Pemilihan Anti Nyamuk Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku serta Keluhan Kesehatan pada Keluarga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015

(1)

SKRIPSI

OLEH : SITI HARDINISAH

NIM 101000104

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

Skripsi ini diajukan sebagai

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjanah kesehatan masyarakat

OLEH

SITI HARDINISAH NIM 101000104

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(3)

(4)

Penggunaan anti nyamuk dapat membantu mengurangin resiko penyakit yang ditularkan oleh nyamuk namun bahan kimia yang digunakan dapat mengakibatkan keluhan kesehatan pada manusia dan nyamuk akan menjadi resiten bila digunakan terlalu sering.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan jenis anti nyamuk yang paling banyak dipilih masyarakat yang meliputin karakteristik, perilaku dan keluhan kesehatan yang dirasakan keluarga di Kelurahan Asam Kumbang.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross secsional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang menggunakan anti nyamuk di Kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang. Jumlah sampel sebanyak 98 responden dengan metode pengambilan sampel purposive sampling.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu sebagian responden menyelesaikan pendidikan sampai SMA dan sama banyak antara responden berpenghasi;lan kurang dan lebih Rp. 1.650.000,-/bulan. Berdasarkan pemilihan anti nyamuk diperoleh hasil lebih banyak yang menggunakan jenis semprot dengan jumlah 44 orang (44,9%), kemudian jenis lotion sebanyak 32 orang (32,6%), jenis bakar sebanyak 19 orang (19,4%) dan jenis elektrik sebanyak 19 orang (19,4%) dan yang merasakan keluhan kesehatan sebanyak 16 orang (16,3%) dengan keluhan seperti batuk, mual, sulit bernapas, sakit kepala dan kulit gatal.

Dari hasil penelitian pengguna anti nyamuk semprot lebih banyak sehingga disarankan untuk menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker. Dianjurkan untuk membaca tata cara penggunaan (label) anti nyamuk sebelum menggunakan dan tidak menggunakan anti nyamuk terlalu sering untuk mencegah nyamuk menjadi resisten.


(5)

and readily available. People use the anti-mosquito to protect themselves from mosquito bites but if it is used too often, it will cause mosquito resistent and would interfere with human health.

The purpose of this study is to determine the type of anti-mosquito which is the most preferred by the communities includes characteristics, behaviors and perceived health complaints in Sub Asam Kumbang family.

This research is a descriptive study with cross sectional design. The population in this study were all housewives in the village of Medan Selayang Asam Kumbang districts. The total sample of 98 respondents with purposive sampling method.

The results based oncharacteristics of respondents is known the age more

than 45 years 55 persons (56,1%), education 55 persons (56,1%) graduated from high schoool and revenues were 49 persons (50%) people more than Rp 1.650.000,00/month. The selection of the type of anti-mosquito spray with the highest number of 44 persons (44.9%), type of lotion amounted to as many as 32 people (32.6%), type of fuel amounted to 19 people (19.4%) and the type of electrical amounted to 19 people (19.4%). Respondents who felt health complaints as many as 16 people (16.3%) such as cough, nausea, difficulty in breathing, headaches and itchy skin.

From the research, it is known that people use the anti-mosquito spray the most so it is advised to use personal protective equipment such as gloves and masks for decreasing the risk of poisoning and it is recommended to read the procedures for the use of (labeled) anti-mosquito before using it and it is also recommended not to use anti-mosquito too often to prevent mosquito resistent. Keywords: anti-mosquito, selection, health complaints


(6)

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji bagi Allah Yang Maha Esa, yang memiliki kuasa atas segala yang ada di langit dan di bumi, yang tidak pernah berhenti mencurahkah kasih sayang-Nya, dan dengan izin-Nya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Pemilihan Anti Nyamuk Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Perilaku serta Keluhan Kesehatan pada Keluarga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015”. Shalawat beriring salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, manusia sempurna yang diciptakan oleh-Nya, yang sangat mencintai umatnya dan menjadi teladan bagi seluruh umat manusia.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat. Dalam Penulisan Skripsi ini, penulis menyadari dan mengetahui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari kekurangan dan keterbatasan pengetahuan penulis sebagai manusia.

Selama penulisan skripsi ini penulis sangat banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Drs. Surya Utama, MS, Selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara


(7)

4. Prof. Dr. Dra. Irnawati Marsaulina, MS dan dr. Devi Nuraini Santi, MKes Selaku Dosen Pembimbing I dan pembimbing II.

5. Dr. Surya Dharma, MPH dan Ir. Evi Naria, MKes Selaku Dosen penguji I dan penguji II.

6. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak Yurian F Lubis, S.STP, M.AP selaku Lurah di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang beserta stafnya.

8. Masyarakat Kelurahan Asam Kumbang yang telah bersedia menjadi responden dan membantu penulis dalam penelitian ini.

Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang begitu besar dan tidak terhingga kepada:

1. Ayahanda tercinta Suhardi, SH yang selalu menjadi motivator dalam hidup penulis dan Ibunda tercinta Ronisah Sihotang yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis lahir dan batin.

2. Kakak tersayang, Dini Rahayu, S.Ti dan adik-adik tersayang Ilham Yahya, Ade Agung Pawiro, Nur Asyifa dan Shofi Auliya Rahma Rambe yang selalu ada di samping penulis, mendoakan, memberi dukungan dan menyemangati penulis.


(8)

Hasibuan SKM, Elinsa Sihotang SKM, Mira Guslaida Lubis SKM, Damayani SKM, Aminah Arfah Pulungan SKM, Syahraeni Ayu Pasaribu, Olivya Glantika dan Maraden Frans Silalahi yang selalu ada bersama penulis baik dalam suka maupun duka.

5. Teman-teman IKRH 619 yang tidak dapat disebutin namanya tetapi selalu mendoakan dan memotivas penulis

6. Teman-teman Mahasiswa Angkatan Tahun 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universita Sumatera Utara.

Akhir kata semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk semua kalangan.

Assalaamu’alaikum Wr.Wb.

Medan, Mei 2015


(9)

ABSTRAK... ... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

RIWAYAT HIDUP... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 6

1.3.1. Tujuan Umum... 6

1.3.2. Tujuan Khusus... 6

1.4. Manfaat penelitian... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP 2.1. Nyamuk... 8

2.1.1. Siklus Hidup Nyamuk... 8

2.1.2. Penularan Penyakit Oleh Nyamuk... 9

2.2. Pengendalian Vektor Nyamuk... 10

2.3. Insektisida... 12

2.4. Anti Nyamuk... 14

2.5. Bahan Aktif Anti Nyamuk... 14

2.6. Jenis Anti Nyamuk... 16

2.7. Cara Masuk Bahan Aktif ke Tubuh Serangga dan Manusia... 21

2.7.1. Cara Masuk Bahan Aktif ke Tubuh Serangga... 21

2.7.2. Cara Masuk Bahan Aktif ke Tubuh Manusia... 22

2.8. Gejala Keracunan Anti Nyamuk... 23

2.9. Pengaruh Anti Nyamuk Terhadap Kesehatan... 24

2.10. Keputusan Pemilihan Anti Nyamuk... 25

2.11. Karakteristik Responden... 27

2.11.1. Umur... 27

2.11.2. Pendidikan... 27

2.11.3. Pendapatan... 28

2.12. Perilaku... 28

2.12.1. Pengetahuan... 29

2.12.2. Sikap... 32


(10)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 36

3.2.1. Lokasi Penelitian... 36

3.2.2. Waktu Penelitian... 36

3.3. Populasi dan Sampel... 36

3.3.1. Populasi... 36

3.3.2. Sampel... 37

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel... 37

3.4. Metode Pengumpulan Data... 38

3.4.1. Data Primer... 38

3.4.2. Data Sekunder... 38

3.5. Defenisi Operasional... 38

3.6. Instrumen dan Aspek Pengukuran... 40

3.6.1. Instrumen... 40

3.6.2. Aspek Pengukuran... 40

3.7. Penggolahan dan Analisis ... 42

3.7.1. Penggolahan Data... 42

3.7.2. Analisis Data... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 44

4.1.1. Keadaan Geografis Lokasi Penelitian... 44

4.1.2. Data Demografis... 44

4.2. Karakteristik Responden... 45

4.2.1. Umur Responden... 45

4.2.2. Pendidikan Responden... 45

4.2.3. Pendapatan Responden... 46

4.3. Pemilihan Anti Nyamuk... 46

4.4. Perilaku Responden... 47

4.4.1. Pengetahuan Responden... 47

4.4.2. Sikap Responden... 50

4.4.3 Tindakan Responden... 52

4.6. Keluhan Kesehatan Keluarga... 55

4.6.1. Lama Menggunakan Anti Nyamuk... 56

4.6.2. Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir... 56

4.7. Gambaran Pemilihan Anti Nyamuk ... 57

4.7.1. Pemilihan Anti Nyanuk dengan Umur... 57

4.7.2. Pemilihan Anti Nyanuk dengan Pendidikan... 58

4.7.3. Pemilihan Anti Nyanuk dengan Pendapatan...59

4.7.4. Pemilihan Anti Nyanuk dengan Pengetahuan...60


(11)

5.1. Karakteristik Responden... 64

5.1.1. Umur Responden... 64

5.1.2. Pendidikan Responden... 65

5.1.3. Pendapatan Responden... 68

52. Perilaku Responden... 69

5.2.1. Pengetahuan Responden... 69

5.2.2. Sikap Responden... 72

5.3. Pemilihan Anti Nyamuk Responden... 73

5.4. Keluhan Kesehatan Keluarga Responden... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 79

6.2 Saran... 79

DAFTAR PUSTAKA... 81 LAMPIRAN


(12)

Tabel 4.2 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Berdasarkan Umur Tahun 2015 ... 45 Tabel 4.3 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan

Medan Selayang Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2015 ... 46 Tabel 4.4. Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan

Medan Selayang Berdasarkan Pendapatan Tahun 2015 ... 46 Tabel 4.5 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan

Medan Selayang Berdasarkan Pemilihan Anti Nyamuk Tahun 2015 ... 47 Tabel 4.6 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan

Medan Selayang Berdasarkan Pengetahuan Tahun 2015... 48 Tabel 4.7 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan

Medan Selayang Berdasarkan Kategorik Pengetahuan Tahun 2015 ... 49 Tabel 4.8 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan

Medan Selayang Berdasarkan SikapTahun 2015 ... 50 Tabel 4.9 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan

Medan Selayang Berdasarkan Kategorik Sikap Tahun 2015 ... 52 Tabel 4.10 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan

Medan Selayang Berdasarkan Cara Menggunakan Tahun 2015... ... 53 Tabel 4.11 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan

Medan Selayang Berdasarkan Lama Menggunakan Anti Nyamuk Tahun 2015 ... 56 Tabel 4.12 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan

Medan Selayang Berdasarkan Keluhan Kesehatan Tahun 2015 ... 56

Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Pemilihan Anti Nyamuk dengan Umur di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 ... 57


(13)

dengan Pendapatan di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 ... 59 Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Pemilihan Anti Nyamuk

dengan Pengetahuan di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 ... 60 Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Pemilihan Anti Nyamuk

dengan Sikap di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 ... 61 Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Pemilihan Anti Nyamuk

dengan Keluhan Kesehatan di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 ... 62 Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Pemilihan Anti Nyamuk

dengan Lama Menggunakan di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Tahun 2015 ... 62


(14)

Lampiran IV Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian... 109 Lampiran V Lembar Bimbingan Skripsi ... 110 Lampiran VI Surat Izin Permohonan Penelitian dari Fakultas

Kesehatan Masyarakat USU ... 111 Lampiran VII Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Kelurahan


(15)

Penggunaan anti nyamuk dapat membantu mengurangin resiko penyakit yang ditularkan oleh nyamuk namun bahan kimia yang digunakan dapat mengakibatkan keluhan kesehatan pada manusia dan nyamuk akan menjadi resiten bila digunakan terlalu sering.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan jenis anti nyamuk yang paling banyak dipilih masyarakat yang meliputin karakteristik, perilaku dan keluhan kesehatan yang dirasakan keluarga di Kelurahan Asam Kumbang.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross secsional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga yang menggunakan anti nyamuk di Kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang. Jumlah sampel sebanyak 98 responden dengan metode pengambilan sampel purposive sampling.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu sebagian responden menyelesaikan pendidikan sampai SMA dan sama banyak antara responden berpenghasi;lan kurang dan lebih Rp. 1.650.000,-/bulan. Berdasarkan pemilihan anti nyamuk diperoleh hasil lebih banyak yang menggunakan jenis semprot dengan jumlah 44 orang (44,9%), kemudian jenis lotion sebanyak 32 orang (32,6%), jenis bakar sebanyak 19 orang (19,4%) dan jenis elektrik sebanyak 19 orang (19,4%) dan yang merasakan keluhan kesehatan sebanyak 16 orang (16,3%) dengan keluhan seperti batuk, mual, sulit bernapas, sakit kepala dan kulit gatal.

Dari hasil penelitian pengguna anti nyamuk semprot lebih banyak sehingga disarankan untuk menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan dan masker. Dianjurkan untuk membaca tata cara penggunaan (label) anti nyamuk sebelum menggunakan dan tidak menggunakan anti nyamuk terlalu sering untuk mencegah nyamuk menjadi resisten.


(16)

and readily available. People use the anti-mosquito to protect themselves from mosquito bites but if it is used too often, it will cause mosquito resistent and would interfere with human health.

The purpose of this study is to determine the type of anti-mosquito which is the most preferred by the communities includes characteristics, behaviors and perceived health complaints in Sub Asam Kumbang family.

This research is a descriptive study with cross sectional design. The population in this study were all housewives in the village of Medan Selayang Asam Kumbang districts. The total sample of 98 respondents with purposive sampling method.

The results based oncharacteristics of respondents is known the age more

than 45 years 55 persons (56,1%), education 55 persons (56,1%) graduated from high schoool and revenues were 49 persons (50%) people more than Rp 1.650.000,00/month. The selection of the type of anti-mosquito spray with the highest number of 44 persons (44.9%), type of lotion amounted to as many as 32 people (32.6%), type of fuel amounted to 19 people (19.4%) and the type of electrical amounted to 19 people (19.4%). Respondents who felt health complaints as many as 16 people (16.3%) such as cough, nausea, difficulty in breathing, headaches and itchy skin.

From the research, it is known that people use the anti-mosquito spray the most so it is advised to use personal protective equipment such as gloves and masks for decreasing the risk of poisoning and it is recommended to read the procedures for the use of (labeled) anti-mosquito before using it and it is also recommended not to use anti-mosquito too often to prevent mosquito resistent. Keywords: anti-mosquito, selection, health complaints


(17)

Pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia ingin dicapai melalui keadaan masa depan masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan prilaku hidup sehat, baik jasmani, rohani maupun sosial. Lingkungan masyarakat merupakan salah satu variabel yang sering mendapatkan perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Masalah pengendalian vektor penyakit menular seperti nyamuk merupakan salah satu dari berbagai masalah kesehatan lingkungan yang perlu di prioritaskan (Profil Depkes RI, 2008).

Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompeleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri, tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada penggaruhnya terhadap masalah sehat–sakit. Menuruh Hendrik L. Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, prilaku dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal, bila salah satu ada yang terganggu maka hasilnya akan dibawah optimal (Notoadmojo, 2003).

Perilaku manusia yang kurang memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungannya, sering tanpa sengaja dapat membuat sarang-sarang nyamuk.


(18)

Seperti kebiasaan membuang sampah sembarangan atau tidak menjaga kebersihan sehingga membuka peluang untuk nyamuk berkembang biak karena sampah dapat menampung air ketika hujan turun dan menjadi genangan air sehingga nyamuk bisa meletakkan telurnya dan berkembang biak (Theresia, 2008).

Iklim tropis menyebabkan suburnya perkembang biakan nyamuk, sehingga dibutuhkan penggendaliannya. Ada empat cara pengendalian yang diketahui yaitu pengendalian lingkungan, kimia, biologi dan kultural. Pengendalian lingkungan adalah cara terbaik untuk menekan pertumbuhan nyamuk ketingkat tertentu. Pengendalian biologi menggunakan pedator pemangsa nyamuk contohnya adalah cicak dirumah akan memasang nyamuk sehingga jumlahnya berkurang dirumah. Pengendalian kultural adalah pengubah kebiasan buruk yang mengakibatkan nyamuk dapat berkembangbiak contohnya buang sampah sembarangan. Pengendalian terakhir adalah pengendalian secara kimia pengendalian menggunakan bahan kimia untuk membunuh atau menggusir nyamuk (Chandra, 2007).

Pengendalian vektor nyamuk lebih identik dengan penggunaan bahan kimia untuk membunuh ataupun mengusir nyamuk seperti anti nyamuk. Hal ini dikarenakan anti nyamuk lebih praktis dan murah serta ada dimana-mana sehingga dan juga penggunaan anti nyamuk banyak cara yaitu dalam bentuk sediaan yang dibakar, disemprot, dioles dan elektrik pada masyarakat dijual bebas di pasaran tanpa di pantau sehingga bisa mengakibatkan terjadinya resisten. Untuk itu perlu dilakukan pengawasan penggunaan dan dampak agar tetap efektif dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan (Depkes RI, 2008).


(19)

Banyaknya Industri dan iklan-iklan membuat anti nyamuk semangkin dikenal banyak masyarakat tetapi kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap keselamatan dari bahan kimia serta tidak tegasnya Pemerintah dalam menerapkan peraturan yang terkait dengan masalah akan mengakibatkan masalah kesehatan apabila penggunaannya tidak benar. Peredaran anti nyamuk saat ini hanya menonjolkan kemampuannya dalam membunuh dan mengusir nyamuk tanpa mengangkat atau bahkan menutupi resiko bahaya yang bisa dihasilkan dari penggunaan racun-racun tersebut terhadap manusia dan lingkungan sekitarnya dalam jangka panjang. Pemakaian racun nyamuk secara tidak baik dan benar oleh masyarakat umum dapat menghasilkan gangguan kesehatan masyarakat secara umum (Anonim, 2007).

Banyaknya jumlah produk mengakibatkan konsumen harus mulai melihat dan memilih penggunaan anti nyamuk yang paling diinginkan berdasarkan kebutuhan. Keinginan adalah maunya masyarakat mempertimbangkan ataupun tidak mempertimbangkan kesehatan. Karena setiap produk anti nyamuk dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui tiga cara yaitu termakan atau terminum bersama makanan atau minuman yang tercemar, terhirup dalam bentuk gas dan uap kemudian masuk menuju paru-paru lalu masuk kedalam aliran darah dan terserap melalui kulit dengan atau tanpa terlebih dahulu menyebabkan luka pada kulit (POM, 2014).

Menurut Depkes RI (2008) ada tiga bahan aktif didalam anti nyamuk yaitu jenis dichlorvos, propoxur, pyrethroid, serta bahan kombinasi dari ketigannya. Propoxur termasuk racun kelas menengah. Jika terhirup maupun terserap tubuh


(20)

manusia dapat mengaburkan pengelihatan, keringat berlebih, pusing, sakit kepala dan badan lemah. Propoxur juga dapat menurunkan aktifitas enzim yang berperan pada saraf transmisi dan berpengaruh buruk pada hati dan reproduksi.

Berdasarkan hasil penelitian yang lakukan pada 100 responden yang tersebar di wilayah Solo Raya ditemukan berjumlah sebanyak 94 % responden yang menggunakan anti nyamuk di rumah. Pemilihan penggunaan anti nyamuk itu terdiri dari 54 % menggunakan jenis bakar, 19 % menggunakan jenis semprot, 17 % menggunakan jenis lotion, 15 % menggunakan jenis tablet dengan listrik dan 10 % menggunakan jenis cair dengan listrik. Berdasarkan hasil dampak kesehatan yang dirasakan akibat penggunaan anti nyamuk tersebut adalah sekitar 62 % mengalami gangguan pernafasan, 52 % merasakan batuk, 18 % sakit kepala, 3 % bintik-bintik pada kulit. Hal ini diakibatkan zat kimia yang terkandung pada anti nyamuk (Pertiwi,2014).

Berdasarkan penelitian Sitepu (2010) tentang hubungan karekteristik, pengetahuan, sikap, dan tindakan tentang penggunaan dan bahaya insektisida pada rumah tangga dengan keluhan kesehatan di desa Rantau Panjang Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang tahun 2010, hasil yang didadapat adalah 66,3% mengalamin keluhan kesehatan diantaranya sakit kepala, ingusan, sulit bernafas, batuk dan mual. Berdasarkan hubungan prilaku tedapat hasil (p=0,000) yang artinya terdapat hubungan antara pengetahuan, sikap dan tindakan dengan keluhan kesehatan akibat penggunaan insektisida, hubungan pekerjaan mendapatkan hasil (p=0,003) yang artinya terdapat hubunga pekerjaan dengan keluhan kesehatan akibat penggunaan insektisida dan hubungan pendidikan


(21)

mendapatkan (p=0,054) yang artinya tidak ada hubungan antara pendidikan dengan keluhan kesehatan akibat penggunaan insektisida.

Berdasarkan survai awal pada bulan november 2014 dilakukan penulis, diketahui bahwa di Kelurahan Asam Kumbang merupakan daerah yang dekat dengan sungai Menggali dan masih terdapat rawa-rawa, sehingga sangat pontensial sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk. Rawa-rawa adalah tempat peristirahatan nyamuk dan air merupakan tempat nyamuk meletakkan telurnya yang nantinya akan menjadi nyamuk dewasa yang siap mengigit manusia. untuk menggurangin gigitan nyamuk perlu dilakukan penggunaan anti nyamuk karena lebih praktis, murah dan tersedia. Penggunaan jenis anti nyamuk bermacam-macam maka diperlukan pemilihan. Pemilihan masyarakat berpenggaruh pada tingkat pendidikan, pendapatan dan prilaku masyarakat terhadap jenis penggunan anti nyamuk yang akan mempengaruhi kesehatan dari bahan kimia aktif.

Berdasarkan hal diatas membuat peneliti tertarik melakukan penelitian tentang Pemilihan Anti Nyamuk yang Ditinjau dari Tingkat Pendidikan, Pedapatan dan Prilaku Serta Keluhan Kesehatan pada keluarga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang.

1.2 Perumusan Masalah

Bagaimana pemilihan anti nyamuk yang ditinjau dari tingkat pendidikan, pendapatan dan prilaku serta keluhan kesehatan pada keluarga Setiap pemilihan di kelurahan Asam Kumbang kecamatan Medan Selayang.


(22)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pemilihan anti nyamuk yang paling sering digunakan masyarakat berdasarkan tinjauan dari tingkat pendidikan, pendapatan dan prilaku serta keluhan kesehatan yang dirasakan pada keluarga di Keluraha Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik reponden berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan pendapatan di Kelurahan Asam Kecamatan Medan Selayang.

b. Untuk mengetahui perilaku reponden berdasarkan pengetahuan, sikap dan tindakan pemilihan anti nyamuk di Kelurahan Asam Kecamatan Medan Selayang.

c. Untuk mengetahui pemilihan anti nyamuk keluarga berserta alasan memilih anti nyamuk tersebut di Kelurahan Asam Kecamatan Medan Selayang.

d. Untuk mengetahui keluhan kesehatan yang dirasakan keluarga dari penggunaan anti nyamuk di Kelurahan Asam Kecamatan Medan Selayang Kota Medan.


(23)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan kepada puskesmas kecamatan medan selayang tentang pemilihan anti nyamuk pada anggota keluarga dan diharapkan sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan perhatian dan penyuluhan kepada anggota keluarga terkhusus ibu rumah tangga.

2. Bagi peneliti merupakan suatu kegiatan mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan ke masyarakat mengenai anti nyamuk. 3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan dan perbandingan untuk


(24)

Nyamuk berasal dari katagorik insekta yang dikenal dengan Orde Diptera atau hewan bersayap dua. Seluruh nyamuk berasal dari kelompok famili yang dikenal dengan culicidae. Penggunaan kata Mosquito berasal dari bahasa inggris bermula sejak tahun 1583. Genera termasuk Anopheles, Culex, Psorophora,

Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeomyia, Culiseta dan Haemagoggus. Jumlah

keseluruhan sekitar 35 genera yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik, tubuh yang langsing dan enam kaki panjang. Ukuran tubuh nyamuk antar spesies berbeda-beda tetapi jarang melebihi 15 mm.

Nyamuk merupakan salah satu komponen lingkungan manusia. Di lingkungan permukiman merupakan tempat perindukan nyamuk (Achmadi, 2011).

2.1.1 Siklus Hidup Nyamuk

Nyamuk adalah salah satu vektor yang mengalami metamorfose sempurna. Berawal dari nyamuk betina yang dewasa melakukan perkawinan kemudian bertelur di dalam di dekat air, dimana masa telur nyamuk antara 2 atau 3 hari, tetapi dapat lebih lama tergantung cuaca. Telur yang telah matang akan menetas membentuk tempayak (larva). Dimana stadium larva berlangsung antara 4-10 hari. Kemudian berubah menjadi bentuk kepompong (pupa) yang hanya berlangsung selama 2 hari. Setelah itu pupa dilalui, muncullah bentuk dewasa, yang sebelum pergi meninggalkan tempat kelahirannya mengapung terlebih dahulu diatas permukaan air, menunggu sayapnya kering.


(25)

Dalam hal penyakit yang berhubungan dengan nyamuk pada dasarnya hanya nyamuk betina dewasa saja yang penting untuk dipelajarin karena nyamuk jantan tidak menghisap darah manusia hingga tidak ada kemukinan terkena ataupun tertular penyakit (Achmadi, 2011).

2.1.2 Penularan Penyakit Oleh Nyamuk

Menurut Chandra (2006) penyakit-penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yaitu sebagai berikut:

a. Malaria

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit

(plasmodium) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina terinfeksi.

Pada manusia parasit membelah diri dan bertambah banyak di dalam hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Gejala malaria bisa berupa demam, menggigil, sakit kepala, sakit otot dan kelemahan. Kadang bisa dijumpai mual, muntah dan diare. Manifestasi klinis malaria berat tergantung dari endemisitas daerah. Spesies vektor malaria berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, perbedaan ini dipengaruhi oleh geografi, iklim dan tempat perindukan.

b. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit demam berdarah dengue biasa disingkat menjadi DBD disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Umumnya penyakit ini menyerang anak dibawah 15 tahun, akan tetapi dapat juga menyerang orang dewasa. Penyakit ini menyebar dengan cepat di Indonesia karena vektornya tersedia yaitu Aedes aegypti dan masyarakat sama sekali tidak memiliki kekebalan padanya.


(26)

c. Filariasis

Filariasis dikenal sebagai Elephantiasis atau penyakit kaki gajah karena bentuk tungkai bawah penderita pada akhirnya dapat menjadi besar dan berat sepeti kaki gajah. Penyebabnya adalah cacing bulat yang kecil disebut Filaria. Reservoir nyamuk ini adalah manusia penderita, larva cacing secara periodik keluar ke dalam peredaran darah pada malam hari, apabila saat itu penderita digigit nyamuk maka masuklah larva cacing ke tubuh nyamuk menuju proboscis nyamuk. Sehingga akan tertular ke manusia yang digigit oleh nyamuk tersebut.

d. Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan virus Chik. Chikungunya berasal dari bahasa Swahili yang berarti berjalan membungkuk. Penyakit ini menyebabkan penderita merasakan sakit sendi yang amat sangat sehingga kalau berdiri harus membungkuk menahankan sakit. Faktor yang mempengaruhi Chikungunya adalah rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat, kepadatan populasi nyamuk penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang bisa terjadi pada musim penghujan (Depkes RI, 2008)

2.2 Pengendalian Vektor Nyamuk

Pengendalian vektor bertujuan untuk mengurangi atau menekan populasi vektor serendah-rendahnya sehingga tidak berarti lagi sebagai penular penyakit serta untuk menghindarkan kontak antara vektor dan manusia (Gandahusada, 2000).


(27)

a. Fisik atau Mekanis

Cara pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan alat yang langsung dapat membunuh, menangkap atau menghalau, menyisir, mengeluarkan serangga dari jaringan tubuh. Menggunakan baju pelindung, memasang kawat kasa di jendela merupakan cara untuk menghindarkan hubungan kontak antara manusia dan vektor.

b. Kimia

Untuk pengendalian ini digunakan bahan kimia yang berkhasiat membunuh serangga (insektisida) atau hanya untuk menghalau serangga saja (repellent). Kebaikan cara pengendalian ini ialah dapat dilakukan dengan segera dan meliputi daerah yang luas sehingga dapat menekan populasi serangga dalam waktu yang singkat. Keburukannya karena cara pengendalian ini hanya bersifat sementara, dapat menimbulkan pencemaran lingkungan, kemungkinan timbulnya resistensi serangga terhadap insektisida dan mengakibatkan matinya beberapa pemangsa.

c. Biologis

Dengan memperbanyak pemangsa dan parasit sebagai musuh alami bagi serangga, dapat dilakukan pengendalian serangga yang menjadi vektor atau hospes perantara cicak adalah predator nyamuk sehingga dapat digunakan pengendali nyamuk dewasa.

d. Kultural

Pengendalian ini adalah untuk mengubah kebiasaan buruk manusia yang menyebabkan nyamuk dapat berkembang biak seperti tidak membuang sampah


(28)

yang dapat menampung air, memotong dedaunan yang sudah lebat, membuat saluran air yang memenuhi syarat kesehatan dan sebagainya.

2.3 Insektisida

Menurut Soemirat (2003), insektisida berasal dari bahasa latin insectum yang mempunyai arti potongan, keratan, atau segmen tubuh, seperti segmen yang ada pada tubuh serangga. Secara umum pengertian insektisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang dapat digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai vektor yang secara langsung ataupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia. Insektisida pada umumnya dapat menimbulkan efek terhadap sistem syaraf

Penggolongan insektisida berdasarkan sifat kimianya. Kelas senyawa kimia insektisida dapat ditunjukkan berdasarkan bahan aktifnya, yaitu bahan kimia yang mempunyai efek racun (Sartono, 2002).

Klasifikasi Insektisida berdasarkan golongan sebagai berikut : Golongan organoklorin

Golongan ini terdiri atas ikatan karbon, klorin, dan hidrogen. Insektisida ini sedikit digunakan di negara berkembang karena secara kimia bahwa

insektisida organoklorin adalah senyawa yang tidak reaktif, memiliki sifat

yang tahan atau persisten, baik dalam tubuh maupun dalam lingkungan memiliki kelarutan sangat tinggi dalam lemak dan memiliki kemampuan terdegradasi yang lambat.


(29)

Golongan organofosfat

Golongan ini terdiri dari ikatan karbon dan fosfatida, organofosfat sering disebut insektisida antikolinesterase karena mempunyai efek yang sama dalam sistem syaraf. Cara kerja golongan ini selektif, tidak persisten dalam tanah dan tidak menyebabkan resistensi pada serangga.

Golongan Karbamat

Golongan ini berkerja seperti organofosfat, yaitu menghambat aktivitas enzim kolinesterasi. Enzim kolinesterasi tidak persisten maka gejala lebih mendadak dan tidak lama.

Golongan Piretroid

Piretroid Alam adalah insektisida alami, yang merupakan ekstrak dari bunga Chrysantemum, Phyretrum cinerariaefollium (Dalmantian insect flower). Insektisida ini sudah lama dikenal dan sangat efektif.

Piretroid Sintetik adalah ester dapat dibagi menjadi dua sub golongan yang didasarkan pada struktur dan gejala keracunan. Yang pertama adalah tipe

Alletrin, Tetrometrin, dan Phenotrin dimana efek yang dihasilkan

meyerupai efek DDT. Tipe yang kedua adalah semua ester mengandung

sianida, seperti Fenvolerat, Deltametrin, dan Cifenometrin (Soemirat,

2003).

Menurut Wudianto (2001) Bentuk fisik insektisida dapat di bagi sebagai berikut:


(30)

Bentuk cair seperti Solution ( larutan), Suspention (suspensi), Emultion (emulsi) dan Vapors (uap)

Bentuk gas 2.4 Anti Nyamuk

Anti nyamuk merupakan nama pasar untuk insektisada yang digunakan di rumah tangga untuk melindungi diri serta keluarga dari serangga khususnya nyamuk dengan menggunakan bahan kimia yang bersifat mematikan, mengusir ataupun menimbulkan daya tarik. bahan kimia yang menimbulkan daya tarik, dimaksudkan untuk mengumpulkan binatang tersebut pada suatu tempat untuk kemudian dimusnahkan. Sarang nyamuk umumnya tidak berada dalam lingkungan daerah tempat tinggal, sehingga jika digunakan bahan kimia pada sarang tersebut tidak akan menimbulkan masalah keracunan pada manusia. Tetapi dikarena penggunaan anti nyamuk biasanya di dalam rumah maka bisa mengakibatkan keluhan kesehatan pada manusia yang tinggal di dalam.

2.5 Bahan Aktif Anti Nyamuk

Menurut Instisari (2007) bahan aktif anti nyamuk berasal dari pyrethroid yang dikelompokkan pada racun insektisida kelas menengah.

1. Allethrin

Allethrin adalah salah satu bahan aktif pada anti nyamuk elektrik yang memiliki rumus molekul C19H26O3 dan memiliki 8 stereoisomer. Allethrin yang masuk ke tubuh secara inhalasi, kemudian menetap dalam waktu lama pada paru -paru sehinggan menyebabkan gangguan dan menyebabkan hati tidak mampu melakukan detoksifikasi secara sempurna. Penyebabkan munculnya metabolit


(31)

sekunder yang bertindak sebagai radikal bebas. Selanjutnya radikal bebas akan ikut peredaran darah menuju ke seluruh tubuh termasuk testis (Christijanti, dkk, 2010 ).

2. Dichlorvos

Dichlorvos yang merupakanzat turunan chlorine, yang memilik daya karja

membunuh serangan dan nyamuk yang berada di rumah yang digunakan pada anti nyamuk semprot. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dichlorvos dilarang penggunaannya karena mengeluarkan bahan kimia berbahaya dan menduduki peringkat kesatu sebagai produk paling berbahaya sejak puluhan tahun lalu. Menurut Yayasan Lembaga Konsumsi Indonesia (YLKI) jika terkena paparan zat ini dalam jangka panjang, menyebabkan kerusakan syaraf, mengganggu pernafasan, jantung, sistem reproduksi dan memicu kanker. Bahan kimia ini membutuhkan waktu lama terurai di udara, air dan di tanah (Fitroh, 2010)

3. Propoxur

Propoxur adalah senyawa karbamat yang telah dilarang penggunaannya

karena daya racunnya tinggi. Jika terhirup maupun terserap bahan ini dapat mengkaburkan penglihatan, keringat berlebihan, pusing dan badan lemas. Mekanisme aksi Propoxur berupa penghambatan enzim acetyl cholinesterase. Enzim ini normalnya bertanggung jawab untuk destruksi dari asetilkolin

(neurotransmitter). Dalam jangka panjang, orang yang terpapar zat ini akan


(32)

dan sistem reproduksi. Karbamat ini akan menghasilkan kontraksi otot spontan pada serangga yang diikuti oleh kelumpuhan/paralisis (Yulianti,2010).

4. Pyrethroid

Menurut WHO pyrethroid dikelompokkan dalam racun kelas menengah. Mengakibatkan iritasi pada mata maupun kulit yang sensitif, dan menyebabkan penyakit asma. Pada anti nyamuk pyrethroid yang digunakan berupa d-allethrin, transflutrin, bioallethrin, pralethrin, d-phenothrin, cyphenothrin, atau esbiothrin. Sedangkan pada anti nyamuk jenis lotion, zat aktif yang tercantum pada label adalah DEET Diethyltoluamid. DEET mengakibatkan iritasi kulit, bahaya bagi kulit yang luka dan selaput lendir tubuh(Fitroh, 2010).

5. Transflutrin

Transflutrin adalah salah satu bahan anti nyamuk elektrik yang relatif aman hingga saat ini. Transfultrin bila dipakai selama empat jam bisa menurunkan kadar eritrosit atau sel darah merah, yang berakibat orang tersebut akan menderita anemia. Transfluthrin merupakan salah satu insektisida Pirethroid yang cepat bertindak dengan persistensi rendah dengan efek yang sangat spesifik pada sel syaraf serangga, sehingga hanya jumlah yang sangat kecil dibutuhkan untuk menghasilkan efek yang diperlukan (Hidayanti, 2012).

2.6 Jenis Anti Nyamuk 1. Bakar

Anti nyamuk bakar berbentuk spiral dengan bau khas, penggunaannya dengan api yang dibakarkan pada salah satu sisinya. Pembakaran menghasilkan


(33)

asap yang dapat menggusir dan membunuh nyamuk karena mengandung bahan yang dapat mematikan nyamuk dan meninggalkan debu (Teddy, 2013).

Beberapa zat aktif dari anti nyamuk bakar dichlorovynil dimetyl phosfat (DDVP) , propoxur, transflutrin, bioallethrin, d-allethrin, cyphenothrin dan

praletrhin. Asap merupakan hasil pembakaran anti nyamuk ini ketika terhirup

akan menggangu kesehatan karena bahan kimia ini akan masuk ke dalam tubuh menuju paru-paru. Kandungan DDVP yang terus-terusan terpapar dalam jangka waktu panjang akan mengakibatkan kerusakan syaraf, pernapasan terganggu dan memicu kanker. Selain itu kandungan zat kimia yang terdapat di dalam anti nyamuk mampu membuat aktivitas enzim turun sehingga adanya pengaruh yang buruk terhadap hati dan reproduksi (Arif, 2014).

Penggunaan anti nyamuk ini dianjurkan pada ruangan atau kamar dengan sirkulasi udara yang baik seperti berventilasi ataupun terbuka. Karena anti nyamuk ini menghasilkan asap yang dapat dapat menyebabkan pedih di mata, batuk, sesak napas, alergi dan sinusitis. Penggunakan anti nyamuk ini sebaiknya dengan melihat arah pergerakan udara dan kurang lebih 6-8 jam sebelum ruangan digunakan ( Anonim, 2013).

Merek anti nyamuk bakar yang dapat dijumpain dipasaran adalah tiga roda, baygon, vape dan sebagainnya. Anti nyamuk bakar seperti baygon menggunakan bahan aktif d-aletrin 0,3% sehingga gejala keracuna dininya adalah keluhan gemetar dan sesak nafas. Penggunakan anti nyamuk ini harusnya pada ruangan yang memiliki sirkulasi udara yang baik seperti ventilasi yang cukup serta jauhkan anti nyamuk sejauh 1,5 meter dari tempat kita beristirahat (Baygon, 2014).


(34)

2. Elektrik

Anti nyamuk elektrik mengandung bahan aktif d-allethrin yang merupakan golongan dari pyrethroid, metoflutrin, sifenotrin. Anti nyamuk ini menggunakan listrik sebagai medianya, sedangkan anti nyamuknya berbentuk cairan atau lempengan.

Listrik membantu cairan di dalam rangkaian alat tersebut berubah menjadi gas yang berperan sebagai mengusir nyamuk. Gas tersebut mengeluarkan aroma khas atau wewangian yang tidak disukai nyamuk. Seperti anti nyamuk bakar, jenis elektrik juga tidak dianjurkan digunakan sepanjang malam. Lebih baik dipasang beberapa jam menjelang tidur. Anti nyamuk elektrik tetap mengeluarkan asap yang tidak terlihat sehingga diperlukan sirkulasi udara yang baik.

Anti nyamuk HIT-MAT merupakan salah satu merek anti nyamuk elektrik yang beredar di pasaran. Merek ini berwarna biru dan efektif dipakai 8 jam untuk ruangan 40 meter3 dengan penggunaan listrik 5 watt. Bahan aktifnya adalah d-aletrin 45 mg/mat dan transfluthrin 4 mg/mat dengan gejala keracunan dini adalah muntah, pusing dan sesak napas (HIT, 2014).

3. Lotion

Anti nyamuk ini umumnya berbentuk cairan (krim) yang digunakan dengan cara mengoleskannya ke bagian tubuh untuk menggusir nyamuk agar tidak menempel pada kulit. Anti nyamuk lotion adalah krim kulit yang ditambahkan kandungan diethytoluamide (DEET) pada level tertentu. Komposisi utamanya adalah air, surfactants, fatty alcohol, getah tanaman dan emollients.


(35)

Sehingga ketika dioleskan pada kulit, produk ini mempunyai dua keuntungan yaitu sebagai pengusir nyamuk dan sebagai pelembab kulit (Siswiyanti ).

Konsentrasi DEET sebesar 15% dalam etanol akan diserap ke dalam tubuh rata-rata 8,4%. Penyerapannya ke dalam tubuh akan dimulai dalam 2 jam setelah penggunaan. Penyerapan DEET juga tergantung pada umur dan massa tubuh. DEET merupakan bahan korosif. Walaupun telah ditambahkan dengan zat-zat lain yang berfungsi sebagai pelembab tetap berbahaya (POM, 2010).

Daya tahan anti nyamuk bergantung dari masing-masing produk, ada yang mulai dari 4-8 jam. Anti nyamuk jenis ini pali diminatin karena harganya terjangkau dan mudah ditemukan di tempat penjualan. Selain itu penggunaannya mudah dan praktis. Kandungan pyrethroid dan diethytoluamide (DEET) pada losion anti nyamuk memang lebih aman ketimbang kandungan yang ada pada obat nyamuk semprot atau bakar, namun bukan berarti aman sama sekali. Anti nyamuk oles tetap bisa menimbulkan iritasi pada kulit. Terutama bagi kulit sensitif dan bila dikenakan pada lipatan kulit. Karena anti nyamuk jenis ini berisiko menyerap bahan aktif berlebihan melalui kulit, produk ini tidak dianjurkan digunakan pada anak di bawah usia 4 tahun dan jangan terlalu sering atau berulang-ulang menggunakan. Sebaiknya menghentikan penggunaan bila terjadi keluhan dengan cara membasuh kulit dengan air mengalir. Hindari pemberian pada daerah kulit sekitar mata, hidung dan mulut karena di masing-masing organ tubuh yang penting ini terdapat banyak kelenjar dan pembuluh darah halus. Segera mencuci tangan setelah mengoleskan losion (Anonim, 2013).


(36)

Soffel adalah salah satu contoh nama merek anti nyamuk lotion dengan kandungan DEET sebesar 13%. Karena pemakaian langsung di kulit maka apa bila terjadi iritasi hentikan penggunaan dan lakukan perawatan menurut gejala yang timbul (Soffel, 2014).

4. Semprot

Anti nyamuk semprot berbentuk cairan yang digunakan dengan cara di semprotkan. Anti nyamuk jenis semprot memang lebih efektif membunuh banyak nyamuk dibanding obat nyamuk lainnya (Teddy, 2013).

Bahan aktif anti nyamuk semprot utaman adalah DEET, cairan pelarut, bahan pembakar dan bahan lain. Cairan pelarut biasanya adalah sebuah alcohol organic seperti etanol atau propanol, yang digunakan untuk mencairkan bahan aktif pada konsentrasi yang sesuai. Ini juga akan mengikat seluruh material yang dicampurkan dan akan menjamin bahwa produk tersebut tetap terjaga secara efektif meskipun disimpan dalam kurun waktu yang lama. Zat pembakar adalah sebuah komposisi yang mudah menguap yang menghasilkan tekanan yang besar dan dimasukkan dalam tabung. Zat pembakar pada umumnya berbentuk gas-gas hidrokarbon cair seperti propane, butane atau isobutene, hydrofluoro carbons

dan dimethyl ether. Bahan-bahan yang lainnya seperti getah tanaman juga

ditambahkan untuk membuat produk tersebut bisa diterima sebagai kosmetik atau pelembab kulit. Masih ada komposisi yang lain yang ditambahkan untuk mencegah korosi dan menjaga keawetan produk (Siswiyanti ).

Anti nyamuk jenis semprot lebih efektif membunuh banyak nyamuk dibanding anti nyamuk lainnya. Sebenarnya efek yang diharapkan dari jenis


(37)

semprot adalah membunuh nyamuk dan efek residu yang ditujukan untuk menghalau nyamuk. Sebaiknya penyemprotan dilakukan/diarahkan pada dinding atau gorden, bukan ke udara. Lakukan penyemprotan berkisar dua atau tiga jam sebelum anak masuk ruangan atau kamar tidur. Lebih baik lagi jika didiamkan lebih lama lagi. Setelah bau sudah tidak tercium, buka jendela – utamanya yang menggunakan ventilasi kawat anti nyamuk. Hindari terkena bahan makanan atau benda yang bisa menyebabkan kontak langsung dengan kulit. Sebelum menyemprot usahakan menutup tempat makanan atau minuman, tutupi pakaian-pakaian yang di gantung, alasi tempat tidur dengan plastik agar racunnya tidak menempel pada kasur, bantal dan guling. Jangan menyemprotkan obat nyamuk saat anak sedang tidur Saat menyemprot, sebaiknya pendingin ruangan (AC) dimatikan terlebih dulu. Orang yang menyemprot sebaiknya menggunakan masker, supaya cairan yang disemprotkan tidak langsung terisap. Dengan cara penyemprotan yang benar, obat nyamuk masih efektif selama dua-tiga hari. Jadi tidak perlu menyemprot obat nyamuk setiap hari.

2.7 Cara Masuk Bahan Aktif Anti Nyamuk ke Tubuh Serangga dan Manusia

26.1 Cara Masuk Bahan Aktif Anti Nyamuk ke dalam Tubuh Serangga Berdasarkan cara masuk bahan aktif anti nyamuk ke dalam tubuh serangga sasaran dibedakan menjadi tiga kelompok (Djojosumarto, 2004):

1. Racun kontak (contact poison)

Insektisida masuk melalui eksoskelet ke dalam badan serangga dengan perantara tarsus (jari-jari kaki) pada waktu istirahat di permukaan yang


(38)

mengandung residu insektisida. Pada umumnya dipakai untuk memberantas serangga yang mempunyai bentuk mulut tusuk isap.

2. Racun perut (stomach poison)

Insektisida masuk ke dalam badan serangga melalui mulut, jadi harus dimakan. Biasanya serangga yang diberantas dengan menggunakan insektisida ini mempunyai bentuk mulut untuk mengigit, lekat isap, kerap isap dan bentuk menghisap.

3. Racun pernapasan (fumigants)

Insektisida masuk melalui sistem pernapasan (spirakel) dan juga melalui permukaan badan serangga. Insektisida ini dapat digunakan untuk memberantas semua jenis serangga tanpa harus memperhatikan bentuk mulutnya. Penggunaan insektisida ini harus hati-hati sekali terutama bila digunakan untuk pemberantasan serangga di ruang tertutup.

2.6.2 Cara Masuk Bahan Aktif Anti Nyamuk ke Tubuh Manusia

Berdasarkan cara masuk bahan aktif anti nyamuk ke dalam tubuh manusia adalah sebagai berikut:

1. Masuk Melalui Mulut (Oral)

Racun masuk ketubuh karena tertelan material ini, kemudian masuk ke sistem pencernaan yaitu mulut, kerongkongan, hingga usus halus, bahkan usus besar dan rectum. Efek racun mengakibatkan mual, muntah, kehilangan selera makan dan diare.


(39)

2. Masuk Melalui Mata

Penggunaan anti nyamuk dapat menyebabkan iritasi pada mata. Kontak mata secara langsung bisa menghasilkan air mata, pelipatan pada kelopak mata, kontraksi atau pengucupan anak mata, kehilangan fokus, penggaburan pengelihatan, dilasi ataupun pembesaran anak mata.

3. Masuk Melalui Kulit

Kontak antara kulit dengan material berbahaya dan efek sitemik dapat terjadi bila material terserap. Material masuk melalui epidermis terluar, atau cela keringat atau folikel rambut.

4. Masuk Melalui Hidung

Masuk melalui udara yang terhirup oleh hidung dan tenggorokan. Secara anatomis sistem saluran napas bagian atas berliku-liku membuat permukaan menjadi luas, permukaan berlendir sehingga sebelum sampai ke paru-paru sering sekali tersangkut, pada saluran napas bagian atas. Selain itu saluran napas dilengkapin dengan sistem syaraf yang mengaktifkan reflek batuk atau besin untuk mengeluarkan benda asing yang masuk (Achmadi 2011).

2.8 Gejala Keracunan Anti Nyamuk

Keracunan biasanya ditandai dengan adanya iritasi dan kerusakan jaringan yang terkena pada keracunan lokal dan jaringan yang dilewatinnya terutama jaringan paru pada keracunan sistemik.


(40)

1. Saluran Percernaan

Terasa panas pada bagian mulut dan tenggorokan, mual, muntah, nyerih abdomen dan diare

2. Mata

Mata terasa gatal, berair dan gangguan pengelihatan/ kabur. Pupil dapat menyempit dan melebar.

3. Kulit

Kulit terasa panas, iritasi keringgat berlebihan dan bercak pada kulit. 4. Saluran Pernapasan

Terasa nyerih pada bagian dada, batuk, sesak, susah bernafas dan nafas berbunyi/ wheezing (Munaf, 1995).

2.9 Pengaruh Anti Nyamuk Terhadap Kesehatan

Seorang yang terpapar oleh bahan kimia anti nyamuk dapat memperlihatkan lebih dari satu gejala penyakit. Beberapa gejala timbul langsung setelah seseorang terpapar, sementara gejala lainnya tidak terlihat sampai beberapa jam, beberapa hari, bahkana sampai puluhan tahun atau lebih (Soemirat, 2003).

Bagian kepala : Sakit kepala dan masalah penglihatan Bagian hidung : Ingusan dan mengeluarkan liur

Bagian dada : Sulit bernapas dan batuk

Bagian kaki : Kejang otot atau sakit dan kedutan Bagian perut : Sakit, diare, mual dan muntah


(41)

Sementara dalam jangka panjang mengakibatkan penyakit kanker, gangguan fungsi sistem reproduksi, fungsi hati rusak, fungsi otak menurun. Sakit kepala, masalah penglihatan, kejang otot, kedutan, kulit gatal, kulit ruam, kulit bengkak, kulit memerah, kulit melepuh, kulit terbakar merupakan dampak dari golongan organoklorin, sedangkan ingusan, mengeluarkan liur, sulit bernafas, batuk, diare, mual, dan muntah merupakan dampak dari golongan organoposfat. 2.10 Keputusan Pemilihan Jenis Anti Nyamuk

Menurut Daryanto (2011) bahwa ada lima tahap dalam proses pemilihan yaitu berdasarkan keputusan yang diambilan yaitu:

1. Pengenalan atau kebutuhan.

Kebutuhan adalah keadaan yang dapat digerakkan oleh rangsangan dari dalam atau dari luar pemilih. Dengan menghimpun sejumlah informasi dari sejumlah masyarakat dan para pemasar dapat mengenal rangsangan yang lebih sering terjadi untuk membangkitkan minat dalam memilih jenis produk anti nyamuk tertentu.

2. Pencarian informasi.

Biasanya pencarian informasi meningkat disaat masyakat mulai bergerak dari keputusan situasi pemecahan masalah yang lebih luas. Sumber-sumber informasi terbagi menjadi empat, yaitu:

a. Sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, kenalan)

b. Sumber komersial (iklan, wiraniaga, agen, kemasan, pajangan) c. Sumber publik (media massa, organisasi penilai konsumen)


(42)

d. Sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan, dan penggunaan produk)

3. Penilaian alternatif.

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat untuk memilih satu alternatif dari yang tersedia adalah:

a. Sifat-sifat produk (kinerjanya) b. Kepercayaan merek

c. Fungsi kemanfaatan untuk setiap ciri d. Prosedur pemilihan merek

4. Keputusan memilih

Keputusan memilih ini melibatkan lima sub keputusan, yaitu: keputusan tentang merek, keputusan dari siapa membeli, keputusan tentang jumlah, keputusan waktu membeli dan keputusan cara pembayarannya.

5. Perilaku pasca pembelian.

Kepuasan atau ketidakpuasan pembeli produk akan mempengaruhi perilaku berikutnya. Bila masyarakat puas maka ada peluang memilih lagi dan mereka pada umumnya akan bercerita pada orang lain. Ini merupakan iklan yang paling efektif dan murah. Sebaliknya bila tidak puas atau kecewa akan mengakibatkan mereka tidak mau memilih lagi dan bercerita negatif kepada orang lain.

Proses pengambilan keputusan dimulai jauh sebelum terjadi kegiatan pemilihan dan mempunyai kelanjutan yang panjang setelah kegiatan dipilih dilakukan. Pemasaran harus meneliti masyarakat untuk mengetahui jenis masalah


(43)

yang menyebabkan rasa kebutuhan itu bagaimana kebutuhan itu mengarah pada objek tertentu. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam pemilihan mereka.

2.11 Karakteristik Responden 2.11.1 Umur

Umur adalah tahapan siklus hidup dapat membentuk pola berfikir orang dewasa biasanya menggalami perubahandan tranformasi (perubahan bentuk, rupa dan sikap) tertentu pada saat mereka menggalamin hidupnya (Setiadi, 2003).

Wanita dan pria dewasa menggalamin proses perkembangan dan pertumbuhan yang berbeda disetiap tahapan umurnya.seorang wanita akan mengakhirin remajannya pada umur 19 tahun. Ini artinya dia akan minginjak dewasa dan secara biologis adalah masa yang produktif. Masa produktif seorang wanita sampai 45 tahun sebelum memasukin masa menopause. Sedangkan untuk seorang pria akan memulai masa remajanya pada umur 13-15 tahun dan akan mengakhirin remajannya pada umur 18 tahun, kemudia memasuki masa climacteric sydrome pada umur 60-70 tahun (Irwanto, 2002).

2.11.2 Pendidikan

Pendidikan pribadi mempengaruhi pemilihan pengendalian nyamuk. Seseorang yang memiliki pendidikan lebih tinggi cenderung memilih anti nyamuk yang lebih sedikit menimbulkan efek terhadap kesehatan dibandingan mereka yang berpendidikan rendah (Hidayat, 1979).


(44)

2.11.3 Penghasilan

Pendapatan adalah besarnya penghasilan yang diperoleh dalam keluarga. Pendapatan dapat bearti jumlah uang yang didapat oleh seseorang dari hasil kerja pada tiap bulan.

2.12 Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon dapat bersifat pasif (tanpa tindakan seperti berfikir, berpendapat dan bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan).

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri, yang mempunyai bentangan yang sangat luas mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berfikir, persepsi dan emosi. Perilaku juga dapat diartikan sebagai aktifitas organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Notoadmodjo, 2007).

Menurut Notoadmdjo (2005), merumuskan bahwa prilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus, organisme, dan respon sehingga teori skinner ini disebut “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Bentuk operasional dari perilaku dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu:

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi dan rangsangan.


(45)

2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup di dalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetap mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

3. Periaku dalam bentuk tindakan, yaitu sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi dan rangsangan dari luar.

2.12.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, di dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kongnitif mempunyai 6 tingkat, yakni :


(46)

1. Tahu (know)

Tahu artikan sebagai mengigat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengigat kembali (recail) terdapat suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang pelajari atau rangsangan yang harus diterima. Oleh sebab itu, tahu ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprentasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus melakukan tindakan reuse dan reduse dalam penggunaan plastik.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat melakukan tindakan reuse reduse dalam kehidupan sehari – hari dengan benar.


(47)

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompok dan sebagainya.

5. Sintesis (synthensisi)

Analisis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintensis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya : dapat menyusun dapat merencanakan, dapat merigankan, dapat menyusuaikan, dapat meringkaskan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya : dapat menafsirkan sebab-sebab tingginya jumlah pemilih pengguna anti nyamuk.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau


(48)

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

2.12.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Notoadmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu :

a. Kepercayaan (keyakinan) b. Kehidupan emosional

c. Kecenderungan untuk bertindak

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, penegtahuan berfikir, keyakianan dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dar berbagai tingkatan (Notoadmodjo, 2003), yakni :

a. Menerima (receiving) diartikan orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).


(49)

b. Merespon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerakan tugas yang diberikan, terlepas pekerjaan itu benar atau salah, adalah bahwa orang meneirma ide tersebut.

c. Menghargai (valuing) diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini. d. Bertanggung jawab (resposible) diartikan bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap.

2.12.3 Tindakan

Menurut Notoadmodjo (2007) tindakan adalah gerakan atau perbuatan dari tubuh setelah mendapatkan rangsangan ataupun adaptasi dari dalam tubuh

maupun dari luar tubuh ataupun lingkungan.

Tindakan terdiri dari berbagai tingkatan menurut kualitasnya, yakni : a. Persepsi (perception)

Diartikan mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respons terpimpin (giuded respons)

Diartikan dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai contoh.


(50)

– Mekanisme (mecanism)

Diartikan seseorang yang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sudah merupakan kebiasaan.

– Adopsi (adaption)

Diartikan adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang baik. Artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat diartikan secara tidak langsung dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan sedangkan dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan (Notoadmodjo, 2007).


(51)

2.13 Kerangka Konsep

Perilaku Ibu Rumah Tangga Pengetahuan

Sikap Tindakan

Karakteristik Ibu Rumah Tangga

Umur

Pendidikan Penghasilan

Pemilihan Penggunaan Anti Nyamuk

Jenis Bakar Jenis Elektrik Jenis Lotion Jenis Semprot


(52)

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survai untuk mengetahui pemilihan anti nyamuk di masyarakat yang ditinjau dari tingkat pendidikan, pendapatan dan perilaku serta keluhan kesehatan pada keluarga di kelurahan Asam Kumbang.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada letak kelurahan yang dekat dengan sungai Manggali dan daerah yang masih memiliki rawa-rawa, sehingga sangat pontensial sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk. Hal ini menyebabkan diperlukan pengendalian nyamuk salah satunya adalah pemakaian anti nyamuk.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Mei 2015. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang. Jumlah keluarga yang tinggal adalah sebanyak 5024 keluarga.


(53)

3.3.2. Sampel

Dalam menentukan besar sampel yang akan diteliti ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2002) sebagai berikut :

n = N 1 + N (d²)

Dimana : n= Besar sampel N= Jumlah populasi

d = presisi atau ketetapan absolute (0,1) dengan demikian jumlah sampel responden adalah : n = 5024

1+ 5024 (0.1²) n = 98,04

= 98 responden

Berdasarkan perhitungan besar sampel tersebut maka didapat sampel sebanyak 98 KK dengan sasaran utama adalah Ibu Rumah Tangga karena mereka mengatur penyelenggaraan kebutuhan keluarga dan banyak mengetahui masalah kesehatan pada keluarga.

3.3.3 Teknik Pengambilan sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan responden adalah metode

purposive sampling, yaitu dengan cara sengaja memilih responden yang mau dan

paling mudah memberikan informasi yang di butuhkan berdasarkan kreteria responden yang menggunakan anti nyamuk. Dalam penelitian diambil sebanyak 10 ibu rumah tangga dari setiap lingkungan yang berjumlah 10 lingkungan.


(54)

3. 4. Metode Pengumpulan Data 3. 4. 1. Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara, dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan mencakup pemilihan anti nyamuk yang ditinjau dari tingkat pendidikan, pendapatan dan prilaku serta keluhan kesehatan pada keluarga.

3. 4. 2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan melihat catatan/dokumen (file) yang berhubungan dengan penelitian yang diperoleh dari kantor kelurahan.

3.5 Defenisi Operasional

Untuk mendapatkan kesamaan pengertian dalam penelitian ini, maka konsep penelitian dijabarkan ke dalam defenisi operasional sebagai berikut :

1. Karakteristik adalah penggambaran kepribadian yang dilihat dari ciri atau sifat khusus pada diri responden dalam pemilihan anti nyamuk sebagai di kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Kota Medan yang dilakukan untuk mengklasifikasikan responden menurut keadaan tertentu. Klasifikasi karakteristik yang dilakukan meliputi :

a. Umur adalah usia hidup yang dihitung sejak tahun dilahirkan sampai tahun pada saat penelitian dilakukan.

b. Pendidikan adalah derajat tertinggi jenjang pendidikan yang diselesaikan berdasarkan ijazah yang diterima dari sekolah formal terakhir dengan sertifikat kelulusan.


(55)

c. Pendapatan adalah banyaknya uang yang diperoleh setiap bulannya dari hasil kerja yang dilakukan.

2. Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam mengetahui suatu hal yang berkaitan dengan penggunaan anti nyamuk.

3. Sikap adalah kecenderungan responden untuk memberikan respons (baik secara positif maupun negatif) terhadap penggunaan anti nyamuk.

4. Anti nyamuk adalah pengendalian nyamuk yang menggunakan bahan kimia sebagai racun pada nyamuk.

5. Pemilihan anti nyamuk adalah keputusan yang diambil responden dalam membeli produk anti nyamuk yang dipilih berdasarkan pengetahuan atau keinginan responden dalam menggunakannya. Klasifikasikan berdasarkan penggunaan anti nyamuk yaitu:

a. Bakar adalah anti nyamuk berbentuk padatan yang penggunaanya dengan pembakaran pada salah satu sisinya.

b. Elektrik adalah anti nyamuk cairan atau lempengan yang menggunakan bantuan media listrik sebagai medianya.

c. Lotion adalah anti nyamuk berbentuk krim yang penggunaannya dioleskan ke kulit.

d. Semprot adalah anti nyamuk berbentuk cairan yang penggunaanya dengan cara disemprotkan.

6. Keluhan kesehatan adalah keluhan gangguan akibat perubahan kondisi fisik responden akibat dari pemakaian anti nyamuk pilihan.


(56)

3. 6. Instrumen dan Aspek Pengukuran 3.6.1. Instrumen

Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh peneliti.

3.6.2. Aspek Pengukuran 1. Umur

Seorang wanita akan mengakhiri remajanya pada umur 19 tahun. Ini artinya dia akan menginjak dewasa dan secara biologi adalah masa yang produktif. Masa produktif seorang wanita adalah sampai 45 tahun (Zulkifli, 1992).

a. < 45 tahun b. ≥ 45 tahun

2. Tingkat Pendidikan adalah derajat tertinggi jenjang pendidikan yang diselesaikan berdasarkan ijazah yang diterima dari sekolah formal terakhir dengan sertifikat kelulusan.

a. Tidak sekolah / Tamat SD b. Tamat SMP

c. Tamat SMA

d. Diploma/Perguruan Tinggi 3. Penghasilan

Untuk tingkat penghasilan responden dibagi atas 2 kategori :

a. Penghasilan Rendah yaitu : penghasilan di bawah UMR Provinsi Sumatera Utara (Rp.1.650.000,-/bulan).


(57)

b. Penghasilan Tinggi yaitu : penghasilan di atas UMR Provinsi Sumatera Utara (Rp.1.650.000,-/bulan).

4. Pemilihan anti nyamuk: a. Bakar

b. Elektrik c. Lotion d. Semprot

5. Alasan memilih menggunakan anti nyamuk a. Lebih praktis

b. Harga murah

c. Biasa menggunakan d. Lain-lain

6. Tingkat Pengetahuan

Jawaban diberikan skor 3 jika benar, 2 jika salah dan 1 jika tidak tahu, dengan 10 pertanyaan dan total skor adalah 30. Hasil skor dikategorikan menjadi (Arikunto, 1998) :

- Baik bila benar >76% dengan total nilai 8-10 pertanyaan - Tidak baik bila benar <75% dengan total nilai < 7pertanyaan 7. Sikap

Sikap dibagi dengan kriteria Skala Likert bila Setuju 2 dan Tidak Setuju 1 (Arikunto, 1998), dengan 10 pertanyaan dan total skor adalah 20.


(58)

- Baik bila benar >76% dengan total nilai 8-10 pertanyaan - Kurang bila benar < 75% dengan total nilai < 7 pertanyaan 8. Tata cara menggunakan anti nyamuk responden

Jawaban diberikan skor 3 jika benar, 2 jika salah dan 1 jika tidak tahu, dengan 10 pertanyaan dan total skor adalah 30.

9. Lama mulai menggunakan anti nyamuk a. <10 tahun

b. ≥10 tahun 10. Keluhan kesehatan

a. Batuk b. Mual c. Muntah d. Sulit bernapas e. Sakit kepala f. Kulit gatal g. Kulit terbakar

3.7 Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dianalisis melalui proses tahapan pengolahan data yang mencakup kegiatan-kegiatan berikut:


(59)

a. Editing

Data yang sudah dikumpulkan dilakuakan pengecekkan kembali untuk menghindari kesalahan atau kemungkinan adanya pertanyaan yang belum terisi.

b. Verifikasi data

Apakah data yang dikumpulkan sudah lengkap dan angka-angka maupun tulisannya dapat dibaca dengan jelas.

c. Koding

Pada langkah ini data yang terkumpul melalui alat pengumpul data diubah bentuknya ke bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode-kode. d. Data entry

Memasukkan data dalam program komputer yang telah disiapkan. Data entry dapat dilakukan dengan program SPSS.

e. Cleaning

Analisis data dilakukan pengecekan dan perbaikan terhadap data yang sudah masuk.

3.7.2 Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan lalu kemudian diolah dengan sistem komputerisasi untuk kemudian dianalisa menggunakan analisis deskriptif. Hasil yang diperoleh kemudian dipersentasekan berdasarkan jumlah responden dan data-data tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Keadaan Geografis Lokasi Penelitian

Kelurahan Asam Kumbang merupakan salah satu dari 6 (enam) kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Sumatera Utara. Secara geografis Kelurahan ini memiliki luas wilayah 400 Ha dengan batasan-bataasan wilayah yaitu sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Sunggal, selatan berbatasan dengan Tanjung Selamet, barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Sari.

4.1.2 Data Demografi

Secara administrasif, jumlah penduduk Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang pada tahun 2014 mencapai 21.585 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 5024 KK.

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2014

No Lingkungan Laki-laki Perempuan Total

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Lingkungan I Lingkungan II Lingkungan III Lingkungan IV Lingkungan V Lingkungan VI Lingkungan VII Lingkungan VIII Lingkungan IX Lingkungan X 973 1.174 1.189 1.252 839 879 1.169 964 1.299 1.190 960 1.150 1.156 1.231 811 833 1.143 933 1.313 1.127 1.933 2.324 2.345 2.483 1.650 1.712 2.312 1.897 2.612 2.317

Total 10.928 10.657 21.585

Sumber: Profil Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Kota Medan tahun 2014


(61)

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah sebanyak 10.928 jiwa dan penduduk yang berjenis kelamin perempuan berjumlah sebanyak 10.657 jiwa.

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik KK yang menjadi sampel penelitian di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang dapat dijelasakan berdasarkan umur, tingkat pendidikan dan pendapatan keluarga.

4.2.1 Umur Responden

Responden dibagi menjadi dua kategori yaitu kurang 45 tahun lebih dari 45 tahun. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Berdasarkan Umur Tahun 2015

No Umur Jumlah %

1 < 45 tahun 55 56,1

2 ≥ 45 tahun 43 43,9

Total 98 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa sebagaian besar responden berumur kurang dari 45 tahun yaitu sebanyak 55 orang (56,1%).

4.2.2 Pendidikan Responden

Pendidikan adalah derajat tertinggi jenjang pendidikan yang diselesaikan berdasarkan ijazah yang diterima dari sekolah formal terakhir dengan sertifikat kelulusan. Pendidikan dalam penelitian ini dibagi menjadi 4 kategori yaitu: SD, SMP, SMA dan Diploma/Sarjana. Berikut ini merupakan distribusi pendidikan responden sebagai berikut:


(62)

Tabel 4.3 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Berdasarkan Pendidikan Tahun 2015

No Pendidikan Jumlah %

1 2 3 4

Tidak Sekolah/Tamat SD SMP

SMA

Diploma/Sarjana

16 12 55 15

16,3 12,2 56,1 15,3

Total 98 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyelesaikan pendidikan sampai tamat SMA yaitu berjumlah sebanyak 55 jiwa (56,1%).

4.2.3 Pendapatan Keluarga

Dalam penelitian ini jumlah pendapatan responden di diklasifikasikan ke dalam dua kategori dua kategori yaitu kurang dari Rp 1.650.000,-/bulan dan lebih dari Rp 1.650.000,-/bulan sesuai dengan UMR (Upah Minimum Regional) Provinsi Sumatera Utara. Berikut ini merupakan distribusi pendapatan responden dalam penelitian sebagai berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Berdasarkan Pendapatan Tahun 2015

No Penghasilan Jumlah %

1 < Rp. 1.650.000,00 49 50,0

2 ≥ Rp. 1.650.000,00 49 50,0

Total 98 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sama banyak antara responden yang berpendapatan kurang dan lebih dari Rp. 1.650.000,-/bulan yaitu sebanyak 49 orang (50%).

4.3 Pemilihan Anti Nyamuk Keluarga

Data mengenai jumlah responden yang menggunakan anti nyamuk di Kelurahan Asam Kumbang. Pemilihan anti nyamuk kelurga dikategori menjadi 4


(63)

jenis yaitu penggunaan anti nyamuk bakar, elektrik, lotion dan semprot. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Berdasarkan Pemilihan Anti Nyamuk Tahun 2015

No Jenis Anti Nyamuk

Menggunakan Jumlah

Ya Tidak

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Bakar 19 19,4 79 80,6 98 100,0

2 3 4 Elektrik Lotion Semprot 19 32 44 19,4 32,6 44,9 79 66 54 80,6 67,3 55,1 98 98 98 100,0 100,0 100,0 Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa dari seluruh responden didapat hasil paling banyak digunakan adalah anti nyamuk jenis semprot yaitu berjumlah 44 orang (44,9%).

4.4 Perilaku Responden

Perilaku responden yang menjadi sampel penelitian di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang dapat dijelaskan berdasarka pengetahuan, sikap dan tindakan responden pemilihan penggunaan anti nyamuk di rumah. 4.4.1 Pengetahuan Responden

Pengetahuan merupakan kemampuan responden dalam mengetahui suatu hal tentang penggunaan anti nyamuk. Pengetahuan responden diukur dengan 10 pertanyaan dengan skala berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. Nilai tertinggi adalah 3, sehingga total nilai adalah 30. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh gambaran pengetahuan responden sebagai berikut:


(64)

Tabel 4.6 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Berdasarkan Pengetahuan Tahun 2015

No Indikator dan Jawaban Aspek Pengukuran Jumlah % 1. Menurut saudara, apa yang dimaksud dengan anti

nyamuk?

a. Mematikan ataupun menolak nyamuk b. Mematikan nyamuk

c. Tidak Tahu

89 8 1 90,8 8,2 1,0 2. Tahukah saudara jenis anti nyamuk yang

penggunaanya dengan media listrik? a. Elektrik

b. Semprot c. Tidak Tahu

87 5 5 89,8 5,1 5,1 3. Tahukah saudara jenis anti nyamuk apa yang

digunakan ketika berada di luar rumah? a. Lotion

b. Semprot c. Tidak Tahu

84 3 11 85,7 3,1 11,2 4. Tahukah saudara jenis anti nyamuk yang

menghasilkan asap? a. Bakar

b. Semprot c. Tidak tahu

97 1 0 99,0 1,0 0 5. Tahukan saudara jenis anti nyamuk apa yang

digunakan pada ruangan tertutup? a. Semprot

b. Bakar c. Tidak Tahu

87 1 10 88,8 1,0 10,2 6 Menurut saudara kapan penggunaan anti nyamuk

semprot yang baik? a. Sore hari b. Sebelum tidur c. Tidak Tahu

59 33 6 60,2 33,7 6,1 7 Tahukah saudara jenis-jenis anti nyamuk yang dijual

dipasaran? a. Ya b. Tidak c. Tidak Tahu

54 33 11 55,1 33,7 11,2 8. Menurut saudara, dapatkah penggunaan anti nyamuk

mencemari lingkungan? a. Dapat

b. Tidak c. Tidak tahu.

66 22 10 66,4 22,4 10,2


(65)

Lanjutan Tabel 4.6

9. Menurut saudara apa gangguan kesehatan yang ditimbulkan dari penggunaan anti nyamuk semprot? a. Pernapasan

b. Kulit c. Tidak tahu

91 4 3

92,9 4,1 3,1 10. Menurut saudara jenis anti nyamuk apa yang merusak

kulit? a. Lotion b. Elektrik c. Tidak tahu

93 0 5

94,9 0 5,1 Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pada pertanyaan aspek pengetahuan tentang pengertian anti nyamuk umumnya responden menjawab anti nyamuk disebut untuk mematikan ataupun penolak nyamuk yaitu sebanyak 89 orang (90,8%). Pada pertanyaan mengenai jenis-jenis anti nyamuk yang di jual di pasaran sebagian besar respnden mengetahui jawabanya adalah jenis anti nyamuk yaitu jenis bakar, elektrik, lotion dan semprot yaitu sebanyak 54 orang (55,1%).

Berdasarkan pertanyaan tentang penggunaan jenis anti nyamuk yang menggunakan media listrik umumnya responden menjawab elektrik yaitu sebanyak 87 orang (89,8%), kemudian anti nyamuk yang digunakan saat berada di luar rumah umumnya reponden menjawab lotion yaitu sebanyak 84 orang (85,7%), lalu anti nyamuk yang menghasilkan asap umumnya responden menjawab bakar yaitu sebanyak 97 orang (99%) dan anti nyamuk yang digunakan di ruangan tertutup umumnya responden menjawab semprot yaitu sebanyak 87 orang (88,8%).

Berdasarkan pertanyaan tentang dapatkah penggunaan anti nyamuk mencemari lingkungan maka sebagian besar responden menjawab dapat yaitu sebanyak 66 orang (66,4%). Kemudian pada pertanyaan kapan penggunaan anti nyamuk semprot yang baik sebagian besar responden menjawab pada sore hari


(66)

yaitu sebanyak 59 responden (60,2%) dan gangguan kesehatan akibat penggunaan anti nyamuk semprot umumnya responden menjawab gangguan kesehatan pernapasan yaitu sebanyak 91 responden (92,9%) sedangkan pertanyaan tentang anti nyamuk yang dapat merusak kulit umunya responden menjawab lotion yaitu sebanyak 93 responden (94,9%).

Pengkategorian terhadap tingkat pengetahuan reponden dilakukan berdasarkan jumlah jawaban benar dari masing-masing responden.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang Berdasarkan Kategorik Pengetahuan Tahun 2015

No. Kategori Tingkat Pengetahuan Jumlah (%)

1. Baik 77 78,6

2. Tidak Baik 21 21,4

Total 98 100,0

Berdasarkan hasil pengkategorian seperti terlihat pada tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa umumnya responden memiliki pengetahuan baik yaitu sebanyak 77 orang (78,6%).

4.4.2 Sikap Responden

Sikap adalah respon atau pandangan responden tentang pemilihan anti nyamuk. Sikap diukur melalui 10 pertanyaan dengan skala berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden terhadap semua pertanyaan yang diberikan. Nilai tertinggi dari setiap pertanyaan adalah 2, sehingga total nilai adalah 20. Tabel 4.8 Distribusi Responden Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan

Medan Selayang Berdasarkan Sikap Tahun 2015

No. Indikator dan Jawaban Aspek Pengukuran Setuju Tidak Setuju Jumlah % Jumlah % 1. Apakah saudara setuju pemakai anti nyamuk

dirumah memberikan kenyamanan yang sama dengan tidak memakai anti nyamuk


(1)

LAMPIRAN IV

DOKUMENTASI PELAKSANAAN PENELITIAN


(2)

(3)

Gambar 5. Pengguna anti nyamuk bakar di Kelurahan Asam Kumbang


(4)

(5)

(6)