajak
Pajak  merupakan  sumber  penerimaan  negara  yang  utama.  Semakin  hari peranan  penerimaan  pajak  bagi  pembiayaan  pengeluaran  umumnegara  semakin
besar. Beberapa ahli memberikan batasan mengenai pengertian pajak, diantaranya dikemukakan Suandy 2002: 2 bahwa pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak
rakyat  kepada  kas  negara  untuk  membiayai  pengeluaran  rutin  dan  surplus  nya digunakan untuk  public saving  yang merupakan sumber utama untuk membiayai
public investment. Sementara itu, Waluyo 2006: 26 mengutip definisi pajak yang dikemukan oleh Seligman bahwa:
“Tax  is  compulsary  contribution  from  the  person,  to  the  government  to depray  the  expenses  incurred  in  the  common  interest  of  all,  without
reference to special benefit conferred .”
Smeets  dalam  buku  De  Economische  Betekenis  Belastingen  yang diterjemahkan  oleh  Waluyo  2006:  2  pajak  adalah  prestasi  kepada  pemerintah
yang terutang melalui norma umum dan yang dapat dipaksakannya tanpa adanya kontraprestasi  yang  dapat  ditunjukkan  dalam  hal  yang  individual  dimaksudkan
untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Menurut  Andriani  yang  dikutip  Brotodiharjo  2006:  32  mendefinisikan
pajak sebagai berikut:
16
“Pajak adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak
mendapat  prestasi  kembali,  yang  langsung  dapat  ditunjuk,  dan  yang gunanya  adalah  untuk  membiayai  pengeluaran-pengeluaran  umum
berhubungan
dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.
Atas dasar beberapa pengertian pajak di atas, maka dapat diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak sebagai berikut ini.
1.  Pajak  dipungut  berdasarkan  Undang-Undang  serta  aturan  pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
2.  Dalam  pembayaran  pajak  tidak  dapat  ditunjukkan  adanya  kontraprestasi individual oleh pemerintah.
3.  Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4.  Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukkannya  masih  terdapat  surplus,  dipergunakan  untuk  membiayai public investment.
5.  Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur. Selain  itu  menurut  Suandy  2002:  46,  pajak  memiliki  beberapa  fungsi
seperti berikut ini. 1.  Fungsi financial, yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara,
dengan tujuan untuk mebiayai pengeluaran-pengeluaran negara. 2.  Fungsi  mengatur,  yaitu  pajak  digunakan  sebagai  alat  untuk  mengatur
masyarakat  baik  di  bidang  ekonomi,  sosial  maupun  politik  dengan  tujuan tertentu.
3.  Fungsi menanggung inflasi. 4.  Fungsi sebagai retribusi pendapatan.
17
Terkait dengan pemungutan pajak, Waluyo 2006: 33 membagi 3 sistem pemungutan pajak menjadi seperti berikut ini.
1.  Official Assessment System Sistem  ini  merupakan  sistem  pemungutan  pajak  yang  memberi  wewenang
kepada pemerintah fiskus untuk menentukan besarnya pajak terutang. 2.  Self Assessment System
Sistem  ini  merupakan  pemungutan  pajak  yang  memberi  wewenang, kepercayaan,  tanggung  jawab  kepada  Wajib  Pajak  untuk  menghitung,
memperhitungkan,  membayar  dan  melaporkan  sendiri  besarnya  pajak  yang harus dibayar.
3.  With holding System Sistem  ini  merupakan  sistem  pemungutan  pajak  memberi  wewenang  kepada
pihak  ketiga  untuk  memotong  atau  memungut  besarnya  pajak  yang  terutang oleh Wajib Pajak.
Berdasarkan  Pasal  1  ayat  2  Undang-Undang  Nomor  28  Tahun  2007 tentang  Ketentuan  Umum  dan  Tata  Cara  Perpajakan,  pengertian  Wajib  Pajak
adalah  Orang  Pribadi  atau  Badan  yang  menurut  ketentuan  peraturan  perundang- undangan  perpajakan  ditentukan  untuk  melakukan  kewajiban  perpajakan,
termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Dengan demikian Wajib Pajak dibedakan menjadi berikut ini.
1.  Wajib Pajak Orang Pribadi baik usahawan maupun non-usahawan. 2.  Wajib  Pajak  Badan,  yang  meliputi  perseroan  terbatas  PT,  perseroan
komanditer,  perseroan  lainnya,  Badan  Usaha  Milik  Negara  BUMN  atau
18
daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,  persekutuan,  perkumpulan,  yayasan,  organisasi  sosial  politik  atau
orang yang sejenis, lembaga, badan usaha tetap dan banyak badan lainnya.
3. Pemungut  atau  pemotong  pajak  yang  ditunjuk  oleh  pemerintah  misalnya
bendaharawan  pemerintah  atau  Kantor  Perbendaharaan  dan  Kas  Negara
KPKN. 2.1.2   Tingkat Kepatuhan
Menurut  Suranto  Kepatuhan  adalah  motivasi  seseorang,  kelompok  atau organisasi  untuk  berbuat  atau  tidak  berbuat  sesuatu  dengan  aturan  yang  telah
ditetapkan. Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu kelompok  dan  organisasi  2001:  44.  Motivasi  yang  dimiliki  seseorang  sangat
terpengaruh oleh faktor lingkungannya, baik internal maupun eksternal. Menurut Suryadi sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia saat
ini  menuntut  Wajib  Pajak  untuk  turut  aktif  dalam  pemenuhan  kewajiban perpajakannya.  Sistem  pemungutan  yang  berlaku  adalah  self  assesment  system,
dimana  Wajib  Pajak  bertanggung  jawab  menetapkan  sendiri  kewajiban perpajakannya  dan  kemudian  secara  akurat  dan  tepat  waktu  membayar  serta
melaporkan  pajaknya  tersebut.  Oleh  karena  itu,  kesadaran  dan  kepatuhan  subjek pajak sangat diperlukan guna meningkatkan penerimaan penerimaan pajak 2006:
83. Sesuai  dengan  Keputusan  Menteri  Keuangan  Nomor  235KMK.032003
tanggal 3 Juni 2003, Wajib Pajak dapat ditetapkan sebagai Wajib Pajak patuh bila memenuhi kriteria :
19
1.  Kriteria Umum a.  Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 2
dua tahun terakhir. b.  Dalam  tahun  terakhr,  penyampaian  SPT  masa  yag  terlambat  tidak  lebih
dari 3 tiga masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut. c.  SPT  masa  yang  terlambat  sebagaimana  yang  dimaksudkan  dalam  poin  a
dan  b  telah  disampaikan  tidak  lewat  dari  batas  waktu  penyampaian  SPT masa-masa pajak berikutnya.
d.  Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semu jenis pajak : a  Kecuali  telah  memperoleh  izin  untuk  mengangsur  atau  menunda
pembayaran pajak b  Tidak  termasuk  tunggakan  pajak  sehubungan  dengan  STP  yang
diterbitkan untuk 2 dua masa pajak terakhir. e.  Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana dibidang
perpajakan.  Yang  termasuk  sebagai  tindak  pidana  dibidang  perpajakan adalah  tindak  pidana  yang  sesuai  dengan  pasal  39  Undang-undang  KUP
yaitu : a  Tidak  mendaftarkan  diri  atau  menyalahgunakan  atau  menggunakan
tanpa hak NPWP atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak b  Tidak menyampaikan SPT
c  Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap
d  Menolak untuk dilakukan pemeriksaan
20
e  Memperlihatkan  pembukuan  atau  dokumen  lain  yang  palsu  atau dipalsukan pada saat pemeriksaan
f  Tidak menyelenggarakan
pembukuan atau
pencatatan, tidak
memperlihatkan  catatan  atau  dokumen  lainnya  untuk  kepentingan pemeriksaan
g  Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut 2.  Kriteria Khusus
a.  Bagi  Wajib  Pajak  yang  laporan  keuangannya  tidak  diaudit  dalam  2  dua tahun terakhir
a  Menyelenggarakan  pembukuan  sesuai  ketentuan  pasal  28  UU  No.  6 tahun  1983  tentang  Ketentuan  Umum  dan  Tata  cara  Perpajakan  yang
terakhir kali diubah dnegan UU No. 16 Tahun 2000 b  Apabila  pernah  dilakukan  pemeriksaan  koreksi  fiscal  yang  dilakukan
pemeriksaan  pajak  untuk  setiap  jenis  pajak  yang  terutang  tidak  lebih dari 10
b.  Bagi Wajib Pajak yang laporan keuangannya diaudit a  Laporan  keuangan  yang  diaudit  oleh  akuntan  public  atau  badan
pengawasan  keuangan  harus  dengan  pendapat  wajar  tanpa pengecualian  atau  dengan  pendapat  wajar  dengan  pengecualian
tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiscal b  Laporan keuangan yang diaudit harus memenuhi syarat :
1  Disusun  dalam  bentuk  panjang  Long  Term  Report.  Menyajikan rincian tiap-tiap pos secara lengkap dan jelas setidaknya ada uraian
21
untuk  masing-masing  pos  khususnya  untuk  pos  yang  sifatnya material.
2  Menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiscal. Dari  sekian  banyak  jenis  pajak  yang  ada,  Pajak  Penghasilan  PPh
merupakan harapan pemerintah untuk setiap tahunnya bertambah besar, baik dari jumlah  penerimaan  maupun  dari  segi  Wajib  Pajak  yang  membayarnya.  Pajak
Penghasilan  merupakan  jenis  pajak  subjektif  yang  kewajiban  pajaknya  melekat pada  subjek  pajak  yang  bersangkutan,  artinya  kewajiban  pajak  tersebut
dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lainnya. Pajak  Penghasilan  dikenakan  terhadap  subjek  pajak  berkenaan  dengan
penghasilan  yang  diterimanya  atau  diperolehnya  dalam  tahun  pajak.  Alat  yang sering  digunakan  untuk  menilai  kepatuhan  Wajib  Pajak  adalah  ketepatan  waktu
pelaporan  SPT.  Surat  Pemberitahuan  SPT  merupakan  dokumen  yang  menjadi alat kerjasama antara Wajib Pajak dan administrasi pajak, yang memuat data yang
diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak yang terutang. Pengertian SPT  dalam  Pasal  1  butir  11  Undang-Undang  Nomor  28  tahun  2007  tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah surat yang oleh  Wajib Pajak digunakan  untuk  melaporkan  perhitungan  dan  pembayaran  pajak  yang  terutang
menurut ketentuan peraturan atau ketentuan perundang-undangan perpajakan. Sesuai  dengan  prinsip  self  assesment  system,  Wajib  Pajak  harus
melaporkan pajak masa dan pajak tahunannya. SPT Masa adalah SPT untuk suatu masa  pajak,  sedangkan  SPT  Tahunan  merupakan  SPT  untuk  suatu  Tahun  Pajak
22
atau  bagian  tahun  pajak.  Batas  waktu  penyampaian  Surat  Pemberitahuan  SPT adalah seperti berikut ini.
1.  Untuk  Surat  Pemberitahuan  SPT  Masa,  paling  lama  20  dua  puluh  hari setelah akhir Masa Pajak.
2.  Untuk  Surat  Pemberitahuan  SPT  Tahunan  pajak  penghasilan  Wajib  Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 tiga bulan setelah akhir tahun pajak.
3.  Untuk  Surat  Pemberitahuan  SPT  Tahunan  pajak  penghasilan  Wajib  Pajak Badan, paling lama 4 empat bulan setelah akhir tahun pajak.
Apabila  Surat  Pemberitahuan  SPT  tidak  disampaikan  dalam  jangka waktu yang telah ditetapkan, maka Wajib Pajak akan dikenai sanksi administrasi
berupa denda seperti berikut ini. 1.  Denda  sebesar  Rp  500.000,00  lima  ratus  ribu  rupiah  untuk  Surat
Pemberitahuan SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai PPN. 2.  Denda sebesar Rp 100.000,00 seratus ribu rupiah untuk Surat Pemberitahuan
SPT lainnya. 3.  Denda sebesar Rp 1.000.000,00 satu juta rupiah untuk Surat Pemberitahuan
SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. 4.  Denda sebesar Rp 100.000,00 seratus ribu rupiah untuk Surat Pemberitahuan
SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Di  dalam  Surat  Pemberitahuan  SPT  Tahunan,  terdapat  informasi
mengenai  jumlah  PPh  Terutang  yang  dapat  menjadi  dasar  untuk  mengetahui besarnya  peningkatan  penerimaan  pajak  tiap  tahunnya.  Sehingga,  semakin  patuh
23
Wajib  Pajak  melaporkan  SPT  tahunannya,  maka  peningkatan  penerimaan  pajak akan dapat direalisasikan Agusti dan Herawaty, 2009.
Ada dua macam kepatuhan yaitu: “a.  Kepatuhan  formal  adalah  suatu  keadaan  dimana  wajib  pajak  memenuhi
kewajiban  secara  formal  sesuai  dengan  ketentuan  dalam  undang-undang perpajakan.
b.  Kepatuhan  material  adalah  suatu  keadaan  dimana  wajib  pajak  secara substantive atau hakekatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan.
Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal”. Menurut Chaizi Nascuha 2004 yang dikutip Siti Kurnia Rahayu 2010: 139
menytakan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah “1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri
2.  Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan SPT 3.  Kepatuhan dalam penghitungan dan pembayaran pajak terutang, dan
4.  Kepatuhan dalam pembyaran tunggakan ”.
“Jadi  kepatuhan  wajib  pajak  adalah  rasa  bersalah  dan  rasa  malu,  presesi wajib pajak atas kewajaran dan keadilan beban pajak yang mereka tanggung, dan
pengaruh kepuasan terhadap pelayanan pemerintah ”.
Menurut Norman D. Nowark yang dikutip Siti Kurnia Rahayu 2010: 138 menyatakan bahwa kepatuhan wajib pajak adalah:
“Suatu iklim kepatuhan dan kesadaraan pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana
”. “1.  Wajib  pajak  paham  atau  berusaha  untuk  memahami  semua  ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan. 2.   Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
3.   Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. 4.   Membayar pajak yang yang terutang tepat pada waktunya
”. Kewajiban  wajib  pajak  menurut  undang-undang  nomor  28  tahun  2007
adalah sebagai berikut:
24
“a.  Mendaftarkan  diri  pada  Direktorat  Jendrral  Pajak  yang  wilayah  kerjanya meliputi  tempat  tinggal  atau  tempat  kedudukan  wajib  pajak  dan  kepadanya
diberikan  Nomor  Pokok  Wajib  Pajak,  apabila  telah  memenuhi  persyaratan subjektif dan objektif.
a.  Melaporkan  usahanya  pada  kantor  Direktorat  Jendral  Pajak  yang  wilayah kerjanya  meliputi  tempat  tinggal  atau  tempat  kedudukan  pengusaha  dan
tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi pengusaha kena pajak.
b.  Mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap dan jelas, dalam bahasa indonesia  dengan  menggunakan  huruf  latin.  Angka  Arab,  satuan  mata  uang
rupiah,  serta  mendatangani  dan  menyampaikan  ke  kantor  Direktorat  Jendral Pajak tempat wajib pajak terdaftar.
c.  Menyampaikan  surat  pemberitahuan  dalam  bahasa  indonesia  dengan menggunakan  satu  mata  uang  selain  rupiah  yang  diizinkan,  yang
pelaksanannya diatur dengan atas berdasarkan Peratuan Mentri Keuangan. d.  Membayar  atau  menyetor  pajak  yang  terutang  dengan  menggunakan  surat
pajak  ke  kas  negara  melalui  tempat  pembayaran  yang  diatur  dengan  atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan.
e.  Membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan  perpajakan,  dengan  tidak  menggantungkan  pada  adanya  surat
ketetapan pajak. f.  Menyelanggarakan  pembukuan  bagi  wajib  pajak  orang  pribadi  yang
melakukan  kegiatan  usaha  atau  pekerjaan  bebasdan  wajib  pajak  badan,  dan melakukan  pencatatan  bagi  wjib  pajak  orang  pribadi  yang  melakukan
kegiata n usaha atau pekerjaan bebas”.
Sedangkan  menurut  Chaizi  Nasucha  2004:38  menyatakan  bahwa  kepatuhan
wajib pajak adalah: “Kepatuhan  adalah  suatu  pemenuhan  kewajiban  perpajakan,  yang  harus
dilakukan  wajib  pajak  melalui  tingkat  pelaporan  SPT,  laporan  penyelsaian tunggakan pajak dan perkembangan pembayaran atau penyetoran pajak terutang”.
Berdasarkan  dari  pengertian  kepatuhan  wajib  pajak  diatas  dapat disimpulkan  bahwa  kepatuhan  wajib  pajak  yang  taat  dan  memenuhi  serta
melaksanakan perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan  seperti  mengisi  jujur,  lengkap  dan  benar  surat  pemberitahuan  SPT
yang disampaikan ke kantor pelayana pajak.
25
Untuk mengantisipasi wajib pajak yang menghindari atau meloloskan diri dari kewajiban perpajakan tersebut, maka peran pemerintah sebagai fiskus sangat
diharapkan  agar  dapat  memotivasi,  mengarahkan  dan  bahkan  merangsang  wajib pajak untuk patuh dan taat dalam memenuhi kewajibannya.
2.1.4   Penghasilan Kena Pajak PhKP
Pemerintah  sebagai  regulator  pajak  senantiasa  melakukan  usaha  untuk dapat  meningkatkan  penerimaan  pajak  negara  sebagai  salah  satu  sumber
penerimaan  negara.  Salah  satu  upaya  yang  dilakukan  memotivasi  Wajib  Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dalam melakukan kewajiban pajaknya.
Salah  satu  upaya  tersebut  dilakukan  dengan  memotivasi  Wajib  Pajak  untuk membayarkan pajak terutangnya tepat waktu menurut salip dan wato  Merupakan
selisih  antara  jumlah  Penghasilan  Kena  Pajak  atas  Wajib  Pajak  Orang  Pribadi tahun  sebelumnya  dan  Penghasilan  Kena  Pajak  Wajib  Pajak  Orang  Pribadi  pada
tahun berikutnya sebagaimana terlaporkan dalam SPT tahunan 2006: 53
.
. Dasar  perhitungan  untuk  menentukan  besarnya  Pajak  Penghasilan  yang
terutang  adalah  Penghasilan  Kena  Pajak.  Khusus  untuk  Wajib  Pajak  Orang Pribadi,  dalam  mendapatkan  Penghasilan  Kena  Pajak  harus  terlebih  dahulu
Penghasilan  Neto  setelah  Koreksi  dikurangi  dengan  Penghasilan  Tidak  Kena Pajak PTKP. Untuk menghitung Pajak  Penghasilan  yang terutang  yaitu dengan
mengalikan  Tarif  Pajak  dengan  Penghasilan  Kena  Pajak.  Tarif  yang  digunakan dapat mengikuti antara lain:
1.  Tarif umum yaitu tarif pajak yang ditunjukkan dalam Pasal 17 lapisan tarif Undang-Undang Pajak Penghasilan.
26
2.  Tarif  Khusus  yaitu  tarif  pajak  yang  ditetapkan  dengan  Peraturan  Pemerintah biasanya ditunjukkan pada penghasilan tertentu
3.  Tarif sesuai undang-undang yaitu selain tarif sesuai Pasal 17 Undang-Undang PPh yang disebutkan dalam Pasal 23 Undang-Undang PPh ditetapkan dengan
tarif  15  juga  tarif  Pasal  26  Undang-Undang  PPh  ditetapkan  dengan  tarif 20.
Guna  mewujudkan  self  assessment  system,  peranan  dan  kejujuran  Wajib Pajak  semakin  mutlak  diperlukan.  Wajib  Pajak  diharapkan  dapat  melaksanakan
seluruh  kewajiban  perpajakan  dan  melaporkannya  dengan  benar  pada  Kantor Pelayanan  Pajak  di  tempat  Wajib  Pajak  terdaftar  termasuk  Penghasilan  Kena
Pajak. Sehingga semakin besar nilai Penghasilan Kena Pajak yang dilaporkan oleh
Wajib Pajak maka akan membuat penerimaan pajak meningkat. 2.1.6 Penerimaan Pajak
Peran  pajak  dalam  Anggaran  Pendapatan  dan  Belanja  Negara  APBN Indonesia  terus  meningkat  terhadap  seluruh  pendapatan  negara.  Dalam  APBN
tahun  anggaran  2002,  target  penerimaan  yang  berasal  dari  pajak  untuk  tahun anggaran  2002  sampai  dengan  2005  terus  meningkat.  Peningkatan  penerimaan
pajak  merupakan  bentuk  tanggungjawab  sosial  negara  dalam  rangka meningkatkan  kesejahteraan  rakyat.  Langkah  pemerintah  untuk  meningkatkan
penerimaan  dari  sektor  perpajakan  dimulai  dengan  melakukan  reformasi perpajakan  secara  menyeluruh  pada  tahun  1983  hingga  saat  ini,  dan  sejak  saat
itulah, Indonesia menganut sistem self assesment. Hasil dari reformasi perpajakan yang  dilakukan  menunjukkan  peningkatan  penerimaan  pajak  yang  signifikan
27
setiap tahunnya. Pada awal reformasi perpajakan tahun 1983, peranan pajak bagi negara  melalui  kontribusi  di  APBN  masih  di  bawah  20  per  tahun.  Setelah
dilakukan reformasi perpajakan, peranannya meningkat terus menjadi di atas 20 hingga  mencapai  75  tiap  tahun.  Oleh  karena  itu,  peranan  pemerintah  melalui
upaya  intensifikasi  dan  ekstensifikasi  terus  dilakukan  khususnya  pajak Penghasilan  PPh.  Mengingat  porsi  Pajak  Penghasilan  PPh  terhadap
keseluruhan  penerimaan  pajak  pemerintah  masih  terbilang  rendah  dibandingkan pajak  lainnya.  Menurut  salip  dan  wato  Jumlah  kontribusi  masyarakat  yang
dipungut  berdasarkan  undang-undang  yang  diterima  oleh  negara  dalam  suatu masa  yang  akan  digunakan  untuk  keperluan  negara  bagi  sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat2006:103.
2.2 Kerangka Pemikiran
2.2.1 Pengaruh Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap
Peningkatan Penerimaan Pajak
Menurut Timbul Hamonangan 2012:174 mengenai hubungannya adalah sebagai berikut :
“Pajak  merupakan  kewajiban  sebagai  warga  negara,  maka  diperlukan kesadaran  yang  tinggi,  sehingga  dengan  demikian  penerimaan  pajak
dipengaruhi  oleh  kesadaran  masyarakat  untuk  membayar  pajak  tingkat
kepatuhan pajak”.
Pengaruh  Kepatuhan  wajib  pajak  terhadap  penerimaan  pajak  menurut James et all 1997 dalam Timbul Hamonangan 2012:137 sebagai berikut :
“Derajat  ketidakpatuhan  wajib  pajak  dapat  diukur  dengan  berapa  besar kesenjangan pajak tax gap yang terjadi. Tax gap merujuk pada perbedaan
antara  penerimaan  pajak  yang  diterima  actual  revenue  dengan  apa  yang
28
seharusnya diterima jika para wajib pajak patuh 100”. Menurut Trivedi et all 2003 dalam Timbul Hamonangan 2012:204,
pengaruh antara kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak adalah
sebagai berikut: “Kepatuhan wajib pajak adalah faktor terpenting dari seluruh faktor yang
mempengaruhi  penerimaan  pajak.  Kesadaran  masyarakatyang  tinggi  akan mendorong  semakin  banyak  masyarakat  untuk  mendaftarkan  diri  sebagai
wajib  pajak,  melaporkan  dan  membayar  pajaknya  dengan  benar  sebagai
wujud tanggung jawab berbangsa dan bernegara”.
2.2.2 Pengaruh Perubahan Penghasilan Kena Pajak Terhadap Peningkatan
Penerimaan Pajak
Berbagai  upaya  dilakukan  Direktorat  Jenderal  Pajak  DJP  untuk memotivasi  Wajib  Pajak  Orang  Pribadi  maupun  Wajib  Badan  dalam  melakukan
kewajiban  pajaknya.  Salah  satu  upaya  yang  dilakukan  memotivasi  Wajib  Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dalam melakukan kewajiban pajaknya.
Salah  satu  upaya  tersebut  dilakukan  dengan  memotivasi  Wajib  Pajak  untuk membayarkan  pajak  terutangnya  tepat  waktu.  Dasar  perhitungan  untuk
menentukan  besarnya  Pajak  Penghasilan  yang  terutang  adalah  Penghasilan  Kena Pajak.  Menurut  Agusty  dan  Herawaty  2009  bahwa  semakin  besar  Penghasilan
Kena  Pajak  yang  dilaporkan  oleh  Wajib  Pajak,  semakin  besar  peningkatan
penerimaan pajak. 2.2.4   Paradigma Penelitian
Berdasarkan  teori  diatas  mengenai  kepatuhan  wajib  pajak,  pemeriksaan pajak,  perubahan  penghasilan  kena  pajak,  dan  penerimaan  pajak  penghasiloan
wajib  pajak  orang  pribadi,  maka  penulis  menghubungkan  keduanya  dengan
29
mengemukakan  paradigma  penelitian  yang  dijadikan  pedoman  dalam melakukan penelitian yaitu sebagai berikut :
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
2.2.5   Penelitian Terdahulu
Studi  dari  penelitian  sebelumnya  yang  dilakukan  oleh  Agusti  dan Herawaty 2009 dalam “Pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap
peningkatan  penerimaan  pajak  yang  dimod erasi  oleh  pemeriksaan  pajak”
mengungkapkan  bahwa  tingkat  kepatuhan  Wajib  Pajak  Badan  dan  Penghasilan Kena  Pajak  memberikan  pengaruh  terhadap  peningkatan  penerimaan  pajak.  Jadi
semakin  patuh  Wajib  Pajak  Badan  melaporkan  dan  melunasi  kewajiban perpajakannya serta semakin besar Penghasilan Kena Pajaknya maka penerimaan
Kepatuhan wajib pajak X1
Penghasilan kena pajak X2
Penerimaan pajak Y
30
pajak pada KPP akan meningkat. Dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak adalah masalah dalam peningkatan penerimaan pajak. Variabel
dalam  penelitian  ini  yaitu  tingkat  kepatuhan  Wajib  Pajak,  Penghasilan  Kena Pajak, pemeriksaan pajak dan penerimaan pajak. Penelitian yang dilakukan Agusti
dan  Herawaty  2009  mengambil  sampel  Wajib  Pajak  Badan  pada  Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan.
Penelitian  lain  yang  dilakukan  Salip  dan  Wato  2006  d alam  “Pengaruh
Penghasilan  kena  pajak terhadap  Penerimaan  Pajak”  mengungkapkan  bahwa
penghasilan  kena  pajak  secara  nominal  telah  meningkatkan  penerimaan  pajak. Namun, peningkatan tersebut tidak diikuti oleh peningkatan yang signifikan pada
rata-rata  rasio  laba  sebelum  pajak  terhadap  penjualan  EBT  dan  rata-rata penerimaan pajak berdasarkan rasio Pajak Penghasilan Badan terhadap penjualan.
Sampel  yang  digunakan  dalam  penelitian  Salip  dan  Wato  2006  adalah  Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kebon Jeruk.
2.3 Hipotesis
Hipotesis  merupakan  jawaban  sementara  terhadap  rumusan  masalah penelitian,  di  mana  rumusan  masalah  penelitian  telah  dinyatakan  dalam  bentuk
kalimat  pertanyaan.  Dikatakan  sementara,  karena  jawaban  yang  diberikan  baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Uma Sekaran 2006: 135 mengemukakan pengertian hipotesis:
“Hipotesis  adalah  hubungan  yang  diperkirakan  secara  logis  diantara  dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat
diuji”.
31
Dalam penelitian ini, Penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: 1.  Hipotesis utama
“Terdapat  pengaruh  kepatuhan  wajib  pajak  dan  perubahan  penghasilan  kena pajak terhadap penerimaan pajak penghasiloan wajib pajak orang pribadi pada
KPP Pratama Bandung Karees ”
2.  Sub hipotesis H
1
:   Kepatuhan  wajib  pajak  berpengaruh  terhadap  penerimaan  pajak penghasiloan  wajib  pajak  orang  pribadi  pada  KPP  Pratama  Bandung
Karees H
2
:   Perubahan  penghasilan  kena  pajak  berpengaruh  terhadap  penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung
Karees
32
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1
Objek Penelitian
Objek  penelitian  merupakan  sesuatu  yang  menjadi  perhatian  dalam  suatu penelitian,  objek  penelitian  ini  menjadi  sasaran  dalam  penelitian  untuk
mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi. Menurut Sugiyono 2009:13 objek penelitian adalah sebagai berikut :
“Sasaran  ilmiah  untuk  mendapatkan  data  dengan  tujuan  dan  kegunaan tertentu  tentang  sesuatu  hal  objektif,  valid,  dan  reliable  tentang  sesuatu  hal
variabel tertentu”. Sedangkan menurut Umi Narimawati 2010: 29 objek penelitian adalah:
“Objek  penelitian  menjelaskan  tentang  apa  dan  atau  siapa  yang  menjadi objek  penelitian.  Juga  dimana  dan  kapan  penelitian  dilakukan.  Bisa  juga
ditambahkan hal- hal lain jika dianggap perlu”
Dari  penjelasan  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  objek  penelitian digunakan  untuk  mendapatkan  data  sesuai  tujuan  dan  kegunaan  tertentu  yang
objektif,  valid  dan  realible.  Objek  penelitian  yang  akan  diteliti  dalam  penelitian ini  adalah
mengenai  pengaruh  kepatuhan  wajib  pajak,  pemeriksaan  pajak,  dan perubahan  penghasilan  kena  pajak terhadap  penerimaan  pajak  penghasilan  wajib
pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Cibeunying.
33
3.2  Metode Penelitian
Metode  penelitian  pada  dasarnya  merupakan  cara  ilmiah  untuk mendapatkan  data  dengan  tujuan  dan  kegunaan  tertentu  Sugiyono,2011:2.
Metode  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  deskriptif  dan  verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.
Menurut  Sugiyono  2005:21  dalam  Umi  Narimawati  2010:29 mendefinisikan metode deskriptif adalah sebagai berikut:
“Metode deskriptif adalah  metode yang digunakan untuk menggambarkan atau  menganalisis  suatu  hasil  penelitian  tetapi  tidak  digunakan  untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas”. Menurut  Masyhuri  2008:45  dalam  Umi  Narimawati  2010:29
mendefinisikan metode verifikatif adalah sebagai berikut: “Metode  verifikatif  yaitu  memeriksa  benar  tidaknya  apabila  dijelaskan
untuk  menguji  suatu  cara  dengan  atau  tanpa  perbaikan  yang  telah dilaksanakan  di  tempat  lain  dengan  mengatasi  masalah  yang  serupa
dengan kehidupan”. Menurut  Sugiyono  2011:8  mendefinisikan  metode  penelitian  kuantitatif
adalah sebagai berikut: “Metode  penelitian  kuantitatif  dapat  diartikan  sebagai  metode  penelitian
yang  berlandaskan  pada  filsafat  positivisme,  digunakan  untuk  meneliti pada  populasi  atau  sampel  tertentu,  pengumpulan  data  menggunakan
instrumen  penelitian,  analisis  data  bersifat  kuantitatifstatistik,  dengan
tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan”.
3.2.1    Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi
34
semua  pihak  yang  terlibat  dalam  proses  penelitian,  karena  langkah  dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.
Menurut  Sugiyono  2009:13  menjelaskan  proses  penelitian  dapat disimpulkan seperti teori sebagai berikut:
1.  Sumber masalah 2.  Rumusan masalah
3.  Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan 4.  Pengajuan hipotesis
5.  Metode penelitian 6.  Menyusun instrumen penelitian
7.  Kesimpulan.
Berdasarkan  proses  penelitian  yang  telah  dijelaskan  diatas,  maka  desain pada penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.  Sumber masalah Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian sehingga
mendapatkan  judul  sesuai  dengan  masalah  yang  ditemukan.  Identifikasi masalah  diperoleh  dari  adanya  fenomena  yang  terjadi  di  KPP  Pratama
Bandung  Karees,  yaitu  adanya  penurunan  penerimaan  pajak  penghasilan
wajib pajak orang pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees.
2.  Identifikasi masalah Identifikasi  masalah  merupakan  pertanyaan  yang  akan  dicari  jawabannya
melalui pengumpulan data. Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: a.  Apakah  terdapat  pengaruh  tingkat  kepatuhan  Wajib  Pajak  Orang  Pribadi
terhadap  peningkatan  penerimaan  pajak  pada  Kantor  Pelayanan  Pajak Pratama Bandung Karees?
35
b.  Apakah  terdapat  pengaruh  perubahan  Penghasilan  Kena  Pajak  terhadap peningkatan  penerimaan  pajak  pada  Kantor  Pelayanan  Pajak  Pratama
Bandung Karees? 3.  Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
Untuk  menjawab  rumusan  masalah  yang  sifatnya  sementara  berhipotesis, maka peneliti mengkaji teori-teori yang relevan dengan masalah dan berfikir.
Selain  itu  penemuan  penelitian  sebelumnya  yang  relevan  juga  dapat digunakan  sebagai  bahan  untuk  memberikan  jawaban  sementara  terhadap
masalah  penelitian  hipotesis.  Telaah  teoritis  mempunyai  tujuan  untuk menyusun  kerangka  teoritis  yang  menjadi  dasar  untuk  menjawab  masalah
atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.
4.  Pengajuan hipotesis Jawaban  terhadap  rumusan  masalah  yang  baru  didasarkan  pada  teori  dan
didukung  oleh  penelitian  yang  relevan,  tetapi  belum  ada  pembuktian  secara empiris faktual. Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah:
a.  Kepatuhan  wajib  pajak,  dan  perubahan  penghasilan  kena  pajak berpengaruh  terhadap  penerimaan  pajak  penghasilan  wajib  pajak  orang
pribadi pada KPP Pratama Bandung Karees b.  Kepatuhan  wajib  pajak  berpengaruh  terhadap  penerimaan  pajak
penghasilan  pada KPP Pratama Bandung Karees c.  Perubahan penghasilan kena pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak
penghasilan pada KPP Pratama Bandung Karees
36
5.  Metode penelitian Dalam  melakukan  penelitian  penulis  menggunakan  metode  deskriptif  dan
verifikatif. 6.  Menyusun instrumen penelitian
Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen  penelitian.  Instrumen  ini  digunakan  sebagai  alat  pengumpul  data.
Instrumen  pada  penelitian  ini  berbentuk  kuesioner,  untuk  pedoman wawancara
atau observasi.
Sebelum instrumen
digunakan untuk
pengumpulan  data,  maka  instrumen  penelitian  harus  terlebih  dulu  diuji validitas  dan  reabilitasnya.  Dimana  validitas  digunakan  untuk  mengukur
kemampuan  sebuah  alat  ukur  dan  reabilitas  digunakan  untuk  mengukur sejauh  mana  pengukuran  tersebut  dapat  dipercaya.  Setalah  data  terkumpul
maka  selanjutnya  dianalisis  untuk  menjawab  rumusan  masalah  dan  menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu.
Selanjutnya  penulis  mulai  menggunakan  perhitungan  dengan menggunakan MSI Method Succesive Interval untuk menaikan skala ordinal
menjadi  interval,  analisis  jalur  untuk  membuktikan  sejauh  mana  pengaruh yang  diperlihatkan  antara  kepatuhan  wajib  pajak,  pemeriksaan  pajak,  dan
perubahan  penghasilan  kena  pajak  terhadap  penerimaan  pajak  penghasilan wajib  pajak  orang  pribadi.  Analisis  korelasi  untuk  meneliti  erat  tidaknya
pengaruh  kepatuhan  wajib  pajak,  pemeriksaan  pajak,  dan  perubahan penghasilan  kena  pajak  terhadap  penerimaan  pajak  penghasilan  wajib  pajak
orang  pribadi.  Koefisien  determinasi  untuk  menilai  besarnya  pengaruh
37
kepatuhan  wajib  pajak,  pemeriksaan  pajak,  dan  perubahan  penghasilan  kena pajak terhadap penerimaan pajak penghasilan wajib pajak orang pribadi, dan
pengujian hipotesis menggunakan uji F dan uji t. 7.  Kesimpulan
Kesimpulan  adalah  langkah  terakhir  berupa  jawaban  atas  rumusan  masalah. Dengan  menekankan  pada  pemecahan  masalah  berupa  informasi  mengenai
solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.
8. Tabel 3.1
Desain Penelitian Tujuan
Penelitian Desain penelitian
Jenis Penelitian
Metode yang digunakan
Unit Analisis
Time Horizon
T-1 Descriptive
dan verifikatif
Descriptive dan Survey
KPP Pratama Bandung Karees
Cross Sectional
T-2 Descriptive
dan verifikatif
Descriptive dan Survey
KPP Pratama Bandung Karees
Cross Sectional
T-3 Descriptive
dan verifikatif
Descriptive dan Survey
KPP Pratama Bandung karees
Cross Sectional
T-4 Descriptive
dan verifikatif
Descriptive dan Survey
KPP Pratama Bandung karees
Cross Sectional
3.3 Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi  variabel  diperlukan  untuk  menentukan  jenis,  indikator, serta  skala  dari  variabel-variabel  yang  terkait  dalam  penelitian,  sehingga
pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai
38
dengan  judul  penelitian.  Variabel  itu  sendiri  dalam  konteks  penelitian  menurut Sugiyono 2010:38 sebagai berikut:
“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa  saja  yang  ditetapkan  oleh  penelitiuntuk  dipelajari  sehingga  diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.” 9.  Berdasarkan  judul  usulan  penelitian  yang  telah  dikemukakan  diatas  yaitu
“Pengaruh  kepatuhan  wajib  pajak  dan  penghasilan  kena  pajak  terhadap penerimaan  pajak
”, maka variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah:
Variabel Independen X. Sugiyono 2010:39 mendefinisikan variabel bebas adalah sebagai berikut:
“Variabel  bebas  adalah  merupakan  variabel  yang  mempengaruhi  atau  yang menjadi sebab perubahannya ata
u timbulnya variabel dependen terikat”. Dalam  hal  ini  variabel  bebas  yang  berkaitan  dengan  masalah  yang  akan
diteliti  adalah  kepatuhan  wajib  pajak,  pemeriksaan  pajak,  dan  perubahan penghasilan  kena  pajak.  Dalam  operasional  variabel  ini  semua  diukur  oleh
instrumen  pengukur  dalam  bentuk  kuesioner  yang  memenuhi  pernyataan- pernyataan tipe skala Likert.
Adapun pengertian skala Likert menurut Sugiyono 2010:93 yaitu: “Skala  Likert  digunakan  untuk  mengukur  sikap,  pendapat,  dan  persepsi
seseorang atau sekelompo k orang tentang fenomena sosial.”
1.  Variabel Dependen Y.
39
Menurut  Sugiyono  2010:39  mendefinisikan  variabel  dependen  adalah sebagai berikut:
“Variabel  dependen  merupakan  variabel  yang  dipengaruhi  atau  yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas
”. Data  yang  menjadi  variabel  terikat  adalah  penerimaan  pajak  penghasilan
wajib pajak orang pribadi.. Selengkapnya  mengenai  operasionalisasi variabel  dapat  dilihat  pada  tabel
di bawah ini:
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel
Variabel Konsep Variabel
Indikator Skala
X
1
Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dengan aturan yang telah ditetapkan.
Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu
kelompok dan organisasi Gibson et al., dalam Suranto, 2001
Surat Ketetapan Pajak SKP tahun 2003
– 2013
Rasio
X
3
Perubahan Penghasilan
Kena Pajak Merupakan selisih antara jumlah
Penghasilan Kena Pajak atas Wajib Pajak Orang Pribadi tahun
sebelumnya dan Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi pada
tahun berikutnya sebagaimana terlaporkan dalam SPT tahunan.
Surat Setoran Pajak SSP tahun 2003
– 2013
Rasio
Y Penerimaan
Pajak Penghasilan
Wajib  Pajak Orang
Pribadi Jumlah kontribusi masyarakat yang
dipungut berdasarkan undang-undang yang
diterima oleh negara dalam suatu masa yang akan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat Realisasi Penerimaan Pajak tahun
2003 - 2013 Rasio
40
3.4 Sumber Data
Sumber  data  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  sumber  data sekunder.  Menurut  Sugiyono  2009:137  dalam  Umi  Narimawati  2010:37
mendefinisikan sumber data sekunder adalah sebagai berikut:
“Data  sekunder  yaitu  sumber  yang  tidak  langsung  memberikan  data kepada pengumpul data
”. Peneliti  menggunakan  data  sekunder  karena  peneliti  mengumpulkan
informasi  dari  data  yang  telah  diolah  oleh  pihak  lain,  yaitu  informasi  pengaruh kepatuhan wajib pajak dan penghasilan kena pajak terhadap penerimaan pajak
3.5 Populasi dan Sampel
1.  Populasi Sugiyono  2009:115  menjelaskan  pengertian  populasi  adalah  sebagai
berikut: “Wilayah  generalisasi  yang  terdiri  atas  obyeksubyek  yang  mempunyai
kualitas  dan  karakteristik  tertentu  yang  ditetapkan  oleh  penelitian  untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan”. Berdasarkan definisi di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang
berada  pada  suatu  wilayah  dan  memenuhi  syarat  tertentu  yang  berkaitan  dengan masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini,  populasi saya adalah data
– data dari KPP Pratama Karees yang berasal dari bagian keuangan.
2.   Sampel
Menurut Sugiyono 2010:81, menjelaskan definisi sampel adalah:
41
“Sampel  adalah  bagian  dari  jumlah  dan  karakteristik  yang  dimiliki  oleh populasi tersebut”.
Berdasarkan  definisi  di  atas  sampel  saya  adalah  data  penerimaan  pajak KPP Pratama Karees Bandung.
3.6 Metode Pengumpulan Data
3.6.1  Rancangan Analisis Menurut  Umi  Narimawati  2010:41  mendefinisikan  rancangan  analisis
adalah sebagai berikut: “Rancangan  analisis  adalah  proses  mencari  dan  menyusun  secara
sistematis  data  yang  telah  diperoleh  dari  hasil  observasi  lapangan,  dan dokumentasi  dengan  cara  mengorganisasikan  data  ke  dalam  kategori,
menjabarkan  ke  dalam  unit-unit,  melakukan  sintesa,  menyusun  ke  dalam pola,  memilih  mana  yang  lebih  penting  dan  yang  akan  dipelajari  dan
membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun
orang lain”. Peneliti  melakukan  analisa  terhadap  data  yang  telah  diuraikan  dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif dan verifikatif kuantitatif. Metode kuantitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Analisis Regresi Linier Berganda Multiple