BAB II PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1.1 PENGERTIAN
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan limfosit T dan sel Mast. Histamin dari sel Mast
menyebabkan rasa gatal dan eritema, Corwin, 2009. Dermatitis atopik adalah suatu dermatitis yang bersifat kronik residif
yang dapat terjadi pada bayi, anak dan dewasa dengan riwayat atopi pada penderita atau keluarga Dharmadji, 2006.
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit kronis dan residitif yang sering disertai oleh kelainan atopik lain, seperti rhinitis alergika dan asma,
manifestasi klinis dermatitis atopik bervariasi menurut usia Bieber, 2008.
1.2 EPIDEMIOLOGI
Dermatitis atopik DA merupakan masalah kesehatan masyarakat utama diseluruh dunia dengan prevalensi pada anak-anak 10-20 , dan
prevalensi pada orang dewasa 1-3 . Dermatitis atopik lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan ratio kira-kira 1,5:1. Dermatitis atopik
sering dimulai pada awal masa pertumbuhan. 45 kasus DA pada anak pertama kali muncul dalam usia 6 bulam pertama, 60 muncul pada usia 1
tahun pertama dan 85 kasus muncul pertama kali sebelum anak berusia 5 tahun.
Menurut International Study of Asthma and Allergies in Children, prevalensi penderita DA pada anak bervariasi diberbagai negara. Prevalensi
dermatitis atopik pada anak di Iran dan China kurang lebih sebanyak 2, di Australia, England dan Scandinavia sebesar 20. Prevalensi yang tinggi juga
didapatkan dinegara Amerika Serikat yaitu sebasar 17,2. Data mengenai
penderita dermatitis atopik pada anak di Indonesia belumdiketahui secara pasti. Berdasarkan data di unit rawat jalan penyakit kulit anak RSU Dr.
Soetomo didapatkan jumlah pasien dermatitis atopik mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah pasien DA baru yang berkunjung pada tahun 2006
sebanyak 116 pasien 8,14 dan pada tahun 2007 sebanyak 148 pasien 11,05 sedangkan tahun 2008 sebanyak 230 17,65.
1.3 ETIOLOGI
a. Faktor Endogen 1 Sawar Kulit
Penderita DA pada umumnyamemiliki kulit yang relatif kering baik didaerah lesi maupun nonlesi, dengan mekanisme yang kompleks
danterkait erat dengan kerusakan sawar kulit. Disebabkan karena hilangnya ceramide yang berfungsi sebagai molekul utama pengikat
air di ruang ekstra seluler stratum korneun. Kelainan fungsi sawar kulit mengakibatkan peningkatan transepidermal water lost TEWL,
kulit akan makin kering dan merupakan port d’entry untuk terjadinya penetrasi alergen, iritasi, bakteri dan virus.
2 Genetik Pendapat tentang faktor genetik diperkuat dengan bukti, yaitu terdapat
DA dalam keluarga. Jumlah penderita dikeluarga meningkat 50 apabila salah satu orang tuanya DA, 75 bila kedua orang tuanya
menderita DA. 3 Hipersensitivitas
Berbagai hasilpenelitian terdahulu membuktikan adanya peningkatan kadar IgE dalam serum dan IgE dipermukaan sel Langerhans
epidermis. Pasien DA bereaksi positif terhadap berbagai alergen, misalnya terhadap alergen makanan 40-96 DA bereaksi positif pada
food challenge test. 4 Faktor Psikis
Didapatkan antara 22-80 penderita DA menyatakan lesi DA bertambah buruk akibat stres emosi.
b. Faktor Eksogen 1 Iritan
Kulit penderita DA ternyata lebih rentan terhadap bahan iritan, antara lain sabun alkalis, bahan kimia yang terkandung pada berbagi obat
gosok untuk bayi dan anak, sinar matahari dan pakaian wol Boediardja, 2006.
2 Alergen Penderita DA mudah mengalami terutama terhadap beberapa
alergen,anatra lain: 1. Alergen hirup, yaitu debu rumah.
2. Alergen makanan, khususnya pada bayi dan anak usis kurang dari 1 tahun mungkin karna usus yang belum bekerja sempurna.
3. Infeksi: infeksi Staphylococcus aureus ditemukan pada 90 lesi DA.
3 Lingkungan Faktor lingkungan yang kurang bersih berpengaruh pada kekambuhan
DA, misalnya asap rokok, polusi udara nitrogen dioksida, sulfur dioksida, suhu yang panas, kelembaban dan keringat yang banyak
akan memicu rasa gatal dan kekambuhan DA.
1.4 PATOFISIOLOGI PATHWAY