b. Faktor Eksogen 1 Iritan
Kulit penderita DA ternyata lebih rentan terhadap bahan iritan, antara lain sabun alkalis, bahan kimia yang terkandung pada berbagi obat
gosok untuk bayi dan anak, sinar matahari dan pakaian wol Boediardja, 2006.
2 Alergen Penderita DA mudah mengalami terutama terhadap beberapa
alergen,anatra lain: 1. Alergen hirup, yaitu debu rumah.
2. Alergen makanan, khususnya pada bayi dan anak usis kurang dari 1 tahun mungkin karna usus yang belum bekerja sempurna.
3. Infeksi: infeksi Staphylococcus aureus ditemukan pada 90 lesi DA.
3 Lingkungan Faktor lingkungan yang kurang bersih berpengaruh pada kekambuhan
DA, misalnya asap rokok, polusi udara nitrogen dioksida, sulfur dioksida, suhu yang panas, kelembaban dan keringat yang banyak
akan memicu rasa gatal dan kekambuhan DA.
1.4 PATOFISIOLOGI PATHWAY
DAN RESPON MASALAH KEPERAWATAN
a. Abnormalitas klinis
Alergi pernapasan umumnya berhubungan dengan DA pada usia dewasa 70 pasien. Alergen yang paling sering ditemukan antara lain
debu, serbuk sari, bulu binatang, dan jamur. Alergi makanan cenderung terjadi pada bayi dan anak-anak penderita DA, sejak usia 2 tahun
kemudian diikuti dengan alergi inhalasi. Helen, 2008. Susu sapi, telur, kacang dan kedelai adalah penyebab yang paling sering ditemukan.
Sampson, 2004; Han, 2004 Agen mikroba terutama Staphylococcus aureus berkoloni pada 90 lesi kulit DA. Karbohidrat protein dan
glikolipid dari mikroba – mikroba tersebut dapat berfungsi sebagai
antigen asing yang terdapat dalam molekul MHC klas I dan klas II dan eksotoksinnya juga dapat berfungsi sebagai superantigen, semuanya dapat
memperparah dermatitis. Kang K, 2003; Laonita, 2000
b. Disfungsi sawar kulit
Pada penderita DA terjadi defek permeabilitas sawar kulit dan terjadi peningkatan trans-epidermal water loss sebesar 2-5 kali. Adanya
defek tersebut mengakibatkan kulit lebih rentan terhadap bahan iritan, karena penetrasi antigen atau hapten akan lebih mudah. Pajanan ulang
dengan antigen akan menyebabkan toleransi dan hipersensitivitas sehingga terjadi peningkatan reaksi inflamasi. Selanjutnya terjadi
peningkatan proses abnormalitas imunologik yang akan memacu penurunan fungsi sawar kulit. Proses tersebut merupakan suatu lingkaran
tanpa putus dan merupakan bagian yang penting pada patogenesis DA. Perubahan kandungan lipid di stratum korneum merupakan penyebab
perubahan sawar kulit. Stratum korneum menyusun sawar utama untuk difusi melewati kulit. Substansi itu terdiri dari korneosit dan lipid,
terutama ceramid, sterol dan asam lemak bebas. Ceramid berperan menahan air dan fungsi sawar stratum korneum. Kadar ceramid pada
penderita DA rendah dan hal tersebut menyebabkan gangguan sawar kulit. Lawrence, 2003; Abramorvits, 2005; Wuthrich et al., 2007.
c. Imunopatologi