TINJAUAN KRITIS Critical Review Jurnal Kajian Efisiensi

7 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota Maka diperoleh hasil sebagai berikut; perhatikan tabel kotak merah Dapat diperhatikan bahwa tingkat ketersediaan rumah atas jumlah kebutuhan rumah kategori sangat kurang berjumlah 12 kelurahandesa, kategori kurang berjumlah 6 kelurahandesa dan kategori tidak kurang berjumlah 1 kelurahandesa.

BAB IV TINJAUAN KRITIS

Pada tinjauan kritis atau yang disebut critical review, dibedakan menjadi dua pada penyajian format jurnal dan substansi jurnal. 4.1 Penyajian Jurnal format penulisan Jurnal yang berjudul “Kajian Efisiensi Penggunaan Lahan dan Pola Persebaran Perumahan di Ibukota Kabupaten Purwakarta” penyajian data dalam bentuk deskripsi tidak representatif pada jurnal ini sebab data yang ditampilkan berupa data kuantitatif yang berbentuk angka. Karena pada penyajian jurnal ini pembaca mengalami kesulitan dalam mengkorelasikan data , apabila penyajian dirubah atau disajikan dalam bentuk tabel seperti yang ditampilkan pada BAB III Review Jurnal, tentunya akan memudahkan dalam memahami dan mengkorelasikan data pada analisis yang dimaksud. Serta banyaknya terjadi kesalahan redaksional pada penyajian jurnal. 4.2 Substansi Jurnal Jurnal yang “Kajian Efisiensi Penggunaan Lahan dan Pola Persebaran Perumahan di Ibukota Kabupaten Purwakarta” apabila dikaitkan dengan mata kuliah Ekonomi kota, masih perlu dikuatkan pengaruhnya dalam pembahasananalisis pada jurnal. Sebenarnya sudah ada kaitannya dengan teori- teori ekonomi kota, namun fokusan dari jurnal ini kurang membahas lebih dalam tentang ekonomi kota karena tujuannya adalah untuk mencari efisiensi penggunaan lahan da persebaran perumahan. Beberapa analisis dapat diperkuat kembali dengan teori teori ekonomi kota, diantaranya perubahan penggunaan lahankonversi lahan pertanianperkebunan menjadi lahan perumahan. Hal ini berkaitan dengan teori lokasi Von Thunen dimana nilai lahan di daerah tengah kota lebih tinggi dari pinggiran yang notabene adalah kawasan produksi pertanian, perkebunan, perternakan dan lainnya sehingga mempengaruhi harga lahan. Perhatikan tabel berikut : 8 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota No. Konversi lahan Luas Ha Persentase 1 Kebun campuran 135,42 Ha 53,61 2 Tegalanladang 59,71 Ha 23,64 3 Sawah 29,35 Ha 11,62 4 Permukimanperkarangan 21,92 Ha 8,68 5 Hutan 6,29 Ha 2,45 Total 252,61 Ha 100 Konversi lahan terbesar dilakukan pada lahan kebun campuran dimana lahan tersebut terletak di pinggiran kota. Oleh sebab itu para pengembang membangun perumahan di daerah tersebut dan tentunya terjadi konversi lahan kebun campuran. Oleh sebab itu tingkat ketersediaan rumah yang banyak terdapat di daerah pinggiran kota, sebab pengembang berorientasi terhadap keuntungan, apabila pembangunan perumahan dilakukan pada bagian tengah Kota Purwakarta maka pengembangdeveloper akan merugi. Perhatikan gambar berikut Gambar diatas, menyajikan kemampuan sewa lahan, letak kurva sewa lahan untuk perumahan residential akan semakin murah apabila menjauhi kota ke lahan yang diperuntukan untuk kebun sawah dan ladang. Dari teori Von Thunen tersebut menjelaskan dan menguatkan konversi lahan dilakuakan developer selain untuk profit benefit, dampak yang ditimbilakn adalah terbentuknya pola persebaran perumahan pada pinggiran Kota Purwakarta. Selain analisis tentang perubahan penggunaan lahan, Ketersediaan dan kebutuhan rumah berkaitan dengan kurva permintaan terhadap perumahan, dimana faktor-faktor yang menentukan permintaan terhadap perumahan antara lain, jumlah penduduk, distribusi antar wilayah, komposisi jenis, kelamin status kekeluargaan, strukrur umur, dan ukuran keluarga. Perhatikan kurva berikut 9 Critical Review | Mata Kuliah Ekonomi Kota Dalam kurva tersebut perhatikan kondisi E1 bahwa ketika supply rumah meningkat, harga rumah menurun, dan mempengaruhin demand permintaan akan rumah menurun. Hal ini terjadi karena dalam jumlah rumah yang banyak harga akan menjadi murah, namun permintaan akan rumah menurun karena kebutuhan akan rumah untuk individu atau keluarga tidak banyak cukup satu ketika harga murah, lain halnya apabila memiliki pendapatan lebih, sehingga mampumembeli lebih dari satu. Diagram ini menjelaskan lebih dalam tentang terjadinya efek backlog. Terjadinya backlog diakibatkan adanya individu atau keluarga yang memiliki rumah lebih dari satu, sehingga mengurangi kesempatan individukeluarga lain untuk memiliki rumah. Perlu adanya pembahasan tentang kurva penawaran pada jurnal ini sebelum melakukan perhitungan, dalam menentukan tingkat ketersediaan rumah dari perhitungan angka ketersediaan rumah dengan pembangunan rumah. Sebab dari kurva ini menjelaskan alasan mengapa menggunakan analisis backlog, karena adanya kemampuan masyarakat akan membeli rumah akibat pendapatan yang tinggi, sehingga kaitannya dengan tingkat ketersediaan rumah atas jumlah kebutuhan rumah sangat kurang, kurang dan tidak kurang semakin jelas dan dapat ditemukan kolerasinya dengan asumsi jumlah penduduk, jumlah KK, jumlah kepala keluarga dan variabel terkait.

BAB V PENUTUP