Gambaran Umum Perusahaan Analisis Verifikatif Kuantitatif

dengan biaya terjangkau dengan dukungan lebih dari 9.200 ahli bangunan binaan Holcim, waralaba yang hingga pertengahan 2011 telah mencapai 351 gerai, dan staf penjualan via telepon yang jumlahnya terus bertambah. Produk Holcim dijual di lebih dari 9.000 toko bangunan di seluruh Indonesia. Holcim Beton adalah perusahaan yang pertama memasarkan SpeedCrete®, produk beton cepat kering untuk membantu menghemat waktu perbaikan jalan dan proyek pembangunan, sementara layanan pemesanan via telepon MiniMix memudahkan konsumen mendapatkan produk beton jadi pada hari yang sama. Kami pula perusahaan pertama yang mengembangkan fasilitas batching plantkeliling. Seminar yang Holcim selenggarakan untuk kalangan industri seputar prosedur pengecoran beton skala besar untuk pendirian pondasi gedung tinggi merupakan yang pertama di sini. Holcim mempelopori pembangunan Akademi Holcim yang merupakan pusat pendidikan profesi yang menawarkan program pengembangan ketrampilan teknik dan manajemen kepada para siswa dari negara- negara Asia Tenggara. Kebutuhan untuk pasar utama Holcim, yaitu Pulau Jawa, dipasok dari dua unit produksi utama dan satu stasiun penggilingan, dan semua unit ini mampu berproduksi dengan kapasitas 8.265 juta ton pertahun. Saat ini sedang dibangun unit produksi yang ketiga di Tuban, Jawa Timur, yang berkapasitas tahunan 1,7 juta ton dan direncanakan mulai berjalan pada tahun 2013. Holcim mengoperasikan banyak batching plant beton, dua tambang dan jaringan logistik lengkap yang mencakup pula gudang dan silo. Tim Geocycle Holcim menyediakan solusi total pembuangan limbah industri, perkotaan dan pertanian bagi konsumen yang tidak ingin terbebani masalah pengumpulan, penyimpanan dan pembuangan limbah berbahaya maupun limbah tidak berbahaya. Reputasi Holcim kian meningkat, dan seiring dengan itu semakin banyak perusahaan besar di sektor industri maupun pemerintah yang memanfaatkan jasa Holcim. Konsultan Holcim bekerja dengan prinsip kurangi, pakai kembali dan daur ulang dalam membantu perusahaan menekan produksi limbah mereka. Geocycle mempelopori pembangunan instalasi pemusnahan gas perusak ozon, CFC, dengan cara yang aman – fasilitas yang pertama di kawasan Asia Tenggara. Holcim memperoleh kredit karbon dalam program Mekanisme Pembangunan Bersih UNFCCC dengan memanfaatkan biomassa dalam proses produksi semen karena langkah ini dapat mengurangi emisi CO 2 yang muncul dalam proses pembusukan jika limbah pertanian tersebut dibiarkan begitu saja. Pada tahun 2010 pabrik semen Holcim di Cilacap menjadi salah satu dari hanya dua badan usaha di Indonesia yang berhasil meraih penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup – penghargaan tertinggi di bidang manajemen limbah dan lingkungan hidup di Indonesia. Pabrik Holcim di Narogong berhasil memperoleh peringkat PROPER Hijau. Pada tahun itu juga, untuk ketiga kalinya, merek Holcim dianugerahi penghargaan tahunan Superbrand – merek pilihan konsumen. Semua unit kerja perusahaan pada tahun 2010 mampu membukukan 6 juta jam kerja tanpa satu kali pun kecelakaan menimpa karyawan. Pada tahun 2008 Holcim Indonesia menerima penghargaan tertinggi kategori lingkungan hidup dalam ajang Penghargaan Laporan Pembangunan Berkelanjutan National Corporate Social Responsibility NCSR. Selain itu perusahaan juga meraih Penghargaan dari Presiden RI untuk bidang keselamatan kerja tahun 2008 dan penghargaan dari DuPontWarta Ekonomi sebagai Perusahaan Paling Peduli tentang keselamatan kerja pada tahun 2008, serta menjadi satu-satunya perusahaan yang mendapat peringkat Emas bidang manajemen keamanan dari Kepolisian Republik Indonesia. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. “Indocement” atau “Perseroan” adalah produsen semen berkualitas yang terkemuka di Indonesia sejak tahun 1975. Lebih dari satu dekade lalu, HeidelbergCement Group yang berbasis di Jerman menjadi pemegang saham mayoritas Indocement. Dua belas pabrik Indocement berada di 3 lokasi yaitu Bogor, Cirebon, dan Kotabaru. Kompleks Pabrik Citeureup Bogor, Jawa Barat, merupakan salah satu pabrik semen terbesar di dunia yang mengoperasikan 9 pabrik dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 11,9 juta ton semen per tahun. Dua kompleks pabrik lainnya berlokasi di Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, dengan dua pabrik dan Tarjun, Kotabaru, Kalimantan Selatan dengan satu pabrik. Total kapasitas produksi terpasang Perseroan adalah 18,6 juta ton semen per tahun. Beberapa jenis produk semen yang dipa sarkan dengan merek “Tiga Roda” adalah Portland Composite Cement “PCC”, Semen Ordinary Portland Ordinary Portland Cement ”OPC” TipeI, TipeII dan TipeV, Semen Sumur Minyak Oil Well Cement, Semen Putih White Cement dan TR30 Acian Putih. Indocement merupakan satu-satunya produsen Semen Putih di Indonesia. Berbeda dari OPC, produk PCC yang diperkenalkan pada 2005, memiliki rasio klinker yang lebih rendah. Penggunaan bahan baku alternatif menciptakan daya tahan lebih baik dan memberikan perlindungan optimal terhadap pengaruh erosi akibat cuaca maupun zat kimia. Hal ini efektif mengurangi pemakaian energi serta emisi CO2 seiring dengan komitmen Indocement untuk menjaga kelestarian lingkungan di seluruh wilayah operasinya. Melalui anak perusah aannya, PT Pionirbeton Industri “Pionir”, Indocement menjadi penyedia beton siap- pakai “RMC” terkemuka di Jawa. Untuk mendukung bisnis RMC, Perseroan memiliki dua bisnis agregat dengan estimasi cadangan 100 juta ton. Setelah diselesaikannya beberapa batching plant baru pada 2011, pangsa pasar RMC tumbuh dengan pesat di pasar utama Jakarta dan Jawa Barat. Indocement tetap mempertahankan program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility ”CSR”, yang bertitikberat pada pemberdayaan berkelanjutan. Selain filantrop, kelaparan dan pengentasan kemiskinan, CSR Indocement juga memberikan perhatian terhadap ketersediaan lapangan kerja, pembangunan infrastruktur, pelestarian satwa langka, memfasilitasi pemberian kredit mikro, budidaya tanaman penghasil energi terbarukan dan lainnya. Saham Indocement tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp62.765 miliar, pada 30 Desember 2011. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp58.716 miliar, menandakan peningkatan 6,9. Pada akhir 2011 sebanyak 6.316 karyawan bekerja di Indocement dan anak perusahaannya. Selama 2011, Indocement menjual lebih dari 16 juta ton semen dan klinker, atau naik 15,2 dari 2010. 4.2 Analisis Deskriptif 4.2.1 Perkembangan Struktur Modal Pada Perusahaan Semen Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2010 Struktur modal merupakan hal yang penting bagi perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek-efek langsung terhadap posisi financial perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai perusahaan. Kesalahan dalam menentukan struktur modal akan mempunyai dampak yang luas terutama apabila perusahaan terlalu besar dalam menggunakan hutang, maka beban tetap yang harus ditanggung perusahaan semakin besar pula. Tabel dan grafik dibawah ini adalah perkembangan struktur modal yang indikatornya menggunakan debt to equity ratio pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2002 sampai dengan 2010, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1 Perkembangan Struktur Modal Debt to Equity Ratio Pada Perusahaan Semen Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2010 Tahun Struktur Modal Perkembangan Struktur Modal 2002 4.46 2003 3.44 1.03 2004 3.86 0.42 2005 4.06 0.20 2006 3.08 0.98 2007 2.72 0.36 2008 2.36 0.36 2009 1.52 0.84 2010 0.80 0.72 Sedangkan untuk lebih mempermudah membacanya, maka penulis menuangkan tabel tersebut ke dalam bentuk grafik seperti di bawah ini: Gambar 4.1 Grafik Perkembangan Struktur Modal Debt to Equity Ratio Pada Perusahaan Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2010 Berdasarkan tabel dan gambar di atas, diketahui bahwa rata- rata DER pada perusahaan semen yang terdaftar di BEI periode tahun 2002-2010 mengalami fluktuasi. Rata-rata DER tahun 2003 menurun dari tahun sebelumnya menjadi 3.44. Tahun 2004 meningkat menjadi 3.86 serta pada tahun 2005 mengalami kenaikan menjadi 4.06 hal ini dikarenakan oleh adanya krisis global yang dialami sehingga mengakibatkan hutang yang digunakan untuk modal memenuhi kebutuhan meningkat. Dan pada tahun 2006 sampai pada tahun 2010 terus mengalami penurunan sehingga tahun 2010 nilai DER menjadi 0.08 yang menandakan bahwa perusahaan semen telah mampu menunjukkan kinerja yang membaik setelah pembenahan-pembenahan yang terus dilakukan perusahaan 4.46 3.44 3.86 4.06 3.08 2.72 2.36 1.52 0.8 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Struktur Modal semen setelah terjadi krisis global. Fluktuatifnya perkembangan struktur modal sejalan dengan teori pendekatan tradisional dimana struktur modal dapat berubah- ubah agar bias diperoleh nilai perusahaan yang optimal. 4.2.2 Perkembangan Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Semen Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Kebijakan dividen pada dasarnya adalah penentuan besarnya porsi keuntungan yang akan diberikan kepada pemegang saham. Kebijakan keputusan pembayaran dividen merupakan hal yang penting yang menyangkut apakah arus kas akan dibayarkan kepada investor atau akan ditahan untuk di investasikan kembali oleh perusahaan. Besarnya dividen yang dibagikan tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan. Proporsi laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen biasanya dipresentasikan dalam Dividend Pay Out Ratio DPR. Dividend Pay Out Ratio inilah yang menentukan besarnya dividen per lembar saham Dividend Per Share. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya apabila dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan. Tabel 4.2 Perkembangan Kebijakan Dividen Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Semen Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2010 Sedangkan untuk lebih mempermudah membacanya, maka penulis menuangkan tabel tersebut ke dalam bentuk grafik seperti di bawah ini: Gambar 4.2 Grafik Perkembangan Kebijakan Dividen Dividen Payout Ratio Pada Perusahaan Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2010 8.46 10.41 24.88 18.63 16.66 16.85 45.05 64.79 10 20 30 40 50 60 70 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Kebijakan Dividen Tahun Kebijakan Dividen Perkembangan Kebijakan Dividen 2002 8.46 2003 0.00 8.46 2004 10.41 10.41 2005 24.88 14.47 2006 18.63 6.25 2007 16.66 1.97 2008 16.85 0.19 2009 45.05 28.20 2010 64.79 19.74 Dengan melihat tabel dan grafik diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen perusahaan pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan 2010 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2003 terjadi penurunan dan tahun 2003 perusahan semen sama sekali tidak membagikan dividennya, hal ini dikarenakan kebijakan perusahaan yang memilih untuk tidak membagikan dividen dan menahannya untuk biaya perusahaan setelah terjadi krisis ekonomi pada tahun 2002. Penurunan juga terjadi pada tahun 2006 dan tahun 2007 dikarenakan awal terjadinya krisis yang melanda Indonesia sehingga perusahaan mengabil kebijakan untuk memilih menurunkan dividen yang dibagikan dan mengalokasikannya untuk memenuhi beutuhan perusahaan. Fluktuatifnya perkembangan kebijakan dividen sesuai dengan kebijakan dividen yang fleksibel dimana pembagiannya disesuaikan dengan posisi keuangan dan kebijakan perusahaan. 4.2.3 Perkembangan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Semen Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Dalam jangka panjang tujuan perusahaan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan menggambarkan semakin sejahtera pula pemiliknya. Nilai perusahaan akan tercermin dari harga pasar sahamnya. Tabel 4.3 Perkembangan Nilai Perusahaan Price Book Value Pada Perusahaan Semen Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2010 Tahun Nilai Perusahaan Perkembangan Nilai Perusahaan 2002 1.58 2003 3.37 1.78 2004 5.48 2.12 Sedangkan untuk lebih mempermudah membacanya, maka penulis menuangkan tabel tersebut ke dalam bentuk grafik seperti di bawah ini: Gambar 4.3 Grafik Perkembangan Nilai Perusahaan Price Book Value Pada Perusahaan Semen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2010 Dengan melihat tabel dan grafik diatas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan pada perusahaan semen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2002 sampai dengan 2010 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2005 dan tahun 2008 mengalami penurunan . Penurunan yang terjadi pada tahun 2005 signifikan sehingga nilai perusahaan untuk tahun 2005 menjadi 5,09. Begitupula yang terjadi pada tahun 2008 perusahan semen mengalami penurunan nilai 1.58 3.37 5.48 5.09 7.27 10.47 4.73 9.76 8.58 2 4 6 8 10 12 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Nilai Perusahaan 2005 5.09 0.40 2006 7.27 2.18 2007 10.47 3.20 2008 4.73 5.73 2009 9.76 5.03 2010 8.58 1.19 perusahaan, hal ini dikarenakan terjaadinya krisis ekonomi global yang sangat berdampak pada perusahaan-perusahaan di Indonesia termasuk perusahaan semen. Sehingga nilai perusahaan pada tahun 2008 menjadi sebesar 4,73.

4.3 Analisis Verifikatif

4.3.1 Pengaruh Struktur Modal dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Semen Secara Parsial.

1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan signifikansi koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Pengujian secara visual dapat dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS. Berikut merupakan grafik normal probability plot sebagai berikut : Sumber : Hasil Pengolahan Data Gambar 4.4 Grafik Normal Probability-Plot of Regression Standardized Residual Berdasarkan hasil dari uji normalitas pada penelitian ini dapat dilihat bahwa tidak terdapat masalah pada uji normalitas karena titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan penyebaran mengikuti arah garis diagonal. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan suatu situasi dimana beberapa atau semua variabel bebas berkorelasi kuat. Jika terdapat korelasi yang kuat diantara sesama variabel independen maka konsekuensinya adalah : 1. Koefisien – koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir. 2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas adalah dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factors VIF pada model regresi. Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 2.568 .650 3.952 .001 Struktur Modal -.251 .384 -.146 -.655 .519 .647 1.545 Kebijakan Dividen .033 .019 .373 1.669 .108 .647 1.545 a. Dependent Variable: Nilai Perusahaan Sumber:Hasil Pengolahan Data Berdasarkan tabel 4.6, hasil perhitungan SPSS untuk masing-masing variabel nilai tolerance 0,10 dan nilai VIF 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antarvariabel bebas struktur modal dan kebijakan dividen. Dengan hasil ini variable struktur modal dan variable kebijakan dividen tidak terdapat korelasi yang kuat sehingga koefisien regresinya dapat ditaksir dan nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi terhingga.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah varian dari residual tidak sama untuk semua pengamatan didalam model regresi, yang menyebabkan estimator menjadi tidak efisien dan nilai koefisien determinasi akan menjadi sangat tinggi. Dalam model regresi diharapkan tidak terjadi adanya heteroskedastisitas. Dengan

Dokumen yang terkait

PENGARUH TINGKAT HUTANG DAN STRUKTUR ASET PERUSAHAAN TERHADAP PEMBAYARAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN SEMEN PERIODE 2005-2014 (Studi Pada Perusahaan Semen yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia)

0 6 31

Pengaruh Keputusan Investasi Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2009-2013

3 24 72

Pengaruh Struktur Modal dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Transportasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 9 1

PENGARUH PROFITABILITAS, STRUKTUR MODAL, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2013

1 12 66

PENGARUH STRUKTUR MODAL, STRUKTUR KEPEMILIKAN, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2010-2014.

0 3 33

PENDAHULUAN Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012).

0 3 9

PENDAHULUAN Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012).

0 2 10

Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Lq 45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015).

0 2 27

Analisis Pengaruh Struktur Modal dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan pada Sektor Industri Barang Konsumsi yang Listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006 - 2010.

0 12 90

PENGARUH STRUKTUR MODAL, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN SIZE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Properti Di Bursa Efek Indonesia)

0 2 12