3
Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota
neighbour analysis, dan menganalisis ketersediaan dan kebutuahan rumah. Dari teknik analisis yang digunakan, berlandaskan teori-teori yaitu
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik perhitungan matematika atau
statistika. Data kuantitatif berfungsi untuk mengetahui jumlah atau besaran dari sebuah objek yang akan diteliti. Sehingga penyajian data yang didapat dengan teknik data kuantitatif
diantaranya identifikasi persebaran perumahan dan analisis penggunaan lahan, analisis pemanfaatanlahan perumahan, analisis pola perumahan dan ketersediaan dan kebutuahan rumah,
disajikan dalam bentuk angka-angka.
Analisis pola perumahan didapat dari metode analisis tetangga terdekat T, dimana pengertiannya adalah sebuah analisa untuk menentukan suatu pola permukiman penduduk.
Dengan menggunakan perhitungan analisa tetangga terdekat, sebuah permukiman dapat ditentukan polanya, misalnya pola mengelompokclustered T=0, tersebarrandom T=1,00
ataupun seragamuniform T=2,15. Dimana variabel yang digunakan adalah jarak antara perumahan, luas wilayah pengamatan, serta karakteristik fisik kawasan perumahan yang
terbangun.
Intensitas pemanfaatan lahan dalam hal ini berkaitan dengan IPR intensitas pemanfaatan ruang yang menggunakan variabel Koefisien dasar bangunan KDB dan kepadatan bangunan. Dimana
KDB diperoleh dari perbandingan luas total terbangun dengan luas kavling yang pada umumnya diyatakan dalam persen.
Ketersediaan dan kebutuhan rumah berkaitan dengan kurva permintaan terhadap perumahan, dimana faktor-faktor yang menentukan permintaan terhadap perumahan antaralain, jumlah
penduduk, distribusi antar wilayah, komposisi jenis, kelamin status kekeluargaan, strukrur umur, dan ukuran keluarga. Dimana pada analisis ini variabel jumlah penduduk dan jumlah rumah
eksiting, dimana jumlah penduduk direfleksikan dengan jumlah kepala keluarga yang merupakan dasar perhitungan kebutuhan akan rumah.
BAB III REVIEW JURNAL
Pada penelitian tentang Efisiensi Penggunaan Lahan dan Pola Persebaran Perumahan di Ibukota
Kabupaten Purwakarta, ruang lingkup wilayah penelitian adalah wilayah Kota Purwakarta. Mengacu
pada
Peraturan daerah
Kabupaten Purwakarta
No.7PD1983 batas Wilayah Kota Purwakarta terdiri dari 5 Kecamatan, 9 Kelurahan dan 10 Desa. Mengacu
pada Rencana Detail Tata Ruang Kota RDTRK Purwkarta tahun 2005, diklasifikasikan menjadi tiga
Bagian Wilayah Kota BWK yaitu BWK Bagian Utara, BWK tengah dan BWK Selatan.
4
Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota
Analisis efisisensi Penggunaan lahan dan pola persebaran perumahan di ibukota kabupaten Purwkarta dibagi menjadi empat 4 rekapitulasi dalam bentuk data kuantitatif. Pertama adalah
rekapitulasi identifikasi persebaran perumahan dan rekapitulasu analisis lahan perumahan dikota Purwakarta. Jumlah perumahan pada tahun 2010 sebanyak 38 perumahan dengan rentang waktu
pengembangan
±
2-3 tahun yang lokasinya tersebar di pada masing masing BWK, perhatikan tabel dibawah.
Perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah merupakan perwujudan fisik perubahan ekonomi dan sosial penghuni wilayah itu sendiri. Lahan perumahan tekah mengkonversi penggunaan lahan
lainnya yaitulahan sawah, kebun, tegalan, serta hutan hal inilah yang menyebabkan fenomena perubahan penggunaan lahan yang sering menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Luas
Keseluruhan lahan prumahan yang mengkonversi jenis pengunaan lahan lainnya di Kota Purwakarta adalah sebesar 252,61 Ha, dengan pembagian penggunaan pada tabel berikut.
No. Konversi lahan
Luas Ha Persentase
1 Kebun campuran
135,42 Ha 53,61
2 Tegalanladang
59,71 Ha 23,64
3 Sawah
29,35 Ha 11,62
4 Permukimanperkarangan
21,92 Ha 8,68
5 Hutan
6,29 Ha 2,45
Total 252,61 Ha
100 Persentase perbandingan lahan yang terkonversi dengan luas penguasaan oleh pengembang
sebesar 97,79, yang artinya dari 258,32 Ha penguasaan lahan 252,62 Ha diantaranya telah terkonvensi oleh pengembangan kawasan perumahan.
Berdasarkan pemetaan kawasan terbangun Kota Purwakarta, perkembangan pemanfaatan lahan yang membentuk pola gurita dengan empat jalur
transportasi utama yang mendukungnya, yaitu Jl. Jenderal Sudirman-Veteran, Jalan Raya Jakarta- Bandung, Jalan Ipik Gandamanah, serta Jalan Raya Purwakarta-Subang.
Kedua, rekapitulasi analisis intenditas pemanfaatan laha perumahan di kota purwakarta. Intensitas pemanfaatan lahan dilihat dari bentuk kavlingtipe rumah dari masing masing BWK.
Jumlah total kavlingtipe rumah yang terealisasi sebesar 15.804 unit dari rencana kavling sebesar 17.978 unit sebesar 87,91. Terdapat 3 jenis kavling terbesar dan beberapa jenis lainnya yang
terbengun di Kota Purwakarta diantaranya, perhatikan tabel
No Tipe Kavling Luas
Kavling m
2
Jumlah Kavling unit Persentase 1
21-30 60-72 m
2
7.549 unit 41,99
2 30-36
72-90 m
2
2.963 unit 16,48
3 36-45
90-120 m
2
3.819 unit 21,34
4 45-90
120 m
2
1.004 unit 5,58
5 90
225 unit 1,25
6 ruko
- 14 unit
0,63 No.
Lokasi BWK Jumlah Perumahan
1 BWK Utara
18 Perumahan 2
BWK tengah 16 perumahan
3 BWK Selatan 4 Perumahan
Total 38 Perumahan
5
Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota
Ditinjau dari IPR intensitas pemanfaatan ruang KDB yang berlaku di Kota Purwakarta untuk sebuah kavling sebesar
≤ 60, dan pengklasifikasian kepadatan bangunan, dari berkepadatan sangat rendah, rendah, sedang dan tinggi. Perhatikan tabel
No Keterengan
Jumlah 1
KDB ≤ 60 26 Perumahan
2 KDB ≥ 60
12 perumahan Total
38 Perumahan 3
Kepadatan Bangunan Sangat Rendah
14 Perumahan 4
Kepadatan Bangunan Rendah 10 Perumahan
5 Kepadatan Bangunan Sedang
7 Perumahan 6
Kepadatan Bangunan Tinggi 7 Perumahan
Total 38 Perumahan
Jika diklasifikasikan berdasarkan efisiensi pemanfaatan lahan, maka dari 38 perumahan hanya 6 perumahan yang telah memanfaatkan lahannya secara efisien; perumahan itu diantaranya perhatikan
tabel berikut.
No. Nama Perumahan
KDB Kepadatan bangunanHa
1 Perum Kota
Permata Purwakarta 41,16
45 bangunanHa 2
Perum Asrama Armed I
36,84 46 bangunanHa,
3 Perum Bumi Hegar Asih
56,89 43 bangunanHa,
4 Perum Munjul Jaya II
57,77 49 bangunanHa
5 Perum Graha Citalang Permai 53,24
41 bangunanHa 6
Perum Bukit Berbunga 46,68
43 bangunanHa Sedangkan 32 perumahan sisanya masuk dalam kriteria tidak efisien berdasarkan analsis KDB
dan berdasarkan kepadata bangunan melalui citra satelit google earth kepadatan bangunan sangat tinggi dengan nilai KDB lebih dari 60 dan kurangnya ruang terbuka yang seharusnya 40.
Ketiga, rekapitulasi analisa pola perumahan di kota purwakarta. Pola sebaran perumahan didasarkan pada analisis tetangga terdekat terhadap perumahan terbangun. Pola permukiman terdiri
pola mengelompokclustered T=0, tersebarrandom T=1,00 ataupun seragamuniform T=2,15. Pola sebaran perumahan di Ibukota Kabupaten Purwakarta cenderung mengelompok berdasarkan
masing-masing BWK, perhatikan tabel berikut
Nilai indeks terdekat untuk keseluruhan Kota Purwakarta sebesar 1,05 yang artinya berpola acaktersebarrandom T=1,05 ≈ 1,00 , maka kota Purwakarta dikategorikan kelompok fragmanted
rural settelments tempak kediaman penduduk yang terpecah. Kondisi fisik kota Purwaakarta dengan topografi relatif datar dengan rata-rata kemiringan lereng 0-8 dan luas penyebaran seluas 3332,70
Ha BWK Utara dan Tengah , dan kemiringan lereng yang berelief dengan rata-rata 15-25 dengan luas penyebaran sebesar 436,92 Ha BWK Selatan.
No BWK
Tindeks tetangga
Terdekat Pola permukiman
1 BWK Utara
0,37 ≈ 0
mengelompokclustered 2
BWK Tengah 0,45 ≈ 0
mengelompokclustered 3
BWK Selatan 0,79 ≈ 1,00
tersebarrandom
6
Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota
Keempat, analisis keersediaan dan kebutuhan erumahan di kota Purwakarta tahun 2010. Dalam perhitungan analisis ketersediaan dan kebutuhan rumah digunakan beberapa kriteria dan asumsi
diantaranya : Identifikasi kekurangankebutuhan unit rumah KRo, dilakukan dengan cara menghitung ukuran
rata-rata anggota dalam satu keluarga, mengidentifikasi pertumbuhan jumlah penduduk dan pertumbuhan jumlah rumah sampai dengan tahun 2010
Satu keluarga menempati satu unit rumah, dimana rata-rata jumlah orang atau jumlah penghuni per rumah yang dianggap layak menempati satu rumah adalah 4 orang
Analisis penyediaan rumah, dilakukan dengan menghitung selisih kebutuhan rumah dan ketersediaan rumah
Dalam kurun waktu selama 4 tahun dari tahun 2006-2010 jumlah rumah mengalami peningkatan
sebesar 3.315 unit 39.425 unit di tahun 2006 menjadi 42.740 unit di tahun 2010 dengan rata-ratalaju sebesar 2,04 pertahun. Untuk mengetahui jumlah ideal kebutuhan rumah digunakan analisis backlog
ketiadaan ketersediaan rumah atas jumlah kebutuhan rumah. Perhatikan tabel perhitungan backlog berikut :
Dari tabel tersebut dapat diperhatikan kekurangan rumah backlog terjadi di seluruh wilayah administrasi kecuali desa Mulyamekar mengalami kelebihan ketersediaan rumah. Bila dilakukan
pengelompokkan ketiadaan ketersediaan rumah atas jumlah kebutuhan dengan menggunakan program statistik if fuction dengan kriteria
Suatu wilayah dikategorikan cukup atau tidak memiliki ketiadaan ketersediaan rumah atas jumlah rumah bila jumlah keluarga rata-rata pada tahun hitungan lebih besar dari jumlah
rumah pada tahun hitungan Suatu wilayah dikategorikan kurang ketersediaan rumah bila angka ketiadaan ketersediaan
rumah backlog lebih kecil atau sama dengan 1,5 laju pertumbuhan pembangunan rumah R ; Kro ≤ 1.5 R
Suatu wilayah dikategorikan sangat kurang ketersediaan rumah bila angka ketiadaan ketersediaan rumah backlog lebih besar dari 1,5 laju pertumbuhan pembangunan rumah R;
Kro 1.5 R
7
Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota
Maka diperoleh hasil sebagai berikut; perhatikan tabel kotak merah
Dapat diperhatikan bahwa tingkat ketersediaan rumah atas jumlah kebutuhan rumah kategori sangat kurang berjumlah 12 kelurahandesa, kategori kurang berjumlah 6 kelurahandesa dan kategori
tidak kurang berjumlah 1 kelurahandesa.
BAB IV TINJAUAN KRITIS